Anda di halaman 1dari 11

Artikel Riset Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

DOI : 10.33751/jf.v10i1.1673 Vol.10, No.1, Juni 2020 : 1-11


p-ISSN : 2087-9164 e-ISSN : 2622-755X

FORMULASI DAN EVALUASI KOSMETIK DEKORATIF PERONA PIPI


DARI EKSTRAK ANGKAK (Monascus purpureus) SEBAGAI PEWARNA
DENGAN MENGGUNAKAN LESITIN SEBAGAI PELEMBAB KULIT

Anna Yuliana*, Fitriani, Lusi Nurdianti, Saeful Amin


Program S1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Bakti Tunas Husada, Jalan Cilolohan 36 Tasikmalaya 46115
*
E-mail: anna_yuliana@stikes-bth.ac.id

Diterima : 7 Januari 2020 Direvisi : 11 April 2020 Disetujui : 30 Juni 2020

ABSTRAK

Perona pipi merupakan salah satu contoh kosmetik dekoratif fungsinya adalah
untuk memberikan aksen tirus dan lebih segar pada wajah. Pewarna alami yang
digunakan pada penelitian ini adalah angkak yang merupakan hasil fermentasi dari
kapang (Monascus purpureus). Selain digunakan sebagai kosmetik, angkak juga bisa
digunakan sebagai pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses
pembuatan perona pipi dari ekstrak angkak (Monascus purpureus) dalam bentuk
compact powder dengan menggunakan lesitin sebagai pelembab. Ekstraksi dilakukan
dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Lesitin sebagai pelembab
dalam formula perona pipi yang divariasikan dengan konsentrasi F0 0%, F1 1%, FII
2%, FIII 3% dan diperoleh formula terbaik yaitu pada formula II dengan konsentrasi
lesitin 2% dengan hasil uji stabilitas sediaan, uji organoleptik, uji homogenitas warna,
uji pH, uji iritasi, uji keretakan, uji kekerasan, uji kesukaan, dan uji kelembaban. Hasil
kelembaban sediaan perona pipi selama 2 minggu menunjukkan bahwa formula II
adalah formula terbaik dengan hasil 42,3%. Hasil pengamatan sediaan perona pipi
compact powder yang didapat memenuhi persyaratan yang berlaku dengan
menggunakan lesitin dalam formula perona pipi sebagai pelembab.
Kata kunci: Angkak, perona pipi, lesitin, compact powder

FORMULATION AND EVALUATION OF BLUSHER FROM Monascus


purpureus EXTRACTS AS COLORING AGENT USING LECITHIN AS A SKIN
MOSITURIZER

ABSTRACT

Blusher is one example of decorative cosmetics function is to provide acute and


fresh on the face. Natural dyes were used in this study is a red yeast rice (Monascus
purpureus). Where angkak addition to use as cosmetics can also be used as a treatment.
This study aims to determine the process of making a blusher from the extract of red
yeast rice (Monascus purpureus) in the form of compact powder, using lecithin as a
moisturizer. Extraction is done by maceration method using ethanol 96%. Lecithin as a
moisturizer in a formula blusher varied with concentration F0 0%, F1 1%, FII 2%, FIII
3% and obtained the best formula II with a concentration of lecithin is 2% with the
results of stability test preparation, organoleptic test, test color homogeneity, pH test,

1
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

irritation test, cracking test, hardness test, hedonic test, and humidity test, results
humidity blusher dosage for 2 weeks showed that the formula 2 is the best formula with
the results. Observations blusher compact powder preparations obtained meet the
various requirements applicable to the use of lecithin in blusher as a moisturizing
formula.
Key words: Red yeast rice, blusher, lecithin, compact powder

PENDAHULUAN dipasarkan dalam bentuk Loose atau


Kosmetik telah menjadi bagian compact powder, fat-based make-up,
kehidupan manusia sejak zaman dahulu. emulsi cair atau krim, jernih, dan gel
Kosmetik berasal dari kata Yunani (Tranggono & Fatimah, 2007).
“kosmein” artinya berhias. Kosmetik Bentuk sediaan produk perona pipi
secara luas digunakan untuk kecantikan pada penelitian ini dibuat dalam bentuk
maupun untuk kesehatan (Polii et al., sediaan padat atau compact powder.
2013). Pemilihan sediaan dalam bentuk compact
Salah satu contoh kosmetika powder bertujuan agar pemakaian perona
dekoratif adalah perona pipi, fungsinya pipi lebih mudah, hasil akhir yang
adalah untuk memberikan aksen tirus dan lembut, bebas dari partikel kasar, dan
lebih segar pada wajah. Gradasi warna mudah diaplikasikan. Compact powder
perona pipi tersedia dalam berbagai adalah sediaan kosmetik dekoratif dan
pilihan warna yaitu merah, merah muda, perawatan kulit yang ditujukan untuk
jingga, juga kecoklatan. Warna perona menyembunyikan kekurangan pada kulit
pipi yang digunakan harus disesuaikan, dan noda (Justitia, 2014).
warna kemerah-merahan atau warna yang Lesitin merupakan agent emulsifier
digunakan sesuai maksud dan tujuan. Jika yang berasal dari kuning telur, dimana
digunakan secara benar, maka hal bisa memperendah tegangan antara lemak
tersebut dapat menonjolkan kelebihan dan dan air, tetapi mampu menjaga kestabilan
mengurangi kekurangan bentuk dan kulit emulsi dalam sediaan (Hartomo &
wajah (Tranggono & Fatimah, 2007). Widiatmoko, 1993).
Pewarna alami yang digunakan
pada penelitian ini adalah Monascus METODE PENELITIAN
purpureus yang merupakan kapang utama Alat
pada angkak. Angkak adalah beras yang Alat-alat yang digunakan dalam
difermentasi oleh kapang sehingga penelitian ini meliputi timbangan analitik,
penampakannya berwarna merah. Angkak mesh 60 dan 100, alat-alat gelas, alat
sudah sejak lama digunakan sebagai maserasi, mortir dan stemper.
bahan bumbu, pewarna, dan obat karena
mengandung bahan bioaktif berkhasiat. Bahan
Kapang menghasilkan pigmen yang tidak Bahan yang digunakan pada
toksik dan tidak mengganggu sistem penelitian ini adalah talkum (Brataco),
kekebalan tubuh (Yuliana et al., 2017). ekstrak angkak, lesitin (Merck), seng
Perona pipi bertujuan untuk stearat (Brataco), sodium lauril sarkosinat
memerahkan pipi, sehingga penggunanya (Brataco), titanium dioksida (Brataco),
tampak lebih cantik dan segar. Kadang- lanolin (Brataco), setil alkohol (Brataco),
kadang dipakai langsung, tetapi lebih gliserin (Brataco), DMDM hydantoin
sering sebagai foundation. Perona pipi ini

2
Formula dan Evaluasi... (Yuliana A., dkk)

(Brataco), paraffin liquid (Brataco), 50 mL hingga suhu 40OC-100 OC.


oleum rosae (Brataco). Kemudian absorbansinya diukur
menggunakan spektrofotometri UV-Vis
Pembuatan Ekstrak pada panjang gelombang yang telah
Ekstraksi angkak (Monascus ditentukan sebelumnya (Woo, dkk.,
purpureus) dilakukan dengan cara dingin 2011).
menggunakan metode maserasi. Ekstraksi
dilakukan dengan cara merendam serbuk Kestabilan Warna dengan pH
dalam maserator kemudian tambahkan Pemeriksaan kestabilan zat warna
etanol 96% sampai simplisia terendam. terhadap perubahan pH dilakukan dengan
Maserasi berlangsung selama 24 jam cara membuat ekstrak zat warna pada pH
sambil sesekali dilakukan pengadukan. 4-10. Pada pengujian optimasi dilakukan
Maserat dikeluarkan dari maserator, dengan penambahan larutan buffer.
kemudian residu direndam lagi beberapa Masing-masing sebanyak 5 mL sampel
kali sampai maserat tidak lagi berwarna. ditambahkan buffer fosfat ini campuran
Setelah itu, maserat yang dihasilkan Na2HPO4 (monosodium) dengan
diuapkan dengan menggunakan rotary NaH2PO4 (disodium) untuk mendapatkan
evavorator sampai terbentuk ekstrak pH yang diinginkan. Kemudian diukur
kental (Harborne et al., 2006). absorbansinya menggunakan
spektrofotometri UV-Vis pada panjang
Pembuatan Larutan Induk Ekstrak gelombang yang telah ditentukan
Larutan induk ekstrak angkak sebelumya (Woo, 2011).
dibuat pada konsentrasi 1.000 µg/mL
dengan menggunakan etanol dan air Kestabilan Warna dengan Pengaruh
sebagai pelarut (Woo, 2011). Kondisi Penyimpanan
Masing-masing sebanyak 5 mL
Pemeriksaan Kestabilan Zat Warna larutan induk dalam aquadest maupun
Hasil ekstraksi zat warna diperiksa etanol disimpan pada temperatur kamar
kestabilannya dengan cara : 28 °C dan pada temperatur 4 °C (kulkas)
selama 24 jam. Kemudian diencerkan
Kestabilan Warna Tanpa Pengaruh dengan aquadest maupun etanol dalam
Masing-masing sebanyak 5 mL labu ukur 50 mL. Absorbansi diukur
larutan induk diencerkan dengan etanol dengan menggunakan spektrofotometri
dan aquadest dalam labu ukur 50 mL UV-Vis pada panjang gelombang yang
(1000 µg/mL). Kemudian diukur telah ditentukan sebelumnya (Woo,
absorbansinya menggunakan 2011).
spektrofotometri UV-Vis pada panjang
gelombang maksimum (Woo, 2011). Evaluasi Sediaan
1. Pengamatan Organoleptik
Kestabilan Warna dengan Pengaruh Dilakukan dengan mengamati
Suhu perubahan-perubahan yang meliputi
Pemeriksaan kestabilan zat warna bentuk, warna, dan bau pada sediaan
terhadap perubahan suhu dilakukan perona pipi (Septiani et al., 2012).
dengan memanaskan masing-masing 2. Uji Homogenitas Warna
sebanyak 5 mL sampel dilarutkan dalam Syarat homogenitas warna yang baik
aquadest dan juga etanol dalam labu ukur adalah zat warna harus terbagi rata

3
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

didalam pembawa serbuk (Sagarin & skor penilaian adalah 4 sampai 1


Strianse, 1972). sebagai berikut :
3. Uji pH a. Sangat suka :4
Syarat pH sediaan perona pipi yang b. Suka :3
baik sesuai dengan pH kulit secara c. Kurang suka :2
umum adalah 4,5-7,0 (Wasitaatmadja, d. Tidak suka :1
1997). 8. Uji Kelembaban
4. Uji Iritasi Pengujian kelembaban ini dilakukan
Uji iritasi dilakukan dengan cara kepada sukarelawan, uji kelembaban
mengoleskan sediaan uji pada kulit ini dilakukan untuk mengetahui
normal panel manusia untuk kelembaban pada kulit. Pada pengujian
mengetahui apakah sediaan tersebut ini didapat sukarelawan 12 orang
dapat menimbulkan iritasi pada kulit dengan masing-masing jumlah 3 orang
atau tidak (Tranggono & Fatimah, untuk masing-masing formula F0, FI,
2007). FII, dan FIII. Penelitian perona pipi
5. Uji Keretakan dilakukan selama 2 minggu dengan
Sediaan dijatuhkan pada permukaan waktu pengamatan hari ke 2, 4, 6, 8,
kayu beberapa kali pada ketinggian 25 10, dan 12. Efektivitas perona pipi
cm. Diamati bentuknya, sediaan yang dapat diamati dan dilihat dengan
tidak pecah dinyatakan memenuhi menggunakan kamera foto dan alat
syarat (Butler, 2000). skin moisturizer analysis yaitu dengan
6. Uji Kekerasan cara membandingkan foto kulit
Sediaan yang diuji kekerasannya sebelum dan sesudah pemakaian
dengan cara menggunakan alat uji setelah 2 minggu (Trookman et al.,
kekerasan (Hardness tester). Ditandai 2009).
dengan sediaan yang dibuat tidak
mudah retak dan pecah (Butler, 2000). HASIL DAN PEMBAHASAN
7. Uji Kesukaan Kestabilan Zat Warna Tanpa
Uji Kesukaan juga disebut uji hedonik, Pengaruh
dilakukan untuk mengetahui tingkat Hasil kestabilan warna ekstrak
kesukaan panelis terhadap sediaan tanpa pengaruh suhu dan pH dapat dilihat
yang dibuat (Butler, 2000). Rentangan pada Gambar 1.

Gambar 1. Kurva panjang gelombang ekstrak Angkak (Monascus purpureus)


terhadap absorbansi

4
Formula dan Evaluasi... (Yuliana A., dkk)

Hasil Uji Stabilitas Terhadap Suhu


Hasil kestabilan warna ekstrak dengan pengaruh suhu seperti pada Gambar 2.
Stabilitas suhu Suhu 100oC

1.000
Suhu 90oC
0.800
Suhu 80oC
Absorban

0.600
Suhu 70oC
0.400
Suhu 60oC
0.200
Suhu 50oC
0.000
400 450 500 550 600 650 700 750 800 Suhu 40oC
Panjang gelombang (nm)

Gambar 2. Kurva hubungan panjang gelombang terhadap absorbansi


dengan variasi suhu

Hasil Uji Stabilitas Warna Ekstrak Terhadap pH


Hasil uji stabilitas warna ekstrak terhadap pH terdapat pada Gambar 3.
0.700 Ekstrak
0.600 pH 10

0.500 pH 9
0.435
Absorban

pH 8
0.400
pH 7
0.300
pH 6
0.200
pH 5
0.100 pH 4
0.000
400 450 500 550 600 650 700 750 800
Panjang gelombang (nm)

Gambar 3. Kurva panjang gelombang ekstrak Angkak (Monascus purpureus)


semua pH

Tahapan Pembuatan Sediaan Perona dimasukan kedalam mortir yang lain dan
Pipi Compact Powder digerus sambil tambahkan talkum sedikit
Formula ditampilkan pada Tabel 1. demi sedikit sampai homogen dan
Sebagian talkum dicampur dengan dicampurkan kedalam campuran diatas,
natrium lauril sarkosinat, titanium kemudian gerus lagi hingga homogen
dioksida, sing stearat dicampur hingga (massa 1).
homogen, kemudian ekstrak angkak

5
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

Kemudian paraffin liquid, lanolin, massa yang homogen dan diayak dengan
setil alkohol, gliserin dilebur diatas menggunakan pengayak mesh 60, lalu
penangas air sampai campuran bahan dikeringkan dalam lemari pengering ± 20
tersebut mencair (massa 2). Kemudian menit pada suhu ± 500C. Kemudian
ditambahkan lesitin, DMDM Hydantoin, diayak dengan pengayak no 100.
BHT, dan oleum rosae hingga homogen Dikempa dengan menggunakan pencetak
(massa 3) campurkan massa 1, massa 2 compact powder. Masukan dalam wadah
dan massa 3 digerus sampai diperoleh perona pipi dan lakukan evaluasi.

Tabel 1. Rancangan Pembuatan Formula Perona Pipi

Bahan Fungsi 0 (%) I (%) II (%) III (%)


b/b b/b b/b b/b
Ekstrak angkak Zat aktif 15,00% 15,00% 15,00% 15,00%
Natrium lauril Surfaktan 0,75 0,75 0,75 0,75
sarkosinat
Titanium Pigmen putih 7,50 7,50 7,50 7,50
dioksida
Zink stearat Penstabil warna 11,25 11,25 11,25 11,25
Paraffin liquid Zat tambahan 2,30 2,30 2,30 2,30
Lanolin Pengemulsi 1,00 1,00 1,00 1,00
Setil alkohol Pengemulsi 0,75 0,75 0,75 0,75
Lesitin Pelembab 0,00% 1,00% 2,00% 3,00%
DMDM Pengawet 0,50 0,50 0,50 0,50
Hydantoin
Oleum rosae Pewangi 0,12 0,12 0,12 0,12
BHT Antioksidan 0,02 0,02 0,02 0,02
Talkum ad Bahan pengisi 100 100 100 100

Hasil Optimasi Pembuatan Sediaan sebagai pelembab kulit. Hasil optimasi


Perona Pipi bahan pewarna alami ekstrak angkak
Pada pembuatan perona pipi (Monascus purpureus) pembuatan perona
dilakukan optimasi basis perona pipi pipi didapat hasil yaitu dengan
dengan tujuan untuk memperoleh basis konsentrasi yang digunakan sebanyak
yang diinginkan mengenai jumlah 15%.
konsentrasi fase minyak yaitu paraffin
liquid, lanolin, setil alkohol, dan gliserin Stabilitas Sediaan
sehingga didapat basis yang memenuhi Hasil uji stabilitas cycling test
syarat. Kemudian untuk meningkatkan sediaan terdapat pada Tabel 2.
gradasi warna dengan meningkatkan
konsentrasi ekstrak angkak (Monascus Evaluasi Sediaan Perona Pipi
purpureus) sehingga gradasi warna akan Hasil Uji Organoleptik
lebih terlihat. Adanya penambahan lesitin Pengujian ini dilakukan dengan
yang bertujuan untuk melembabkan kulit, mengamati perubahan-perubahan yang
sehingga disamping menambahkan basis meliputi bentuk, warna dan bau pada
warna yang bagus perona pipi yang sediaan perona pipi pengamatan
dibuat juga memiliki fungsi lain yaitu dilakukan selama 4 minggu (Septiani et

6
Formula dan Evaluasi... (Yuliana A., dkk)

al., 2012). Hasil uji organoleptik pada 4 organoleptik ini dapat dapat dikatakan
minggu tidak terjadi perubahan warna sediaan stabil.
sediaan, bentuk, dan bau. Pada uji

Tabel 2. Hasil Uji Stabilitas Cycling Test Sediaan

Lama Pengamatan (hari)


Pengamatan Sediaan
1 5 10 15 20 25 30
0 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
1 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Bentuk
2 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
3 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
0
Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
1
Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
Warna
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
2
Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
3
Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
Bau Bau Bau Bau Bau Bau Bau
0
Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas
Bau Bau Bau Bau Bau Bau Bau
1
Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas
Bau
Bau Bau Bau Bau Bau Bau Bau
2
Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas
Bau Bau Bau Bau Bau Bau Bau
3
Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas
Perubahan Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
0
Warna Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
1
Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
2
Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
3
Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
Keterangan:
Sediaan 0 : Formula dengan konsentrasi pelembab 0%
Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi pelembab 1%
Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi pelembab 2%
Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi pelembab 3%

7
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

F0 F1 F2 F3

Gambar 4. Hasil stabilitas sediaan perona pipi

Evaluasi Sediaan Perona Pipi dilakukan selama 4 minggu (Septiani et


Hasil Uji Organoleptik al., 2012). Hasil uji organoleptik pada 4
Pengujian ini dilakukan dengan minggu tidak terjadi perubahan warna
mengamati perubahan-perubahan yang sediaan, bentuk, dan bau. Pada uji
meliputi bentuk, warna dan bau pada organoleptik ini dapat dapat dikatakan
sediaan perona pipi pengamatan sediaan stabil (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik

Lama Pengamatan (hari)


Pengamatan Sediaan
1 5 10 15 20 25 30
0 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
1 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Bentuk
2 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
3 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
0
Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
1
Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
Warna
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
2
Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
3
Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
Bau Bau Bau Bau Bau Bau Bau
0
Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas
Bau Bau Bau Bau Bau Bau Bau
2
Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas
Bau
Bau Bau Bau Bau Bau Bau Bau
3
Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas
Bau Bau Bau Bau Bau Bau Bau
4
Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas

Homogenitas adalah zat warna harus terbagi rata


Pengujian homogenitas penting didalam pembawa serbuk (Sagarin &
dilakukan untuk mengetahui apakah Strianse, 1972). Sediaan bisa dikatakan
sediaan perona pipi yang dihasilkan telah homogen bila tidak terdapat partikel-
memenuhi persyaratan estetika atau tidak. partikel kasar atau ketidak homogenan.
Syarat homogenitas warna yang baik Hasil uji homogenitas perona pipi

8
Formula dan Evaluasi... (Yuliana A., dkk)

tersebut homogen tidak ada gumpalan lulus uji dan bentuknya tidak pecah
dan sesuai syarat homogenitas. dinyatakan memenuhi syarat. Hal ini
Uji pH dikarenakan adanya penambahan bahan
Pengujian pH dilakukan untuk pengikat pada tiap-tiap formula yang nilai
mengetahui apakah pH sediaan perona keretakannya tidak ada. Hasil uji
pipi telah memenuhi persyaratan atau keretakan dapat dilihat pada lampiran
tidak. Hasil uji pH formula 0 yang tanpa
menggunakan lesitin menghasilkan pH 6, Uji Kekerasan
formula I menggunakan lesitin dengan Pada penelitian perona pipi ini uji
konsentrasi 1% menghasilkan pH 7, kekerasan sangat penting adanya, selain
formula II menggunakan lesitin dengan digunakan untuk menilai ketahanan
konsentrasi 2% menghasilkan pH 7, perona pipi dengan cara menggunakan
formula III menggunakan lesitin dengan alat uji kekerasan (Hardnes tester)
konsentrasi 3% menghasilkan pH 7. Hasil ditandai dengan sediaan yang dibuat tidak
uji menunjukkan bahwa dengan mudah retak remuk dan pecah (Butler,
penambahan beberapa konsentrasi lesitin 2000). Perona pipi dimaksudkan untuk
dapat mempengaruhi pH yang meronakan pipi dalam bentuk compact
menunjukkan pH netral. Hasil uji ini powder oleh karena itu dibuat lebih padat
sesuai dengan syarat pH kulit secara dibanding perona pipi bentuk lainnya.
umum adalah 4,5-7,0 (Wasitaatmadja, Kekerasannya yang baik adalah 1 kg
1997). sampai 10 kg. Pada semua formula hasil
yang didapat memenuhi syarat semua
Uji Iritasi karena sediaannya dalam rentang yang
Pengujian ini dilakukan untuk baik.
memeriksa kepekaan kulit terhadap suatu
bahan dilakukan terhadap sukarelawan Tabel 4. Hasil Uji Kekerasan
selama 10 menit dipunggung tangan.
Kulit dikatakan teriritasi apabila terjadi Formula Kekerasan Rata-rata±SD
kemerahan atau bengkak. Hasil yang (Kg)
didapat pada sediaan perona pipi formula F0 3,00
0, I, II, dan III tidak menimbulkan 3,00 3±0,00
kemerahan,gatal-gatal pada kulit. 3,00
F1 2,00
2,00 2±0,00
Uji Keretakan 2,00
Keretakan perona pipi F2 3,00
menunjukkan ketahanan perona pipi 3,00 3±0,00
terhadap jatuhnya sediaan atau adanya 3,00
goncangan. Pada uji keretakan sediaan F3 3,00
dijatuhkan pada permukaan kayu 3,00 3±0,00
beberapa kali pada ketinggian 25 cm 3,00
kemudian diamati bentuknya, sediaan
yang tidak pecah dinyatakan memenuhi
syarat (Butler, 2000). Uji Kesukaan
Dari hasil pemeriksaan keretakan Uji kesukaan juga disebut uji
perona pipi menunjukkan hasil uji pada hedonik, diketahui untuk mengetahui
formula 0, I, II, dan III kepadatannya tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan

9
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

yang dibuat (Butler, 2000). Pada uji ini FI, FII, dan FIII. Penelitian perona pipi
dilakukan pada 30 panelis secara visual, dilakukan selama 2 minggu dengan waktu
data yang diperoleh dari lembar penilaian pengamatan hari ke 2, 4, 6, 8, 10, dan 12.
(kuesioner) ditabulasi dan ditentukan nilai Kemudian setelah didapat hasilnya di foto
kesukaannya untuk setiap sediaan menggunakan kamera foto 12 mega pixel.
menunjukkan hasil dari keempat formula Alat yang digunakan pada uji kelembaban
perona pipi yang paling disukai oleh ini skin moisturizer analysis. Pengujian
panelis adalah formula II dengan kelembaban ini diamati dan dilihat
konsentrasi lesitin 2%. dengan cara membandingkan kulit pipi
sebelum dan sesudah pemakaian perona
Uji Kelembaban Sediaan Perona Pipi pipi dalam waktu 2 minggu.
Pengujian kelembaban ini Hasil yang didapat pada uji
dilakukan kepada sukarelawan, uji kelembaban ini menunjukkan bahwa
kelembaban ini dilakukan untuk setelah pemakaian perona pipi selama 2
mengetahui kelembaban pada kulit. Pada minggu menghasilkan perubahan pada
pengujian ini didapat sukarelawan 12 kulit pipi menjadi tidak kering atau lebih
orang dengan masing-masing jumlah 3 baik dari sebelumnya.
orang untuk masing-masing formula F0,

45.00
40.00
35.00
30.00 Formula 0
Hasil (%)

25.00
20.00 Formula 1
15.00
Formula 2
10.00
5.00 Formula 3
0.00
0 2 4 6 8 10 12 14
Waktu

Gambar 5. Grafik hubungan waktu dengan hasil kelembaban

Kesimpulan berbeda, diperoleh formula terbaik


Berdasarkan hasil penelitian dapat yaitu pada formula II dengan
disimpulkan bahwa : konsentrasi lesitin 2% dengan hasil
a. Ekstrak angkak (Monascus uji kesukaan, uji kelembaban, uji
purpureus) yang digunakan sebagai stabilitas, dan uji homogenitas
pewarna alami untuk sediaan menunjukan hasil yang stabil.
kosmetik perona pipi memiliki c. Dari hasil ekstrak angkak (Monascus
kestabilan pada pH 5 dan suhu purpureus) pada perona pipi compact
100OC. powder menghasilkan warna merah
b. Dari hasil keempat formula yang muda.
divarariasikan lesitin sebagai
pelembab dengan konsentrasi

10
Formula dan Evaluasi... (Yuliana A., dkk)

Saran dijual Pedagang Kaki Lima.


Disarankan untuk penelitian lebih Universitas Sam Ratulangi.
lanjut sebagai berikut : Sagarin, B., & Strianse, G. J. 1972.
a. Untuk menentukan ekstrak kental Cosmetic: Science and Technology.
angkak (Monascus purpureus) John Wiley & Sons, Inc.
dilakukan dengan cara freeze dryer. Septiani, S., Wathoni, N., & Soraya, R.
b. Untuk pencetakan perona pipi 2012. Formulasi Sediaan Masker
dilakukan dengan alat pencetak Gel Antioksidan Dari Ekstrak Etanol
perona pipi yang sesuai. Biji Melinjo (Gnetum gnemon Linn).
Untuk fase minyak dalam formula Universitas Padjajaran.
perona pipi ini diperkecil jumlah Tranggono, R. I., & Fatimah, L. 2007.
konsentrasinya karena mempengaruhi Ilmu Pengetahuan Kosmetik. PT.
kestabilan warna dan pencetakan yang Gramedia Pustaka Utama.
dihasilkan. Trookman, N. S., Rizer, R. L., Ford, R.,
Ho, E., & Gotz, V. 2009. Immediate
DAFTAR PUSTAKA and Long-term Clinical Benefits of a
Butler, H. 2000. Poucher Perfumes. Topical Treatment for Facial Lines
Cosmetics and Soaps (Edisi 10). and Wrinkles. The Journal of
Academic Publishers. Clinical and Aesthetic Dermatology,
Harborne, J. B., Padmawinata, K., & 2(3), 38–43.
Soediro, I. 2006. Metode Fitokimia Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun
Penuntun Cara Modern Ilmu Kosmetik Medik. UI Press.
Menganalisis Tumbuhan. ITB Woo, K. K. 2011. Stability of The Spray-
Bandung. Dried Pigment of Red Dragon Fruit.
Hartomo, A. J., & Widiatmoko, M. C. [Hylocereus polyrhizus (Weber)
1993. Emulsi dan Pangan Instran Britton and Rose] as a Function of
Berlesitin. Andi Offset. Organic Acid Additives and Strorage
Justitia, M. 2014. Formulasi Sediaan Conditions. Philippines Agricultural
Bedak Kompak Menggunakan Sari Scientist, 94(3), 264–269.
Wortel (Daunus Carota L.) Sebagai Yuliana, A., Singgih, M., Julianti, E., &
Pewarna. Universitas Sumatera Blanc, P. J. 2017. Derivates of
Utara. Azaphilone Monascus Pigments.
Polii, B., Palandeng, H., & Porong, V. Biocatalysis and Agricultural
2013. Analisis Kandungan Merkuri Biotechnology, 9(1), 183–194.
pada Kosmetik Pemutih Wajah yang

11

Anda mungkin juga menyukai