Anda di halaman 1dari 3

1.

Abortus Iminens
Jadi Abortus iminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dan hasil konsepsi masih berada dalam uterus. Kira-kira 12-15% dari
seluruh kehamilan berakhir spontan sebelum umur kehamilan 20 minggu. Perdarahan
pada abortus iminens umumnya sedikit, tetapi dapat menetap selama beberapa hari
sampai beberapa minggu. Terjadinya abortus iminens akan meningkatan risiko kehamilan
yang kurang optimal dalam bentuk kelahiran preterm (atau premature), berat lahir rendah
dan kematian perinatal.
Diagnosis Abortus Iminens
- Data subjektif
o Perdarahan pervaginam: gejala paling khas dan dapat bervariasi dari perdarahan vagina
sampai sedikit bercak atau flek kecoklatan. Biasanya perdarahan kurang dari haid normal.
Tidak ada jaringan plasenta yang dikeluarkan.
o Nyeri abdomen: suprapubik, intermiten dan bersifat kram-dapat tidak ada, minimum
atau ringan. Beberapa pasien mungkin mengeluh nyeri punggung bawah.
o Riwayat haid: biasanya pasien sadar satu atau lebih siklus haid terlewatkan.

- Data objektif
o Pemeriksaan fisik :
 Pemeriksaan umum: normal
 Pemeriksaan abdomen: normal (lunak, tidak nyeri tekan)
 Pemeriksaan osbtetrikus: pada pemeriksaan spekulum, biasanya hanya ada sedikit
darah atau sekret kecoklatan di dalam vagina. Ostium uteri tertutup. Akan dijelaskan
digambar Pemeriksaan penunjang

Tatalaksana Abortus Iminens


Penanganan abortus iminens terdiri atas:
1. Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara
ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
2. Pemberian hormon progesteron pada abortus iminens berguna untuk memperbaiki struktur
endometrium pada kehamilan awal.
3. Pasien dinasehatkan untuk tidak bersenggama untuk meminimkan kemungkinan
rangsangan prostaglandin,

2. Abortus Insipiens
Jadi Abortus insipiens ialah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih
dalam uterus. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan
jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera
dilakukan.

Data Subjektif
o Nyeri abdomen: kram suprapubik intermiten progresif diakibatkan oleh kontraksi uterus
yang menimbulkan pendataran dan dilatasi serviks.
o Perdarahan pervaginam : jumlah perdarahan cenderung sangat bervariasi. Beberapa
pasien mengalami perdarahan hebat, sementara yang lain mungkin menunjukkan gejala
minimum.
o Riwayat haid : meskipun sebagian besar abortus timbul sebelum 12 minggu setelah
siklus haid terakhir, namun abortus yang lambat dapat terjadi selama trimester kedua.
o Kebocoran cairan amnion : abortus bersifat insipiens, bila selaput amnion pecah.

3. Abortus kompletus
Pada abortus komplet semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada keadaan ini, kuretase
tidak perlu dilakukan Pada setiap abortus, penting untuk memeriksa semua jaringan yang
dilahirkan, apakah komplet atau tidak dan untuk membedakan dengan kelainan trofoblas
(molahidatidosa). Pada abortus komplet, perdarahan segera berkurang setelah isi rahim
dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali
karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks juga
dengan segera menutup kembali. Bila dalam 10 hari setelah abortus masih ada
perdarahan, abortus inkomplet atau endometritis pasca abortus harus dipikirkan. Penderita
dengan abortus komplet tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila menderita
anemia perlu diberi sulfas ferrosus atau transfuse.
4. Abortus inkompletus
Abortus inkomplet ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus .Bahkan bila janin dan plasenta
tampak dikeluarkan sebagai suatu konseptus utuh, sejumlah jaringan plasenta sering
robek lepas dan tetap menempel pada dinding uterus.

Anda mungkin juga menyukai