Anda di halaman 1dari 5

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA

KEHILANGAN (LOSS AND GRIEF)

PURBO PUTRA MAHADIRGANTARA

(2020130599)

PROGRAM B PRODI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2020/2021
Instrumen dan Interprestasi Kehilangan (Lost and Grieve)

A. Definisi kehilangan
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah di alami oleh setiap induvidu selama
rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda [ CITATION Iyu17 \l 1057 ].
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehilangan merupakan
suatu keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang- orang yang menghadapi
suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula (keadaan yang sebelumya ada menjadi
tidak ada)
Kehilangan dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat
universal dan unik secara individu.
• Kehilangan pribadi adalah segala kehilangan signifikan yang membutuhkan adaptasi
melalui proses berduka. Kehilangan terjadi ketika sesuatu atau seseorang tidak dapat lagi
ditemui, diraba, didengar, diketahui, atau dialami.
• Kehilangan maturasional adalah kehilangan yang diakibatkan oleh transisi kehidupan
normal untuk pertama kalinya.
• Kehilangan situasional adalah kehilangan yang terjadi secara tiba-tiba dalam merespon
kejadian eksternal spesifik seperti kematian mendadak orang yang dicintai atau
keduanya.Anak yang mulai belajar berjalan kehilanga citra tubuh semasa bayinya,wanita
yang mengalami menopause kehilangan kemampuan untuk mengandung, dan seorang
pria yang tidak bekerja mungkin akan kehilangan harga dirinya.
• Kehilangan karena kematian adalah suatu keadaan pikiran, perasaan, dan aktivitas yang
mengikuti kehilangan. Keadaan ini mencakup duka cita dan berkabung. Dukacita adalah
proses mengalami psikologis, social dan fisik terhadap kehilangan yang dipersepsikan
(Rando, 1991). Berkabung adalah proses yang mengikuti suatu kehilangan dan mencakup
berupaya untuk melewati dukacita.
B. Berduka

Grieving(berduka) adalah reaksi emosional dari kehilangan dan terjadi bersamaan


dengan kehilangan baik karena perpisahan, perceraian maupun kematian. Sedangkan
istilah bereavement adalah keadaan berduka yang ditunjukan selama individu melewati
rekasi atau masa berkabung (mourning).

Teori Proses Berduka

Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep
dan teori berduka hanyalah alat yang dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan
emosional seseorang dan keluarganya. Berikut teori proses berduka dari salah satu pakar.

Teori Engels
Menurut Engels (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplikasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal. Berikut
beberapa fase yang dilalui.

 Fase I (shock dan tidak percaya)


Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas,
atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare,
detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.

 Fase II (berkembangnya kesadaran)


Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/ akut dan mungkin mengalami putus
asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.

 Fase III (restitusi)


Berusaha mencoba untuk sepakat/ damai dengan perasaan yang hampa/ kosong.

 Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa
bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap
almarhum.
 Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/ disadari. Sehingga pada fase
ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah
berkembang.

Tahapan Proses Kehilangan dan Berduka


Proses kehilangan terdiri dari berbagai macam proses, diantaranya:

1. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu berfikir positif –
kompensasi positif terhadap kegiatan yang dilakukan – perbaikan – mampu beradaptasi
dan merasa nyaman.
2. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu berfikir negatif –
tidak berdaya – marah dan berlaku agresif – diekspresikan ke dalam diri ( tidak
diungkapkan)– muncul gejala sakit fisik.
3. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individuberfikir negatif–
tidak berdaya – marah dan berlaku agresif – diekspresikan ke luar diri individu –
berperilaku konstruktif – perbaikan – mampu beradaptasi dan merasa kenyamanan.
4. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individuberfikir negatif–
tidak berdaya – marah dan berlaku agresif – diekspresikan ke luar diri individu –
berperilaku destruktif – perasaan bersalah – ketidakberdayaan.

Inti dari kemampuan seseorang agar dapat bertahan terhadap kehilangan adalah
pemberian makna (personal meaning) yang baik terhadap kehilangan (husnudzon) dan
kompensasi yang positif (konstruktif).
DAFTAR PUSTAKA

Iyus Yosep. (2017). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Suseno, Tutu April. (2004). Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, kematian dan
Berduka dan proses keperawartan. jakarta: sagung seto.

Anda mungkin juga menyukai