Infeksi bakteri yang paling umum terjadi adalah impetigo yang dikarakteristikkan dengan penyebaran lesi dan pustula. Impetigo merupakan infeksi superfisial yang mempunyai dua bentuk klinis, yaitu nonbulosa dan bulosa. Lesi di tubuh bisa timbul di bagian manapun. Pada impetigo nonbulosa lesi awal berupa pustula kecil dan bila pecah akan terjadi eksudasi dan krusta. Pada impetigo bulosa timbul lepuhan–lepuhan besar dan superfisial. Ketika lepuhan tersebut pecah, terjadi eksudasi dan terbentuk krusta, dan stratum korneum pada bagian tepi lesi mengelupaskembali. 13 Merokok merupakan faktor risiko utama dengan risiko pneumonia bakterialis 80% lebih tinggi dibanding dengan yang bukan perokok. Pneumonia nosokomial merupakan pneumonia bakterialis utama pada penyandang AIDS. Mikroorganisme utama penyebab pneumonia nosokomial adalah Pseudomonas aeruginosa (33%) Staphylococcus aureus (25%) dan Streptococcus pneumoniae (21%).14
2. Patomekanisme Infeksi Virus pada HIV-AIDS
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu retrovirus yang menginfeksi sel-sel sistem imun, terutama lirnfositT CD4+, dan menyebabkan destruksi progresif sel- sel tersebut. Suatu partikel infeksius HIV terdiri atas dua rantai RNA di dalam suatu inti protein, dikelilingi oleh suatu amplop lipid yang didapatkan dari sel-sel inang yang terinfeksi namun berisi protein virus. RNA virus menyandi protein struktural, berbagai enzim, dan protein yang meregulasi transkripsi gen virus dan siklus hidup virus.5 Siklus hidup HIV terdiri atas urutan tahap berikut infeksi sel, produksi suatu salinan DNA dari RNA virus dan integrasinya ke dalam genom inang, ekspresi gen virus, dan produksi partikel virus. HIV menginfeksi sel melalui glikoprotein amplop utamanya, yang disebut gpl20 (untuk glikoprotein 120-kD), yang berikatan dengan CD4 + dan reseptor kemokin khusus (terutama CXCR4 Virion HIV Sindrom lmunodefisiensi Didapat dan CCRS) pada sel manusia. Tipe sel utama yang bisa terinfeksi oleh HIV adalah limfosit T CD4+, makrofag, dan sel dendritik. Setelah berikatan dengan reseptor seluler, membran virus bergabung dengan membran sel inang, dan virus memasuki sitoplasma pada sel. Di sini, virus melepas selubungnya dengan menggunakan protease virus dan RNA virus dilepaskan. Suatu salinan DNA dari RNA virus disintesis oleh enzim reverse transcriptase virus (suatu proses yang khas semua retrovirus), dan DNA tersebut bergabung ke dalam DNA sel inang melalui kerja enzim integrase. DNA virus yang bergabung tersebut disebut suatu provirus.5 Bila sel T, makrofag, atau sel dendritik yang terinfeksi diaktivasi oleh beberapa stimulus ekstrinsik, seperti infeksi mikroba lainnya, sel-sel tersebut memberikan respons dengan melakukan transkripsi banyak gen-gen mereka sendiri dan seringkali dengan memproduksi sitokin. Suatu akibat negatif dari respons protektif normal ini adalah bahwa sitokin, dan proses aktivasi seluler itu sendiri, juga dapat mengaktivasi provirus, mengakibatkan produksi RNA dan kemudian protein virus. Virus tersebut kemudian akan mampu membentuk suatu struktur inti, yang bermigrasi ke membran seL mendapatkan suatu amplop lipid dari inang, dan kemudian melepaskan diri sebagai suatu partikel virus yang infeksius, siap untuk menginfeksi sel-sel lainnya. Provirus HIV yang bergabung tersebut dapat tetap berada di dalam sel-sel yang terinfeksi selama berbulan- bulan bahkan bertahun-tahun, bersembunyi dari sistem imun pasien (dan bahkan dari terapi antivirus, dibicarakan kemudian). 5 Moluskum kontangium adalah infeksi virus benigna. Namun pada pasien imunokompromis, luka menyebar dan menjadi tidak responsif terhadap pengobatan. Gambaran klinis adalah veruka atau kutil, yaitu neoplasma jinak pada epidermis. Pada daerah punggung tangan dan wajah, kutil ini kecil, merata pada bagian atas, dan kemerahan sedangkan di telapak kaki kutil bergerombol (mozaik). Kutil kelamin (anogenital wart) atau dikenal dengan kondiloma akuminata dapat timbul dalam vagina, uretra, serviks, vulva, penis, dan anus. OHL (Oral Hairy Leukoplakia) merupakan lesi spesifik pada penyakit HIV yang disebabkan oleh virus Ebstein-Barr. OHL memberikan gambaran hiperplasia, plak epitelial berwarna keputihan pada bagian lateral lidah, biasanya bilateral tetapi tidak simetris.5 3. Patomekanisme Infeksi Opportunistik pada HIV-AIDS Infeksi oportunistik (IO) adalah infeksi akibat adanya kesempatan untuk timbul pada kondisi-kondisi tertentu yang memungkinkan, karena itu IO bisa disebabkan oleh organisme non pathogen. Pada infeksi oleh human immune deficiency virus (HIV), tubuh akan mengalami penurunan imunitas akibat penurunan jumlah fungsi limfosi CD4+. Organisme penyebab IO adalah organisme yang merupakan flora normal, maupun organism pathogen yang terdapat secara laten dalam tubuh yang kemudian mengalami reaktivasi. Spektrum IO pada defisiensi imun akibat HIV secara umum mempunyai pola tertentu dibandingkan IO pada defisiensi imun lainnya. Semakin menurun jumlah CD4 + semakin berat manifesasi IO dan semakin sulit mengobati, bahkan sering mengakibatkan kematian. Organisme yang sering menyebabkan IO terdapat dilingkungan hidup kita yang terdekat, seperti air, tanah, dan organism tersebut memang ada dalam tubuh kita dalam keadaan normal. 15 Infeksi oportunistik merupakan penyebab kematian utama pada penyandang AIDS dengan persentase 90%.1 Pada tahun 2005, infeksi oportunistik yang dominan muncul pada penyandang AIDS ialah tuberkulosis paru (50%), hepatitis (30%), kandidiasis (25%), pneumonia (33%), diikuti oleh diare kronis, dan tuberkulosis ekstra paru. Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya IO pada pasien AIDS ialah status gizi, kadar sel T CD4+, faktor risiko penularan, jenis kelamin dan rentang usia. 13 Infeksi oleh Candida albicans misalnya, organisme jamur dimorfik yang terdapat dalam rongga mulut dalam keadaan nonpatogen. Organisme ini memiliki kemampuan untuk berubah menjadi patogen dengan bentuk hifa. Kondisi yang mendukung transformasi ini diantaranya adalah disfungsi kekebalan tubuh. Imunitas selular dan humoral berperan dalam menjaga Candida albicans sebagai organisme komensal. Gangguan pada leukosit polimorfonuklear menyebabkan kerentanan infeksi secara sistemik, sedangkan gangguan pada imunitas selular yang diregulasi oleh sel T CD4 + mengurangi perlindungan terhadap infeksi mukosa. Terdapat korelasi penurunan jumlah sel T CD4+ dengan timbulnya kandidiasis oral karena mempengaruhi kebutuhan ambang sel T CD4+ sistemik untuk melindungi mukosa mulut serta status imunitas lokal. Onset kandidiasis oral dipengaruhi oleh kadar sel T CD4+, penurunan sebesar 25% dari kadar normal telah dapat menimbulkan manifestasi dan mempengaruhi progresifitas penyakit. 13 Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Toxoplasma gondii bersumber dari reaktivasi endogen, kotoran kucing, orang sakit, dan akan ditransmisikan lewat ingesti. Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges yang disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans. Cryptococcus neoformans bersumber dari tanah, kotoran burung atau binatang lain pada tanah. Dapat ditransmisikan lewat inhalaso. 15