Anda di halaman 1dari 8

PERENCANAAN LANGKAH -LANGKAH MENUJU KESELAMATAN

PASIEN
TRI AYUNDA /181101019
Email : Triayunda@gmail.com
ABSTRAK
Dalam melakukan keselamatan pasien perlu merencanakan langkah-langkah dalam keselamatan
pasien. keselamatan pasien (patien safety) merupakan proses dalam sRumah Sakit dalam memberikan
asuhan keperwatan pasien yang lebih aman. Termasuk risiko, identifikasi, dan manajemen risiko
terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti
insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi timbulnya risiko. Metode: metode yang digunakan
adalah metode kualitatif, eksplorasi bebas dan literatureview yaitu untuk menggali informasi tentang
perencanaan langkah-langkah menuju keselamatan pasien. pasien safety merupakan upaya yang di
lakukann untuk meningkatkan kualitas keselamatan pasien di rumah sakit. Penyeluruhan dalam
metode ini adalah tujuh langkah dalam penerapan. keselamatan pasien. Hasil : Hasil dari metode ini
adalag mengetahui langkah-langkah menuju keselamatan pasien untuk meningkatkan keselamatan
pasien adalah rumah sakit. Tujuan : adalah Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit,
banyaknya kesalahan dalam menjaga pelayanan mutu keselamatan pasien di rumah sakit maka budaya
keselamatan pasien sangat dibutuhkan untuk meningkatkan keselamatan pasien sehingga menjadikan
pelaksaan keselamatan pasien merupakan budaya dalam melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan,
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap keselamatan pasien yaitu dengan membuat
peraturan-peraturan rumah sakit yang membuat kualitas keselamatan pasien di rumah sakit
meningkat dan angka kejadian kesalahan di rumah sakit.
kata kunci : Keselamatan pasien, perencanaan langkah-langkah menuju keselamatan pasien,
Rumah sakit.

LATAR BELAKANG pekerja atau petugas kesehatan,


keselamatan bangunan dan peralatan di
Rumah sakit sebagai instansi rumah sakit yang bisa berdampak terhadap
pelayanan kesehatan yang berhubungan keselamatan pasien dan petugas,
langsung dengan pasien harus keselamatan lingkungan (green
mengutamakan pelayanan kesehatan yang productivity) yang berdampak terhadap
aman, bermutu, antidis kriminasi dan pencemaran lingkungan dan keselamatan
efektif dengan mengutamakan kepentingan ”bisnis” rumah sakit yang terkait dengan
pasien sesuai dengan standar pelayanan kelangsungan hidup rumah sakit. Lima
rumah sakit (Undang-Undang tentang aspek keselamatan tersebut penting untuk
Kesehatan dan Rumah Sakit Pasal 29b UU dilaksanakan, namun harus diakui kegiatan
No.44/2009). Pasien sebagai pengguna institusi rumah sakit dapat berjalan apabila
pelayanan kesehatan berhak memperoleh ada pasien. Keselamatan pasien
keamanan dan keselamatan dirinya selama merupakan prioritas utama untuk
dalam perawatan di rumah sakit (Undang- dilaksanakan terkait dengan isu mutu dan
Undang tentang Kesehatan dan Rumah citra perumahsakitan (Depkes, 2006).
Sakit Pasal 32n UU No.44/2009). WHO (World Health Organitation) tahun
Keselamatan menjadi isu global dan 2004 mengumpulkan angka-angka
terangkum dalam lima isu penting yang penelitian rumah sakit di berbagai Negara
terkait di rumah sakit yaitu: keselamatan yaitu Amerika, Inggris, Denmark dan
pasien (patient safety), keselamatan
Australia dan ditemukanKTD (Kejadian Powell (2004) menyatakan bahwa
Tidak Diharapkan) dengan rentang 3,2% – budaya keselamatan merupakan faktor
16,6%. Data tersebut menjadi pemicu dominan dalam upaya keberhasilan
diberbagai negara untuk melakukan keselamatan dan kunci bagi terwujudnya
penelitian dan pengembangan sistem pelayanan yang bermutu dan aman.
keselamatan pasien (Depkes, Kedisiplinan, ketaatan terhadap standar,
2006).Keselamatan pasien merupakan prosedur dan protokol, bekerja dalam tim,
langkah kritis pertama untuk memperbaiki kejujuran, keterbukaan, saling menghargai
kualitas pelayanan. Tercermin dari laporan adalah nilai dasar yang harus dijunjung
Institute Of Medicine (IOM) tahun 2000 tinggi. Manajemen diperlukan dalam untuk
tentang KTD (adverse event) di rumah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
sakit kota Utah dan Colorado sebesar 2,9% Seluruh tingkatan manajer dituntut untuk
dan 6,6% KTD berupa meninggal dunia. memiliki kemampuan kepemimpinan dan
Di kota New York KTD (adverse event) menjalankan fungsi manajerial. Pemimpin
sebesar 3,7% dan 13,6% KTD berupa bertugas membangun visi, misi,
meninggal dunia. Angka kematian akibat mengkomunikasikan ide perubahan,
KTD pada pasien rawat inap di Amerika menyusun strategi sehingga setiap
adalah 33,6 juta di tahun 1997, di kota komponen dalam organisasi akan bekerja
Utah dan Colorado berkisar 44.000, dengan memperhatikan keselamatan
sementara di New York 98.000 per tahun (Cahyono, 2008). Mutu pelayanan sebagai
(IOM, 2000). Laporan tersebut hasil dari sebuah sistem dalam organisasi
mencerminkan bahwa keselamatan pasien pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh
kurang diterapkan, sehingga banyak KTD komponen struktur dan proses. Organisasi
yang akhirnya menciptakan pelayanan (struktur dan budaya), manajemen, sumber
kesehatan yang kurang bermutu. daya manusia, teknologi, peralatan,
Menanggapi hal ini Indonesia telah finansial adalah komponen dari struktur.
mendirikan KKP-RS (Komite Proses pelayanan, prosedur tindakan,
Keselamatan Pasien Rumah Sakit) oleh sistem informasi, sistem administrasi,
PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit sistem pengendalian, pedoman merupakan
Indonesia) (Depkes, 2008). Keselamatan komponen proses. Keselamatan pasien
pasien merupakan tanggung jawab semua merupakan hasil interaksi antara
pihak yang berkaitan dengan pemberi komponen struktur dan proses. Mutu
pelayanan kesehatan. Stakeholder pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari
mempunyai tanggung jawab memastikan segi aspek-aspek sebagai berikut: aspek
tidak ada tindakan yang membahayakan klinis (pelayanan dokter, perawat dan
pasien. Masyarakat, pasien, dokter, tenaga terkait teknis medis), aspek efisiensi dan
perawat, tenaga kesehatan, peneliti, efektifitas pelayanan, keselamatan pasien
kalangan professional, lembaga akreditasi dan kepuasan pasien (Donabedian 1988,
rumah sakit dan pemerintah memiliki dalam Cahyono, 2008). Hasil penelitian
tanggung jawab bersama dalam upaya Dwiyanto (2007) dengan judul “penerapan
keselamatan pasien (Ballard, 2003). Pasien hospital by lawsdalam meningkatkan
safety menjadi prioritas utama dalam patient safety di rumah sakit”
layanan kesehatan dan merupakan langkah mengungkapkan bahwa tujuan utama dari
kritis pertama untuk memperbaiki kualitas keselamatan pasien adalah mencegah
pelayanan serta berkaitan dengan mutu dan terjadinya cidera yang diakibatkan oleh
citra rumah sakit (Depkes, 2008). kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melaksanakan tindakan sehingga menjadikan pelaksaan
yang seharusnya diambil. Tujuan tersebut keselamatan pasien merupakan budaya
dapat ditempuh dengan upaya peningkatan dalam melaksanakan kegiatan asuhan
mutu pelayanan medis di rumah sakit yang keperawatan, Meningkatnya akuntabilitas
dilakukan secara gotong-royong oleh rumah sakit terhadap keselamatan pasien
tenaga medis, staff kesehatan fungsional yaitu dengan membuat peraturan-peraturan
rumah sakit yang membuat kualitas
dengan melakukan pelayanan medis yang
keselamatan pasien di rumah sakit
bermutu. Pelaksanaan audit medis di
meningkat dan angka kejadian kesalahan
rumah sakit merupakan salah satu upaya di rumah sakit. Menurunkan angka
yang efektif dan efisien untuk melakukan kejadian kesalahan di rumah sakit dengan
monitoring peningkatan kualitas cara meningkatkan keselamatan pasien.
pelayanan. Membuat program-program mengenai
keselamatan pasien sehingga tidak terjadi
METODE pengulangan dalam kelalaian mengenai
Jenis dan rancangan dalam metode ini keselamatan pasien.
adalah kualitatif, eksplorasi bebas dan
HASIL
literatureview yaitu untuk menggali
informasi tentang perencanaan langkah- Keselamatan dinyatakan sebagai
langkah menuju keselamatan pasien. ranah pertama dari mutu dan definisi dari
pasien safety merupakan upaya yang di keselamatan ini merupakan pernyataan
lakukann untuk meningkatkan kualitas dari perspektif pasien (Kohn, dkk, 2000
keselamatan pasien di rumah sakit. dalam Sutanto, 2014). Pengertian lain
Penyeluruhan dalam metode ini adalah menurut Hughes (2008) dalam Sutanto
tujuh langkah dalam penerapan. (2014), menyatakan bahwa keselamatan
keselamatan pasien. Penerapan metode ini pasien merupakan pencegahan cedera
adalah meningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien. Pencegahan cedera
kesehatan dan Keselamatan Pasien di didefinisikan sebagai bebas dari bahaya
yang terjadi dengan tidak sengaja atau
rumah sakit. Dalam metode ini ditemukan
dapat dicegah sebagai hasil perawatan
data meliputi data melalui observasi dan medis. Sedangkan praktek keselamatan
studi dokumentasi mendalam mengenai pasien diartikan sebagai menurunkan
pelaksanaan tujuh langkah menuju risiko kejadian yang tidak diinginkan yang
keselamatan pasien. Dalam pengambilan berhubungan dengan paparan terhadap
data ditemukan dalam pengambilan lingkup diagnosis atau kondisi perawatan
keputusan keselamatan pasien. Hal ini medis. Komite Keselamatan Pasien Rumah
dapat dicapai dengan membandingkan Sakit/ KKP-RS (2008) mendefinisikan
hasil observasi pelaksanaan langkah- bahwa keselamatan patient safety adalah
langkah menuju keselamatan pasien. bebas dari bahaya atau risiko hazard.
Keselamatan pasien patient safety adalah
TUJUAN pasien bebas dari harm / cedera yang tidak
seharusnya terjadi atau bebas dari harm
Tujuan dari metode ini adalah yang potensial akan terjadi (penyakit,
Terciptanya budaya keselamatan pasien di cedera fisik/ sosial/ psikologis, cacat,
rumah sakit, banyaknya kesalahan dalam kematian dan lain-lain), terkait dengan
menjaga pelayanan mutu keselamatan pelayanan kesehatan. Menurut Peraturan
pasien di rumah sakit maka budaya Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/
keselamatan pasien sangat dibutuhkan Menkes/ Per/ VIII/ 2011, keselamatan
untuk meningkatkan keselamatan pasien pasien rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan Berbagai risiko akibat tindakan medik
pasien lebih aman yang meliputi asesmen dapat terjadi sebagai bagian dari pelayanan
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal kepada pasien. Ternyata mutu pelayanan
yang berhubungan dengan risiko pasien, saja tidak cukup. Proses hukum di Rumah
pelaporan dan analisis insiden, Sakit sangat meningkat. Rumah Sakit dan
kemampuan belajar dari insiden dan tindak Profesi gencar menjadi sasaran serangan
lanjutnya serta implementasi solusi untuk tudingan. Keselamatan pasien mengubah
meminimalkan timbulnya risiko dan blaming culture ke safety culture dan
mencegah terjadinya cedera yang mengurangi litigasi di Rumah Sakit.
disebabkan oleh kesalahan akibat (Hillary Clinton and Barack Obama 2006)
melaksanakan suatu tindakan atau tidak World Health Organization(WHO) pada
mengambil tindakan yang seharusnya tahun 2004 mengumpulkan angka - angka
diambil. Harus diakui, pelayanan penelitian rumah sakit di berbagai Negara:
kesehatan pada dasarnya. World Health Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia,
Organization (WHO) pada tahun 2009 ditemukan KTD dengan rentang 3.2 –
menyatakan bahwa ada empat faktor yang 16,6%. Data tersebut menjadikan pemicu
dapat menyebabkan terjadinya insiden berbagai negara segera melakukan
keselamatan pasien, yaitu faktor penelitian dan mengembangkan sistem
organisasi, faktor kerja tim, faktor keselamatan pasien(DepKes 2008).
lingkungan dan faktor individu. Dari
keempat faktor tersebut, faktor organisasi PEMBAHASAN
dan faktor kerja tim yang memiliki
kontribusi besar untuk menyebabkan Membangun kesadaran akan nilai
terjadinya masalah keselamatan pasien. keselamatan pasien
Faktor organisasi ini meliputi budaya
keselamatan, kepemimpinan dan Berdasarkan wawancara dengan responden
komunikasi. Sedangkan faktor kerja tim didapatkan bahwa dalam setiap insiden
terdiri atas kerjasama tim dan supervisi yang terjadi selalu dicari akar masalah dan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tidak menyalahkan personal pelaku,
faktor yang berhubungan dengan berusaha tidak melakukan punishment
implementasi keselamatan pasien di tetapi memberikan pengarahan dan
Instalasi Rawat Inap RSUD Ajjappannge pembinaan kepada pelaku. Berdasarkan
(Soppeng Tahun 20155). studi dokumentasi peneliti didapatkan
bahwa dalam pengkajian insiden selalu
Rumah Sakit merupakan tempat yang dicari akar permasalahan dengan RCA.
sangat kompleks, terdapat ratusan macam Menurut responden bahwa dari PMKP
obat, ratusan test dan prosedur, banyak melakukan usaha menumbuhkan budaya
terdapat alat dan teknologi, bermacam berani melapor insiden yang terjadi, sudah
profesi dan non profesi yang memberikan dilakukan assessment keselamatan pasien
pelayanan pasien selama 24 jam secara ketika pasien mulai masuk. Hal ini
terus-menerus, di mana keberagaman dan diperkuat dengan teori Cahyono (2008)
kerumitan pelayanan tersebut apabila tidak bahwa nilai dan keyakinan yang harus
dikelola dengan baikdapat terjadi Insiden dibangun meliputi pelaporan dan
Keselamatan Pasien bisa berupa Kejadian pembahasan setiap kejadian kesalahan
Tidak Diharapkan (KTD/Adverse event) (KTD) tanpa bersikap menyalahkan,
(Depkes 2008). Isu keselamatan pasien bekerja secara tim, melibatkan pasien
merupakan salah satu isu utama dalam dalam pengambilan keputusan,
pelayanan kesehatan. Patient safety memandang suatu permasalahan dalam
merupakan sesuatu yang jauh lebih penting kerangka sistem, berani mengungkapkan
dari pada sekedar efisiensi pelayanan. kesalahan yang terjadi. Hal ini akan
memberikan rasa nyaman kepada petugas jika ditemukan kasus dengan great merah
saat melaporkan insiden karena maka laporan akan langsung masuk ke
pemahaman bahwa dalam setiap insiden direksi sedangkan insiden dengan great
yang terjadi selalu dicari akar ringan dibuatkan laporan bulanan dan
permasalahan bukan semata-mata diserahkan kepada direksi, sikap tim dalam
menyalahkan pelaku. Berdasarkan hasil setiap pelaporan insiden ditunjukkan
wawancara dengan responden bahwa dengan keterbukaan dan saling
diskusi dalam tim tentang pengalaman mendukung, ketika terjadi insiden
mengenai insiden dalam pasien safety ditanamkan bahwa dicari akar
dilakukan secara accidental yaitu ketika permasalahan dan mencari jalan keluar
terjadi insiden dengan great merah dan agar masalah tidak terulang kembali hal ini
kuning. Pertemuan khusus dan rutin yang sesuai dengan teori Trevor dalam Cahyono
dilakukan oleh tim untuk membahas (2008) yang menyatakan bahwa perubahan
pasien safety belum dilakukan. Hal ini memerlukan kepemimpinan, komitmen,
diperkuat dengan pernyataan Depkes visi yang kuat dan kemampuan
(2006) yang menyatakan bahwa tim harus mengkomunikasikan visi dan kemampuan
mendiskusikan pengalaman dari hasil membentuk serta melatih agen perubahan.
analisis insiden. Diskusi dan pertemuan Pimpinan rumah sakit harus mampu
secara rutin mempengaruhi pengetahuan menciptakan budaya yang tidak
staf tentang sejauh mana perkembangan menyalahkan pada setiap kejadian
pelaksanaan pasien safety dan sebagai kesalahan, sehingga staf merasa aman
sarana berbagi pengalaman tentang insiden ketika melaporkan kejadian kesalahan dan
disetiap bagian. belajar dari setiap kesalahan yang terjadi
dan juga pada pernyataan Depkes (2006)
Membangun komitmen dan fokus yang dalam langkah menuju keselamatan pasien
jelas tentang pasien safety yang yaitu memprioritaskan keselamatan
pasien dalam agenda rapat direksi atau
Berdasarakan hasil wawancara dengan manajemen.Berdasarkan hasil wawancara
responden didapatkan bahwa direksi ikut dengan responden menyatakan bahwa
bertanggungjawab dalam komitmen penggerak keselamatan pasien dalam
manajemen ditunjukan dengan setiap bagian diserahkan ke kasih
pengetahuan direksi mengenai pasien (koordinator jaga) namun belum ada
safety, kemauan direksi untuk penunjukan resmi, diperkuat pernyataan
mencanangkan gerakan pasien safety dan Depkes (2006) dapat dilakukan rumah
dukungan terhadap pasien safety. Hal ini sakit salah satunya adalah adanya orang
diperkuat dengan pernyataan Depkes yang dapat menjadi penggerak
(2006) yang menyatakan bahwa program keselamatan pasien dalam setiap bagian.
keselamatan pasien dapat berjalan dengan Hasil observasi peneliti didapatkan bahwa
baik apabila pemimpin mempunyai visi, di RS PKU Muhammadiyah Surakarta
misi dan kebijakan yang jelas mengenai melaksanakan program pelatihan
keselamatan pasien. Berdasarkan hasil mengenai pasien safety kepada staf, hasil
observasi peneliti didapatkan bahwa wawancara dengan responden menyatakan
PMKP membuat laporan insiden setiap bahwa terdapat program pelatihan yang
triwulan dan dilaporkan langsung ke sudah dilakukan kepada ketua koordinator
direksi. Responden juga menyatakan kemudian disampaikan kembali kepada
bahwa pembahasan mengenai pasien staf hal ini diperkuat dengan pernyataan
safety dilakukan dalam laporan triwulan Depkes (2006) dalam langkah menuju
yang dibuat oleh PMKP kemudian keselamatan pasien salah satunya yaitu
diserahkan kepada direksi, evaluasi memasukan keselamatan pasien dalam
laporan pasien safety oleh tim PMKP dan semua program latihan staf. Pelatihan
secara berkala akan berdampak pada enam bulan sekali, pengecekan kualitas air
meningkatnya pengetahuan staf tentang dan limbah hal ini diperkuat dengan
pentingnya pasien safety sehingga pernyataan Depkes (2006) dalam langkah
pelaksanaan manajemen pasien safety keselamatan pasien yang dapat dilakukan
dapat terlaksana secara maksimal dan rumah sakit adalah menelaah kembali
menyeluruh. Keterkaitan penting serta struktur dan proses yang menjamin risiko
manfaat gerakan keselamatan pasien dapat klinis dan non klinis mencakup pasien
dijelaskan dengan baik oleh responden safety. Usaha rumah sakit dalam
yang menyatakan bahwa harapan pasien meminimalisir risiko klinis dan non klinis
ketika datang berobat adalah mendapatkan akan mengurangi dampak yang mungkin
kesehatan. terjadi akibat risiko tersebut kepada
pasien.
Membangun sistem dan proses
manajemen resiko serta melakukan KESIMPULAN

identifikasi dan penilaian terhadap Dwiyanto (2007) menyatakan bahwa


potensial masalah. Berdasarkan hasil peningkatan mutu pelayanan medis di
observasi peneliti dilapangan didapatkan rumah sakit yang dilakukan secara gotong-
di RS PKU Muhammadiyah Surakarta royong oleh tenaga medis, staff kesehatan
terdapat hand wash di setiap ruangan, fungsional dengan melakukan pelayanan
terdapat pengaman karet disetiap turunan medis yang bermutu. Hal ini juga sesuai
jalan untuk membawa pasien, hand rail di dengan teori Mukti (2007) yang
kamar mandi, pemberian gelang identitas menyatakan bahwa pelayanan bermutu
untuk pasien yang memiliki potensi resiko diartikan sejauh mana realitas pelayanan
tinggi celaka. Berdasarkan wawancara kesehatan yang diberikan sesuai dengan
dengan responden bahwa adanya gelang kriteria, standar profesional medis terkini,
identitas untuk pasien dan juga baik yang telah memenuhiatau melebihi
penempatan obat LASA tidak disatukan kebutuhan dan keinginan pelanggan
hal ini diperkuat dengan pernyataan dengan tingkat efisiensi yang optimal dan
Depkes (2006) yaitu penggunakan juga teori Cahyono (2008) bahwa sistem
informasi dari sistem pelaporan insiden harus dibuat sedemikian rupa sehingga
dan penilaianrisiko dan meningkatkan petugas mudah untuk berbuat benar dan
kepedulian terhadap pasien. Hasil tidak mudah membuat kesalahan melalui
wawancara dengan responden bahwa dukungan teknologi, kerjasama tim,
dalam upaya menjamin resiko klinis dan komunikasi, SDM yang memenuhi syarat,
non klinis terdapat gerakan cuci tangan supervisi, standarisasi prosedur dan
oleh staf, tempat cuci tangan di setiap lainnya. Hasil wawancara dengan
ruangan untuk mencegah infeksi serta responden menyatakan bahwa semakin
setting ruang operasi agar lebih safety, tinggi keselamatan pasien maka semakin
pernyataan responden bahwa petugas baik mutu suatu rumah sakit, ketika pasien
berkomitmen menggunakan alat pelindung terkena insiden maka akan beralih ke
diri dan hal ini diperkuat dengan hasil rumah sakit lain, pasien safety dan mutu
observasi peneliti terhadap petugas yang rumah sakit berkorelasi positif. Responden
melakukan pelayanan bahwa petugas telah juga menyatakan bahwa pasien yang
menggunakan alat pelindung diri seperti mendapatkan pelayanan yang aman di
sarung tangan dan masker, penempatan rumah sakit akan mengdongkrak customer
pasien yang berpotensi menulari penyakit feeding, ketidak puasan pasien akan sangat
dengan ditempatkan di ruang isolasi, berpengaruh pada kualitas atau mutu. Hal
menilai kondisi pola kuman di ruang ini diperkuat dengan teori Tjiptono (2003)
pelayanan, ruang bedah dan lab setiap kualiatas pelayanan yang bermutu dapat
menimbulkan kepuasan dan loyalitas Pasien Berbasis Komunikasi Efektif:
pelanggan. Membangun kualitas dimulai
dari kebutuhan atau keinginan pelanggan SBAR.” (2018).\
dan berakhir pada persepsi pelanggan.
Semakin meningkatnya manajemen pasien Shobirin (2016) ‘Hubungan Penerapan
safety yang terwujud dalam menurunnya
tingkat insiden maka dapat dikatakan Manajemen Puskesmas dan Komitmen
semakin baik pula mutu pelayanan di
instansi pelayanan kesehatan. Kerja Petugas dengan Mutu Pelayanan

REFERENSI Pengobatan di Poli Umum Puskesmas

Azwar, A 2010, Pengantar administrasi Kabupaten Bangkalan’, Jurnal

kesehatan, edk 3, Binarupa Aksara, Penelitian Administrasi Publik, 2(2),

Tangerang pp. 513–526. Available

KARS, 2012, Standar akreditasi rumah sakit 6. Stephen P. Robbins, T. A. J. (2008) Perilaku

Dedi, Uus, Fitriyani 2013, ‘Analisis Organisasi. 12th edn. Jakarta: Salemba

Manajemen Mutu Pelayanan Empat

Kesehatan pada Rumah Sakit Islam Sumarni (2017) ‘Analisis Implementasi


Karaw. Patient Safety Terkait Peningkatan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Mutu Pelayanan Kesehatan di Rumah

(2009) Undang-Undang Republik Sakit’, Jurnal Ners dan Kebidanan

Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Indonesia,

tentang Kesehatan. Indonesia Samra, R. et al. (2016) ‘How to Monitor

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Patient Safety in Primary Care?

(2014) Peraturan Menteri Kesehatan Healthcare Professionals’ Views’,

Republik Indonesia Nomor 75 Tahun Journal of the Royal Society of

2014 tentang Pusat Kesehatan Medicine

Masyarakat. Indonesia. Ulrich, B. and Kear, T. (2014) ‘Patient Safety

Simamora, R. H. “Buku Ajar Keselamatan and Patient Safety Culture:

Pasien Melalui Timbang Terima Foundations of Excellent Health Care


Delivery.’, Nephrology Nursing

Journal

Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 755 Tahun 2011,

Penyelenggaraan Komite Medik di

Rumah Sakit

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

29 Tahun 2004, Praktek Kedokteran.

R.H. Simamora. (2019). Buku Ajar

Pelaksanaan Identifikasi Pasien.

Uwais Inspirasi Indonesias

R.H. Simamora. (2019). The Influence Of

Training Handover based SBAR

Communication for Improving

Patients Safety . Indian Journal of

Public Health Research &

Development

R.H. Simamora. (2019). Documentation of

Patient Identification into the

Electronic System to Improve the

Quality of Nursing Serices.

International Journal of scientific &

Technology Research

Anda mungkin juga menyukai