PENDAHULUAN
gangguan jantung yang tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh, karena
adanya penurunan cardiac output (Mutaqqin, 2009). Ketika cardiac output atau
curah jantung turun maka tubuh secara fisiologis merespon dengan menskresikan
disekresikan oleh tubuh ini juga membawa dampak retensi cairan dan natrium
nomor satu setiap tahunnya. World Health Organization (WHO) tahun 2016
penduduk semua umur di provinsi jawa timur sebesar 1.6%, (Riskesdas, 2018)
1
tahun (4,7%). Untuk yang di diagnosis dokter prevalensi lebih tinggi pada
perempuan (1,6%) dibanding laki- laki (1,3%), berdasarkan diagnosis dokter atau
gejala prevalensi sama banyaknya antara laki-laki dan perempuan (0,3%). Hasil
pada penyakit decompensasi cordis sebanyak 61,5% diderita pasien laki laki
dilakukan di RSUD Cilacap pada tahun 2018. Hasil penelitian (Khasanah et al.,
penderitanya adalah 58,5 tahun, dengan rentang umur 45- 80 tahun dan yang
paling banyak mengalami penyakit decompensasi cordis dari data penelitian suci
cordis diruang HCU/Jantung di RSU Haji dari Januari sampai September 2019
membatasi intake cairan, dan mengukur output cairan sehingga dapat mengetahui
keseimbangan cairan pada pasien. Selain itu pemberian deuritik sebagai tindakan
2
kolaborasi. Rata – rata hari rawat pasien dengan masalah hypervolemia pada
adalah respon neuro endokrin. Beberapa hormone di sekresi oleh tubuh seperti
yaitu meningkatkan retensi cairan pada vaskuler. Ginjal juga merespon dengan
garam dan air sehingga terjadi peningktan volume cairan yang mengakibatkan
peingkatan preload dan afterload jantung. Selain itu hipofisis posterior juga
mempengaruhi banyak organ – organ lain. Paru – paru dipenuhi cairan karena
penumpukan cairan, penderita akan sesak nafas karena kongesti paru. Cairan
menumpuk di cairan intertisial dan menyebabkan edema, pada tahap awal edema
akan terjadi pada ektemitas bawah. Tahap selanjutnya jika tidak ditangani maka
edema seluruh tubuh atau edema anasarca. Kemudian pada ginjal, ginjal yang
3
dipaksa untuk mempertahankan keseimbangan cairan akan merusak glomerulus
dan akhirnya sampai pada gagal ginjal (Mutaqqin, 2009; Lemone, P; Burke, K;
Bauldoff, 2016).
dengan membatasi asupan natrium untuk meminimal kan retensi natrium dan air.
Asupan biasanya dibatasi 1,5 gram sampai 2 gram garam natrium per hari.
Membatasi aktivitas seperti tirah baring untuk menurunkan beban kerja jantung
penderita untuk latihan fisik seperti olahraga ringan seperti jalan santai 10 sampai
Surabaya"
1.3 Rumusan
4
1.4 Tujuan Penelitian
mampu untuk :
5
1.5.2 Manfaat Praktis
1) Bagi Klien
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
gangguan jantung yang merusak ventrikel untuk mengisi dan memompa cukup
Bauldoff, 2016)
jantung yang berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebtuhan
Nuralamsyah, 2016).
seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, yang disebabkan oleh
2.1.2 Etiologi
luas menjadi:
7
miokardium Segmen ventrikel yang mengalami infark tidak dapat
curah jantung
mekanis
8
menyebabkan gangguan pengisian saat diastolik karena penurunan
oksigen miokardium.
Proses-proses ini lebih sering mengenai ventrikel kiri, namun gagal jantung
kanan tanpa disertai gagal jantung kiri dapat timbul pada keadaan tertentu. Patut
diingat bahwa penyebab tersering gagal jantung kanan adalah gagal jantung kiri.
pembuluh darah paru yang luas karena hipoksia seperti pada penyakit paru
vaskular paru dan menyebabkan overload tekanan dan volume pada ventrikel
kanan.
ventrikel kiri, sehingga efek yang ditimbulkan dapat mirip pada kondisi di mana
9
2.1.3 Manifestasi Klinis
akibat tekanan arteri dan vena meningkat karena penurunan curah jantung.
perpindahan cairan dari pembuluh darah menuju jaringan itertitial dan alveoli.
a) Disnea karena aktivitas. Sesak napas pada saat melakukan aktivitas fisik.
b) Ortopnea. Keluhan sesak napas pada saat penderita berbaring dan akan
c) Dyspnea nocturnal proksimal. Sesak napas dirasakan pada malam hari dan
dengann ortopnea karena terjadi lebih lama tiga menit sejak berbaring.
d) Takikardi
e) Hipotensi
f) Batuk darah
g) Keringat dingin
h) Pucat
10
3) Decompensasi cordis kanan, ventrikel kanan tidak kuat lagi memompa darah
Kondisi ini menyebabkan tekanan pada atrium kanan naik dan menghambat
terjadi pada vena akan menimbulkan gejala, antara lain (Yasmara, 2017):
vena jugularis.
2.1.4 Klasifikasi
adekuat untuk mengeluarkan volume darah yang cukup kedakam system arteri.
Fungsi ini hilang akibat iskemia atau infark, kardiomiopati, atau inflamasi.
2) Decompensasi cordis diastolic terjadi bila jantung tidak dapat relaks secara
11
3) Decompensasi cordis sebelah kiri disebabkan oleh hipertensi atau penyakit
jantung coroner. Ketika fungsi ventrikel kiri gagal, curah jantung akan turun.
Tekanan dalam ventrikel dan atrium sebelah kanan meningkat saat jumlah
darah yang tersisa ventrikel setelah sistol meningkat. Peningkatan tekanan ini
jaringann perifer.
kronis. Disebabkan otot jantung sudah tidak kuat untun memacu jantug untuk
meningkat.
2.1.5 Patofisiologi
12
tugasnya sebagai pompa, dan akibatnya terjadi gagal jantung. Tingkat awal
disfungsi komponen pompa secara nyata dapat mengakibatkan gagal jantung. Jika
tertentu pada penurunan curah jantung adalah peningkatan kerja jantung. Semua
upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi jaringan vital tetap normal. Terdapat
memompa dengan baik. Tidak hanya membawa efek baik, mekanisme frank -
dengan penurunan waktu pengisian dan penurunan curah jantung. Selain itu
13
ketokalimin menyebabkan peningkatan retensi vaskuler dan akan
Secara fisiolois ginjal juga mensekresi renin dan angiotensin. Efek dari
dua sekresi hormone dari ginjal tersebut dapat meningkatkan tekanan darah.
yang akan memperparah retensi cairan dalam vaskuler. Efek baik dari respons
fisiologis ini adalah dapat memenuhi distribusi darah ke organ – organ vital
organ lain yang akan berdampak pada metabolisme anaerob dan asdosis asam
laktat. Jika proses ini terjadi terlalu lama maka akan mengakibatkan gagal
ginjal.
3) Hipertropi ventrikel
14
otot jantung juga harus mendapatkan oksigen yang cukup. Ini mengakibatkan
15
Tabel 2.1 patofisiologi (Lemone, P; Burke, K; Bauldoff, 2016)
Remodelling jantung terjadi agar dapat dihasilkan isi sekuncup yang besar
Pelebaran ini membutuhkan ketegangan dinding yang lebih besar agar dapat
akan memberikan berbagai manifestasi tanda dan gejala pada sistem tubuh.
cairan, jika cairan tidak berhasil dipindahkan makan caira akan menummpuk
17
2.1.6 Pathway Decompensasi Cordis
Hipertrofi ventrikel
Statis darah dalam Gangguan kontraktilitas
atrium dan ventrikel jantung
Disfungsi diastolik
dan sistolik
Peningkatan beban Penurunan volume
awal dan akhir sekuncup
Decompensasi Cordis
Tekanan
Hipertofi ventrikel
hidrostatik>
kiri
Vasokontriksi Angiotensin I ke tekanan osmotik
sistematis angiotensin II
Pemendekan
miokard Penumpukan
Menurunkan GFR Pengeluaran cairan ke
nefron, ginjal aldosteron alveoli
mengalami
Pengisian LV
vasokontriksi
menurun
Gangguan
Meningkatka
pertukaran gas
Menurunkan ekresi n reabsorsi Aliran tidak
natrium dan air natrium dan adekuat ke
dalam urine air oleh jantung dan otak
tubulus Edema paru
18
Urine output
menurun, voleme Penurunan Pengembangan paru
plasma meningkat, curah tidak optimal
tekanan hdrodasti jantung
meningkat
2.1.7 Komplikasi
2013):
2) Syok kardiogenik.
Akibat penurunan dari curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak
3) Episode trombolik.
19
4) Efusi pericardial dan tamponade jantung.
1) Ekokardiografi
yang pertama dan sebagai alat yang pertama untuk manajemen gagal jantung;
2D, dan Doppler, maka pemeriksaan invasif lain tidak lagi diperlukan.
Gambaran yang paling sering ditemukan pada gagal jantung akibat penyakit
2) Rontgen Toraks
adanya peningkatan tekanan vena paru adalah adanya diversi aliran darah ke
2009).
20
3) Elektrokardiografi
yang spesifik. Pada hasil pemeriksaan EKG yang normal perlu dicurigai
bahwa hasil diagnosis salah. Pada pemeriksaan EKG untuk klien dengan
Marunung, 2016);
d) Aritmia
4) Pemeriksaan laboratoruium
penyebab (mis., diabetes) atau malfungsi pada organ vital lainnya karena
perfusi yang buruk (akut atau kronis). Pemeriksaan ini harus dilakukan secara
21
komprehensif karena ketika terjadi gagal jantung, organ lain akan mengikuti.
b) Urinalisis
f) Kreatinin serum
g) Hormon tiroid
dilepaskan. Kondisi ini terjadi saat ventrikel mengalami stres, yaitu pada
hipertrofi ventrikel, hipertensi, atau gagal jntung. Penigkatan nilai BNP yang
gagal jantung, tetapi tidak dapat digunakan sendiri untuk memastikan atau
menyingkirkan diagnosis gagal jantung. Nilai kritis BNP >100 = stress ventrikel.
2.1.9 Penatalaksanaan
Tata laksana decompensasi cordis dan tujuan menurut (Evans, 2017) dalam
1) Penurunan preload.
22
2) Penurunan afterload dengan menurunkan baik volume ventrikel maupun
tekanan darah.
a) Pengelolaan umum
Pasien dengan gagal jantung harus membatasi asupan garam dan jika
cairan. Alkohol harus dihindari karena memiliki efek toksik pada jantung.
Pasien juga harus diberikan tata laksana komorbiditas yang dikelola secara
efektif.
b) Diuretik
kongesti pulmonal, dan edema perifer. Diuretik golongan tiazid juga dapat
mengurangi gejala. Tidak seperti banyak obat lain yang digunakan pada
23
c) Penghambat enzim konversi angiotensin (EKA)
angiotensin II (AII) oleh EKA. Inhibisi (AII) pada gagal jantung akan
retensi garam dan air. Dalam banyak studi penghambat EKA telah
untuk siapapun dengan gagal jantung baik simtomatik ataupun tidak. Jika
sama.
d) Penyekat beta
24
e) Antagonis aldosteron
f) Glikosida jantung
pada pasien dengan gagal jantung jika mereka memiliki fibrilasi atrium
guna mengontrol laju jantung dan pada pasien dengan gagal jantung berat
mengeluhkan gejala.
g) Nitrat
pada keadaan akut karena akan timbul toleransi dengan penggunaan lebih
25
dari 1-2 hari. Dengan melebarkan pembuluh vena, gliseril trinitrat
h) Obat inotropik
i) β1-Simpatomimetik
j) Penghambat fosfodiesterase
pembuluh darah. Obat ini digunakan pada gagal jantung berat yang tidak
Pasien dengan gagal jantung sering disertai dengan blok cabang berkas
jantung khusus saat ini tersedia untuk secara sinkron merangsang ventrikel
26
kiri dan kanan. Sehingga efek yang diharapkan adalah peningkatan curah
mirip dengan alat pacu jantung untuk memberikan kejut listrik kecil ketika
pacing.
ventrikel yang gagal. Alat ini dapat digunakan sebagai solusi sementara
pulih fungsinya.
n) Transplantasi
risiko infeksi. Dengan pemilihan pasien yang baik, maka prognosis pasien
akan baik, dengan tingkat kelangsungan hidup selama 1 tahun adalah 80%
27
dan kelangsungan hidup 5 tahun adalah 70%. Mayoritas kualitas hidup
disebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang
kurang lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES (Brunner
Karakteristik mayor dan minor adalah tanda dan gejala dari suatu masalah
keperawatn, berikut adalah karakteristik mayor dan minor menurut (SDKI, 2017;
Shigemi, 2018):
28
1) Karakteristik mayor:
a) Ortopnea
b) Dyspnea
d) Edema anasarca
2) Karakteristik minor
c) Hepatomegaly
e) Oliguria
29
juga berakibat meningkatnya resistansi vaskular perifer yang kemudian
peningkatan tekanan hidrostatik gagal jantung, obstruksi vena pada ibu hamil.
seperti karena malnutrisi, penyakit ginjal, dan penyakit hati. Protein plasma
berfungsi menahan cairan atau volume cairan vaskular atau intrasel, sehingga
jika terjadi penurunan maka cairan banyak keluar ke vaskular atau keluar sel.
atau bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama, sehingga
atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif tidak seimbang.
sehingga nilai natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini. Kadar dari
30
kebanyakan ion di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa disertai
perubahan yang jelas dari jumlah total dari partikel-partikel yang aktif secara
dari kerusakan atau gagalnya ventrikel untuk memompa darah keseluruh tubuh.
natrium dan air dalam darah, sehingga menyebabkan cairan terakumulasi dalam
cairan vaskuler dan akan meluber ke cairan itertisial melalui proses osmotic
2.3.1 Pengkajian
1) Keluhan utama
31
Pengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan utama
ringan sampai berat, sesuai derajat gangguan Riwayat Penyakit Saat Ini
pernapasan).
beraktivitas.
32
miokardium, infark miokardium, diabetes melitus, dan hiperlipidemia.
Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa
yang lalu dan masih relevan dengan kondisi saat ini. Obat-obatan ini meliputi
obat diuretik, nitrat, penghambat beta, serta antihipertensi. Catat adanya efek
samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan reaksi alergi yang timbul.
Sering kali klien menafsirkan suatu alergi sebagai efek samping obat.
Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda
keturunannya.
menanyakan kebiasaan dan pola hidup misalnya minum alkohol atau obat
merokok, sudah berapa lama, berapa batang per hari, dan jenis rokok
6) Pengkajian Psikososial
kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, dan fokus pada diri
33
sendiri. Interaksi sosial dikaji terhadap adanya stres karena keluarga,
pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi, dan kesulitan koping dengan stresor yang
berfungsi dengan baik. Penurunan lebih lanjut dari curah jantung dapat terjadi
1) Keadaan umum
dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem
saraf pusat.
2) B1 (Breathing)
pulmonal akut. Crackles atau ronki basah halus secara umum terdengar pada
3) B2 (Bleeding)
a) Inspeksi
34
b) Palpasi
c) Auskultasi
Tanda fisik yang berkitan dengan kegagalan ventrikel kiri dapat dikenali
dengan mudah dibagian yang meliputi: bunyi jantung ketiga dan keempat
kontraksi atrium.
d) Perkusi
(kardiomegali).
4) B3 (Brain)
5) B4 (Bladder)
karena itu perawat perlu memantau adanya oliguria karena merupakan tanda
35
awal dari syok kardiogenik. Edema ekstremitas menandakan adanya retensi
6) B5 (Bowl)
akibat pembesaran vena dan statis vena di dalam rongga abnomen, serta
penurunan berat badan. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan
7) B6 (Bone)
sebagai berikut.
a) Kulit dingin
organ seperti kulit dan otot-otot rangka. Kulit yang pucat dan dingin di
sianosis.
b) Mudah lelah
36
Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang, sehingga
1) Ekokardiografi
2) Rontgen Toraks
3) Elektrokardiografi
5) Urinalisis
9) Kreatinin serum
retensi natrium dalam vaskuler yang ditandai dengan sesak napas, edema, berat
37
distensi vena jugularis, terdengar suara napas tambahan, hepatomegaly,
kardiomegaly, kadar Hb/Ht turun, oliguria, intake lebih banyak dari output, ada
Hypervolemia pada decompensasi cordis adalah masalah yang berat dan harus
segera ditangani. Karena retensi cairan yang berlebih dapat merusak organ –
organ lain terutama pada organ ginjal. Curah jantung yang turun menimbulkan
namun efek sampingnya dapat meningkatkan retensi natrium dan air di vaskuler.
ekresi air dan peningkatan ekresi natrium dalam vaskuler, penumpukan cairan
dalam vaskuler membuat cairan mencari tempat lai dengan proses osmotic.
edema, berat badan meningkat dalam waktu singkat, tekananan vena jugularis
dari output, ada bunyi jantung S3 (Mubarak, Indrawati and Susanto, 2015;
38
2.3.5 Intervensi Keperawatan
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan (SDKI, 2017; PPNI, 2018a; Tim Pokja SIKI
retensi natrium dan air jam diharapkan 1) Periksa tanda dan gejala
membaik hypervolemia
membaik tersedia
cairan
5) Monitor tanda
hemokonsentrasi (missal:
39
hematrocrit, berat jenis
urin)
albumin meningkat)
secara ketat
ortortostatik, hypovolemia,
hypokalemia,
hiponatremia)
Terapeutik
garam
Edukasi
sehari
40
3) Anjurkan cara mengukur
haluaran urin
cairan
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
deuretik
2) Kolaborasi penggantian
diuretic
3) Kolaborasi pemberian
continuous renal
replacement theraphy
fowler, mengajakran membatasi asupan cairan dan natrium (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018).
41
2.3.7 Evaluasi Keperawatan
haluaran urin, edema, tekanan darah, denyut nadi radial, tekanan arteri, turgor
42
BAB 3
METODE PENELITIAN
mempengaruhi validity suatu hasil, selain itu desain riset juga berguna sebagai
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus yang
mencakup satu unit, satu unit disini dapat berarti satu klien, keluarga, kelompok,
komunitas, atau institusi. Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam
dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri,
sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu
perlakuan atau pemaparan tertentu. Meskipun yang di teliti hanya berbentuk unit
43
tunggal, namun dianalisis secara mendalam meliputi berbagai aspek (Nursalam,
2017).
Batasan istilah dalam studi kasus dengan judul "Asuhan keperawatan dengan
masalah kelebihan volume cairan pada kasus Decompencatio cordis di RSU Haji
gangguan jantung yang merusak ventrikel untuk mengisi dan memompa cukup
Bauldoff, 2016).
oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih
sama dimana mereka secara normal berada dalam CES (Brunner and Suddarth,
2002).
diakibatkan oleh penyakit pjk atau disebabkan oleh tekanan yang terus menerus
3.3 Partisipan
digunakan adalah 2 klien, dalam penelitian ini yang digunakan adalah klien:
44
1) Keadaan sadar dan kooperatif
3) Usia 45 – 75 tahun
1) Lokasi Penelitian
2) Waktu Penelitian
2) Observasi dan pemeriksaan fisik: data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan
fisik yang terdiri dari keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital dan
bone
45
3.6 Uji Keabsahan Data
berakhir dan memperoleh validitas tinggi. Dalam studi kasus ini waktu yang
tentukan adalah 7 hari akan tetapi apabila belum mencapai validitas data
utama yaitu pasien, keluarga dan perawat untuk memperjelas data atau
sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara
1) Mereduksi data
ditelaah, dicatat kembali dalam bentuk uraian atau laporan yang lebih rinci
46
dan sistematis dan dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan
2) Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
dari klien.
3) Kesimpulan
47
atau menempatkan nama responden dan hanya menuliskan kode pada lembar
3) Confidentiality (kerahasiaan)
48
DAFTAR PUSTAKA
Erlangga.
Brunner and Suddarth, & (2002) Keperawatan Medikal - Bedah. Vol 2, Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Lemone, P; Burke, K; Bauldoff, & (2016) Keperawatan Medikal Bedah Vol 5. 3rd
49
Jakarta: CV. Trans Info Media.
Mubarak, W. I., Indrawati, L. and Susanto, J. (2015) Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Medika.
Medika.
Kriteria Hasil Keperawatan. 1st edn. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Riskesdas (2018) ‘Hasil Utama Riskesdas Penyakit Tidak Menular 2018’, Hasil
dan Klasifikasi 2018 - 2020. 11th edn, Egc. 11th edn. Jakarta: Penerbit Bku
50
Kedokteran EGC. doi: ISBN 978-xxx-xxx-xx-x.
Alfabeta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1st
Nuha Medika.
51