OLEH :
NYOPI HARYANTO
2020207209026
TAHUN 2020-2021
A. DEFINISI
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum
hamil (Bobak,2010).
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu (Dewi, 2011). Akan tetapi seluruh alat genetal
baruh pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Post partum adalah waktu dimana proses penyembuhan dan perubahan, waktu
sesudah melahirkan sampai sebelum hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya
anggota keluarga baru (Mitayani, 2017).
Tambahan kalori tersebut hanya sebesar 700 kkal, sementara sisanya (sekitar
200 kkal) diambil dari cadanagn indogen, yaitu timbunan lemak selama hamil.
Mengingatkan efisiensi kofersi energy hanya 80-90 % maka energy dari
makanan yang dianjurkan (500 kkal) hanya akan menjadi energy ASI sebesar
400-500 kkal. Untuk menghasilkan 850cc ASI dibutuhkan energy 680-807 kkal
energy. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan ASI, berat badan
ibu akan kembali normal dengan cepat.
b. Protein
Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein di atas normal sebesar
20 gram/hari. Maka dari itu ibu dianjurkan makan makanan mengandung asam
lemak omega 3 yang banyak terdapat di ikan kakap, tongkol, dan lemuru. Asam
ini akan diubah menjadi DHA yang akan keluar sebagai ASI. Selain itu ibu
dianjurkan makan makanan yang mengandung kalsium , zat besi, vitamin C, B1,
B2, B12, dan D
Selain nutrisi, ibu juga membutuhkan banyak cairan seperti air minum. Dimana
kebutuhan minum ibu 3 liter sehari ( 1 liter setiap 8 jam)
Beberapa anjuran yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui
antara lain :
a. Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kkal
b. Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan vitamin
c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama setelah menyusui
d. Mengonsumsi tablet zat besi
e. Minum kapsul vitamin A agar dapaat meberikan vitamin A kepada bayinya
2. Ambulasi Dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi
dini ini tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru,
demam dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat. Keuntungannya yaitu :
1. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
2. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
3. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu mengenai cara
merawat bayinya.
4. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia.
Ambulasi dini dilakukan secara perlahan namun meningkat secara berangsur-
angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke jam sampai hitungan hari hingga
pasien dapat melakukannya sendiri tanpa pendamping sehingga tujuan
memandirikan pasien dapat terpenuhi.
Dalam 24 jam pertama , pasien juga sudah harus dapat buang air besar. Buang air
besar tidak akan memperparah luka jalan lahir, maka dari itu buang air besar tidak
boleh ditahan-tahan. Untuk memperlancar buang air besar, anjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih.
4. Kebersihan Diri
Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu untuk melakukan personal
hygiene secara mandiri dan bantuan dari keluarga. Ada beberapa langkah dalam
perawatan diri ibu post partum, antara lain :
1. Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi dan alergi kulit
pada bayi.
2. Membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu dari daerah depan
ke belakang, baru setelah itu anus.
3. Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.
4. Mencuci tangan denag sabun dan air setiap kali selesai membersihkan daerah
kemaluan
5. Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka agar
terhindar dari infeksi sekunder.
5. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan
kembali kekeadaan fisik. Kurang istirahat pada ibu post partum akan
mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya :
a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
c. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan diri
sendiri.
Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga agar ibu kembali
melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan dan bertahap. Namun
harus tetap melakukan istirahat minimal 8 jam sehari siang dan malam.
7. Perawatan Payudara
Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan tetapi juga
dilakukan setelah melahirkan.Perawatan yang dilakukan terhadap payudara
bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran
susu sehingga memperlancar pengeluaran susu. Agar tujuan perawatan ini dapat
tercapai,perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Lakukan perawatan payudara secara teratur.
b. Pelihara kebersihan sehari-hari
c. Pemasukan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk mencukupi
produksi ASI
d. Ibu harus percaya diri akan kemampuan dirinya menyusui bayi
e. Ibu harus merasa nyaman dan santai
f. Hindari rasa cemas dan stress karena kan menghambat refleks oksitosin.
g. Perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungki,yaitu 1-2 hari setelah
bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,kontraksi uterus,
distensi abdomen,luka episiotomi
2. Ketidakefektifan proses menyusui berhubungan dengan, belum berpengalaman
menyusui,pembengkakan payudara,lecet putting susu,kurangnya produksi ASI.
3. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih,
perubahan-perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
penurunan sistemkekebalan tubuh.
5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebih (perdarahan)
6. Gangguan istirahat / perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan
kecemasan hospitalisasi, waktu perawatan bayi.
C. INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,kontraksi uterus,
distensi abdomen,luka episiotomi
Tujuan : Mengatasi rasa nyeri.
Kriteria Hasil :
1) Klien secara verbal menyatakan nyeri berkurang.
2) Klien mampu menerapkan secara khusus intervensi untuk mengatasi
Intervensi:
a. Kaji ulang skala nyeri
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
b. Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri
Rasional : untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan
c. Anjurkan klien untuk berambulasi perlahan-lahan terutama saat duduk.
Rasionalisasi : Mengurangi tekanan pada perineum.
d. Berikan kompres hangat
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perinium
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang
2. Ketidakefektifan proses menyusui berhubungan dengan, belum berpengalaman
menyusui,pembengkakan payudara,lecet putting susu,kurangnya produksi ASI.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai
kepuasan menyusui
Kriteria Hasil:
Ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.
Intervensi:
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui
sebelumnya.
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar
memberikan intervensi yang tepat.
b. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional: posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang
dapat merusak dan mengganggu.
c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.
d. Ajarkan ibu untuk melakukan perawatan payudara 1x sehari
Rasional: agar bendungan air susu tidak terjadi dan dapat memperlancar
pengeluaranasi.
e. Anjurkan ibu makan makanan yang bergizi
Rasional: makanan bergizi membantu produksi asi yang baik
Bobak, Lowdermik, Jensen, 2010. Buku Ajar Kepearwatan Maternitas (terjemahan), Edisi
Dewi V.N, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Dongoes, M.E., 2012, Rencana Keperawatan Maternal Bayi : Pedoman untuk Perencanaan
Jakarta. EGC
Nuraruf, Huda Amin, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa