Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

POST NATAL CARE (PNC)

OLEH :

NYOPI HARYANTO
2020207209026

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN 2020-2021
A. DEFINISI
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum
hamil (Bobak,2010).
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu (Dewi, 2011). Akan tetapi seluruh alat genetal
baruh pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Post partum adalah waktu dimana proses penyembuhan dan perubahan, waktu
sesudah melahirkan sampai sebelum hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya
anggota keluarga baru (Mitayani, 2017).

B. ADAPTASI FISIOLOGIS / PSIKOLOGIS


1. ADAPTASI FISIOLOGI
Perubahan fisik
a. Involusi
1. Placenta Bed
- Mengecil dan menonjol
- Kearah kavum uteri
2. Jalan lahir
Luka sembuh dalam 6-7 hari bila tanpa infeksi
3. Abdomen
Mulas (after pain) kontraksi selama + 2-4 post partum
4. Pengeluaran
- L. Rubra (0-2 hari) warna merah (darah segar yang bercampur sisa selaput
ketuban, sel desidua, sisa vemuk, kaseosa, lanugo mekonium)
- L. Sangirdenta (3-7 hari) warna merah kuning (terdiri dari darah campur
lendir)
- L. Serosa (7-14 hari) berwarna kuning
- L. Alba (14 hari – 6 minggu) hanya berupa cairan putih
5. Servik
- Agar menganga seperti corong
- Merah kehitaman seperti corong
- Konsistensi lunak, kadang terdapat luka kecil
6. Ligamen
Ligament, fasia, diafragma pelvis menciut dan pulih kembali
7. Vagina Laserasi, vugae baru ada setelah tiga minggu
8. Muskulus
- Tonus otot berkurang
- Diastaks rektus abdominalis
- Sensasi ekstremitas bawah berkurang
9. Perkemihan
- Diuresisi meningkat dalam 24 jam pertama
- Hematuria
10. Sisa endokirn
- Penurunan estrogen
- Progesteron setelah placenta lahir
- Polaktin meningkat laktasi
- Non laktasi, prolaktin menurun estrogen meningkat, fase folikular 3 minggu
PP dan haid 12 minggu kemudian
- Laktasi, haid minggu ke-36 (anovulatory)
11. Sistem pencernaan
- Motiltias usus menurun
- Kekurangan cairan
12. Sistem cardiovaskuler
- Bradikardi : 50-70 x.mnt
- Takikardi
- Diaporesis dan menggigil
- Pembekuan darah menigkat
b. Proses Laktasi
1) Perubahan pada kelenjar mamae
2) Poliferasi jaringan
3) Pengeluaran clolstrum
4) Hipervaskularisas
5) Hormon prlaktim ber tambah
2. ADAPTASI PSIKOLOGIS
Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus melewati
masa transisi. Masa transisi pada post partum yang harus diperhatikan perawat
adalah :
a. Honeymoon
Adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah,
anak. Kala ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang memerlukan
hal-hal romantis masing-masing saling memperhatikan anaknya dan
menciptakan hubungan yang baru.
b. Bonding Attachment atau ikatan kasih
Dimulai sejak dini begitu bayi dilahirkan. “Bonding” adalah suatu istilah untuk
menerangkan hubungan antara ibu dan anak. Sedangkan “attachment” adalah
suatu keterikatan antara orang tua dan anak. Peran perawat penting sekali
untuk memikirkan bagaimana hal tersebut dapat terlaksana. Partisipasi suami
dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
ikatan kasih tersebut.
Perubahan fisiologis pada klien post partum akan dikuti oleh
perubahan psikologis secara simultan sehingga klien harus beradaptasi secara
menyeluruh. Menurut klasifikasi Rubin terdapat tiga tingkat psikologis klien
setelah melahirkan adalah:
1) Taking In
Suatu periode dimana ibu hanya berorientasi pada kebutuhan diri
sendiri, tingkah laku klien pasif dengan berdiam diri, tergantung pada orang
lain. Ibu belum mempunyai inisiatif untuk kontak dengan bayinya. Dia
sangat membutuhkan orang lain untuk membantu, kebutuhannya yang
utama adalah istirahat dan makan. Selain itu ibu mulai menerima
pengalamannya dalam melahirkan dan menyadari bahwa hal tersebut adalah
nyata. Periode ini berlangsung 1 - 2 hari.
Menurut Gottible, pada fase ini ibu akan mengalami “proses
mengetahui/menemukan “ yang terdiri dari :
- Identifikasi
Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari fisik bayi, gambaran tubuhnya
untuk menyesuaikan dengan yang diharapkan atau diimpikan.
- Relating (menghubungkan)
Ibu menggambarkan anaknya mirip dengan anggota keluarga yang lain.
- Menginterpretasikan
Ibu mengartikan tingkah laku bayi dan kebutuhan yang dirasakan. Pada
fase ini dikenal dengan istilah “ fingertip touch”
2) Taking Hold
Periode dimana terjadi perpindahan dari keadaan ketergantungan ke
keadaan mandiri. Perlahan-lahan tingkat energi klien meningkat merasa
lebih nyaman dan mulai berfokus pada bayi yang dilahirkan. Klien lebih
mandiri, dan pada akhirnya mempunyai inisiatif untuk merawat dirinya,
mampu untuk mengontrol fungsi tubuh, fungsi eliminasi dan
memperhatikan aktifitas yang dilakukannya setiap hari. Jika ibu merawat
bayinya, maka ia harus memperhatikan kualitas dan kuantitas dari produksi
ASI. Selain itu, ibu seharusnya tidak hanya mengungkapkan keinginannya
saja akan tetapi harus melakukan hal tersebut, misalnya keinginan berjalan,
duduk, bergerak seperti sebelum melahirkan.
Apabila klien merasa tidak mampu berbuat seperti yang diperbuat
oleh perawat, maka perawat harus membantu ibu dalam melaksanakan
kegiatan / tugas yang telah didemonstrasikan dan memberi pujian untuk
setiap tindakan yang tepat.
Bila ibu sudah merasakan lebih nyaman, maka ibu sudah masuk
dalam tahap ke- 2 “ maternal touch”, yaitu “total hand contact” dan akhirnya
pada tahap ke- 3 yang disebut “ enfolding”. Dan periode ini berlangsung
selama 10 hari.
3) Letting Go
Pada fase ini klien sudah mampu merawat dirinya sendiri dan mulai
disibukan oleh tanggung jawabnya sebagai ibu. Secara umum fase ini
terjadi ketika ibu kembali ke rumah.
4) Post Partum Blues
Pada periode ini terjadi perubahan hormone estrogen dan
progesterone yang menurun, selain itu ibu tidak siap dengan tugas-tugas
yang harus dihadapinya.
Gejala: menangis, mudah tersinggung, gangguan nafsu makan,
gangguan pola tidur, cemas. Bila keadaan ini berlangsung lebih dari 2
minggu dan ibu tidak mampu menyesuaikan diri, maka akan menjadi serius
yang dikenal sebagai Postpartum Depresi.

C. TUJUAN KEPERAWATAN MASA POST NATAL


1. Memantau adaptasi fisiologis dan psikologis
2. Meningkatkan pemulihan punksi tubuh
3. Meningkatkan istirahat dan kenyamanan
4. Meningkatkan hubungan orang tua dan bayi
5. Meningkatkan peluang merawat bayi
6. Teaching self care dan bayi.
Dalam masa nifas alat-alat genitalia interna maupum eksterna akan berangsur
-angsur pulih kembali. Perubahan-perubahan alat genitalia ini dalam
keseluruhannya disebut Involusi. Disamping involusi ini juga terjadi perubahan-
perubahan lainnya yakni hemokonsentrasi dan proses laktasi.

D. KEBUTUHAN IBU NIFAS

1. Nutrisi dan Cairan


Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan sangat mempengaruhi
produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan status gizi baik rata-rata
memproduksi ASI sekitar 800cc yang mengandung 600 kkal, sedangkan ibu yang
status ggizinya kurang biasnya akn sedikit menghasilkan ASI. Pemberian ASI
sangatlah penting , karena bayi akan tumbuh sempurna sebagai menusia yang
sehat dan pintar, sebab ASI mengandung DHA.
a. Energy
Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca post partum mencapai 500
kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang mengandung 600 kkal.
Sementara itu, kalori yang dihabiskan untuk menghasilkan ASI sebanyak itu
adalah 750 kkal. Jika laktasi berlangsung selama lebih dari 3 bulan, selama itu
pula berat badan ibu akan menurun, yang berarti jumlah kalori tambahan harus
ditingkatkan.

Tambahan kalori tersebut hanya sebesar 700 kkal, sementara sisanya (sekitar
200 kkal) diambil dari cadanagn indogen, yaitu timbunan lemak selama hamil.
Mengingatkan efisiensi kofersi energy hanya 80-90 % maka energy dari
makanan yang dianjurkan (500 kkal) hanya akan menjadi energy ASI sebesar
400-500 kkal. Untuk menghasilkan 850cc ASI dibutuhkan energy 680-807 kkal
energy. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan ASI, berat badan
ibu akan kembali normal dengan cepat.
b. Protein
Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein di atas normal sebesar
20 gram/hari. Maka dari itu ibu dianjurkan makan makanan mengandung asam
lemak omega 3 yang banyak terdapat di ikan kakap, tongkol, dan lemuru. Asam
ini akan diubah menjadi DHA yang akan keluar sebagai ASI. Selain itu ibu
dianjurkan makan makanan yang mengandung kalsium , zat besi, vitamin C, B1,
B2, B12, dan D

Selain nutrisi, ibu juga membutuhkan banyak cairan seperti air minum. Dimana
kebutuhan minum ibu 3 liter sehari ( 1 liter setiap 8 jam)
Beberapa anjuran yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui
antara lain :
a.       Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kkal
b.      Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan vitamin
c.       Minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama setelah menyusui
d.      Mengonsumsi tablet zat besi
e.       Minum kapsul vitamin A agar dapaat meberikan vitamin A kepada bayinya

2. Ambulasi Dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi
dini ini tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru,
demam dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat. Keuntungannya yaitu :
1.      Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
2.      Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
3.      Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu mengenai cara
merawat bayinya.
4.      Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia.
Ambulasi dini dilakukan secara perlahan namun meningkat secara berangsur-
angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke jam sampai hitungan hari hingga
pasien dapat melakukannya sendiri tanpa pendamping sehingga tujuan
memandirikan pasien dapat terpenuhi.

3. Eliminasi : Buang Air Kecil dan Besar


Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat buang air kecil.
Semakin lama urine ditahan, maka dapat mengakibatkan infeksi. Maka dari itu
bidan harus dapat meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena biasany
ibu malas buang air kecing karena takut akan merasa sakit. Segera buang air kecil
setelah melahirkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi post
partum.

Dalam 24 jam pertama , pasien juga sudah harus dapat buang air besar. Buang air
besar tidak akan memperparah luka jalan lahir, maka dari itu buang air besar tidak
boleh ditahan-tahan. Untuk memperlancar buang air besar, anjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih.

4. Kebersihan Diri
Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu untuk melakukan personal
hygiene secara mandiri dan bantuan dari keluarga. Ada beberapa langkah dalam
perawatan diri ibu post partum, antara lain :
1.     Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi dan alergi kulit
pada bayi.
2.    Membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu dari daerah depan
ke belakang, baru setelah itu anus.
3.     Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.
4.    Mencuci tangan denag sabun dan air setiap kali selesai membersihkan daerah
kemaluan
5.     Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka agar
terhindar dari infeksi sekunder.
5. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan
kembali kekeadaan fisik. Kurang istirahat pada ibu post partum akan
mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya :
a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
c. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan diri
sendiri.
Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga agar ibu kembali
melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan dan bertahap. Namun
harus tetap melakukan istirahat minimal 8 jam sehari siang dan malam.

6. Latihan / Senam Nifas


Agar pemulihan organ-organ ibu cepat dan maksimal, hendaknya ibu melakukan
senam nifas sejak awal (ibu yang menjalani persalinan normal). Berikut ini ada
beberapa contoh gerakan yang dapat dilakukan saat senam nifas :
a. Tidur telentang, tangan disamping badan. Tekuk salah satu kaki, kemudian
gerakkan ke atas mendekati perut. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali secara
bergantian untuk kaki kanan dan kkiri. Setelah itu, rileks selama 10 hitungan.
b. Berbaring telentang, tangan di atas perut, kedua kaki ditekuk. Kerutkan otot
bokong dan perut bersamaan dengan mengangkat kepala, mata memandang ke
perut selama 5 kali hitungan. Lakukan gerakan ini senbanyak 15 kali. Roleks
selama 10 hitungan.
c. Tidur telentang, tangan di samping badan, angkat bokong sambil mengerutkan
otot anus selama 5 hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali. Rileks
selama 10 hitungan.
d. Tidur telentang, tangan di samping badan. Angkat kaki kiir lurus keatas sambil
menahan otot perut. Lakukan gerakan sebanyak 15 kali hitungan, bergantian
dengan kaki kanan. Rileks selama 10 hitungan.
e. Tidur telentang, letakan kedua tangan dibawah kepala, kemudian bangun tanpa
mengubah posisi kedua kaki (kaki tetap lurus). Lakukan gerakan sebanyak 15
kali hitungan, kemudian rileks selama 10 hitungan sambil menarik nafas
panjang lwat hidung, keluarkan lewat mulut.
f. Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudu 90 derejat. Gerakan
perut keatas sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat mungkin, tahan
selama 5 hitungan. Lakukan gerakan in sebanyak 15 kali, kemudian rileks
selama 10 hitugan.

7. Perawatan Payudara
Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan tetapi juga
dilakukan setelah melahirkan.Perawatan yang dilakukan terhadap payudara
bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran
susu sehingga memperlancar pengeluaran susu. Agar tujuan perawatan ini dapat
tercapai,perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Lakukan perawatan payudara secara teratur.
b. Pelihara kebersihan sehari-hari
c. Pemasukan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk mencukupi
produksi ASI
d. Ibu harus percaya diri akan kemampuan dirinya menyusui bayi
e. Ibu harus merasa nyaman dan santai
f. Hindari rasa cemas dan stress karena kan menghambat refleks oksitosin.
g. Perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungki,yaitu 1-2 hari setelah
bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari.

E. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS


A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Keluhan Utama
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
3. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
4. Riwayat Persalinan
- Tempat persalinan
- Normal atau terdapat komplikasi
- Keadaan bayi
- Keadaan ibu
5. Riwayat Nifas Yang Lalu
- Pengeluaran ASI lancar / tidak
- BB bayi
- Riwayat ber KB / tidak
6. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum pasien
- Abdomen
- Saluran cerna
- Alat kemih
- Lochea
- Vagina
- Perinium dan rectum
- Ekstremitas
- Kemampuan perawatan diri
7. Pemeriksaan psikososial
- Respon dan persepsi keluarga
- Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,kontraksi uterus,
distensi abdomen,luka episiotomi
2. Ketidakefektifan proses menyusui berhubungan dengan, belum berpengalaman
menyusui,pembengkakan payudara,lecet putting susu,kurangnya produksi ASI.
3. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih,
perubahan-perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
penurunan sistemkekebalan tubuh.
5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebih (perdarahan)
6. Gangguan istirahat / perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan
kecemasan hospitalisasi, waktu perawatan bayi.
C. INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,kontraksi uterus,
distensi abdomen,luka episiotomi
Tujuan : Mengatasi rasa nyeri.
Kriteria Hasil :
1) Klien secara verbal menyatakan nyeri berkurang.
2) Klien mampu menerapkan secara khusus intervensi untuk mengatasi
Intervensi:
a. Kaji ulang skala nyeri
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
b. Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri
Rasional : untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan
c. Anjurkan klien untuk berambulasi perlahan-lahan terutama saat duduk.
Rasionalisasi : Mengurangi tekanan pada perineum.
d. Berikan kompres hangat
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perinium
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang
2. Ketidakefektifan proses menyusui berhubungan dengan, belum berpengalaman
menyusui,pembengkakan payudara,lecet putting susu,kurangnya produksi ASI.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai
kepuasan menyusui
Kriteria Hasil:
Ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.
Intervensi:
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui
sebelumnya.
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar
memberikan intervensi yang tepat.
b. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional: posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang
dapat merusak dan mengganggu.
c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.
d. Ajarkan ibu untuk melakukan perawatan payudara 1x sehari
Rasional: agar bendungan air susu tidak terjadi dan dapat memperlancar
pengeluaranasi.
e. Anjurkan ibu makan makanan yang bergizi
Rasional: makanan bergizi membantu produksi asi yang baik

3. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih,


perubahan-perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
Tujuan:Setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan
eliminasi (BAK)
Kriteria Hasil:
- Ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa sakit
saat BAK,
- jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi:
a. Kaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam.
Rasional: mengetahui balance cairan pasien sehingga diintervensi dengan
tepat.
b. Anjurkan berkamih 6-8 jam post partum.
Rasional: melatih otot-otot perkemihan.
c. Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam duduk, alirkan air
keran.
Rasional: agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa dikeluarkan sehingga
tidak ada retensi.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermik, Jensen, 2010. Buku Ajar Kepearwatan Maternitas (terjemahan), Edisi

IV, EGC, Jakarkta.

Dewi V.N, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Dongoes, M.E., 2012, Rencana Keperawatan Maternal Bayi : Pedoman untuk Perencanaan

dan Dokumentasi Klien (terjemahan), EGC, Jakarta.

Herdman, T. Hether. 2012. Dignosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.

Jakarta. EGC

Mitayani, 2017. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Nuraruf, Huda Amin, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis dan nanda Nic-Noc Eisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta. MediAction

Anda mungkin juga menyukai