Anda di halaman 1dari 5

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA

KEHILANGAN (LOSS AND GRIEF)

NURKUMALA SANIATUL ILMI

(202007012)

PROGRAM B PRODI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2020/2021
Instrumen dan Interprestasi Kehilangan (Lost and Grieve)

A. Definisi kehilangan

Kehilangan merupakan kenyataan/situasi yang mungkin terjadi dimana sesuatuyang


dihadapi, dinilai terjadi perubahan, tidaklagi memungkinkan ada atau hilang. Dapat juga
dikatakan sebagai suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau
tidak ada sesuatu yang dulunya ada [ CITATION Wil05 \l 1057 ]

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan:


1. Arti dari kehilangan
2. Sosial budaya
3. kepercayaan / spiritual
4. Peran seks
5. Status sosial ekonomi
6. kondisi fisik dan psikologi individu
B. Berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan ketika seseorang mengalami suatu
kehilangan yang kemudian dimanifestasikan dalam bentuk perasaan sedih, gelisah,
cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain sebagainya.

Teori Proses Berduka

Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep
dan teori berduka hanyalah alat yang dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan
emosional seseorang dan keluarganya. Berikut teori proses berduka dari salah satu pakar.

Teori Engels
Menurut Engels (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplikasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal. Berikut
beberapa fase yang dilalui.

 Fase I (shock dan tidak percaya)


Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas,
atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare,
detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
 Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/ akut dan mungkin mengalami putus
asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.

 Fase III (restitusi)


Berusaha mencoba untuk sepakat/ damai dengan perasaan yang hampa/ kosong.

 Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa
bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap
almarhum.

 Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/ disadari. Sehingga pada fase
ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah
berkembang.

Adapun Rentang Respon Kehilangan dan Berduka


Denial—–> Anger—–> Bergaining——> Depresi——> Acceptance
Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau
mengingkari kenyataan bahwa kehidupan benar terjadi.

Fase marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan
individu menunjukkan rasa marah yang meningkat.

Fase Tawar Menawar


Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju
ke fase tawar-menawar dengan memohon kepada tuhan. Respon ini sering dinyatakan
dengan kata-kata “ kalau sejak kejadian ini bisa di tunda, maka saya akan sering berdoa”.

Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang sebagai pasien
sangat menurut, tidak mau bicara.
Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu terpusat
kepada obyek. Individu telah menerima kehilangan yang dialami.

Berikut tabel perbandingan teori proses berduka.

PERBANDINGAN TEORI PROSES BERDUKA

KUBLES-ROSS MARTOCCHIO
ENGELS (1964) (1969) (1985) RANDO (1991)

Syok dan tidak Syok dan tidak


percaya Menyangkal percaya Penghindaran
Berkembangnya Kerinduan dan
kesadaran Marah protes Konfrontasi
Kesedihan yang
mendalam,
disorganisasi, putus
Restitusi (ganti rugi) Tawar-menawar asa Akomodasi
Identifikasi
Idealisasi Depresi kehilangan  
Reorganisasi dan
restitusi (ganti rugi)
Reorganisasi (hasil) Penerimaan
DAFTAR PUSTAKA

Suseno, Tutu April. (2004). Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, kematian dan
Berduka dan proses keperawartan. jakarta: sagung seto.

Wilkinson, J.M. (2005). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Interfensi NIC dan kriteria hasil
NOC. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai