Anda di halaman 1dari 18

CIRI KEBAHASAAN KARYA ILMIAH

Dosen Pengampu: Dr. Rusdhianti Wuryaningrum S.Pd., M.Pd

Oleh:
Selvi Lorena Kapur
NIM. 190810101051
Irgi Aditya
NIM. 190810301078
Rifqo Al Ubaidillah Aldian Meindra
NIM. 190810301101
Nopal Wahyudi
NIM. 190810301106

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya yang berjudul “Analisis Ciri Bahasa Karya Ilmiah”.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas untuk mata kuliah
Bahasa Indonesia. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Meskipun penulis telah berusaha melakukan yang terbaik dalam
penulisan makalah ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun, demi kesempurnaan makalah ini.
Dan penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat
dosen pengampu, Ibu Dr. Rusdhianti Wuryaningrum S.Pd, M.Pd., atas bimbingan
beliau, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dan juga para rekan-
rekan yang ikut membantu penyelesaian makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini, akan menambah informasi dan
wawasan  bagi para pembaca tentang bagaimana cara membangun teks akademik
secara bersama-sama dan membangun teks akademik secara mandiri.

Jember, 10 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3. Tujuan........................................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Pengertian Ciri Kebahasaan......................................................................3

2.2 Pentingnya Mempelajari Ciri Kebahasaan................................................3

2.3 Aspek Ciri Kebahasaan.............................................................................3

2.4 Bahasa yang Baik dan Benar.....................................................................9

ii
2.5 Perbaikan Kesalahan Berbahasa..............................................................11

BAB III. PENUTUP..............................................................................................12

3.1 Kesimpulan..............................................................................................12

3.2 Saran........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebahasaan selalu berkembang dan memunculkan adanya ilmu bahasa


yaitu mengenai bidang studi pragmatik. Pragmatik yaitu ilmu yang banyak
dikembangkan pada bidang kebahasaan sehingga banyak linguis yang membahas
mengenai studi pragmatik. Leech dalam Rahardi (2010:48) menyatakan bahwa
sintakisis, fonologi dan semantik merupakan bagian dari tata bahasa atau
gramatika, sedangkan pragmatik merupakan bagian dari penggunaan bahasa
(languageuse).

Salah satu kunci keberhasilan dalam berkomunikasi dengan sesama yaitu


menggunakan bahasa dengan keteraturan dan ketepatan berbahasa. Keteraturan
dan ketepatan berbahasa yang berarti adanya suatu aturan (kaidah) bahasa yang
baku dan disusun secara ilmiah, dengan menggunakan pendekatan keilmuan yang
tepat. Penggunaan bahasa yang tidak teratur dan tidak tepat tentu saja akan
menyulitkan pendengar serta pembaca untuk dapat saling berkomunikasi.
Keteraturan dan ketepatan dalam berbahasa pasti akan memerlukan pemahaman
dan pengetahuan yang sangat luas dan mendalam mengenai ilmu kebahasaan.

Dari sedikit pernyataan diatas dapat diketahui bahwa ilmu dalam


penulisan suatu bahasa yang baik dan benar sangatlah penting, maka dari itu perlu
adanya kajian tentang penulisan bahasa yang benar supaya memperbaiki kualitas
berbahasa setiap pembaca pada khususnya.

1
2

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan ciri kebahasaan karya ilmiah?.
1.2.2 Apa pentingnya mempelajari ciri kebahasaan karya ilmiah?.
1.2.3 Aspek apa saja yang dikaji dalam suatu ciri kebahasaan karya ilmiah?.
1.2.4 Bagaimana menggunakan bahasa yang baik dan benar?.
1.2.5 Mengapa harus menggunakan bahasa dengan baik dan benar?.

1.3. Tujuan
1.3.1 Mengetehui apa yang dimaksud dengan ciri kebahasaan karya ilmiah.
1.3.2 Mengetahui pentingnya mempelajari ciri kebahasaan karya ilmiah.
1.3.3 Mengetahui lebih dalam aspek yang dikaji dalam suatu ciri
kebahasaan karya ilmiah.
1.3.4 Mengetahui cara menggunakan bahasa yang baik dan benar.
1.3.5 Mengetahui alasan harus menggunakan bahasa yang baik dan benar.
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ciri Kebahasaan Karya Ilmiah


“Ciri” diartikan sebagai tanda, identitas, kekhasan dan juga sifat dari
suatu hal. Sedangkan “kebahasaan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
diartikan sebagai perihal bahasa atau bisa juga diartikan sebagai suatu hal yang
didalamnya itu mengenai suatu penulisan dan penggunaan suatu bahasa. Jadi,
dapat diambil definisi bahwa ciri kebahasaan adalah suatu identitas dalam hal
penulisan atau penggunaan suatu bahasa. Ciri kebahasaan juga diartikan sebagai
karakter bahasa yang digunakan dalam menulis suatu karya dengan tingkat-tingkat
bahasa yang disusuaikan pada bidang dan pembacanya.
Singkatnya, ciri kebahasaan karya ilmiah adalah suatu karakter atau
kekhasan bahasa yang digunakan untuk menulis suatu karya ilmiah.

2.2 Pentingnya Mempelajari Ciri Kebahasaan Karya Ilmiah


Mempelajari ciri kebahasaan sangatlah penting, karena agar seorang
penulis mengetahui betul karakter bahasa pada tulisannya dan tingkatan-tingkatan
bahasa yang digunakan apakah sesuai dengan kapasitas dari calon pembacanya
nanti. Dengan cara itu diharapkan sebuah karya ilmiah akan lebih menarik dan
lebih mudah untuk dimengerti maksudnya. Selain itu, pesan-pesan yang
disampaikan penulis akan lebih banyak yang tersampaikan pada pembacanya.

2.3 Aspek Ciri Kebahasaan Karya Ilmiah


Ciri kebahasaan karya ilmiah memiliki bayak aspek yang menjadi objek
kajian, diantaranya adalah struktur kalimatnya yang harus ada dan yang tidak
perlu ada. Untuk lebih lengkapnya ditunjukkan sebagai berikut.
a. Struktur kalimat sederhana
Kalimat sederhana dapat dikataakan sebagai kalimat yang hanya
memiliki sabjek (S) dan predikat (P). Namun tidak menutup kemungknan
bahwa kalimat sederhana ini memiliki objek (O) dan keterangan (K). Kalimat
sederhana terlihat dari struktur kalimat  yang sederha melalui penggunaan

3
4

kalimat simpleks. Perbedaan antara kalimat simpleks dan kalimat kompleks


tidak diukur dari panjang pendeknya, tetapi dari jumlah aksi atau peristiwa
yang dikandung. Kalimat simpleks adalah kalimat yang hanya mengandung
satu aksi. Sedangkan kalimat kompleks bisa mengandung 2 atau lebih aksi.
Contoh kalimat yang kami temui dalam analisis salah satu proposal
kegiatan adalah sebagai berikut.
- Demikian proposal ini dibuat.
- 80 mahasiswa akan mengikuti company visit “Community 2013”
Kedua contoh diatas merupakan kalimat yang hanya mengandung satu
aksi.
b. Padat informasi
Kalimat padat informasi adalah kalimat yang padat akan informasi dan
pada akan kata-kata leksikal. Kepadatan informasi dijelaskan dari dua sisi.
Pertama, informasi dipadatkan pada kalimat simplek. Kedua, informasi
dipadatkan melalui nominalisasi.
Menurut berbagai sumber di internet, penulis mengamati contoh-contoh
dari kalimat padat informasi memiliki ciri bahwa struktur SPOK-nya lengkap.
Contohnya:
- Semua rumah makan di Kabupaten Jember sepi tadi malam.
- Presiden berhak menyampuri urusan yang berhubungan dengan negara.
- Kegiatan ini berguna bagi para mahasiswa setelah selesai menempuh
studinya.
c. Padat kata struktural
Struktural mengandung arti berkaitan dengan struktur. Sedangkan
berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, struktur diartikan sebagai susunan
atau cara sesuatu disusun atau dibangun. Makna structural berarti makna yang
terbentuk karena penggunaan kata dan kaitannya dengan tata bahasa.
Sedangkan kalimat padat structural berarti sebuah kalimat yang didalamnya
sebagian besar disusun dengan terstruktur, mulai dari diksinya sampai antar
kalimatnya.
d. Memanfaatkan nominalisasi
5

Nominalisasi, dalam linguistika, adalah penggunaan verba (kata kerja)


atau adjektiva (kata sifat) sebagai nomina (kata benda), dengan atau tanpa
perubahan morfologis.

PENOMINALISASIAN

Kata sifat Kata kerja Kata benda


(adjektif) (verb) (nomina)
Sulit Menyulitkan Kesulitan
Rumit Merumitkan Kerumitan
Serasi Menyerasikan Keserasian

Contoh:
- Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat dan terselenggara dengan baik
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
e. Menggunakan istilah teknis
Istilah teknis yang dimaksud disini adalah suatu istilah bidang keilmuan.
Istilah teknis adalah kata-kata yang memiliki makna khusus pada suatu bidang
keahlian. Makna dari kata teknis ini adalah makna leksikal atau makna kamus,
sehingga tidak ada di kamus umum.
Contoh istilah teknis pada bidang keahlian ekonomi
- Inflasi adalah kenaikan harga barang secara keseluruhan secara terus
menerus ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah.
- …perusahaan swasta yang bergerak di sektor keuangan, minyak bumi
dan gas, manufaktur, serta…
f. Bersifat taksonomis dan abstrak
Pada dasarnya taksonomi adalah pemetaan pokok persoalan melalui
klasifikasi terhadap sesuatu. Sedangkan teks karya ilmiah dikatakan abstrak
karena pokok persoalan yang dibicarakan didalamnya seringkali merupakan
hasil dari pemformulasian nyata menjadi teori.
g. Menggunakan pengacuan eksofora
Kalimat ini pengacuannya diluar teks. Contohnya, “Lihatlah bintang
dilangit itu!”. Kalimat tersebut mengacu pada sebuah bintang yang berada dilar
6

teks. Pengacuan esfora di manfaatkan pada teks akademik untuk menunjukkan


prinsip generalitas, bahwa benda yang disebut di dalam kelompok nomina
tersebut bukan benda yang mengacu kepada penyebutan sebelumnya.
Generalitas, yaitu benda-benda yang sudah diabstrakkan untuk menyatakan
generalisasi, bukan benda-benda yang secara eksperiensial berada di sekitar
manusia.
h. Memanfaatkan rasional identifikatif dan rasional atributif
Terdapat dua jenis proses relasional, yaitu proses relasional identifikatif
dan proses relasional atributif. Proses relasional identifikatif merupakan alat
yang baik untuk membuat definisi atau identifikasi terhadap sesuatu,
sedangkan  Proses relasional atributif merupakan alat yang baik untuk
membuat deskripsi dengan menampilkan sifat,ciri, atau keadaan benda yang
dideskripsikan. Wignell, Martin dan Eggins (1993:149-152) menyatakan
bahwa biasanya definisi dibuat terhadap istilah teknis. Namun demikian, tidak
semua istilah teknis yang terdapat di teks-teks akademik, terutama istilah teknis
yang belum umum, didefinisikan atau diidentifikasikan. Padahal melalui proses
relasional identifikatif, definisi semacam itu dapat dibuat dengan baik.
Selain itu, melalui proses relasional identifikatif itu, definisi juga berfungsi
untuk mentransfer pengetahuan umum ke dalam pengetahuan yang lebih
khusus (Martin, 1993b:209-210). Kenyataan tentang sedikitnya istilah teknis
yang didefinisikan pada teks-teks akademik itu menyebabkan teks-teks
tersebut, secara ideasional cenderung sulit dicerna. Di pihak lain, mengenai
pentingnya proses relasional atributif untuk membuat deskripsi pada teks
akademik, dapat dinyatakan bahwa menampilkan sifat, ciri, atau keadaan
pokok persoalan yang diketengahkan berarti membuat deskripsi tentang pokok
persoalan.
i. Bersifat monologis
Sifat monologis mengandung arti bahwa teks tersebut memberikan
informasi kepada pembaca dalam satu arah, tidak menyapa pembaca. Buku
referensi, proposal, dan resensi harus bersifat monolog. Untuk memenuhi sifat
monologi tersebut teks akademik mendayagunakan kalimat indikatif- deklaratif
7

yang berfungsi sebagai proposisi-memberi, berbeda dengan kalimat indikaif-


deklaratif yang berfungsi sebagai proposal-meminta.Informasi yang diberikan
oleh penulis berkenaan dengan pokok persoalan yang dibahas didalam teks.
Secara interpersonal, melalui kalimat- kalimat indikatif-deklaratif, penulis teks
tidak menunjukkan posisi yang lebih tinggi dari pada pembaca. Meskipun
kalimat indikatif- deklaratif masih ditemukan pada teks akademik dalam
jumlah yang relatif kecil, jenis kalimat tersebut mengembangkan fungsi
sebagai proposisi- meminta.
Contoh:
- Kegiatan ini akan diselenggarakan dalam bentuk company visit
selama dua hari.
j. Menggunakan kalimat pasif untuk menekankan suatu persoalan
Kalimat pasif merupakan kalimat yang subjeknya sebelum predikat.
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai suatu perbuatan atau
aktivitas. Dalam penggunaannya kalimat pasif juga berfungsi sebagai salah
satu penegas, dimana akan menjelaskan bahwa ada beberapa kalimat yang
menjelaskan jika subjek yang telah berubah menjadi objek, sedang atau telah
melakukan sesuatu sebagai predikatnya. Kalimat pasif biasanya diawali dengan
awalan –ter atau –di. Ciri kalimat pasif antara lain adalah:
a. Subjek sebagai penderita.
b. Predikatnya berimbuhan di-, ter- atau ter-kan.
c. Pada kalimat ini, subjeknya tidak melakukan apapun melainkan mendapat
dampak dari suatu aksi.
Adapun kalimat pasif dibedakan menjadi 2, yakni kalimat pasif transitif
dan kalimat pasif intransitive.
a. Transitif (memiliki objek)
Contoh,
- Ayam dipukul Irgi.
- Jambu dilempar Nopal.
b. Intransitive (tidak memiliki objek)
Contoh,
8

- Buku dibeli.
- Mobil dikendarai.
Contoh kalimat yang kami temui dalam analisis salah satu proposal
kegiatan adalah sebagai berikut.
- Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat dan terselenggara dengan
baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
- Kegiatan ini akan diselenggarakan dalam bentuk company visit
selama dua hari ke lembaga pemerintah dan perusahaan swasta
yang bergerak di sektor keuangan, minyak bumi dan gas,
manufaktur, serta studi banding ke lembaga swadaya masyarakat
dan universitas yang ditinjau.
k. Tidak megandung kalimat minor
Minor berarti kecil. Dalam bahasa Indonesia, terdapat satu jenis kalimat
yang bernama kalimat minor. Kalimat minor diartikan sebagai kalimat yang
hanya mengandung satu unsur pusat saja. Kalimat ini terdiri dari satu kata saja
namun maksudnya lengkap. Penggunaan jenis kalimat ini biasanya pada
sebuah jawaban atas suatu pertanyaan, perintah, ajakan, larangan, seruan, dll.
Contohnya,
- Kalimat perintah (lari!, pergilah!, ambillah!).
- Kalimat salam (selamat pagi, sampai jumpa).
- Kalimat seruan (awas!, syukurlah!).
l. Menggunakan kalimat gramatikal
Kalimat gramatikal adalah kalimat yang makna katanya berubah-ubah
karena mengalami proses pengimbuhan, pengulangan ataupun pemajemukan
yang disesuaikan menurut tata bahasa serta terikat dengan konteks pemakainya .
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008: 461), gramatikal
diartikan sesuai dengan tata bahasa. Dimana makna katannya mengalami
mengalami proses afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. Makna
dari gramatikal sendiri adalah kata yang berubah-ubah sesuai dengan konteks
(berkenaan dengan situasinya, yakni tempat,waktu, lingkungan penggunaan
bahasa) pemakainya.
Contoh:
9

Kata makan dalam kalimat gramatikal


- Nopal menggunakan gaji pertamanya untuk makan-makan bersama
teman sekantornya.
- Irgi membuang sisa makanan disembarang tempat.
Contoh kalimat yang kami temui dalam analisis salah satu proposal
kegiatan adalah sebagai berikut.
- Kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan di kampus…
- Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran
2013 bermaksud untuk menyelenggarakan acara…
- Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat dan terselenggara dengan
baik...
2.4 Bahasa yang Baik dan Benar
Berbahasa Indonesia yang baik adalah menggunakan bahasa
Indonesia yang sesuai konteks (pembicaraan atau penulisan). Berbahasa
Indonesia yang benar adalah menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai
dengan kaidah (tata bahasa) bahasa Indonesia. Bahasa yang baik adalah
bahasa yang sesuai dengan situasi. Sebagai alat komunikasi, bahasa harus
dapat efektif menyampaikan maksud kepada lawan bicara.
Karenanya, laras bahasa yang dipilih pun harus sesuai.
Ada lima laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi.
Berturut-turut sesuai derajat keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai
berikut.
a. Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan
upacara pernikahan.
b. Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada pidato,
rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
c. Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang terpusat
pada transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan di sekolah
dan di pasar.
10

d. Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat
digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
e. Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang memiliki hubungan
yang sangat akrab dan intim.

Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah


bahasa baku, baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku
lisan. Ciri-ciri ragam bahasa baku adalah sebagai berikut.
a. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola
kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami
sedang ikuti.
b. Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik
banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
c. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam
bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus
mengikuti aturan ini.
d. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada
lafal baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal
baku adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa
daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/; serta
/kalaw/ dan bukan /kalo/.
e. Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang mengatakan
bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya
mengharuskan komunikasi efektif: pesan pembicara atau penulis harus diterima
oleh pendengar atau pembaca persis sesuai maksud aslinya.
11

2.5 Perbaikan Kesalahan Berbahasa


Dalam penulisan karya ilmiah sangat diperlukan ketepatan dalam menulis
ejaan, tanda baca, diksi dan rangkaian kalimatnya. Berikut adalah hasil
identifikasi kami yang murujuk salah satu proposal kegiatan.
Aspek
Paragraf
Kesalaha Bagian Teks Bentuk Kesalahan Bentuk Revisi
Ke-
n
Pendahuluan 2 Study-nya Studinya
Tata Laksana Mahasiswa-
F Mahasiswa
Kegiatan mahasiswi
Diksi Tata Laksana
G Kualitative Kualitatif
Kegiatan
Tata Laksana
G Sector Sektor
Kegiatan
…memfasilitasi
…memfasilitasi
peserta untuk bisa
peserta untuk bisa
mengetahui
mengetahui
bagaimana sistem
Kalimat Pendahuluan 2 bagaimana sistem
dan internal yang
internal yang ada
ada dalam
dalam perusahaan
perusahaan
tersebut.
tersebut.
Kuantitatif : Kuantitatif :
80 mahasiswa 80 mahasiswa
Ejaan akan mengikuti akan mengikuti
dan Tata Laksana
G company visit Company Visit
tanda Kegiatan
baca “Community “Community
2013” 2013”.
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulannya adalah bahwa ragam kebahasaan adalah kekhasan dalam
menulis atau menyampaikan sebuah bahasa. Dalam setiap karya memiliki
pembaca dan peminat khususnya sesuai dibidang masing-masing, sehingga
diperlukan penyampaian yang sesuai dengan kaidah penulisannya. Dalam sebuah
karya pasti memiliki kosakata-kosakata khas dalam bidangnya masing-masing,
sehingga dalam hal ini diharapkan bagi pembaca untuk bisa lebih memahami
bahasa yang bagaimana yang seharusya digunakan (bahasa yang digunakan harus
disesuaikan dengan perkiraan nantinya yang akan membaca teks itu siapa). Hal
tersebut diharapkan agar pembaca lebih mudah dalam mencerna kalimat yang
sedang dibacanya.

3.2 Saran
Untuk sarannya adalah supaya pembaca lebih memiliki motivasi
untuk memperbaki kualitas berbahasanya, karena bahasa adalah alat
komunikasi yang paling vital digunakan di Negara Indonesia yang
memiliki banyak keragaman bahasa. Orang tua dan lembaga pendidikan
formal maupun tidak formal diharapkan menanamkan nilai berbahasa pada
anak usia dini agar kedepannya kualitas berbahasa di Indonesia semakin
baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Msi, D. D. 2009. Menulis Artikel dan Karya Ilmiah. Bandung: PT. Remaja

Rodakarya.

Purwadarminta, W. 1979. Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang.

Yogyakarta: UP Indonesia.

Winarto, D. P. 2014. Bahasa Indonesia; Ekspresi Diri dan Akademik untuk

Perguruan Tinggi. Jakarta: DIKTI.

Soesono, Slamet, 1995. Teknik Penulisan Ilmiah Populer; Jakarta: Gramedia

Triyoko, Hanung. 2005. Negasi dalam Wacana Tulis Ilmiah Berbahasa

Indonesia: Yogyakarta.UGM

13

Anda mungkin juga menyukai