Anda di halaman 1dari 3

BALANTIDIUM COLI

Pendahuluan
Balantidiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Balantidium coli. B. coli merupakan
suatu protozoa yang masuk dalam filum Ciliophora, klas Kinetofragminophorea, ordo
Trichostomatida, famili Balantidiae. Memiliki dua stadium, yaitu trofozoit dan kista. Merupakan
protozoabesar, habitatnya pada usus besar dan yang biasa menjadi hospes adalah babi dan
manusia.Morfologi dan Siklus hidupMorfologiBalantidium ini merupakan protozoa usus
manusia yang paling besar. Memiliki dua bentuk tubuh yaitu, trofozoit dan kista.
a.Bentuk trofozoit seperti kantung, panjangnya 50-200 mμ, lebarnya 40-70 mμdan berwarna abu-
abu tipis. Silianya tersusun secara longitudinal dan spiral sehingga geraknya melingkar,
sitostoma yang bertindak sebagai mulut pada B. coli terletak di daerah peristoma yang memiliki
silia panjang dan berakhir pada sitopige yang berfungsi sebagai anus sederhana. Ada 2 vakuola
kontraktil dan 2 bentuk nukleus.Bentuk nukleus ini terdiri dari makronukleus dan mikronukleus.
Makronukleus berbentuk seperti ginjal, berisi kromatin, bertindak sebagai kromatin
somatis/vegetatif. Mikronukleus banyak mengandung DNA, bertindak sebagai nukleus
generatif/seksual dan terletak pada bagian konkaf dari makronukleus.
b.Bentuk kistanya lonjong atau seperti bola, ukurannya 45-75 mμ, warnanya hijau bening,
memiliki makronukleus, memiliki vakuola kontraktil dan silia. Kista tidak tahan kering,
sedangkan dalam tinja yang basah kista dapat tahan berminggu-minggu.
Siklus hidup.
Siklus hidup Balantidium coli sebenarnya hampir sama dengan E. Histolytica, tetapi pada B. coli
kista tidak dapat membelah diri. Kista akan termakan bersama dengan makanan atau minuman
yang masuk ke dalam tubuh kita, lalu akan terjadi ekskistasi di dalam usus halus dan menjadi
bentuk trofozoit, lalu menuju ke caecum. Setelah berada di caecum trofozoit akan berbiak dan
membelah diri secara belah pasang tranversal. Selain itu bentuk trofozoit ini akan terbawa oleh
aliran isi usus. Di daerah colon tranversum keadaan kurang menguntungkan bagi trofozoit
sehingga akan terjadi enkistasi. Trofozoit akan berubah menjadi kista lalu kista tersebut akan
keluar bersama dengan tinja.EpidemiologiTerdapat paling banyak di daerah yang beriklim panas.
Pada manusia frekwensinya rendah, sekitar 0,77 % (Belding,1952), pada babi (63-91%) menurut
Young, pada tahun 1950. Ada dua spesies yang berbeda, yaitu Balantidium coli, yang dapat
ditularkan dari babi pada manusia dan Balantidium suiisyang tidak dapat ditularkan pada
manusia. Sumber utama yaitu pada manusia yang menderita penyakit. Infeksi dapat timbul dan
meningkat pada manusia yang sering berhubungan dengan babi seperti peternak babi, pekerja di
rumah-rumah pemotongan hewan yang biasanya memotong hewan terutama babi memiliki
sanitasi yang buruk, dan tempat-tempat yang padat seperti di penjara, rumah sakit jiwa, asrama
,dll.Di Amerika Serikat, B. colimemiliki distribusi yang luas dengan perkiraan prevalensinya 1%.
Di Papua Nugini infeksi meningkat 28% berdasarkan kultur yang dilakukan pada babi. Epidemi
dapat timbul pada pasien di RS Jiwa di Amerika Serikat. Balantidium coli juga telah dilaporkan
banyak pada masyarakat yang memelihara babi.Pencegahan dan PengendalianPada balantidiasis,
pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan dengan cara : 1.memperbaiki dan menjaga
kebersihan pribadi.2.merawat atau menjaga kesehatan3.mengawasi atau memantau pengurusan
kotoran babi, seperti bagaimana cara pembuangannya.KesimpulanBalantidiasis merupakan
penyakit yang disebabkan oleh Balantidium coli, dapat didiagnosa dengan menemukan
parasitdalam tinja. Balantidiasis ini kebanyakan bersifat asimptomatis, dapat diobati dengan di-
iodohidroksikuinolon, karbarson, klortetrasiklin.

Balantidiasis merupakan penyakit zoonosis yang menyerang manusia dan disebabkan oleh B.
coli. B. coli merupakan parasite berbentuk oval pipih dan bersilia serta menjadi parasit protozoa
paling penting di family Balantidiiae (Altayib, 2014).
Hospes parasit ini adalah babi domestik ataupun babi liar. Infestasi pada manusia seringkali
melalui rute fekal-oral melalui konsumsi air atau makanan yang terkontaminasi kista infektif B.
coli yang berasal dari babi atau kotoran manusia (Ponce-Gordo et al., 2017).
B. coli memiliki distribusi di seluruh dunia namun paling sering dilaporkan dari Amerika Latin,
Asia Tenggara, Papua Nugini, dan sebagian dari Timur Tengah. Pada manusia, prevalensinya
kurang dari 1% dan insidensinya meningkat pada individu yang tinggal di daerah hiperendemik
dan perumahan (Bennet et al.,2015).

kesimpulan
 Balantidium sp. merupakan parasit golongan protozoa dari filum ciliophora yang bersifat
zoonosis pada usus manusia, dengan babi sebagai reservoir, parasit ini juga dapat
menempel pada ikan sebagai inang perantara. Terdiri atas fase kista yang bersifat infektif
dan fase tropozoit yang bersifat non infektif. Berkembang biak secara aseksual dengan
membelah diri dan seksual dengan penyatuan sel kelamin. Gejala berupa diare dan mual.
Dapat diobati dengan metronidazole (Flagyl).
Dapus
Nickerson, E. K. dan Sinha, R. 2016. British Medical Bulletin: Vertebral
Osteomyelitis in Adults: an Update: 1-18. doi: 10.1093/bmb/ldw003

Gok, S.E., Kaptanoglu, E., Celikbas, A., Ergonul, O., Baykam, N., Eroglu, M., dan
Dokuzoguz, B. 2014. Clin Microbiol Infect: Vertebral Osteomyelitis: Clinical
Features and Diagnosis, 20: 1055-1060. doi: 10.1111/1469-0691.12653

Berbari, E. F., Kanj, S. S., Kowalski, T. J., Darouiche, R. O., Widmer, A. F., Schmitt,
S. K., Hendershot, E. F., Holtom, P. D., Huddleston, P. M., Petermann, G.
W., dan Osmon, D. R. 2015. Clinical Infectious Diseases Advance: 2015
Infectious Diseases Society of America (IDSA) Clinical Practice Guidelines
for the Diagnosis and Treatment of Native Vertebral Osteomyelitis in Adults.
1-21. doi: 10.1093/cid/civ482

Suh, K. N., Kozarsky, P., dan Keystone, J. S. 2015. Cyclospora cayetanensis,


Cystoisopora (Isospora) belli, Sarcocystis Spesies, Balantidium coli, and
Blastocystis Species : Bennett, J. E., Dolin, R, dan Blaster, M. J. (Eds.).
Mandell, Douglas, and Bennett’s Principles and Practice of Infectious
Diseases, Eighth Ed, Vol.1, Philadelphia: Elsevier. hal. 3188-3189

Al-Tayib, O., 2014. Case report zoonotic balantidiasis in camel from Saudi Arabia.
Scholar Academic Scientific Publisher, 2(7):445-447.

Ponce-Gordo, F., Jirků-Pomajbíková, K. 2017. Balantidium coli. In: Rose, J. B. and


Jiménez-Cisneros, B. (Eds.). Global Water Pathogens Project.

McLeod, C., Smith, P., McGuinness, S.L., Francis, J.R. and Baird, R.W., 2015.
Human case of Balantidium infection in Australia. Pathology-Journal of the
RCPA, 47(6):603-604. doi: 10.1097/PAT.0000000000000313

Vasilakopoulou, A., Dimarongona, K., Samakovli, A., Papadimitris, K., dan Avlami,
A. 2003. Balantidium coli Pneumonia in an Immunocomprimised Patient.
Scandinavian Journal of Infectious Disease. doi:
10.1080/0036554021000027023

Dhawan, S., Jain, D., dan Mehta, V. S. 2013. Balantidium coli: An Unrecognized
Cause of Vertebral Osteomyelitis and Myelopathy. Journal of Neurosurgery.
doi: 10.3171/2012.11.SPINE12519

Ortega, Y.R. dan Verastegui, M., 2018. Amoeba and ciliates. In Foodborne Parasites.
Springer. hal. 1-15. doi: 10.1007/978-3-319-67664-7_1

Wanodya, D. A., dan Nurdian, Y. 2017. Neglected Keratitis by Balantidium coli.


http://www.researchgate.net/

Anda mungkin juga menyukai