Artikel Penelitian
ABSTRAK
Kota Depok merupakan wilayah pertama terdeteksinya Covid-19 di Indonesia dan juga wilayah dengan kasus tertinggi
di Jawa Barat. Untuk menangani masalah ini maka diberlakukan Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),
namun pada pelaksanaannya masih banyak masyarakat yang tidak patuh dan kasus Covid-19 semakin meningkat.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor yang memiliki hubungan dengan kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan
PSBB di Kota Depok. Metode yang dipakai yaitu metode kuantitatif dan potong lintang. Responden penelitian sebanyak 285
orang dengan metode accidental sampling. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji nonparametric.
Penelitian ini menunjukkan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan, yaitu jenis kelamin (p=0,005), tingkat pendidikan
(p=0,036), pengetahuan (p=0,014), dan sikap (p=0,000). Kepatuhan PSBB semakin meningkat pada responden perempuan
dengan tingkat pendidikan lebih tinggi, pengetahuan baik, dan sikap yang mendukung terhadap kebijakan PSBB.
Kata kunci: Kepatuhan, Covid-19, Kebijakan PSBB
ABSTRACT
Depok City is the first area to have Covid-19 detected in Indonesia and also the region with the highest cases in West Java.
The Large-scale Social Restrictions Policy (PSBB) was implemented to handle this problem. However, some people did not
obey the rules and Covid-19 cases were increased. The purpose of this study is to figure the factors related to community
compliance with the Large-scale Social Restrictions Policy in Depok City. This research used a quantitative method and
cross-sectional design. Respondents of the study were 285 people and used an accidental sampling method. Data analyzed
by univariate and bivariate with the nonparametric test. The results of this study indicate the factors associated with
the Large-scale Social Restrictions Policy are gender (p = 0.005), education level (p = 0.036), knowledge (p = 0.014), and
attitude (p = 0.000). The Large-scale Social Restrictions Policy’s compliance is increasing among female respondents with
higher education level, have good knowledge, and a supportive attitude towards the Large-scale Social Restrictions Policy.
Keywords: Compliance, Covid-19, Large-scale social restrictions policy
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 09, No. 03 September 2020 • 117
Determinan Kepatuhan Masyarakat Kota Depok: Wiranti, Ayun Sriatmi, Wulan Kusumastuti
118 • Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 09, No. 03 September 2020
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI
variabel, subjek, dan lokasi penelitian. Terdapat Kolmogorov Smirnov data berdistribusi tidak
dua variabel yang diteliti pada penelitian ini yang normal. Pada variabel jenis kelamin, tingkat
akan dibahas pada bagian metode penelitian. pendidikan dan pekerjaan, menggunakan uji
Subjek pada penelitian ini adalah seluruh chi-square karena data berkategori nominal.(14)
masyarakat Kota Depok serta lokasi penelitian ini Sementara pada variabel pengetahuan, sikap,
di Kota Depok. pengawasan, sarana prasarana, dukungan
Kurangnya kepatuhan masyarakat Kota Depok pemerintah dan dukungan tokoh masyarakat
dalam pelaksanaan kebijakan ini menimbulkan menggunakan uji rank spearman karena data
pertanyaan, faktor apa saja yang mempengaruhi berkategori ordinal.(14) Tingkat kemaknaan
kepatuhan terhadap kebijakan PSBB di Kota hubungan antara variabel bebas dan variabel
Depok. Tujuan penelitian ini untuk untuk melihat terikat ditentukan dengan nilai p-value < 0,05.
faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan Penelitian ini sudah lolos uji etik dan sudah
kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan PSBB memenuhi persyaratan untuk dilakukan penelitian.
di Kota Depok Hal ini dibuktikan melalui sertifikat yang dikeluarkan
dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
METODE PENELITIAN Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
dengan nomor referensi kode etik 136/EA/KEPK-
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
FKM/2020 Tahun 2020.
dengan desain penelitian cross sectional.
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
instrumen kuesioner yang dibuat melalui google
form dan disebarkan secara daring. Hal ini Pada Tabel 1 terlihat, secara karakteristik
dilakukan untuk mematuhi peraturan yang sebagian besar responden penelitian ini adalah
sedang berlaku saat pengambilan data penelitian perempuan (66,7%) dengan tingkat pendidikan
pada bulan Juni 2020. Sebelum melakukan Menengah-Atas (53%) yang merupakan jenjang
pengumpulan data, kuesioner terlebih dahulu pendidikan akhir tamat perguruan tinggi dan
dilakukan uji validitas dan reliabilitas kepada 46 memiliki status tidak bekerja (61,4%).
orang responden diluar sampel penelitian ini untuk Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
meyakinkan bahwa instrumen sudah sesuai dan Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persentase (%)
tepat untuk mengukur variabel yang diteliti. Jenis Kelamin
Populasi dalam penelitian ini merupakan Laki-laki 95 33,3
seluruh masyarakat Kota Depok sebanyak Perempuan 190 66,7
2.406.826 orang. Sampel minimal penelitian ini
Tingkat Pendidikan
dihitung menggunakan rumus Slovin sebanyak
100 orang. Kriteria sampel yaitu bersedia menjadi Menengah-Bawah 134 47,0
kali, serta mengisi data dengan lengkap dan jelas. Tidak Bekerja 175 61,4
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Bekerja 110 38,8
accidental sampling, dimana penentuan sampel
berdasarkan kebetulan. Total responden yang
menjawab sebanyak 316 responden, namun
sebanyak 31 responden tidak memenuhi kriteria
berupa mengisi kuesioner lebih dari satu kali serta
mengisi data tidak lengkap. Sehingga hanya 285
responden yang menjadi sampel penelitian.
Variabel terikat penelitian ini adalah kepatuhan
masyarakat terhadap kebijakan PSBB dan variabel
bebas yaitu karakteristik individu (jenis kelamin, Gambar 2. Distribusi Frekuensi Responden
tingkat pendidikan, pekerjaan), pengetahuan, Pada Gambar 2, sebagian besar responden
sikap, sarana prasarana, pengawasan, dukungan memiliki sikap yang mendukung terhadap kebijakan
pemerintah, dan dukungan tokoh masyarakat. PSBB (65,6%) dan merasakan adanya dukungan
Data dianalisis secara univariat untuk tokoh masyarakat yang baik (64,2%). Responden
menghasilkan distribusi frekuensi pada setiap pada kategori pengetahuan, pengawasan, sarana
variabel dan analisis secara bivariat untuk mencari prasarana, dan dukungan tokoh masyarakat
hubungan antara variabel bebas dengan variabel yang baik, memiliki frekuensi sedikit lebih banyak
terikat. Data diuji menggunakan uji nonparametric dibanding yang kurang. Pada variabel kepatuhan,
karena hasil uji normalitas data menggunakan
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 09, No. 03 September 2020 • 119
Determinan Kepatuhan Masyarakat Kota Depok: Wiranti, Ayun Sriatmi, Wulan Kusumastuti
walaupun sebagian besar responden termasuk 44,2% responden yang memiliki kepatuhan
dalam kategori kepatuhan terhadap kebijakan terhadap kebijakan PSBB yang rendah.
PSBB yang tinggi, namun masih ada sebanyak
Tabel 2. Distribusi Hubungan Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
Kepatuhan Masyarakat
Variabel Rendah Tinggi p
n % n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 53 55,8 42 44,2
0,005
Perempuan 73 38,4 117 61,6
Tingkat Pendidikan
Menengah-Bawah (Tidak Sekolah – Tamat SMA) 68 50,7 66 49,3
0,036
Menengah-Atas (Tamat Perguruan Tinggi) 58 38,4 93 61,6
Pekerjaan
Tidak Bekerja 76 43,3 99 56,6
0,737
Bekerja 50 45,5 60 54,5
Pengetahuan
Kurang 59 45,7 70 54,3
0,014
Baik 67 42,9 89 57,1
Sikap
Kurang 61 62,2 37 37,8
0,000
Baik 65 34,8 122 65,2
Sarana Prasarana
Tidak baik 59 46,8 67 53,2
0,431
Baik 67 42,1 92 57,9
Pengawasan
Rendah 57 40,4 84 59,6
0,204
Tinggi 69 47,9 75 52,1
Dukungan Pemerintah
Kurang 58 44,6 72 55,4
0,900
Baik 68 43,9 87 56,1
Dukungan Tokoh Masyarakat
Kurang 45 44,1 57 55,9
0,981
Baik 81 44,3 102 55,7
Hubungan bivariat antara variabel bebas Ditinjau dari hubungan jenis kelamin dengan
dengan variabel terikat pada penelitian ini kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan PSBB,
disajikan dalam Tabel 2 di atas. Berdasarkan Tabel hasil penelitian ini menunjukkan responden dengan
2, terlihat bahwa responden dengan kepatuhan kepatuhan tinggi banyak dilakukan oleh responden
tinggi lebih banyak dilakukan oleh responden perempuan. Kejadian ini dapat didasari adanya
perempuan (61,6%), dengan tingkat pendidikan perbedaan sifat pada setiap gender. Menurut
Menengah-Atas (61,6%) dan berstatus tidak Aubee dalam penelitian Kurniasari, perempuan
bekerja (56,6%). Responden dengan kategori memiliki sifat penuh kasih sayang, merasa
kepatuhan tinggi juga lebih banyak dilakukan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan
oleh responden yang memiliki pengetahuan baik orang di sekitarnya, serta lembut. Sementara
(57,1%), sikap yang baik (65,2%), tersedianya laki-laki cenderung memiliki sifat agresif, senang
sarana prasarana yang baik (57,9%), memiliki berpetualang, kasar, suka keleluasaan dan lebih
persepsi pengawasan yang rendah (59,6%) serta berani mengambil risiko.(15) Dalam konteks ini
merasakan adanya dukungan pemerintah yang risiko yang ada salah satunya yaitu risiko tertular
baik (56,1%) dan dukungan tokoh masyarakat Covid-19. Sehingga adanya perbedaan sifat ini
yang kurang (55,9%). dapat menyebabkan perempuan cenderung lebih
Berdasarkan hasil uji hubungan, dapat dilihat takut untuk melanggar peraturan.
bahwa tidak semua variabel memiliki nilai p-value Banyaknya perempuan yang patuh terhadap
<0,05, maka tidak semua variabel memiliki kebijakan PSBB di Kota Depok juga dapat
hubungan yang bermakna dengan kepatuhan disebabkan oleh perbedaan status pekerjaan
masyarakat terhadap kebijakan PSBB. Faktor antara perempuan dan laki-laki. Berdasarkan data
yang secara statistik memiliki hubungan dengan BPS Kota Depok tahun 2020, sebanyak 39,6%
kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan perempuan di Kota Depok bekerja mengurus
PSBB di Kota Depok, yaitu jenis kelamin, tingkat rumah tangga. Sejalan dengan teori Darwin dalam
pendidikan, pengetahuan, dan sikap. Hasyim, menyatakan bahwa pekerjaan perempuan
120 • Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 09, No. 03 September 2020
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI
terbatas pada sektor domestik sementara laki-laki Merujuk dari teori S. Nasution, tingkat pendidikan
mendominasi sektor perekonomian.(16) Sehingga mempengaruhi tinggi rendahnya pengetahuan
adanya kebijakan PSBB yang mengharuskan seseorang.(21) Sementara menurut Notoatmodjo,
masyarakat berada di rumah cenderung tidak pengetahuan seseorang akan membentuk
mengganggu pekerjaan perempuan, berbeda perilaku individu tersebut.(11) Pada penelitian yang
dengan laki-laki yang banyak bekerja di luar telah dilakukan oleh Pradono menunjukkan bahwa
rumah. perubahan perilaku hidup sehat ditentukan salah
Secara sosiologis masyarakat Kota Depok satunya oleh tingkat pendidikan.(22) Sehingga
mengutamakan nilai-nilai agama dengan mayoritas pendidikan memang memiliki peran penting dalam
penduduknya beragama Islam. Terdapat ajaran pembentukan perilaku. Dapat diartikan bahwa
pada agama tersebut bahwa perempuan lebih baik tingkat pendidikan akan membentuk pengetahuan
membatasi aktivitas di luar rumah.(17) Hal ini dapat seseorang yang kemudian akan meningkatkan
membentuk perilaku patuh terhadap kebijakan perilaku patuh terhadap kebijakan PSBB. Namun
PSBB bagi perempuan. menurut data BPS Kota Depok 2020, sebanyak
Beberapa penelitian lain juga menyatakan bahwa hampir 46% masyarakat Kota Depok hanya
perempuan lebih patuh terhadap kebijakan, seperti lulusan tamat SMA dan sederajat. Maka perlu
pada penelitian Nuqul yang menyatakan bahwa dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan
perempuan memiliki intensitas kepatuhan terhadap kepatuhan masyarakat dengan memanfaatkan
peraturan lebih tinggi dibanding laki-laki.(18) Pada situasi yang ada.
penelitian Agustine mengenai kepatuhan minum Faktor lainnya yang dapat meningkatkan
obat, diketahui bahwa wanita lebih patuh minum kepatuhan seseorang adalah pengetahuan.
obat dibandingkan laki-laki.(19) Bahkan dalam Hasil penelitian ini menunjukkan responden
konteks peraturan lalu lintas berdasarkan hasil yang patuh terhadap kebijakan PSBB lebih
penelitian Kurniasari, menyatakan bahwa wanita banyak dilakukan oleh responden dengan
lebih patuh terhadap peraturan dibanding laki-laki. pengetahuan terhadap kebijakan PSBB yang baik.
(15)
Sehingga dari beberapa penelitian tersebut Berdasarkan hasil analisis jawaban responden,
dapat disimpulkan bahwa perempuan cenderung indikator pengetahuan yang masih kurang yaitu
lebih patuh terhadap regulasi yang ada. pengetahuan mengenai arti kebijakan PSBB
Hasil uji statistik juga menunjukkan adanya serta indikator protokol kesehatan yang berlaku.
hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan Sebanyak 34,7% responden masih belum
masyarakat terhadap kebijakan PSBB di Kota mengetahui bahwa kebijakan PSBB merupakan
Depok (p = 0,005). Sehingga untuk meningkatkan pembatasan kegiatan tertentu dimana masih ada
kepatuhan masyarakat dapat dilakukan upaya beberapa kegiatan yang masih boleh dilakukan
berupa menjadikan perempuan sebagai motor seperti kegiatan pemenuhan kebutuhan pokok.
penggerak kepatuhan kebijakan PSBB di Kota Namun dalam pelaksanaannya harus mengikuti
Depok. Melalui peran perempuan sebagai ibu protokol kesehatan.
rumah tangga, kader, maupun tokoh masyarakat Sebanyak 44,6% responden masih memiliki
dapat ikut turut mensosialisasikan gerakan pemahaman yang kurang tepat mengenai protokol
mematuhi kebijakan PSBB untuk mengurangi kesehatan yang perlu dilakukan. Pemahaman
penyebaran Covid-19. yang kurang yaitu pemahaman harus memakai
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sarung tangan ketika keluar rumah. Pada penelitian
Firnanda mengenai kepatuhan terhadap peraturan Gobi menyatakan bahwa penggunaan sarung
Kawasan Tanpa Rokok (KTR), yang menunjukkan tangan di luar kebutuhan medis belum terbukti
ada hubungan antara jenis kelamin dengan efektif mencegah terinfeksi Covid-19. Selain itu,
perilaku patuh.(20) penggunaan sarung tangan mungkin memberikan
Penelitian ini memperlihatkan responden masalah yang lain.(23) Pada artikel Linda Nazarko
dengan pendidikan lebih tinggi (Menengah-Atas) menyebutkan bahwa penggunaan sarung tangan
cenderung lebih patuh dibandingkan responden tidak pada kondisi yang seharusnya dapat
dengan pendidikan lebih rendah (Menengah- menyebarkan virus lebih luas. Sehingga sarung
Bawah). Hasil perhitungan secara statistik tangan sebaiknya hanya digunakan pada aktivitas
menunjukkan ada hubungan pada variabel yang membawa risiko terpapar tinggi, bukan pada
tingkat pendidikan dengan kepatuhan masyarakat aktivitas harian seperti pemenuhan kebutuhan
terhadap kebijakan PSBB (p = 0,036). Hasil pokok.(24) Pada situasi seperti ini penggunaan alat
penelitian ini sejalan dengan penelitian Agustine pelindung diri harus digunakan semestinya untuk
yang menunjukkan bahwa kepatuhan akan menghindari kelangkaan ketersediaan barang.
semakin meningkat pada responden dengan Protokol kesehatan yang perlu dilakukan adalah
tingkat pendidikan tinggi.(19) rajin mencuci tangan, memakai masker dan
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 09, No. 03 September 2020 • 121
Determinan Kepatuhan Masyarakat Kota Depok: Wiranti, Ayun Sriatmi, Wulan Kusumastuti
menjaga jarak dengan orang lain.(25) Hal ini sejalan Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan
dengan penelitian Webster yang menyatakan antara sikap dengan kepatuhan terhadap
bahwa kepatuhan karantina akan lebih banyak kebijakan PSBB dengan p value sebesar 0,000.
dilakukan pada orang yang memiliki pengetahuan Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ahmad
tentang penyakit yang dideritanya serta prosedur dan penelitian Firnanda mengenai kepatuhan
karantina.(12) terhadap peraturan KTR yang menyatakan bahwa
Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan
antara pengetahuan responden terhadap terhadap peraturan yang ada.(13,20)
kebijakan PSBB dengan kepatuhan terhadap Tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap
kebijakan PSBB dengan p value sebesar 0,014. merupakan suatu hal yang berhubungan satu
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yulyana sama lain.(11,21,29) Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ada pengaruh antara pengetahuan tentang responden yang memiliki pendidikan lebih tinggi,
peraturan dengan kepatuhan terhadap peraturan pengetahuan yang baik dan sikap yang baik
kesehatan.(26) cenderung lebih patuh terhadap kebijakan PSBB.
Faktor lainnya yang juga membentuk kepatuhan Hasil uji statistik juga menunjukkan ada hubungan
seseorang adalah sikap. Sikap dapat dikatakan antara faktor tingkat pendidikan, pengetahuan dan
sebagai pendapat seseorang terhadap suatu sikap dengan kepatuhan masyarakat terhadap
keadaan atau situasi tertentu.(21,27) Hasil penelitian kebijakan PSBB. Situasi ini dapat digunakan
ini memperlihatkan responden dengan kepatuhan sebagai usaha untuk meningkatkan kepatuhan
tinggi terhadap kebijakan PSBB didominasi oleh masyarakat terhadap kebijakan PSBB di Kota
responden yang memiliki sikap mendukung Depok. Melalui pemberdayaan masyarakat yang
terhadap kebijakan PSBB di Kota Depok. memiliki pendidikan tinggi untuk menggandeng
Walaupun demikian, sebanyak 19,3% responden masyarakat lainnya agar ikut patuh terhadap
memiliki persepsi bahwa kebijakan PSBB di Kota kebijakan ini. Hal tersebut dapat diimplementasikan
Depok tidak efektif untuk mengurangi penyebaran berupa membentuk relawan Covid-19 dari
Covid-19. Terbentuknya sikap ini dapat disebabkan masyarakat yang berpendidikan tinggi sebagai
oleh berbagai faktor. edukator untuk meningkatkan pengetahuan dan
Pengalaman memiliki peran penting dalam sikap masyarakat lain. Edukasi yang diberikan
membentuk sikap seseorang. (21) Menurut mengenai Covid-19 dan pelaksanaan kebijakan
Darmiyati Zuhdi dalam Muhtadi, seseorang PSBB. Untuk tetap mematuhi kebijakan PSBB,
yang tidak memiliki pengalaman sama sekali pengedukasian ini dapat memanfaatkan media
terhadap suatu objek memiliki psikologi yang sosial sebagai wadah edukasi.
cenderung membentuk sikap negatif. Sejauh Pada pemberian edukasi ini perlu menggunakan
ini kebijakan PSBB merupakan langkah yang teknik komunikasi yang tepat. Menurut teori
hanya diambil oleh Indonesia, sementara komunikasi model Berlo, salah satu faktor yang
negara lain mengambil kebijakan lockdown mempengaruhi pemberian informasi adalah
dimana setiap orang tidak diperbolehkan keterampilan komunikasi. Sebuah pesan akan
meninggalkan tempat tinggalnya dalam jangka mudah disampaikan apabila pemberi informasi
waktu tertentu. (28) Selain itu, Indonesia belum memiliki keterampilan komunikasi yang baik.(30)
pernah menerapkan kebijakan PSBB ataupun Pada penelitian Sarjila memperlihatkan bahwa
kebijakan yang sejenis sebelumnya. Kurangnya dalam mendukung keterampilan komunikasi
pengalaman ini secara teori akan membentuk perlu menggunakan bahasa yang sederhana
sikap yang negatif. agar masyarakat mudah menerima informasi
Dalam pembentukan sikap, kepercayaan yang disampaikan.(30) Pada penelitian Herbert
merupakan salah satu faktor yang berperan untuk juga menyatakan bahwa gaya bahasa yang
membentuk sikap seseorang.(21) Seseorang akan tidak langsung (eufemisme) dalam komunikasi
memiliki sikap patuh terhadap kebijakan PSBB kesehatan dapat mengurangi pemahaman
apabila adanya kepercayaan bahwa kebijakan masyarakat akan suatu penyakit atau kondisi yang
ini efektif mengurangi penyebaran Covid-19. Hal ada.(31) Pada situasi kritis seperti saat pandemi ini,
ini sejalan dengan penelitian R.K. Webster yang penggunaan gaya bahasa ini sangat beresiko dalam
menyatakan bahwa adanya kepercayaan kepada salah mengolah informasi. Penelitian Herbert juga
keputusan pemerintah merupakan salah satu menyarankan untuk menggunakan istilah-istilah
faktor yang meningkatkan kepatuhan karantina. kesehatan yang mudah dipahami oleh masyarakat
(12)
Sehingga kepatuhan akan meningkat pada awam.(31) Maka dalam pemberian edukasi pada
orang yang memiliki kepercayaan bahwa masyarakat dengan tingkat pendidikan lebih rendah
kebijakan PSBB efektif mengurangi penyebaran akan lebih mudah diterima apabila menggunakan
Covid-19. bahasa yang sederhana dan lugas.
122 • Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 09, No. 03 September 2020
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 09, No. 03 September 2020 • 123
Determinan Kepatuhan Masyarakat Kota Depok: Wiranti, Ayun Sriatmi, Wulan Kusumastuti
22. Julianty Pradono, Ning Sylistyowati. Hubungan 26. Dewi YK, K FN, Lionardo A. Analisis Faktor-
Antara Tingkat Pendidikan, Pengetahuan Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
tentang Kesehatan Lingkungan, Perilaku Pegawai terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa
Hidup Sehat dengan Status Kesehatan Studi Rokok di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Korelasi pada Penduduk Umur 10–24 Tahun Kota Palembang. 2018;1(1):8–15.
di Jakarta Pusat . Media Neliti. 2013;89–95. 27. Tandijono V, Rahayu M, S PF. Pengaruh
23. Hariyanayagam Gunasekaran G, Persepsi Etika, Pengalaman Kerja, Dan
Selvanthansundram Gunasekaran S, Tipe Kepribadian Terhadap Kemampuan
Selvanthan Gunasekaran S, Hanim Bt Abdul Auditor Mendeteksi Kecurangan. J Akunt
Halim F, Syafina Insyirah Binti Zaimi N, Kontemporer. 2018;10(1):32–45.
Amirah Binti Abdul Halim N. Prevalence and 28. Tobías A. Evaluation of The Lockdowns for
acceptance of glove wearing practice among The SARS-CoV-2 Epidemic in Italy and Spain
general population when visiting high risk are After One Month Follow Up. Sci Total Environ.
during local COVID-19 outbreak . medrxiv. 2020;725:138–539.
2020; 29. Nasution S. Sosiologi Pendidikan. Bandung:
24. Nazarko L. COVID-19 and gloves: when Jemmars; 1983.
to wear and when not to wear. Br J Healthc 30. Sarlia S. Analisis Model Komunikasi Karyawan
Assist. 2 April 2020;14(4):185–9. Kantor BPJS Kesehatan dalam Penyampaian
25. WHO. Rational use of personal Informasi Pada Masyarakat Kota Kendari. J
protective equipment for coronavirus Imu Komun UHO. 2017;2(2):1–21.
disease (COVID-19): interim guidance- 31. Herbert A. The Role of Euphemisms in
2-Recommendations for optimizing the Healthcare Communication. J Healthc
availability of PPE [Internet]. 2020 [dikutip 29 Commun. 2016;1(2):1–2.
Juli 2020]. Tersedia pada: https://apps.who.
int/iris/bitstream/handle/10665/331498/WHO-
2019-nCoV-IPCPPE_use-2020.2-eng.pdf
124 • Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 09, No. 03 September 2020