Anda di halaman 1dari 72

KEPERAWATAN GERONTIK

“ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM


MUSKULOSKELETAL (OSTEOATHRITIS) & INTEGUMEN
(DEKUBITUS)”

Disusun Oleh
7A / Kelompok 7 :
Syaiful Ulum (1130017017)
Indah Fithrotul Azizah (1130017028)
Tuhfatul Aliyah (1130017038)

Dosen Pembimbing :
Iis Noventi S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapaat menyelesaikan tugas
makalah ini yang bejudul AsuhanKeperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan
Sistem Muskulo dan Integumen. Terima kasih saya ucapkan kepada pembimbing
atas bimbingan yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini dengan baik.

Dengan pembahasan berdasarkan pokok bahas Osteoarthritis & dekubitus.


Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Dengan
kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dn saran yang membangun bagi
perbaikan dan penyempurnaan penulisan makalah kami ini. Semoga hasil dari
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami maupun pihak yang
membutuhkan.

Surabaya, 20 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................................2
1.4 Manfaat..........................................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Lansia.....................................................................................................4


2.2 Perubahan Sistem Muskuloskeletal Pada Lansia ..........................................................10
2.3 Konsep Penyakit Gangguan Muskuloskeletal Pada Lansia...........................................11
2.4 Konsep Penyakit Gangguan integumen Pada Lansia....................................................28
2.5 Asuhan Keperawatan kasus pada Osteoathritis.............................................................44

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................6
3.2 Saran.............................................................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................65

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomi-fisiologi dan dapat timbul pula
penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Usia harapan hidup lansia di
Indonesia semakin meningkat karena pengaruh status kesehatan, status gizi,
tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang semakin
meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat.
Populasi dunia pada tahun 2019 yaitu sekitar 7,6 miliar orang dan terjadi
peningkatan tahun 2050 mencapai 9,9 miliar. Persentase populasi yang berumur
lebih dari 60 tahun di dunia dari tahun 2015 sekitar 15% dan pada tahun 2018
meningkat menjadi 22% (Kaneda, 2018). Secara global populasi lansia semakin
meningkat pada tahun 2020 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
akan melebihi jumlah anak yang berusia dibawah lima tahun dan pada tahun
2050 sebanyak 80% lansia berada di Negara berkembang (WHO,2018).
Negara Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang memiliki
jumlah lansia pada tahun 2018 sebesar 9,3%, atau 22,4 juta jiwa (BPS, 2018).
Pada tahun 2020 yaitu sebanyak 27,08 juta jiwa lansia, tahun 2025 sebanyak
33,69 juta jiwa lansia, tahun 2035 sebanyak 48,19 juta jiwa lansia, dan di
prediksi pada tahun 2050 Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah lansia
yang tinggi di bandingkan dengan Negara yang berada dikawasan Asia
(Kemenkes RI, 2018).
Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan
hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot
rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung,
pinggang, dan otot-otot bagian bawah. Berdasarkan keluhan otot skeletal
tersebut, yang banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (low
back pain=LBP) (Pamungkas, 2010).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagimana Konsep Lansia ?
2. Bagaimana perubahan sistem Muskuloskeletal Pada Lansia?
3. Bagaimana gangguan musculoskeletal (Osteoathitis) pada Lansia ?
4. Apa Konsep dari Decubitus ?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan kasus pada pasien osteoathritis ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mempelajari dan memahami Asuhan
keperawatan lansia dengan gangguan sistem muskuloskeletal
(osteoathritis) & integumen (dekubitus)
1.3.2 Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu memahamiKonsep dari Osteoathritis pada Lansia
2. Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan Gerontik secara
teori
3. Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan dari
Osteoathritis pada Lansia
4. Mahasiswa mampu memahamiKonsep dari Decubitus
5. Mahasiswa mampu memahamiAsuhan Keperawatan dari Decubitus.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis atau Mahasiswa
Penulis dapat mencari dan memahami tentang Asuhan keperawatan
lansia dengan gangguan sistem muskuloskeletal (osteoathritis) &
integumen (dekubitus)serta Penulis dapat terlatih mengembangkan
keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karya
ilmiah, ia mesti membaca relevansinya dengan topik yang hendak
dibahas.
1.4.2 Bagi Pembaca
Manfaat penulisan karya ilmiah bagi pembaca yaitu menjadi sumber
referensi dan informasi bagi orang yang membaca karya tulis ini supaya
mengetahui dan lebih mendalami Asuhan keperawatan lansia dengan

2
gangguan sistem muskuloskeletal (osteoathritis) & integumen
(dekubitus).
1.4.3 Bagi Institusi Keperawatan
Dapat digunakan sebagai informasi dan pembelajaran bagi institusi untuk
pengembangan mutu dimasa yang akan datang

3
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Lanjut Usia (Lansia)


2.1.1 Definisi Lanjut Usia (Lansia)
Menurut World Health Organisation (WHO) lansia adalah seseorang yang
sudah berada di usia 60 tahun keatas. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap
akhir dari kehidupan manusia. Manusia yang berada pada tahap ini ditandai
dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh disebabkan perubahan atau
penurunan fungsi organ-organ tubuh (Kurnianto, 2015). Lanjut usia sering
dihubungkan dengan usia yang sudah tidak produktif, bahkan diasumsikan
menjadi beban terhadap yang berusia produktif. Hal ini terjadi karena pada
lansia secara fisiologis terjadi kemunduran fungsi-fungsi dalam tubuh yang
mengakibatkan lansia rentan terkena gangguan kesehatan (Kurnianto, 2015).
Lanjut usia merupakan suatu anugerah, menjadi tua dengan segenap
keterbatasannya pasti akan dialami oleh seseorang apabila dia panjang umur
(Noorkasiani, 2009). Seseorang yang disebut lansia ini akan mengalami sebuah
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
2.1.2 Klasifikasi Lanjut Usia
Berdasarkan WHO dalam Kurnianto, (2015) lanjut usia dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu :

1. Usia Lanjut (elderly) : usia 60-75 tahun


2. Usia tua (old) : usia 76-90 tahun
3. Usia sangat tua (very old) : usia >90 tahun
2.1.3 Perubahan Fisik Pada Lanjut Usia
Berdasarkan Fatimah (2010) menyatakan bahwa perubahan fisik pada lanjut
usia dibagi menjadi dua yaitu penuaan instrinsik dan penuaan ekstrinsik, pada
penuaan instrinsik (faktor dari dalam) mengacu pada perubahan yang
disebabkan oleh proses penuaan normal yang telah di program secara genetik

4
dan pada dasarnya universal dalam spesies yang bersangkutan. Sedangkan
penuaan ekstrinsik (faktor dari luar) terjadi akibat penyebab dari luar diri
seperti penyakit, polusi udara dan sinar matahari, merupakan penuaan yang
abnormal yang dapat dihilangkan atau dikurangi dengan intervensi penanganan
kesehatan yang efektif. Perubahan yang terjadi diantanranya :
1. Perubahan Sel
Perubahan sel dan ekstra sel pada lansia menyebabkan penurunan
tampilan dan fungsi fisik. Lansia menjadi lebih pendek karena adanya
pengurangan lebar bahu dan pelebaran lingkar dada, perut serta diameter
pelvis. Kulit menjadi lebih tipis dan keriput, massa tubuh berkurang dan
massa lemak maningkat.
2. Perubahan Kardiovaskuler
Perubahan struktur jantung dan sistem vaskular menyebabkan
penurunan kemampuan untuk berfungsi secara efisien. Katup jantung
menjadi lebih tebal dan kaku, jantung serta arteri kehilangan elastisitasnya.
Tumpukan kalsium dan lemak berkumpul didalam dinding arteri, vena
menjadi sangat berkelok- kelok.
Meskipun fungsi dijaga dalam keadaan normal, tetapi sistem
kardiovaskuler berkurang cadangannya dan kemampuannya dalam
merespon stress menurun. Curah jantung saat istirahat (frekuensi jantung x
volume sekuncup) berkurang sekitar 1% per tahun setelah usia 20. Dalam
kondisi stress, baik curah jantung maksimum dan denyut jantung
maksimum juga menurun tiap tahun.
Kemampuan arteri dalam melakukan fungsinya berkurang sampai
50%, pembuluh darah kapiler mengalami penurunan elastisitas dan
permeabilitas. Terjadi perubahan fungsional yaitu kenaikan tahanan
vaskular sehingga menyebabkan peningkatan tekanan sistol dan penurunan
perfusi jaringan. Penurunan sensitifitas baroreseptor mengakibatkan
terjadinya hipotensi postural. Curah jantung (cardiac output) berkurang
akibat penurunan denyut jantung maksimal dan volume sekuncup. Respon

5
vasokonstriksi dalam mencegah terjadinya penggumpalan darah (pooling
of blood) menurun sehingga respon terhadap hipoksia menjadi lambat
(Pudjiastuti & Utomo, 2003 dalam Suri, 2017). Penggunaan oksigen pada
tingkat maksimal (VO2 maks ) berkurang sehingga kapasital vital paru
menurun.
3. Perubahan Sistem Pernapasan
Perubahan sistem pernapasan yang berhubungan dengan usia yang
mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru berupa peningkatan diameter
anterioposterior dada, kolaps osteoporosis vertebra yang mengakibatkan
kifosis, kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan mobilitas kosta,
penurunan efisiensi otot pernapasan, peningkatan rigiditas paru atau
hilangnya recoil paru mengakibatkan peningkatan volume residu paru dan
berkurangnya kapasitas vital paru dan penurunan luas permukaan alveoli.
Penurunan efisiensi batuk, penurunan aktivitas silia dan peningkatan ruang
rugi pernapasan membuat lansia lebih rentan terhadap infeksi pernapasan.
4. Perubahan Integumen
Pada Lansia epidermis dan dermis menjadi lebih tipis, jumlah serat
elastis menurun dan kolagen menjadi lebih kaku. Pigmentasi rambut
berkurang, distribusi pingmen kulit tidak merata dan tidak beraturan. Kulit
menjadi lebih kering dan rentan terhadap iritasi, toleransi terhadap suhu
dan paparan sinar matahari yang ekstrim berkurang.
5. Perubahan Sistem Reproduksi
Saat menopause produksi estrogen dan progesteron oleh ovarium
berkurang. Pada wanita terjadi penipisan dinding vagina dengan
pengecilan ukuran dan hilangnya elastisitas, penurunan sekresi vagina
mengakibatkan kekeringan, gatal dan berkurangnya keasaman vagina.
Uterus dan ovarium mengalami atropi. Tonus otot pubokoksigeus
berkurang sehingga vagina dan perineum melemas. Akibat perubahan
tersebut vagina dapat menderita perdarahan dan nyeri saat senggama. Pada
lanjut usia laki-laki, ukuran penis dan testis mengecil dan kadar androgen

6
berkurang.

6. Perubahan Genitourinaria
Sistem genitourinaria tetap berfungsi secara baik pada individu
lansia, meskipun terjadi pengurangan massa ginjal akibat kehilangan
beberapa nefron. Perubahan fungsi ginjal meliputi berkurangnya laju
infiltrasi, penurunan fungsi tubuler dengan penurunan efisiensi dalam
resorbsi dan pemekatan urin dan perlambatan restorasi keseimbangan asam
basa terhadap stres. Wanita lansia biasanya menderita penurunan tonus
otot perineal yang mengakibatkan stress inkontinesia dan genito urgensi
inkontinensia. Pada lansia laki-laki sering ditemukan pembesaran kelenjar
prostat (hiperplasia prostat benigna) yang dapat mengakibatkan retensi
urin kronis, sering berkemih dan inkontinensia.
7. Perubahan Gastrointestinal
Saluran gastrointestinal masih tetap baik pada lansia, tetapi pada
beberapa lansia dapat terjadi ketidaknyamanan karena melambatnya
mortilitas. Diperkirakan setengah populasi telah habis giginya saat berusia
60 tahun meskipun, hal tersebut merupakan akibat proses penuaan yang
tidak dapat dihindari, seringkali terjadi penyakit periodontal yang
menyebabkan gigi berlubang dan ompong. Aliran ludah juga berkurang
sehingga lansia mengalami mulut kering.
8. Perubahan Muskuloskeletal
Wanita pasca menopause mengalami kehilangan densitas tulang yang
massif akan menyebabkan osteoporosis dan berhubungan dengan kurang
aktivitas, masukan kalsium yang tidak baik dan kehilangan estrogen.
Pengurangan dan penyusutan tinggi badan akibat dari perubahan
osteoporosis pada tulang punggung, kifosis dan fleksi pinggul serta lutut.
Perubahan ini mengakibatkan penurunan mobilitas, keseimbangan dan
fungsi organ internal. Ukuran otot berkurang dan otot kehilangan
kekuatan, fleksibilitas dan ketahanannya sebagai akibat berkurangnya

7
aktivitas dan penuaan. Kartilago sendi memburuk secara progresif dari
usia pertengahan
9. Perubahan Sistem Persarafan
Lansia mengalami perubahan struktur dan fungsi sistem saraf, massa
otak menurun secara progresif akibat dari berkurangnya sel saraf yang
rusak dan tidak dapat diganti. Terjadi penurunan sisntesis dan metabolisme
neurotransmiter utama. Impuls saraf dihantar lebih lambat, sehingga lansia
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk merespon dan bereaksi.
Kinerja sistem saraf otonom menurun efisiensinya dan mudah terjadi
hipotensi postural yang menyebabkan seseorang merasa pusing saat berdiri
dengan cepat. Homeostatis juga lebih sulit untuk dijaga otak, walaupun
dalam kondisi normal pasokan glukosa dan oksigen masih mencukupi.
10. Perubahan Sensorik
Kehilangan sensorik akibat penuaan mengenai organ sensorik
penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba dan penghirup serta dapat
mengancam interaksi dan komunikasi dengan lingkungan.

2.1.4 Proses Menua

Penuaan adalah proses biologik alami (normal) meliputi seluruh masa


kehidupan mulai dari lahir, pertumbuhan dan perkembangan untuk mencapai
kematangan pada usia ± 30-35 tahun, kemudian diikuti dengan kemunduran
oleh adanya perubahan degenerative yang bersifat progresif dan gradual
(berangsur) mengenai bentuk tubuh (anatomi) maupun fungsinya (fisiologi)
akibat dari keausan sel disertai penurunan kapasitas fisiologisnya, yang terjadi
selama proses kehidupan dan akan berakhir dengan kematian (Giriwijoyo &
Sidik, 2012). Berdasarkan Supriani (2015) menyatakan bahwa proses menua
(lansia) merupakan proses alami yang diikuti dengan penurunan kondisi fisik,
psikologis maupun sosial yang saling berhubungan satu sama lain.

Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya

8
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang di derita (Maryam
et all., 2008). Proses menua pada setiap individu dan pada setiap organ tubuh
seseorang berbeda, hal ini dikarenakan gaya hidup, lingkungan, dan penyakit
degenerative. Proses menua dan perubahan fisiologis pada lansia akan
mengakibatkan beberapa kemunduran dan kelemahan, serta implikasi klinik
seperti penyakit kronik dan infeksi (Kurnianto, 2015).
2.2 Perubahan Sistem Muskuloskeletal pada Lansia
Sistem musculoskeletal merupakan sistem yang terdiri dari tulang ,
sendi dan otot. Sistem tersebut paling erat kaitannya dengan mobilitas fisik
individu. Seiring bertambahnya usia terdapat berbagai perubahan yang terjadi
pada sistem musculoskeletal.
Tulang mencapai kematangan pada saat dewasa awal rtetapi terus
melakukan renovasi sepanjang kehidupan. Secara umum, perubahan fisiologis
pada tulang lansia adalah kehilangan kandungan mineral tulang. Keadaan
tersebut berdampak pada lintas risiko fraktur dan kejadian terjatuh. Selain itu,
terjadi juga penurunnan massa tulang atau disebut osteopenia. Jika tidak
segera ditangani osteopenia bisa berlanjut menjadi osteoporosis yang ditandai
dengan berkurangnya kepadatan tulang dan meningkatkan laju kehilangan
tulang.

Penurunan fungsi musculoskeletal dipengaruhi oleh 3 faktor antara lain

1. Efek penuaan pada komponen sistem musculoskeletal, misalnya tulang


rawan artikular, kerangka, jaringan lunak, memberikan kontribusi untuk
pengembangan osteoporosis dan osteoarthritis serta penurunan gerak sendi,
kekakuan dan kesulitan dalam memulai gerak.
2. Gangguan musculoskeletal berhubungan dengan penuaan yang mulai
terjadi pada masa dewasa muda menyebaban peningkatan rasa sakit dan

9
cacat tanpa memperpendek rentang hidupnya, misaalnya seronegatif
spondyloarthritis, trauma musuloskeletal.
3. tingginya angka kejadian gangguan musculoskeletal tertentu pada lansia.
Misalnnya polymyalgia rheumatic, arthropaties terkait Kristal.
2.3 Konsep Penyakit Gangguan Muskuloskeletal Pada Lansia

2.3.1 Osteoathritis
1. Definisi Osteoathritis
Osteoarthritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau
osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang
paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan
(disabilitas). (Smeltzer dalam Renny, 2014)
Osteoarthritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab
kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan
meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46
tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. (Renny,
2014).
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan
kaki paling sering terkena OA (Sudoyo aru dkk, 2009)
2. Klasifikasi
Osteoathritis diklasifikasikan menjadi :
a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadiaan atau penyakit sebelumnya
yang berhubungan dengan osteoarthritis
b. Tipe sekunder seperti trauma, infeksi dan pernah fraktur
3. Etiologi

Penyebab dari osteoarthritis hingga saat ini masih belum terungkap


namun beberapa faktor resiko timbulnya osteoarthritis antara lain :
a. Umur

10
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis, faktor
ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya osteoarthritis
semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoarthritis
hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40
tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan
bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar
air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
b. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoarthritis pada lutut dan sendi,
dan laki-laki lebih sering terkena osteoarthritis pada paha,
pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan dibawah 45 tahun
frekuensi osteoarthritis kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita
tetapi diatas 50 tahun frekuensi osteoarthritis lebih banyak pada
wanita dari pada laki-laki hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada pathogenesis osteoarthritis.
c. Genetik
Faktor Herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis
misal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoarthritis pada
sendi-sendi interfalang distal terdapat 2 kali lebih sering
osteoarthritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya
perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada
ibu dan anak perempuan dari wanita tannpa osteoarthritis.
d. Kegemukan
Berat badan berlebih nyatanya berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoarthritis baik pada wanita maupun
pada pria, kegemukkan ternyata tak hanya berkaitan dengan
osteoarthritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan
osteoarthritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula)
e. Trauma

11
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoarthritis adalah
trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan
biomekanik sendi tersebut.
f. Akibat Penyakit Radang Sendi Lain.
Infeksi menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran
enzim perusak matriks rawan sendi oleh membrane sinovial dan
sel-sel radang.
g. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam
proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong
sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia,
dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan
produksi proteaglikan menurun.
4. Manifestasi Klinis
a. Nyeri sendi: keluhan utama dan cenderung memiliki onset yang
perlahan.
b. Hambatan gerak sendi: gangguan ini biasanya semakin berat
dengan pelan pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c. Nyeri bertambah dnegan aktifitas, membaik dengan istirahat ,
terasa paling nyeri pada akhir hari, dan seiring dengan
memburuknya penyakit menjadi semakin parah, sampai pada tahap
dimana pergerakan minimal saja sudah menimbulkan rasa nyeri dan
bisa mengganggu tidur.
d. Kekakuan pling ringan pada pagi hari namun terjadi berulang-ulang
sepanjang hari dengan periode istirahat.
e. Krepitasi: rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada
sendi yang sakit.
f. Pembesaran sendi (deformitas).
g. Perubahan gaya berjalan.

12
h. Tanda-tanda peradangan: tanda-tanda peradangan pada sendi (nyeri
tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna
kemerahan)
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan serologi (untuk indikasi inflamasi) dan cairan
synovial dalam batas normal, pemeriksaan mikroskopis.
b. Foto rontgen polos menunjukkan penurunan progresif massa
kartilago sendi sebagai penyemprotan roongga sendi.
c. Pemeriksaan zat besi dan kalsium.
6. Penatalaksanaan
Pengelolaan Osteoarthritis berdasarkan atas sendi yang terkena dan
berat ringannya Osteoarthritis yang diderita. Penatalaksanaannya
terbagi atas 3 hal, yaitu:
a. Terapi non-farmakologis
1) Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar
pasien dapat mengetahui serta memahami tentang penyakit
yang dideritanya bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah
semakin parah, dan agar persendiaanya tetap terpakai.
2) Terapi fisik atau rehabilitasi
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit.
Terapi ini dilakukan untuk melatih pasien agar persendianya
tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungisendi
yang sakit.
3) Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat
OA. Oleh karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak
berlebih dan diupayakan untuk melakukan penurunan berat
badan apabila berat badan berlebih.
b. Terapi farmakologis

13
Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri
yang timbul, mengoreksi gangguan yang timbul dan
mengidentifikasi manifestasi- manifestasi klinis dari
ketidakstabilan sendi.
1) Obat Antiinflamasi Nonsteroid (AIN ), Inhibitor
Siklooksigenase-2 (COX 2), dan Asetaminofen
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada Osteoathritis
lutut, penggunaan obat AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih
efektif daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena
risiko toksisitas obat AINS lebih tinggi daripada asetaminofen,
asetaminofen tetap menjadi obat pilihan pertama dalam
penanganan rasa nyeri pada Osteoathritis. Cara lain untuk
mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan
cara mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor
COX-2.
2) Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat-obatan yang dapat
menjaga atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien
Osteoathritis. Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok
obat ini adalah: tetrasiklin, asam hialuronat kondroitin sulfat,
glikosaminoglikan, vitamin C, dan sebagainya.
c. Terapi Pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil
untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi
apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktifitas sehari-
hari.
7. Patofisiologi
Penyakit ini asimetris, tidak meradang (Non inflammatory) dan tidak
ada komponen sistemik. Osteoarthritis adalah suatu kelaianan berupa
poliferasi tulang pada batas sendi dan tulang subkondral akibat

14
deteriorasi tulang rawa sendi. Pada OA primer beberapa sendi yang
terserang menurut urutan menurub adalah sendi lutut, sendi MTP1
(Metatarso phalangeal) sendi DIP (Distal Inter Phalangeal), sendi
CMC (carpo metacarpal), panggul, leher dan lumbal (punggung). Siku
dan bahu jarang kecuali pada OAmsekunder akibat cedera fraktur atau
yang berhubungan dengan pekerjaan.

15
8. WOC
Reaksi faktor R dg antibody,
faktor metabolic, infeksi dg Reaksi peradangan
kecenderungan virus

Nyeri Kurang informasi Sinovial menebal


tentang proses
penyakit
Deformitas sendi

Gangguan citra tubuh


Defisiensi
Pengetahuan
Infiltrasi kedalam os
subcondria

Hambatan nutrisi pd
kartilago artikularis

Kerusakan kartilago& Kartilago nekrosis


tulang

Tendon& ligament Erosi kartilago


melemah
Adhesi pada
permukaan sendi
Hilangnya kekuatan otot Mudah luksasi &
sublukasis Ankilosis fibrosa
ankilosis tulang
Resiko cedera

Kekuatan sendi

Hambatan Mobilitas Terbatasnya gerakan


Fisik sendi

Defisit perawatan diri


16
2.3.2 Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Muskuloskeletal
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan peninjauan
situasi lansia untuk memperoleh data dengan maksud menegaskan situasi
penyakit, diagnosis masalah, penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi
kesehatan lansia. Data yang dikumpulkan mencakup data subyektif dan
data obyektif meliputi data bio, psiko, sosial, dan spiritual, data yang
berhubungan dengan masalah lansia serta data tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi atau yang berhubungan dengan masalah kesehatan lansia
seperti data tentang keluarga dan lingkungan yang ada. (Siti Nur, 2016)
Fokus keperawatan gerontik ada 4 menurut (Siti Nur, 2016) yakni :
a. Peningkatan kesehatan (health promotion)
Upaya yang dilakukan adalah memelihara kesehatan dan
mengoptimalkan kondisilansia dengan menjaga perilaku yang sehat.
Contohnya adalah memberikan pendidikankesehatan tentang gizi
seimbang pada lansia, perilaku hidup bersih dan sehat sertamanfaat
olah raga.
b. Pencegahan penyakit (preventif)
Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit karena proses penuaan
dengan melakukan pemeriksaan secara berkala untuk mendeteksi
sedini mungkin terjadinya penyakit,contohnya adalah pemeriksaan
tekanan darah, gula darah, kolesterol secara berkala,menjaga pola
makan, contohnya makan 3 kali sehari dengan jarak 6 jam, jumlah
porsimakanan tidak terlalu banyak mengandung karbohidrat (nasi,
jagung, ubi) danmengatur aktifitas dan istirahat, misalnya tidur
selama 6-8 jam/24 jam.
c. Mengoptimalkan fungsi mental.
Upaya yang dilakukan dengan bimbingan rohani, diberikan
ceramah agama, sholatberjamaah, senam GLO (Gerak Latih Otak)
(GLO) dan melakukan terapi aktivitaskelompok, misalnya

17
mendengarkan musik bersama lansia lain dan menebak
judullagunya.
d. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
Melakukan upaya kerjasama dengan tim medis untuk pengobatan
pada penyakit yangdiderita lansia, terutama lansia yang memiliki
resiko tinggi terhadap penyakit, misalnya pada saat kegiatan
Posyandu Lansia.

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengkajian pada lansia :


a. Interelasi (saling keterkaitan) antara aspek fisik dan psikososial:
terjadi penurunankemampuan mekanisme terhadap stres, masalah
psikis meningkat dan terjadi perubahan pada fisik lansia.
b. Adanya penyakit dan ketidakmampuan status fungsional.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pengkajian, yaitu: ruang yang
adekuat, kebisinganminimal, suhu cukup hangat, hindari cahaya
langsung, posisi duduk yang nyaman,dekat dengan kamar mandi,
privasi yang mutlak, bersikap sabar, relaks, tidak tergesa-gesa,beri
kesempatan pada lansia untuk berpikir, waspada tanda-tanda
keletihan.
Pengkajian :
a. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien
untuk menanggulanginya
b. Riwayat penyakit terdahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
c. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini
atau penyakit kulit lainnya.

18
d. Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah
sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
e. Riwayat pemakaian obat
pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit,
atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
f. Tanda-tanda vital pasien
1) TD : apakah tekanan darah pasien normal atau tidak
2) Nadi : apakah nadi pasien normal atau tidak
3) Suhu : apakah suhu tubuh pasien tinggi atau rendah
4) RR : apakah RR pasien normal atau tidak
5) BB : apakah BB pasien sesuai dengan BB ideal pasien
Data Perubahan Fisik, Psikologis, Psikososial dan Spiritual :
a Perubahan Fisik
Pemeriksanaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi,
dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh :
1) Pengkajian sistem persyarafan: kesimetrisan raut wajah, tingkat
kesadaran adanyaperubahan-perubahan dari otak, kebanyakan
mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
2) Mata: pergerakan mata, kejelasan melihat, dan ada tidaknya
katarak. Pupil: kesamaan,dilatasi, ketajaman penglihatan
menurun karena proses pemenuaan,
3) Ketajaman pendengaran: apakah menggunakan alat bantu
dengar, tinnitus, serumentelinga bagian luar, kalau ada serumen
jangan di bersihkan, apakah ada rasa sakit ataunyeri ditelinga.
4) Sistem kardiovaskuler: sirkulasi perifer (warna, kehangatan),
auskultasi denyut nadiapical, periksa adanya pembengkakan
vena jugularis, apakah ada keluhan pusing,edema.
5) Sistem gastrointestinal: status gizi (pemasukan diet, anoreksia,
mual, muntah,kesulitan mengunyah dan menelan), keadaan

19
gigi, rahang dan rongga mulut, auskultasibising usus, palpasi
apakah perut kembung ada pelebaran kolon, apakah ada
konstipasi(sembelit), diare, dan inkontinensia alvi.
6) Sistem genitourinarius: warna dan bau urine, distensi kandung
kemih, inkontinensia(tidak dapat menahan buang air kecil),
frekuensi, tekanan, desakan, pemasukan danpengeluaran cairan.
Rasa sakit saat buang air kecil, kurang minat untuk
melaksanakanhubungan seks, adanya kecacatan sosial yang
mengarah ke aktivitas seksual.
7) Sistem kulit/integumen: kulit (temperatur, tingkat kelembaban),
keutuhan luka, lukaterbuka, robekan, perubahan pigmen,
adanya jaringan parut, keadaan kuku, keadaanrambut, apakah
ada gangguan-gangguan umum.
8) Sistem muskuloskeletal: kaku sendi, pengecilan otot,
mengecilnya tendon, gerakansendi yang tidak adekuat,
bergerak dengan atau tanpa bantuan/peralatan,keterbatasan
gerak, kekuatan otot, kemampuan melangkah atau berjalan,
kelumpuhandan bungkuk.
b Perubahan Psikologis, data yang dikaji :
1) Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan
2) Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak
3) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
4) Bagaimana mengatasi stres yang di alami
5) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
6) Apakah lansia sering mengalami kegagalan
7) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
8) Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses
pikir, alam perasaan,orientasi, dan kemampuan dalam
menyelesaikan masalah
c Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji :

20
1) Darimana sumber keuangan lansia
2) Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang,
3) Dengan siapa dia tinggal
4) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia
5) Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya
6) Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar
rumah
7) Siapa saja yang bisa mengunjungi
8) Seberapa besar ketergantungannya
9) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan
fasilitas yang ada
d Perubahan Spiritual, data yang dikaji :
1) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan
keyakinan agamanya
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam
kegiatan keagamaan,misalnya pengajian dan penyantunan anak
yatim atau fakir miskin.
3) Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan
berdoa
4) Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal.
Pengkajian Khusus Pada Lansia : Pengkajian Status Fungsional,
Pengkajian Status Kognitif
a. Pengkajian Status Fungsional dengan Pemeriksaan Index Katz
Tabel 1 : Pemeriksaan kemandirian lansia dengan Index Katz
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, minum, berpindah,
ke kamar kecil, berpakaian danmandi
B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi dan satu fungsitambahan
D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,

21
kecuali mandi, berpakaian dan satufungsi
tambahan
E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil dan satu
fungsi tambahan
F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali berpakaian, ke kamar kecil,dan satu fungsi
tambahan
G Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak
dapat diklasifikasikan sebagaiC, D, E atau F
Tabel 1 Index Katz di atas untuk mencocokkan kondisi lansia
dengan skor yang diperoleh.
b. Pengkajian Status Kognitif
1) SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionaire) adalah
penilaian fungsi intelektuallansia.
Tabel 2 Penilaian SPMSQ
Benar Salah No Pertanyaan
01 Tanggal berapa hari ini ?
02 Hari apa sekarang ?
03 Apa nama tempat ini ?
04 Dimana alamat anda ?
05 Berapa umur anda ?
06 Kapan anda lahir ? (minimal
tahun)
07 Siapa presiden Indonesia
sekarang ?
08 Siapa presiden Indonesia
sebelumnya ?
09 Siapa nama ibu anda ?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara
menurun.
TOTAL NILAI
Interpretasi :

22
Salah 0-3 : Fungsi intelekstual utuh
Salah 4-5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
2) MMSE (Mini Mental State Exam): menguji aspek kognitif
dari fungsi mental, orientasi,registrasi, perhatian dan
kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa
Tabel 3 Penilaian MMSE
Nilai Maksimum Pasien Pertanyaan
Orientasi
5 Tahun, musim, tgl,
hari, bulan, apa
sekarang? Dimana
kita (negara bagian,
wilayah, kota ) di RS
mana ? ruang apa
Registrasi
3 Nama 3 obyek (1 detik
untuk mengatakan
masing-masing)
tanyakan pada lansia
ke 3 obyek setelah
Anda katakan. Beri
point untuk jawaban
benar, ulangi
sampailansia
mempelajari ke 3 nya
dan jumlahkan skor
yang telah dicapai
Perhatian dan kalkulasi
5 Pilihlah kata dengan 7
huruf, misal kata
“panduan”, berhenti
setelah 5 huruf, beri 1
point tiap jawaban
benar, kemudian
dilanjutkan, apakah
lansia masih ingat
huruf lanjutannya)
Mengingat

23
3 Minta untuk
mengulangi ke 3 obyek
di atas, beri 1 point
untuk tiap jawaban
benar
Bahasa
9 Nama pensil dan
melihat (2 point)
30
Interpretasi hasil :
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
1.17 : gangguan kognitif berat
11. Diagnosa
1. Nyeri akut b.d penurunan fungsi tulang
2. Gangguan mobiltas fisik b,d kekakuan sendi, kerusakan integritas
struktur tulang
SLKI SIKI
Diagnosa
Kode Hasil Kode Hasil
Nyeri akut Tujuan: Setelah dilakukan I.08238 Manajemen nyeri
intervensi selama 2X24 Definisi : mengidentikasi dan
jam diharapkan masalah mengelola pengalaman sensorik
dapat teratasi dengan atau emosional yang berkaitan
kriteria hasil dengan kerusakan jaringan atau
Luaran : Tingkat Nyeri fungsional dengan onset mendadak
1. Keluhan nyeri dari atau lambat dan berintansitas ringan
skala 1 (cukup hingga berat dan konstan.
meningkat) menjadi Intervensi
L.0504 skala 4 (cukup Observasi :
2 menurun). 1. Identifikasi skala nyeri
2. Kesulitan tidur dari 2. Identifikasi factor uang
skala 2 (cukup memperberat dan memperingan
meningkat) menjadi nyeri
skala 5 (meningkat). 3. Identifikasi respon nyeri dan
non-verbal
4. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.

24
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Berikan terapi relaksasi dengan
memberikan aromaterapi
Lavender untuk membantu
mengurangi nyeri.
Edukasi :
1. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
2. Anjarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Gangguan L.0504 Tujuan & Hasil: I.05173 Dukungan Mobilisasi
Mobilitas 2 Setelah dilakukan Definisi:
Fisik intervensi keperawatan Memfasilitasi pasien untuk
meningkatkan aktivitas pergerakan
selama 2x24 jam
fisik.
diharapkan masalah Intervensi:
kapasitas gangguan Observasi
mobilitas fisik dapat 1. Identifikasi toleransi fisik
teratasi dengan criteria melakukan pergerakan.
hasil sebagai berikut: 2. Monitor kondisi umum selama
1. Kekuatan otot dari melakukan mobilisasi.
skala 1 (menurun) Terapeutik
menjadi skala 3 1. Fasilitasi mobilisasi dengan
(sedang). alat bantu.
2. Rentang gerak (ROM) Edukasi
dari skala 1 (menurun) 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
menjadi skala 3 mobilisasi.
(sedang). 2. Ajarkan mobilisasi sederhana
3. Kelemahan fisik dari yang hatus dilakukan (duduk
skala 1 (meningkat) ditempat tidur, pindah dari
menjadi skala 3 tempat tidur ke kursi)
(sedang)

3. Intervensi
Perencanaan keperawatan gerontik adalah suatu proses penyusunan
berbagai intervensi keperawatan yang berguna untuk untuk mencegah,
menurunkan atau mengurangi masalah-masalah lansia.(Siti Nur, 2016)

25
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari klien, dan atau/atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. Intervensi dilakukan untuk membantuk klien mencapai hasil yang
diharapkan (Deswani, 2009).
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan
aktivitas pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi
dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan (Nettina, 2002).
Tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.(Siti Nur, 2016)
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan. (Mubarak, dkk., 2011)
Menurut Craven dan Hirnle (2000) evaluasi didefinisikan sebagai
keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan
keperawatan yang telah ditetapkan dengan respon perilaku lansia yang
tampilkan.(Siti Nur, 2016)

26
2.4 Konsep Gangguan Integumen Pada Lansia
2.4.1 Dekubitus
1. Definisi Dekubitus

Dekubitus adalah kerusakan / kematian kulit sampai jaringan dibawah


kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya
penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan
gangguan sirkulasi darah setempat. Apabila ini berlangsung lama hal ini
dapat menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemi
jaringan dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel (Nurarif, 2015)
2. Etiologi
a. Faktor Intrinsik : penuaan (regenerasi sel lemah), sejumlah penyakit
yang menimbulkan seperti DM, Status gizi, underweight atau
kebalikannya overweight, Anemia, Hipoalbuminemia, Penyakit-
penyakit neurologic dan penyakit-penyakit yang merusak pembuluh
darah. Keadaan hidrasi / cairan tubuh.
b. Faktor Ekstrinsik : Keberishan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut
dan kotor, atau peralatan medik yang menyebabkan penderita
terfiksasi pada suatu sikap tertentu, duduk yang buruk, posisi yang
tidal tepat, perubahan posisi yang kurang.
3. Tanda dan Gejala
a. Stadium Satu
Adanya perubahan dari kulit yang dapat di observasi. Apabila
dibandingkan dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah
satu tanda sebagai berikut : perubahan temperature kulit (lebih dingin
atau lebih hangat). Perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau
lebih lunak) Perubahan sensasi (gatal atau nyeri). Pada orang yang
berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai kemerahan yang
menetap. Sedangkan pada kulit yang gelap, luka akan kelihatan
sebagai warna merah yang menetap, biru atau ungu.

27
b. Stadium Dua
Hilangnya sebagian lapisan kullit yaitu epidermis atau dermis, atau
keduanya. Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau
memebentuk lubang yang dangkal.
c. Stadium Tiga
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau
nekrosis dari jaringan subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai
pada fascia. Luka terlihat seperti lubang yang dalam.
d. Stadium Empat
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas,
nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya
lubang yang dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium
IV dari luka tekan.
4. Manifestasi Klinis
a. Tanda cidera awal adalah kemerahan yang tidak menghilang apabila
ditekan ibu jari
b. Pada cidera yang lebih berat dijumpai ulkus dikulit
c. Dapat timbul rasa nyeri dan tanda-tanda sistemik peradangan,
termasuk demam dan peningkatan hiung sel darah putih
d. Dapat terjadi infeksi sebagai akibat dari kelemahan dan perawatan di
Rumah Sakit yang berkepanjangan bahkan pada ulkus kecil
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur : pertumbuhan mikroorganisme tiruan atau sel-sel jaringan
b. Albumin serum : protein utama dalam plasma dan cairan serosa lain
6. Penatalaksanaan
a. Observasi keadaan kulit
Pemeriksaan dengan cara inspeksi visual dan taktil pada kulit.
Observasi dilakukan untuk menentukan karateristik kulit normal
pasien dan setiap area yang potensial atau aktual mengalami
kerusakan. Bagian yang diberikan perhatian khusus yaitu pada daerah

28
dibawah gips, traksi, balutan, tongkat penopang, penyangga leher, atau
peralatan orthopedic lain. Tanda peringatan dini yang menunjukkan
kerusakan jaringan akibat tekanan adalah lecet atau bintil-bintil pada
area yang menanggung beban berat tubuh dan mungkin disertai
hyperemia. Permukaan tubuh yang paling terbebani berat badan
ataupun tekanan merupakan area beresiko tinggi terjadi decubitus.
Observasi ini harus terus dilakukan agar luka decubitus yang sudah ada
tidak semakin parah.
b. Mobilisasi
Pasien harus mempunyai rentang gerak yang adkuat untuk bergerak
secara mandiri ke bentuk posisi yang lebih terlindungi. Kemandirian
mobilisasi pasien sering mengubah posisinya dan melakukan tindakan
dapat menghilangkan tekanan yang dialaminya. Dengan begitu, luka
decubitus tidak bertambah luas
c. Status Nutrisi
Untuk mempercepat penyembuhan luka decubitus, maka pemberian
nutrisi harus adekuat
d. Nyeri
Manajemen nyeri dalam perawatan pasien luka dekubitus
e. Infeksi
Dapat diberikan antipiretik dan antibiotil spectrum luas untuk
mengatasi infeksinya. Bila dapat dikultur, maka antibiotic diberikan
sesuai hasil kultur
7. Patofisiologi
a. Immobilisasi/terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan
berbaring (lebih dari 2 jam), tekanan daerah sakrum akan mencapai
60-70 mmHg dan daerah tumit mencapai 30-45 mmHg (normal :
tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg-33 mmHg),
iskemik, nokrosis jaringan kulit.
b. selain faktor tegangan, ada faktor lain yaitu : faktor teragangnya kulit

29
misalnya gerakan meluncur ke bawah pada penderita dengan posisi
dengan setengan berbaring
c. Faktor terlipatnya kulit akibat gesekan badan yang sangat kurus
dengan alas tempat tidur, sehingga seakan-akan kulit “tertinggal”dari
area tubuh lainnya.
2.4.2 Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Integumen
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan
peninjauan situasi lansia untuk memperoleh data dengan maksud
menegaskan situasi penyakit, diagnosis masalah, penetapan kekuatan
dan kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang dikumpulkan
mencakup data subyektif dan data obyektif meliputi data bio, psiko,
sosial, dan spiritual, data yang berhubungan dengan masalah lansia serta
data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan
dengan masalah kesehatan lansia seperti data tentang keluarga dan
lingkungan yang ada. (Siti Nur, 2016)
Fokus keperawatan gerontik ada 4 menurut (Siti Nur, 2016) yakni :
a. Peningkatan kesehatan (health promotion)
Upaya yang dilakukan adalah memelihara kesehatan dan
mengoptimalkan kondisilansia dengan menjaga perilaku yang sehat.
Contohnya adalah memberikan pendidikankesehatan tentang gizi
seimbang pada lansia, perilaku hidup bersih dan sehat sertamanfaat
olah raga.
b. Pencegahan penyakit (preventif)
Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit karena proses penuaan
dengan melakukan pemeriksaan secara berkala untuk mendeteksi
sedini mungkin terjadinya penyakit,contohnya adalah pemeriksaan
tekanan darah, gula darah, kolesterol secara berkala,menjaga pola
makan, contohnya makan 3 kali sehari dengan jarak 6 jam, jumlah
porsimakanan tidak terlalu banyak mengandung karbohidrat (nasi,

30
jagung, ubi) danmengatur aktifitas dan istirahat, misalnya tidur
selama 6-8 jam/24 jam.
c. Mengoptimalkan fungsi mental.
Upaya yang dilakukan dengan bimbingan rohani, diberikan
ceramah agama, sholatberjamaah, senam GLO (Gerak Latih Otak)
(GLO) dan melakukan terapi aktivitaskelompok, misalnya
mendengarkan musik bersama lansia lain dan menebak
judullagunya.
d. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
Melakukan upaya kerjasama dengan tim medis untuk pengobatan
pada penyakit yangdiderita lansia, terutama lansia yang memiliki
resiko tinggi terhadap penyakit, misalnya pada saat kegiatan
Posyandu Lansia.

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengkajian pada lansia :


a. Interelasi (saling keterkaitan) antara aspek fisik dan psikososial:
terjadi penurunankemampuan mekanisme terhadap stres, masalah
psikis meningkat dan terjadi perubahan pada fisik lansia.
b. Adanya penyakit dan ketidakmampuan status fungsional.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pengkajian, yaitu: ruang yang
adekuat, kebisinganminimal, suhu cukup hangat, hindari cahaya
langsung, posisi duduk yang nyaman,dekat dengan kamar mandi,
privasi yang mutlak, bersikap sabar, relaks, tidak tergesa-gesa,beri
kesempatan pada lansia untuk berpikir, waspada tanda-tanda
keletihan.
Pengkajian :
a. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien
untuk menanggulanginya

31
b. Riwayat penyakit terdahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
c. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini
atau penyakit kulit lainnya.
d. Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah
sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
e. Riwayat pemakaian obat
pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit,
atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
f. Tanda-tanda vital pasien
1) TD : apakah tekanan darah pasien normal atau tidak
2) Nadi : apakah nadi pasien normal atau tidak
3) Suhu : apakah suhu tubuh pasien tinggi atau rendah
4) RR : apakah RR pasien normal atau tidak
5) BB : apakah BB pasien sesuai dengan BB ideal pasien
Data Perubahan Fisik, Psikologis, Psikososial dan Spiritual :
a. Perubahan Fisik
Pemeriksanaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi,
dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh :
1) Pengkajian sistem persyarafan: kesimetrisan raut wajah, tingkat
kesadaran adanyaperubahan-perubahan dari otak, kebanyakan
mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
2) Mata: pergerakan mata, kejelasan melihat, dan ada tidaknya
katarak. Pupil: kesamaan,dilatasi, ketajaman penglihatan
menurun karena proses pemenuaan.

32
3) Ketajaman pendengaran: apakah menggunakan alat bantu
dengar, tinnitus, serumentelinga bagian luar, kalau ada serumen
jangan di bersihkan, apakah ada rasa sakit ataunyeri ditelinga.
4) Sistem kardiovaskuler: sirkulasi perifer (warna, kehangatan),
auskultasi denyut nadiapical, periksa adanya pembengkakan
vena jugularis, apakah ada keluhan pusing,edema.
5) Sistem gastrointestinal: status gizi (pemasukan diet, anoreksia,
mual, muntah,kesulitan mengunyah dan menelan), keadaan
gigi, rahang dan rongga mulut, auskultasibising usus, palpasi
apakah perut kembung ada pelebaran kolon, apakah ada
konstipasi(sembelit), diare, dan inkontinensia alvi.
6) Sistem genitourinarius: warna dan bau urine, distensi kandung
kemih, inkontinensia(tidak dapat menahan buang air kecil),
frekuensi, tekanan, desakan, pemasukan danpengeluaran cairan.
Rasa sakit saat buang air kecil, kurang minat untuk
melaksanakanhubungan seks, adanya kecacatan sosial yang
mengarah ke aktivitas seksual.
7) Sistem kulit/integumen: kulit (temperatur, tingkat kelembaban),
keutuhan luka, lukaterbuka, robekan, perubahan pigmen,
adanya jaringan parut, keadaan kuku, keadaanrambut, apakah
ada gangguan-gangguan umum.
8) Sistem muskuloskeletal: kaku sendi, pengecilan otot,
mengecilnya tendon, gerakansendi yang tidak adekuat,
bergerak dengan atau tanpa bantuan/peralatan,keterbatasan
gerak, kekuatan otot, kemampuan melangkah atau berjalan,
kelumpuhandan bungkuk.
b. Perubahan Psikologis, data yang dikaji :
1) Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan
2) Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak
3) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan

33
4) Bagaimana mengatasi stres yang di alami
5) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
6) Apakah lansia sering mengalami kegagalan
7) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
8) Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses
pikir, alam perasaan,orientasi, dan kemampuan dalam
menyelesaikan masalah
c. Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji :
1) Darimana sumber keuangan lansia
2) Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang,
3) Dengan siapa dia tinggal
4) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia
5) Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya
6) Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar
rumah
7) Siapa saja yang bisa mengunjungi
8) Seberapa besar ketergantungannya
9) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan
fasilitas yang ada
d. Perubahan Spiritual, data yang dikaji :
1) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan
keyakinan agamanya
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam
kegiatan keagamaan,misalnya pengajian dan penyantunan anak
yatim atau fakir miskin.
3) Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan
berdoa
4) Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal.
Pengkajian Khusus Pada Lansia : Pengkajian Status Fungsional,
Pengkajian Status Kognitif

34
1. Pengkajian Status Fungsional dengan Pemeriksaan Index Katz
Tabel 1 : Pemeriksaan kemandirian lansia dengan Index Katz
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, minum, berpindah,
ke kamar kecil, berpakaian danmandi
B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi dan satu fungsitambahan
D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian dan satufungsi
tambahan
E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil dan satu
fungsi tambahan
F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali berpakaian, ke kamar kecil,dan satu fungsi
tambahan
G Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak
dapat diklasifikasikan sebagaiC, D, E atau F
Tabel 1 Index Katz di atas untuk mencocokkan kondisi lansia
dengan skor yang diperoleh.
2. Pengkajian Status Kognitif
a. SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionaire) adalah
penilaian fungsi intelektuallansia.
Tabel 2 Penilaian SPMSQ
Benar Salah No Pertanyaan
01 Tanggal berapa hari ini ?
02 Hari apa sekarang ?
03 Apa nama tempat ini ?
04 Dimana alamat anda ?
05 Berapa umur anda ?
06 Kapan anda lahir ? (minimal
tahun)
07 Siapa presiden Indonesia
sekarang ?
08 Siapa presiden Indonesia

35
sebelumnya ?
09 Siapa nama ibu anda ?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara
menurun.
TOTAL NILAI
Interpretasi :
Salah 0-3 : Fungsi intelekstual utuh
Salah 4-5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
b. MMSE (Mini Mental State Exam): menguji aspek kognitif
dari fungsi mental, orientasi,registrasi, perhatian dan
kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa
Tabel 3 Penilaian MMSE
Nilai Maksimum Pasien Pertanyaan
Orientasi
5 Tahun, musim, tgl,
hari, bulan, apa
sekarang? Dimana
kita (negara bagian,
wilayah, kota ) di RS
mana ? ruang apa
Registrasi
3 Nama 3 obyek (1 detik
untuk mengatakan
masing-masing)
tanyakan pada lansia
ke 3 obyek setelah
Anda katakan. Beri
point untuk jawaban
benar, ulangi
sampailansia
mempelajari ke 3 nya
dan jumlahkan skor
yang telah dicapai
Perhatian dan kalkulasi

36
5 Pilihlah kata dengan 7
huruf, misal kata
“panduan”, berhenti
setelah 5 huruf, beri 1
point tiap jawaban
benar, kemudian
dilanjutkan, apakah
lansia masih ingat
huruf lanjutannya)
Mengingat
3 Minta untuk
mengulangi ke 3 obyek
di atas, beri 1 point
untuk tiap jawaban
benar
Bahasa
9 Nama pensil dan
melihat (2 point)
30
Interpretasi hasil :
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
1.17 : gangguan kognitif berat
ii. Diagnosa
a. Resiko Terhadap Infeksi Yang Berhubungan degan
peningkatan paparan patogenik
b. Nyeri Yang Berhubungan Dengan Trauma Kulit, Infeksi Kulit
c. Kerusakan Integritas Kulit Yang Berhubungan Dengan
Kerusakan Mekanis Dari Jaringan Sekunder Akibat Tekanan,
Pencukuran Dan Gesekan.

N DIAGNOSIS KEPERAWATAN (SDKI)


KODE DIAGNOSA
O
1 D.0142 DIAGNOSIS: RisikoInfeksi
Kategori : Lingkungan

37
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Definisi :
Berisikomengalamipeningkatan terserang organisme patogenik
FaktorRisiko :
1. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
2. ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: kerusakan integritas kulit
KondisiKlinisTerkait :
Imunosupresi
2 D.0077 DIAGNOSIS : Nyeri Akut
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri danKenyamanan
Definisi :
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 Bulan.
Penyebab :
1. Penyebab pencedera fisiologis (mis: iskemia)
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif
a. Mengeluh nyeri
Objektif
a. Sulit tidur
b. Gelisah
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Menarik diri
KondisiKlinisTerkait :
1. Infeksi

38
2. Sindrom koroner akut
3 D.0129 DIAGNOSIS: Gangguan Integritas Kulit
Kategori : Lingkungan
Subkategori :Keamanan dan Proteksi
Definisi :
Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membrane mukosa,
fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul, sendi dan/atau ligament)
Penyebab :
1. Penurunan mobilitas
2. perubahan sirkulasi
Gejala danTanda Mayor :
Subjektif
(tidaktersedia)
Objektif
1. kerusakan jaringan dan lapisan kulit
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif
(tidaktersedia)
Objektif
1. Nyeri
2. Pendarahan
3. Kemerahan
Kondisi Klinis Terkait :
1. Proses infeksi

39
2.4.3  INTERVENSI DIAGNOSA KEPERAWATAN

DX Keperawatan SIKI SLKI


KODE HASIL KODE HASIL
Resiko Terhadap Infeksi 1.14539 Pencegahan Infeksi Tujuan :
Yang Berhubungan degan Definisi : Mengindetifikasi dan mnuurunkan Setelah dilakukan perawatan selama
peningkatan paparan resiko terserang organisme patogenik. 1x24 jam, diharapkan Tingkat Infeksi
patogenik Intervensi dapat teratasi dengan kriteria hasil
Observasi sebagai berikut:
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan 1. Drainase purulen dari
sistemik skala 3 (sedang) menjadi skala 4
Terapeutik (cukup menurun)
1. Berikan perawatan kulit pada area L.14137 2. Kemerahan dari skala 3 (sedang)
edema menjadi skala 4 (cukup menurun
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah 3. Nyeri dari skala 3 (sedang) menjadi
kontak dengan pasien dan lingkungan skala 4 (cukup menurun
pasien 4. Bengkak dari skala 3 (sedang)
3. Pertahankan teknik aseptic pada menjadi skala 4 (cukup menurun
pasien berisiko tinggi
4. Perawatan luka
konvensionalmengidentifikasi penggunaan
bahan pada perawatan luka
Edukasi

40
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisai, jika
perlu
NyeriBerhubungan 1.08242 Pemantauan nyeri Tujuan
Dengan Trauma Kulit Definisi :Mengumpulkan dan menganalisis Setelah dilakukan perawatan selama
data nyeri. 1x24 jam, diharapkan Tingkat Nyeri
Intervensi dapat teratasi dengan kriteria hasil
Observasi sebagai berikut:
1. Identifikasi faktor pencetus dan pereda 1. Keluhan nyeri dari skala 3 (sedang)
nyeri menjadi skala 4 (cukup menurun
2. monitor lokasi penyebaran nyeri. 2. Gelisah dari skala 3 (sedang)
Terapeutik L.08066 menjadi skala 4 (cukup menurun
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai 3. Kesulitan tidur dari skala 3
dengan kondisi pasien (sedang) menjadi skala 4 (cukup
2. Pemberian vco (virgin coconut oil) dengan menurun
teknik massage dan luka dekubitus derajat 4. Menarik diri dari skala 3 (sedang)
ii untuk mengetahui efek penyembuhan menjadi skala 4 (cukup menurun
dan perubahan yang ditimbulkan oleh

41
nyeri yang timbul
3. Dokmentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. informasikan hasil pemantauan

Kerusakan Integritas Kulit 1.11353 Perawatan Integritas Kulit Tujuan


Berhubungan Dengan Definisi :mengidentifikasi dan merawat kulit Setelah dilakukan perawatan selama
Kerusakan Mekanis Dari untuk menjaga keutuhan, kelembapan, dan 1x24 jam, diharapkan Integritas kulit
Jaringan Sekunder Akibat mencegah perkembangan mikroorganisme dan jaringan dapat teratasi dengan
Tekanan Intervensi kriteria hasil sebgai berikut:
Observasi 1. Nyeri dari skala skala 3 (sedang)
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas menjadi skala 4 (cukup menurun
kulit L.14125 2. Pendarahan dari skala skala 3
Terapeutik (sedang) menjadi skala 4 (cukup
4. Ubah posisi tiap 2 jamjika tirah baring menurun
5. Pengolesan sekitar 20 ml Nigella sativa 3. Kemerahan Terbatas dari skala
Oil pada bagian penonjolan tulang 1 kali skala 3 (sedang) menjadi skala 4
sehari selama 7 hari (cukup menurun)
Edukasi
1. anjurkan menggnakan pelembab

42
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah di buat untuk mencapai hasil yang efekif. Dalam
pelaksanaan implementasi keperawtan, penguasaan keterampilan dan
pengetahuan harus di miliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang
diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah
ditentukan dapat tercapai.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut:
a. Infeksi dapat ditekan atau tidak terjadi
b. Nyeri dapat teratasi
c. Integritas kulit dapat teratasi

2.5 Asuhan Keperawatan Kasus Pada Lansia Dengan Gangguan


Muskuloskeletal (Osteoathritis)
Ny. A berusia 60 tahun mengatakan bahwa kaki kanan dan kirinya mengalami
nyeri skala 6 dibagian lututnya, apalagi ketika dibuat berjalan.
Klien mengatakan mengalami nyeri pada kaki kanan dan kirinya sudah sejak 1
tahun yang lalu. Klien mengatakan kakinya sakit apalagi ketika berjalan dan
berjarak jauh. Klien mengatasinya dengan berobat ke dokter dan membuat
ramuan daun ubi, pala, jahe dan kemudian ditumbuk dan airnya dioleskan ke
bagian kaki yang sakit dan bengkak. Klien mengatakan pengobatan tesebut
manjur nyeri berkurang dan bengkak juga berkurang. Namun tidak bertahan
lama dan kambuh kembali.
Klien nampak meringis menahan sakit akibat nyeri sendinya. TD 120/80 mmHg,
HR 82x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 36,2 0C.

43
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama Mahasiswa :
NIM :
Tanggal Pengkajian :

1. PENGKAJIAN
A. Data Biografis Klien
Nama : Ny. A
Umur : 60 tahun
Alamat : Jl. Smea
Jenis kelamin :  Laki-laki  Perempuan
Kriteria umur : Middle Elderly Old Very old
Status perkawinan :  Menikah  Tidak menikah Janda  Duda
Agama : Islam  Protestan  Hindu  Budha
Suku :  Jawa  Madura  Lainnya, _______________________
Pendidikan :  Tidak tamat SD  Tamat SD SMP
 SMA  PT  Buta huruf
Lama di panti :  ≤ 1 tahun  1-3 tahun  ≥ 3 tahun
Sumber pendapatan:
Ada, jelaskan: Ny. A mengatakan berjualan nasi pecel didepan rumah sehingga
kebutuhan sehari-hari di dapatkan dari hasil jualan tersebut
 Tidak ada, jelaskan: _______________________________________
Riwayat pekerjaan : ______________________________________
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang dirasakan saat ini:
 Nyeri dada  Pusing  Batuk  Demam
 Sesak napas  Gatal  Diare  Nyeri sendi
 Jantung berdebar  Penglihatan kabur
Lainnya:

Keluhan yang dirasakan tiga bulan terakhir:


 Nyeri dada  Pusing  Batuk  Demam
 Sesak napas  Gatal  Diare Nyeri sendi
 Jantung berdebar  Penglihatan kabur
Lainnya:
Penyakit saat ini:
 Sesak napas/PPOK  Nyeri sendi/rematik  Diare
 Penyakit kulit  Penyakit jantung  Penyakit mata
 Diabetes mellitus  Hipertensi
Lainnya:

44
Kejadian penyakit tiga bulan terakhir:
 Sesak napas/PPOK  Nyeri sendi/rematik  Diare
 Penyakit kulit  Penyakit jantung  Penyakit mata
 Diabetes mellitus  Hipertensi
Lainnya:
C. Status Fisiologis
Pemeriksaan tanda-tanda vital dan status gizi:
TD = 120/80 mmHg
N = 82 kali/menit
Suhu = 36,2°C
RR = 22 kali/menit
TB = 160 cm
BB = 50 kg
IMT = 19,53 (Normal)

Pemeriksaan fisik
1. Kepala
 Bersih  Kotor
Kerontokan rambut :  Ya  Tidak
Keluhan :  Ya  Tidak
Jika ya, jelaskan: tidak ada keluhan

2. Mata
Sklera :  putih icterus  merah  perdarahan
Konjungtiva :  pucat merah muda
Pupil :  isokor  anisokor  miosis  midriasis
Strabismus :  Ya  Tidak
Riwayat katarak:  Ya Tidak
Fungsi penglihatan: Keadaan mata normal, Ny.A dapat melihat tulisan yang dibawa
perawat pada jarak jauh maupun jarak dekat untuk dilakukan pemeriksaan cuman
kadang sekali ada sedikit nyeri dan pandangan menjadi kabur.
Peradangan: Ny. A tidak memiliki keluhan apa-apa, dibagian mata keadaan normal
Keluhan :  Ya  Tidak
Jika ya, jelaskan:tidak ada keluhan pada bagian mata

3. Hidung
Keadaan hidung normal,bersih, tidak ada memar, simetris kanan dan kiri, tidak ada
benjolan pada hidung kanan maupun kiri.
Peradangan: tidak ada peradangan pada hidung Ny. A
Fungsi penghidung :keadaan hidung Ny. A normal
Keluhan :  Ya  Tidak
Jika ya, jelaskan: tidak ada keluhan pada bagian hidung

45
4. Mulut dan tenggorokan
Keadaan mulut dan tenggorokan Ny. A normal, lidah bersih, gigi ada yang berlubang,
tidak ada lesi, mukosa bibir lembab, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid pada tenggorokan pasien
Peradangan: tidak ada peradangan
Kesulitan mengunyah :  Ya  Tidak
Kesulitan menelan :  Ya  Tidak
Keluhan :  Ya  Tidak
Jika ya, jelaskan: tidak ada keluhan pada mulut dan tenggorokan pasien

5. Telinga
 Bersih  Kotor
Peradangan: tidak ada peradangan
Fungsi pendengaran: keadaan telinga pada Ny.A normal
Keluhan :  Ya  Tidak
Jika ya, jelaskan: tidak ada keluhan pada telinga pasien

6. Leher
Pembesaran kelenjar tiroid :  Ya  Tidak
JVD : tidak ada
Refleks (spesifik): adanya refleks fisiologis

7. Thoraks
Bentuk dada :  simetris  tidak simetris
Suara napas tambahan
wheezing lokasi : ___________________
ronchi lokasi : ___________________
 Tidak ada
Suara jantung
normal, S1 S2 tunggal
lainnya, ______________________________
Keluhan :  Ya Tidak
Jika ya, jelaskan: _______________________________________

8. Abdomen
Bentuk simetris, bising usus normal, tidak ada pembesaran limfa
Rectum : keadaan abdomen Ny. A normal, tidak ada hemoroid pada abdomen
BAB : 1x sehari Konsistensi : padat
diare konstipasi  feses berdarah  tidak terasa lavament
 kesulitan  melena  colostomy  wasir  pencahar
tidak ada masalah
alat bantu, tidak ada
diet khusus, rendah garam rendah lemak

46
9. Genitalia
Payudara :  simetris  asimetris  tidak ada benjolan
bersih  kotor, _________________________________________
Keluhan :  Ya  Tidak
Jika ya, jelaskan: tidak ada keluhan pada bagian genitalia pasien

10. Integumen
bersih  kotor, _________________________________________
Warna kulit :  ikterik  cyanosis  pucat
kemerahan  pigmentasi sawo matang
Akral :  hangat  panas
dingin basah  dingin kering
Turgor :  Baik cukup  buruk/menurun
Keluhan :  Ya Tidak
Jika ya, jelaskan: tidak ada keluhan pada bagian integumen pasien

11. Ekstremitas
Kemampuan pergerakan sendi:  bebas terbatas
Parese :  ya  tidak
Paralise :  ya  tidak
Kekuatan otot : 4|4|4|4

Postur tubuh : tegap


Deformitas :  ya tidak
Tremor :  ya tidak
Edema :  ya  tidak
Alat bantu : tidak  ya, ______________________________

D. Status Kesehatan
Keluhan utama :
Ny. A mengatakan bahwa kaki kanan dan kirinya mengalami nyeri dibagian lututnya,
apalagi ketika dibuat berjalan.

Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan:


Ny. A mengatakan tidak mengerti penyebab dari penyakitnya ini, yang Ny. A ketahui
adalah karena faktor usianya dan sering kecapekan. Dan untuk mengatasinya Ny. A
meminum obat yang diberikan dokter dan membuat ramuan daun ubi, pala, jahe dan
kemudian ditumbuk airnya dioleskan ke bagian yang sakit.

Penggunaan obat-obatan
No Nama Obat Dosis Keterangan

47
- - -

E. Pengkajian Psikososial
Hubungan dengan orang lain dalam wisma:
 Tidak kenal  Sebatas kenal Mampu interaksi  Mampu bekerja sama
Hubungan dengan orang lain di luar wisma di dalam panti:
 Tidak kenal  Sebatas kenal  Mampu interaksi  Mampu bekerja sama
Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya di dalam panti:
 Selalu  Sering  Jarang  Tidak pernah
Stabilitas emosi:
 Labil  Stabil Irritable  Datar
Jelaskan: sejauh ini Ny. A mampu berinteraksi dengan baik kepada keluarga,
tetangga, maupun orang – orang disekitarnya.
Motivasi penghuni panti:  Kemampuan sendiri  Paksaan
Frekuensi kunjungan keluarga:
 1 kali/bulan  2 kali/bulan  Tidak pernah

F. Pengkajian Fungsional
1. Masalah emosional
Pertanyaan tahan 1
a) Apakah klien mengalami susah tidur?Tidak
b) Ada masalah atau banyak pikiran?Ada
c) Apakan klien murung atau menangis sendiri?Tidak
d) Apakah klien sering was-was atau khawatir? Tidak

2. Tingkat kerusakan intelektual


Dengan menggunakan SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionnaire), ajukan
beberapa pertanyaan pada daftar di bawah ini!
Benar Salah No Pertanyaan
 1 Tanggal berapa hari ini?
 2 Hari apa sekarang?
 3 Apa nama tempat ini?
 4 Dimana alamat ini?
 5 Berapa umur anda?
 6 Kapan anda lahir?
 7 Siapa presiden Indonesia?
 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
 9 Siapa nama ibu anda?
 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru secara menurun

48
Jumlah = Benar 6
Salah 4
Interpretasi:
Salah 0-3 = fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 = fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 = fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 = fungsi intelektual kerusakan berat
Ny. A mengalami fungsi intelektual kerusakan ringan
3. Identifikasi aspek kognitif
Dengan mengunakan MMSE (Mini-Mental State Examination)
Aspek Nilai Nilai
No Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
Menyebutkan dengan benar
Tahun : 2020 (benar)
Musim : hujan (benar)
1 Orientasi 5 5
Tanggal : 17 (benar)
Hari : Selasa (benar)
Bulan : Agustus (benar)
Dimana kita sekarang kita berada?
Negara : Indonesia (benar)
Provinsi : Jawa Timur (benar)
2 Orientasi 5 5
Kabupaten/kota : Surabaya (benar)
Panti :-
Wisma : -
Sebutkan 3 nama objek (misal: kursi,
meja, kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab:
3 Registrasi 3 2
Kursi : (benar)
Meja : (benar)
Kertas : (benar)
Meminta klien berhitung mulai dari 100
kemudian kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
Perhatian
1. 93
4 dan 5
2 2. 86
kalkulasi
3. 79
4. 72
5. 65

3 Minta klien untuk mengulang ketiga


5 Mengingat 3
objek pada poin ke-2 (tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukkan benda tersebut)
Minta klien untuk mengulang kata

49
berikut:
“ tidak ada, dan, jika atau tetapi)
Klien menjawab:
Minta klien untuk mengikuti perintah
7 berikut yang terdiri 3 langkah.
Ambil kertas ditangan anda, lipat dulu
dan taruh dilaci.
1. Ambil kertas ditangan anda
2. lipat
3.dan taruh dilaci
Perintahkan pada klien untuk hal berikut
(bila aktivitas sesuai perintah nilai satu
poin.
“tutup mata anda”
Perintahkan kepada klien untuk menulis
kalimat dan menyalin gambar
Total Nilai 30 24
Interpretasi:
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat
Ny. A tidak ada gangguan kognitif

G. Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan


Kebiasaan merokok:
> 3 batang sehari < 3 batang sehari  Tidak merokok

1. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi


Frekuensi makan:
 1x/hari  2x/hari  3x/hari  Tidak teratur
Jumlah makanan yang dihabiskan:
 1 porsi dihabiskan <1/2 porsi yang dihabiskan
1/2 porsi yang dihabiskan  Lain-lain, ___________________________
Makanan tambahan:
 Dihabiskan  Tidak dihabiskan  Kadang-kadang dihabiskan

2. Pola pemenuhan cairan


Frekuensi minum:
< 3 gelas/hari > 3 gelas/hari
Jika jawaban > 3 gelas/hari, alasan:
 Takut kencing malam hari  Persediaan air minum terbatas
 Tidak haus  Kebiasaan minum sedikit
Jenis miuman:
 Air putih  Kopi  Teh Susu  Lainnya, ________

50
3. Pola kebiasaan tidur
Jumlah waktu tidur:
< 4 jam 4-6 jam > 6 jam
Gangguan tidur berupa:
 Insomnia  Sulit mengawali
 Sering terbangun  Tidak ada gangguan
Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur:
 Santai  Keterampilan
 Diam saja  Ibadah/kegiatan keagamaan

4. Pola eliminasi alvi


Frekuensi BAB: 1x/hari  2x/hari  Lainnya, __________________
Konsistensi : padat
Gangguan BAB:
 Inkotinensia alvi Konstipasi  Diare  Tidak ada

5. Pola eliminasi uri


Frekuensi BAK:  1-3x/hari 4-6x/hari  > 6x/hari
Warna urine : kuning
Gangguan BAK :
 Inkotinensia urine  Retensi urine  Lainnya, tidak ada gangguan BAK

6. Pola aktivitas
Kegiatan produktif lansia yag sering dilakukan:
 Membantu kegiatan dapur  Berkebun
 Pekerjaan rumah tangga  Keterampilan tangan

7. Pola perawatan diri


Kebiasaan mandi
 1x/hari  2x/hari 3x/hari < 1x/hari
Memakai sabun : Ya  Tidak
Sikat gigi :  1x/hari 2x/hari  Tidak pernah
Menggunakan pasta gigi : Ya  Tidak
Berganti pakaian bersih : 1x/hari > 1x/hari  Tidak ganti
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
Nilai
No Jenis Aktivitas Penilaian
Bantuan Total
1. Makan 0 10 10
2. Minum 0 10 10
3. Berpindah dari kursi roda ke tempat 0 15 15

51
tidur dan sebaliknya.
4. Kebersihan diri: cuci muka, 0 5 5
menyisir, aktivitas di kamar mandi
(toiletting).
5. Mandi 0 5 5
Berjalan di jalan yang datar (jika
tidak mampu berjalan lakukan
dengan kursi roda).
6. Naik turun tangga 0 5 5
7. Berpakaian termasuk mengenakan 0 15 15
sepatu 10 10
8. Mengontrol defekasi 0 10 10
9. Mengontrol berkemih 0 10 10
10. Olahraga/ latihan 0 10 10
11. Rekreasi/ pemanfaatan waktu luang 0 10 10

Total Nilai 100 100


Keterangan:Mandiri
Masing- masing indikator penilaian memiliki rentang nilai 5-10
Interpretasi:
60 : Ketergantungan penuh
65-125 : Ketergantunagn ringan
120 : Mandiri

H. Pengkajian Lingkungan
1. Pemukiman
Luas bangunan : 6x20
Bentuk bangunan :
 Permanen  Petak  Asrama  Paviliun
Jenis bangunan :
 Permanen  Semi permanen  Non permanen
Atap rumah :
Genting  Seng  Ijuk  Kayu  Asbes
Dinding :
 Tembok  Kayu  Bambu  Lainnya, __________________
Lantai :
 Semen  Ubin Keramik  Tanah  Lainnya, ________
Kebersihan lantai :  Baik  Kurang
Ventilasi : < 15% luas lantai  15% luas lantai
Pencahayaan :  Baik  Kurang
Pengaturan penataan perabot: Baik  Kurang
Kelengkapan alat rumah tangga: Lengkap  Tidak Lengkap

2. Sanitasi

52
Penyediaan air bersih (MCK) :
 PDAM  Sumur  Sungai Lainnya, ___________________
Penyediaan air minum :
 Air rebus sendiri  Air biasa tanpa rebus  Beli air kemasan
Pengelolaan jamban:  Bersama  Pribadi  Kelompok  Lainnya, __
Jenis Jamban :
 Leher angsa  Cemplung tertutup  Cemplung terbuka
 Lainnya, _______
Jarak dengan sumber air: < 10 meter > 10 meter
Sarana pembuangan air limbah: Lancar  Tidak lancar
Pembuangan sampah :
 Ditimbun  Dibakar  Didaur ulang
 Di buang sembarang tempat  Di kelola dinas
Polusi udara :
 Pabrik  Rumah Tangga  Industri  Lainnya, ____________
Pengelolaan binatang pengerat :
 Dengan racun  Dengan alat  Lainnya, ___________

3. Fasilitas
Peternakan :  Ada Tidak Jenis: __________________
Perikanan :  Ada Tidak Jenis: __________________
Sarana olahraga :  Ada  Tidak Jenis: __________________
Taman : Ada Tidak Jenis: __________________
Ruang pertemuan : Ada Tidak Jenis: __________________
Sarana hiburan. : AdaTidakJenis: Tv
Saran ibadah : Ada Tidak Jenis: __________________

4. Keamanan dan transportasi


Sistem keamanan lingkungan : Ada Tidak
Penannggulangan kebakaran : Ada Tidak
Penanggulangan bencana :  Ada Tidak
Kondisi jalan masuk panti :
 Rata  Tidak rata  Licin  Tidak licin
Transportasi yang dimiliki :
 Mobil  Sepeda motor  Lainnya, ______________________

5. Komunikasi
Sarana komunikasi :  Ada  Tidak
Jenis komunikasi yang digunakan dalam panti:
 Telepon  Kotak surat  Fax  Lainnya, ______________
Cara penyebaran informasi :
Langsung  Tidak langsung  Lainnya, _______________________

53
Pengkajian status fungsional, kognitif, afektif, dan sosial
1. Indeks KATZ (pengkajian status fungsional)
INDEKS KATZ
Skor Kriteria
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
A
berpakaian dan mandi.
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
B
fungsi tersebut.
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
C
dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
D
berpakaian dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
E
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
F
berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.
Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
Lain-lain
diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan G.
Kesimpulan : Skor B. Ny.A mampu beraktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut.

2. Depresi Beck, berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejala dan sikap
yang berhubungan dengan depresi.
Inventaris Depresi Beck
Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia, di mana saya tidak dapat
menghadapinya
2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau.
0 Saya tidak merasa sedih.
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia dan sesuatu dapat
membaik tidak
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan.
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagai seorang (orang tua, suami,
istri).
2 Seperti melihat kebelakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan.

54
1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya.
0 Saya tidak merasa gagal.
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya.
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun.
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
0 Saya merasa tidak puas.
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik.
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya merasa kecewa dengan diri saya sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan
diri sendiri
H. Menarik diri dari social
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli
pada mereka semuanya.
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka.
1 Saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha membuat keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanent dalam
penampilan saya dan ini membuat saya tak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada
sebelumnya
K. Kesulitan kerja

55
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya lelah lebih dari yang biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya
Intepretasi:
0-4 = depresi tidak ada atau minimal
5-7 = depresi ringan
8-15 = depresi sedang
>16 = depresi berat
Kesimpulan:
Ny. A dengan skor 6 yaitu depresi ringan

3. Skala Depresi Geriatik Yesavage,dengan penilaian jika jawaban pertanyaan


sesuai indikasi di nilai poin 1 (nilai 1 poin untuk setiap respon yang cocok
dengan jawaban ya atau tidak setelah pertanyaan). Nilai 5 atau lebih dapat
menandakan depresi.
Skala Depresi Geriatik Yesavage, bentuk singkat
1. Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan Anda? ( 1 )
2. SudakahAnda mengeluarkan aktivitas dan minat Anda? ( 1 )
3. Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda kosong? ( 1 )
4. Apakah Anda sering bosan? ( 1 )
5. Apakah Anda mempunyai semangat yang baik setiap waktu? ( 1 )
6. Apakah Anda takut sesuatu akan terjadi pada Anda? ( 1 )
7. Apakah Anda merasa bahagia di setiap waktu? ( 1 )
8. Apakah Anda lebih suka tinggal di rumah setiap waktu malam hari, dari pada
pergi dan melakukan sesuatu yang baru? ( 1 )
9. Apakah Anda merasa bahwa Anda mempunyai lebih banyak masalah dengan
ingatan Anda dari pada yang lainnya? ( 1 )
10. Apakah Anda berfikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini? ( 1 )
11. Apakah Anda merasa Saya sangat tidak berguna dengan keadaan Anda
sekarang? ( 1 )

56
12. Apakah Anda merasa penuh berenergi? ( 1 )
13. Apakah Anda berfikir bahwa situasi Anda tak ada harapan? ( 1 )
14. Apakah Anda berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada Anda?
( 1)

4. Pengkajian status sosial


Status sosial lansia dapat diukur menggunakan APGAR keluarga. Penilaian: jika
pertanyaan-pertanyaan yang dijawab “selalu” (poin 2), “kadang-kadang” (poin 1),
“hampir tidak pernah” (poin 0).
APGAR Keluarga
No Uraian Skor
Fungsi
.
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga 2
(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya.
2. Hubungan Saya puas denga cara keluarga (teman-teman) saya 2
membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya.
3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya 1
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru.
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya 1
mengekspresikan afek dan berespons terhadap
4. Afeksi
emosi-emosi saya, seperti marah, sedih, dan
mencintai.
Saya puas dengan cara teman-teman saya dan 1
5. Pemecahan
menyediakan waktu bersama-sama.
Total Nilai 7
Intepretasi:
<3 = disfungsi berat
4-6 = disfungsi sedang
≥6 = fungsi baik
Kesimpulan:
Ny. A memiliki total 7 yaitu fungsi baik

5.5.1 Analisa Data


Nama Klien : Ny. A
Umur : 55 tahun

57
Diagnosa Medis : Osteoarthitis

No Tanda dan Gejala Penyebab Diagnosa


.
1 Ds : Latihan fisik berlebih Nyeri Akut
- Ny. A mengatakan kaki
kanan dan kirinya nyeri
di bagian lutut
- Ny. A mengatakan
nyeri terasa saat dibuat
berjalan
Do :
- Ny. A tampak meringis
- TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 82x/menit
S : 36,2˚C
RR : 22x/menit
BB : 50 kg
- P : Osteoathritis
- Q : seperti tertusuk
jarum
- R : dibagiaan lutut
sampai tungai kaki
bagian kanan dan kiri
- S :6
- T : kadang-kadang
saat melakukan aktifitas
terlalu berat

5.5.2 Diagnosa Keperawatan


Nama Klien : Ny. A
Umur : 60 tahun
Diagnosa Medis : Osteoathritis

58
No Diagnosa Keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan dengan penurunan fungsi tulang ditandai
dengan kaki kanan dan kirinya nyeri di bagian lutut saaat
berjalan/aktifitas berat
(D.0077)
2. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan sendi
menurun ditandai dengan nyeri pada kaki kanan dan kirinya sudah
sejak 1 tahun yang lalu. (D.0054)
3. Resiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot (D.0136)

5.5.3 intervensi Keperawatan

SLKI SIKI
Diagnosa
Kode Hasil Kode Hasil
Nyeri akut Tujuan: Setelah dilakukan I.08238 Manajemen nyeri
intervensi selama 2X24 Definisi : mengidentikasi dan
jam diharapkan masalah mengelola pengalaman sensorik
dapat teratasi dengan atau emosional yang berkaitan
kriteria hasil dengan kerusakan jaringan atau
Luaran : Tingkat Nyeri fungsional dengan onset mendadak
1. Keluhan nyeri dari atau lambat dan berintansitas ringan
skala 1 (cukup hingga berat dan konstan.
meningkat) menjadi Intervensi
L.0504 skala 4 (cukup Observasi :
2 menurun). 1. Identifikasi skala nyeri
2.Kesulitan tidur dari 2. Identifikasi factor yang
skala 2 (cukup memperberat dan memperingan
meningkat) menjadi nyeri
skala 5 (meningkat). 3. Identifikasi respon nyeri dan
non-verbal
4. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Berikan terapi relaksasi dengan
memberikan aromaterapi
Lavender untuk membantu
mengurangi nyeri.
Edukasi :

59
1. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
2. Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Gangguan L.0504 Tujuan: Setelah dilakukan I.05185 Teknik Latihan Pergerakan Sendi
Mobilitas 4 intervensi selama 2X24 Definisi: menggunakan teknik
fisik jam diharapkan masalah gerakan tubuh aktif atau pasif untuk
dapat teratasi dengan mempertahankan atau
kriteria hasil mengembalikan /meningkatkan
Luaran : pergerakan sendii fleksibilitas sendi
1. lutut (kanan) dari skala Tindakan
2 (cukup menurun) Observasi:
menjadi skala 4 (cukup 1. observasi keterbatasan fungsi
meningkat). gerak sendi
2. lutut (kanan) dari skala 2. monitor lokasi dan
2 (cukup menurun) ketidaknyamanan atau rasa sakit
menjadi skala 4 (cukup selama gerakan/aktivitas
meningkat). Terapeutik
1. lakukan pengendalian nyeri
sebelum memulai latihan
2. berikan posisi tubuh optimal
untuk gerakan sendi pasif/aktif
Edukasi
1. jelaskan kepada pasien/ keluarga
tujuan dan rencanakan latihan
bersama
Kolaborasi
Kolaborasi dengan fisioterapi dalam
mengembangkan melaksanakan
program latihan.
Resiko L.1413 Tujuan: Setelah dilakukan I.14537 Pencegahan cedera
Cedera 6 intervensi selama 2X24 Definisi: mengidentifikasi dan
jam diharapkan masalah menurunkan resiko mengalami
dapat teratasi dengan bahaya atau kerusakan fisik
kriteria hasil Tindakan
Luaran : tingkat cedera Observasi:
1. toleransi aktifitas dari 1.identifikasi area lingkungan yang
skala 2 (cukup menurun) menyebabkan cedera
menjadi skala 4 (cukup Terapeutik:
meningkat). 1.Diskusikan mengenai latihan dan

60
2. ekspresi wajah kesaitan terapi fisik yang diperlukan
dari skala 2 (cukup 2. diskusikan mengenai alat bantu
meningkat) menjadi skala mobilitas yang sesuai (mis. Tongkat
4 (cukup menurun). atau alat bantu jalan)
3. diskusikan bersama anggota
keluarga yang dapat mendampingi
pasien
Edukasi:
1.jelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh ke pasien dan
keluarga

61
2.5.4 Catatan Perkembangan

No Tanggal Jam Implementasi Evaluasi TTD


Dx
1 11-11- 08.00 Mengidentifikasi S : pasien
skala nyeri
2020 mengatakan
R/ : pasien
mengatakan nyeri sebelumnya tidak
terjadi di skala 6
mengetahui skala
nyeri
O:
- pasien terlihat
meringis
kesakitan
- TTV :
TD :
120/80
mmHg
N :
82x/menit
S : 36,2˚C
RR :
22x/menit
BB : 50 kg
- P :
Osteoathritis
- Q : seperti
tertusuk
jarum
- R :
dibagiaan
lutut sampai
tungai kaki
bagian kanan
dan kiri
- S :6
- T :
kadang-
kadang saat

62
- melakukan
aktifitas
terlalu berat

A : masalah
teratasi sebagian
P : intervensi
dilanjutkan pada
memberikan
teknik non
farmakologis

Mengidentifikasi
factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
R/ : pasien
mengetahui faktor
osteoarthritis
(termasuk penurunan
fungsi tulang dll)

Mengdentifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup

R/ : pasien
mengatakan nyeri
terasa saat dibuat
berjalan/ aktifitas
berat
2. 12-11- 08.00 Memberikan teknik S : pasien
nonfarmakologis
2020 mengatakan
untuk mengurangi
rasa nyeri. sebelumnya tidak
R/ : pasien mampu
pernah

63
melakukan terapi menggunakan alat
nonfarmakologis
bantu gerak
untuk meredakan
nyeri dengan O : pasien
menggunakan alat
terlihat terbantu
bantu gerak
dengan
menggunakan alat
bantu gerak
A : masalah
teratasi
P : intervensi
dihentikan

64
JURNAL

No Judul Populasi Intervention Comparison Outcome


1. Pengaruh Senam Lansia di Senam terhadap Senam berpengaruh Hasil penelitian
Terhadap posyandu Dusun keluhan terhadap keluhan menunjukkan
Keluhan Nggaren Desa musculoskeletal musculoskeletal yang Bahwa terdapat perbedaan
Muskuloskeletal Pandeyan Kec. pada lansia di dialami oleh lansia. presentase nilai Nordic Body
Pada Lansia Ngemplak kab. posyandu Dusun Senam memberikan Map sebelum dan sesudah
Boyolali Nggaren Desa dampak positif intervensi pada kategori
Pandeyan Kec. terhadap penurunan rendah 16,7% menjadi 25%
Ngemplak kab. keluhan dan pada kategori tinggi
Boyolali musculoskeletal. 10,4% menjadi 2,1%.
Hasil analisa data dengan
menggunakan uji komparatif
menggunakan wilcoxon
terhadap musculoskeletal
ssebelum dan sesudah
intervensi didapatkan α=
0,05(95%) diperoleh nilai
ρ˂0,05 sehingga dapat
dinyatakan bahwa terdapat
perbedaan signifikan antara
nilai pree test NBM.
Berdasarkan data tersebut
dapat diambil kesimpulan
bahwa senam berpengaruh
terhadap penurunan keluhan
musculoskeletal
2. PENGARUH 18 Responden Tindakan Latihan ROM pasif Berdasarkan penelitian
TINDAKAN lansia yang pencegahan terhadap dilakukan untuk menemukan sebelum

65
PENCEGAHA mengalami kejadian dekubitus menghindarkan lansia dilakukan intervensi berupa
N TERHADAP imobilisasi di pada lansia dari kontraktur dan tindakan pencegahan
KEJADIAN wilayah kerja imobilisasi atropi otot. Perubahan dekubitus kondisi kulit
DEKUBITUS puskesmas posisi tirah baring responden hampir
PADA LANSIA karangrejo kota secara teratur dalam seluruhnya dalam kondisi
IMOBILISASI tarakan. interval waktu 2 jam buruk, yaitu 11 responden
sekali diyakini dapat (61%) mempunyai kondisi
menghindarkan kulit kurang dan 6 responden
terjadinya luka (33%) mempunyai kondisi
dekubitus. Tindakan kulit sangat kurang. Kondisi
ini merupakan kulit responden sebagian
penekanan tindakan besar mengalami perubahan
pencegahan dekubitus menjadi kondisi baik sesudah
pada penelitian ini. dilakukan intervensi
tindakan pencegahan
dekubitus. Setelah tindakan
pencegahan, sebagian besar
lansia memiliki kondisi kulit
yang baik yaitu 13 responden
(72%), 4 responden (22%)
memiliki kondisi kulit
cukup, dan tidak satupun
responden memiliki kondisi
kulit kurang atau buruk.
Hasil analisis statistik
menggunakan uji Wilcoxon
diperoleh nilai Z -3,898b
dengan nilai signifikansi
p=0,000 yang berarti bahwa
tindakan pencegahan yang
dilakukan terbukti secara

66
signifikan dapat mencegah
terjadinya dekubitus pada
lansia imobilisasi

67
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penuaan terjadi pada berbagai jaringan, organ dan sistem tubuh. Diantaranya
sistem muskuloskeletal, sistem saraf, sistem kardiovaskular, sistem respirasi,
sistem indra dan sistem integumen. Pada sistem muskuloskeletal, penuaan dapat
menyebabkan perubahan fisiologis yang bervariasi.Lansia banyak mengalami
problem muskuloskeletal berupa penurunan fleksibilitas otot, penurunan
kekuatan otot, stabilitas postural yang buruk, perubahan pola jalan, dan adanya
nyeri musculoskeletal.Otot–otot ekstremitas bawah sebagian besar terdiri dari
otot–otot besar yang berfungsi untuk melakukan gerakan ambulasi seperti
berjalan, sehingga penurunan kekuatan otot ekstremitas bawah dapat
berpengaruh terhadap aktivitas berjalan.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat untuk pembaca dan dapat memberikan kritik dan sarannya untuk
kesempurnaan makalah selanjutnya

68
DAFTAR PUSTAKA

Kurnianto DP. 2015. Menjaga Kesehatan di Usia Lanjut. Prodi Ilmu Keolahtagaan
PPS UNY, 11(2) : 19-29.

Nazhifah, Naurah. 2018. Asuhan Keperawatan Osteoarthritis Fokus Studi


Penatalaksanaan Nyeri Di RSUD Tidar Kota Magelang Jurnal Ilmu
Kesehatan. Volume 2 Nomor 2: 2597-8594
Nugroho, Wahjudi. (2012) Keperawatan Grontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawataan
Berdasarkan Diagnosis Medis& Nanda Ni-Noc Edisi Revisi Jilid 1.
Jogjakarta: MediAction
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawataan
Berdasarkan Diagnosis Medis& Nanda Ni-Noc Edisi Revisi Jilid 3.
Jogjakarta: MediAction
Statistik Penduduk Lanjut Usia (2014) http://www.bappenas.go.id. Diakses tanggal 20
November 2020 jam 07.10 WIB.

Sunaryo,dkk.2015.Asuhan Keperawatan Gerotik. CV.ANDI OFFSET: Yogyakarta.

Rendi, Clevo & Mrgareth. 2012.Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan. DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan. DPP PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan. DPP PPNI

69

Anda mungkin juga menyukai