Anda di halaman 1dari 5

EFEKTIFITAS ATRAKTAN PADA FLY TRAP TERHADAP JUMLAH

LALAT RUMAH (MUSCA DOMESTICA)

Fikri Kelana Putra, Deri Kermelita, Jubaidi

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu, Jurusan Kesehatan Lingkungan,


Jalan Indragiri Nomor 3 Padang Harapan Bengkulu
e-mail:fikry_thula@yahoo.com

Abstract : This study aims to determine the effectiveness of organic waste attractants, fish, and tempeh
(fermented soybean cake) on the fly trap to the number of flies in the house that caught in Fish Auction
Place (TPI) Pulau Baai Bengkulu city.
The research method is a Quasi Experiment (quasi experimental) research design Posttest Only Control
Group Design. Research analysis using One Way Anova test and followed by LSD test. This study uses
12 fly trap attractant addition of organic waste, fish, and fermented soybean cake that has been
decomposed for 7 days with 3 repetitions.
The results showed the mean number of house flies (Musca domestica) were caught on the fly trap with
attractant organic waste 152 tail, fish tail 240, and 331 tail tempeh. ANOVA test results show the value of
p = 0.000 <0.05 means that there is a significant difference between the number of flies caught in three
attractants, and based on the results of LSD is known that fermented soybean cake is the most effective
attractants traps compared with organic waste and rotting fish attractant.

Keywords : attractant, house flies (Musca domestica)

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas atraktan sampah organik, ikan, dan
tempe pada fly trap terhadap jumlah lalat rumah yang tertangkap di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pulau
Baai Kota Bengkulu.
Metode penelitian adalah Quasi Expperiment (ekperimen semu) dengan desain penelitian Posttest Only
Control Group Design. Analisis penelitian menggunakan uji One Way Anova dan dilanjutkan dengan uji
LSD. Penelitian ini menggunakan 12 fly trap penambahan atraktan sampah organik, ikan, dan tempe
yang telah dibusukkan selama 7 hari dengan 3 kali pengulangan.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah rerata lalat rumah (musca domestica) yang tertangkap pada fly trap
dengan atraktan sampah organik 152 ekor, ikan 240 ekor, dan tempe 331 ekor. Hasil uji anova
menunjukkan nilai p = 0,000 < 0,05 artinya terdapat perbedaan yang bermakna jumlah lalat yang
tertangkap diantara ketiga atraktan , dan berdasarkan hasil uji LSD diketahui atraktan tempe paling
efektif digunakan sebagai atraktan pada flay trap dibandingkan atraktan sampah organik dan ikan
busuk.

Kata Kunci : Atraktan dan Lalat rumah (Musca domestica)

Lalat merupakan serangga vektor pe- memakan kotoran, darah serta bangkai
nyebab penyakit perut seperti diare dan ikan (Depkes RI, 2001).
kolera, dimana kolera merupakan masalah Laporan tahunan Puskesmas Padang
kesehatan masyarakat terutama di negara Serai (2010), menunjukkan bahwa pe-
berkembang seperti Afrika, Asia dan Ame- nyakit diare menempati urutan tertinggi
rika Selatan. Diperkirakan 5,5 juta kasus dari sepuluh penyakit di Puskesmas Pa-
kolera terjadi setiap tahunnya di Asia dan dang Serai khususnya di kelurahan Sumber
Afrika (Depkes RI, 2008). Jaya di sekitar Tempat Pelelangan Ikan
Lalat rumah (Musca domestica) me- (TPI), karena banyaknya tempat-tempat
rupakan jenis serangga pemakan segalanya yang memungkinkan untuk perkembang-
(Omnivora). Lalat rumah (Musca domes- biakan lalat, salah satunya di RT 19 yang
tica) sangat menyukai makanan yang jaraknya kurang lebih 500 m berdekatan
dimakan oleh manusia, seperti gula, susu, dengan lokasi Tempat Pelelangan Ikan
makanan olahan, selain itu lalat juga (TPI) yang aktifitas sehari-harinya tidak
terlepas dari kegiatan jual beli ikan.

112
Fikri dkk, Efektifitas Atraktan Pada Fly Trap … 113

Hasil pengukuran pendahuluan tingkat (Musca domestica) yang tertangkap di


kepadatan lalat yang dilakukan pada Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pulau Baai
tanggal 20 januari 2013 selama satu hari di Kota Bengkulu.
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan
Pulau Baai Kota Bengkulu diperoleh hasil BAHAN DAN CARA KERJA
pengukuran di sekitar lokasi TPI Pelabu-
han Pulau Baai didapatkkan populasi lalat Jenis Penelitian yang digunakan adalah
lebih dari 21 ekor/block grill, sehingga Quasi Expperiment (ekperimen semu)
dikategorikan populasi sangat padat dan dengan desain penelitian Postest Only
perlu dilakukan upaya pengendalian lalat. Control Group Design (Notoadmodjo,
Lokasi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ini 2010). Populasi penelitian adalah atraktan
tidak jauh dari permukiman penduduk, sampah organik, ikan dan tempe dan sebagai
jarak antara Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sampel adalah sampah organik, ikan dan
dengan permukiman penduduk kurang dari tempe yang telah dibusukkan selama 4 - 7
500 m. Menurut Suyono dan Budiman hari dengan berat masing-masing atraktan
(2010) jarak terbang lalat mencapai 0,5-20 13,5 kg. Alat yang digunakan adalah fly trap
km sehingga dimungkinkan lalat dapat yang terbuat dari susunan kayu dengan
berpindah ke permukiman penduduk dan dinding kawat kassa dengan ukuran 50cm x
terjadi penularan penyakit. Cara lalat me- 50cm x 50cm sebanyak 12 buah. Fly trap
nularkan penyakit terjadi secara mekanis yang telah ditambahkan atraktan diletakkan
dimana kulit, tubuh dan kakinya yang pada 3 titik dengan jarak 12 meter di lokasi
kotor merupakan tempat menempelnya TPI Pulau Baai. Masing-masing titik
mikroorganisme yang kemudian hinggap diletakkan 3 buah fly trap dan 1 kontrol. Fly
ke makanan yang dimakan manusia dan trap diletakkan pukul 15.00 sampai 17.30
menyebabkan gejala sakit pada bagian WIB. Perhitungan lalat yang terperangkap
perut dan saluran pencernaan. dilakukan pada pukul 18.00 WIB dengan
Iskandar (2001) menyatakan Fly trap menggunakan counter. Untuk mendapatkan
merupakan metode pengendalian lalat hasil yang baik maka dilakukan 3 kali
secara fisik-mekanik berbentuk sangkar pengulangan pada masing-masing perlakuan
yang terbuat dari kawat kasa sebagai dan kontrol.
dinding, dan menggunakan antraktan. Jenis
HASIL
atraktan yang akan digunakan peneliti
adalah sampah organik, ikan busuk, dan
Distribusi jumlah lalat yang tertangkap
tempe busuk yang ditambahkan super
dengan variasi atraktan, seperti pada tabel 1:
traps.
Atraktan adalah bahan yang diguna- Tabel 1. Jumlah Lalat yang Tertangkap pada
kan untuk menarik atau mendekatkan Berbagai Variasi Atraktan
serangga agar masuk kedalam Fly trap Jenis Atraktan
yang digunakan untuk pengendalian lalat Pengulangan Sampah
Ikan Tempe
dewasa dan digunakan diluar rumah, Organik
diletakkan pada udara terbuka, tempat 1 210 280 450
2 110 250 340
yang terang dan terhindar dari bayang- 3 130 195 254
bayang pohon (Marlena, 2010). 4 120 155 215
Untuk mengatasi kepadatan jumlah 5 150 240 356
6 300 355 419
lalat rumah (Musca domestica) di TPI 7 125 305 446
Pulau Baai diperlukan metode pengenda- 8 105 140 256
lian berbasis masyarakat. Penelitian ini 9 115 235 240
Jumlah (Ekor) 1365 2155 2976
bertujuan untuk mengetahui efektifitas Rerata (Ekor) 152 240 331
atraktan sampah organik, ikan, dan tempe
pada fly trap terhadap jumlah lalat rumah
114 Jurnal Media Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, Desember 2013, hlm 102-200

Tabel 1 diketahui jumlah rerata lalat menggunakan fly trap. Fly trap merupakan
yang tertangkap pada atraktan sampah or- alat yang digunakan untuk pengendalian
ganik 152 ekor, pada atraktan ikan busuk lalat khususnya lalat dewasa, dan pada
jumlah rerata lalat yang tertangkap 240 penggunaannya digunakan atraktan se-
ekor, dan pada atraktan tempe busuk jum- bagai umpan pemikat agar lalat masuk
lah rerata lalat yang tertangkap 331 ekor. kedalam fly trap (Iskandar, 2001).
Hasil uji perbedaan jumlah lalat yang ter- Atraktan adalah bahan yang
tangkap dengan berbagai variasi atraktan, digunakan untuk menarik atau mendekat-
seperti pada tabel 2: kan lalat agar masuk kedalam perangkap
(Iskandar, 2001). Banyak jenis atraktan
Tabel 2. Hasil Uji One Way Anova terhadap Lalat yang dapat digunakan sebagai umpan pada
yang Tertangkap pada Berbagai Variasi
Atraktan perangkap lalat. Berdasarakan hasil
analisis univariat rerata jumlah lalat yang
p
Va r i a be l Mean Sd 95% cl
v a l ue
tertangkap paling banyak pada atraktan
Sampah 102,41- tempe (331 ekor). Tempe busuk
152 64,080
Organik 200,92 merupakan tempe kedelai yang telah
186,17- 0,000
Ikan 240 69,302
292,71
mengalami proses fermentasi lanjut selama
259,21- 7 hari sehingga warnanya abu-abu muda
Tempe 331 92,956
402,12 dan aromanya mirip dengan bau amonia.
Adanya bau amonia tersebut, maka akan
Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa ada menarik perhatian lalat kemudian hinggap
perbedaan yang bermakna jumlah lalat dan terperangkap. Selain itu tempe
yang tertangkap pada masing-masing memiliki kandungan protein, karbohidrat,
atraktan dengan nilai p value = 0,000. lemak, dan kalori yang tinggi. Protein
Selanjutnya untuk mengetahui rerata merupakan makanan kesukaan lalat dan
perbedaan jumlah lalat yang tertangkap sering digunakan oleh lalat untuk
pada tiga jenis atraktan maka dilakukan uji meletakkan telurnya (Radiyati, 2002).
LSD (Least Significance Difference). Hasil Hasil analisis bivariat rerata beda
uji LSD dapat dilihat pada tabel 3 : terbesar jumlah lalat yang tertangkap
Tabel 3. Hasil Uji LSD (Least Significance
antara atraktan sampah organik, ikan dan
Difference) terhadap Lalat yang tempe adalah pada atraktan tempe yaitu
Tertangkap pada Berbagai Variasi sebesar 179,000 ekor dengan ρ = 0,000 <
Atraktan 0,05, hal ini berarti bahwa dari ketiga
Variabel Rerata Beda ρ value atraktan yang digunakan yang paling
Sampah Organik 87,778 0,023 efektif adalah atraktan tempe.
Ikan 179,000 0,000 Penggunaan atraktan tempe pada fly
Tempe 91,222 0,018
trap lebih efektif karena pada atraktan
ikan kandungan kadar air lebih sedikit
Berdasarkan Tabel 3, rerata beda
sedangkan pada sampah organik bau
terbesar jumlah lalat yang tertangkap pada
amoniak yang ditimbulkan tidak begitu
atraktan sampah organik, ikan dan tempe
tajam dan kadar air tidak terlalu banyak
adalah pada atraktan tempe yaitu sebesar
sehingga lalat kurang tertarik pada kedua
179,000 ekor dengan ρ value 0,000 < 0,05,
jenis atraktan tersebut. Pada atraktan
hal ini berarti bahwa dari ketiga atraktan
tempe kadar air dan kandungan protein
yang digunakan yang paling efektif adalah
pada tempe lebih banyak serta bau
atraktan tempe.
amoniak yang ditimbulkan oleh tempe
PEMBAHASAN
busuk sangat tajam, sehingga lalat lebih
tertarik hinggap pada atraktan tempe
Salah satu upaya pengendalian vektor busuk dibandingkan atraktan jenis ikan
lalat secara fisik-mekanik yaitu dengan dan sampah organik.
Fikri dkk, Efektifitas Atraktan Pada Fly Trap … 115

Penelitian ini sejalan dengan pe- tica) secara fisik-mekanik karena tempe
nelitian yang dilakukan oleh Suprapto mudah didapatkan dan kandungan protein-
(2003) yang berjudul efektifitas pe- nya dalam tempe sangat disukai oleh lalat
ngendalian lalat rumah (Musca domestica) untuk meletakkan telurnya. Kemudian cara
menggunakan fly trap pada perimeter pembuatan atraktan untuk pemikat lalat
kantor kesehatan pelabuhan dumai. Pada juga begitu mudah sehingga Fly Trap ini
penelitiannya jumlah kepadatan lalat se- dapat diaplikasikan kepada masyarakat
belum dilakukan perlakuan menggunakan secara langsung.
fly trap di pelabuhan Dumai diperoleh
4727 ekor, setelah dilakukan perlakuan KESIMPULAN
dengan menggunakan fly trap tingkat
kepadatan lalat tersebut turun menjadi Berdasarkan hasil penelitian efektifitas
1997 ekor dengan waktu penelitian selama atraktan sampah organik, ikan, dan tempe
5 hari. pada fly trap terhadap jumlah lalat rumah
Penggunaan fly trap dengan penamba- (Musca domestica) yang tertangkap di
han atraktan yang dilakukan di Tempat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pulau Baai,
Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Pulau menunjukkan bahwa: jumlah lalat rumah
Baai Kota Bengkulu dapat membantu (Musca domestica) yang tertangkap meng-
menurunkan tingkat kepadatan lalat. Hasil gunakan atraktan sampah organik se-
penelitian diperoleh jumlah kepadatan se- banyak 1365 ekor, jumlah lalat rumah
belum dilakukan perlakuan dengan meng- (Musca domestica) yang tertangkap de-
gunakan fly trap sebanyak 12.900 ekor, ngan menggunakan atraktan ikan se-
setelah dilakukan perlakuan dengan meng- banyak 2255 ekor, jumlah lalat rumah
gunakan fly trap diperoleh jumlah penu- (Musca domestica) yang tertangkap meng-
runan kepadatan lalat sebanyak 6496 ekor gunakan atraktan tempe sebanyak 2760
(52%) dengan waktu penelitian selama 3 ekor, dan ada perbedaan jumlah lalat yang
hari. tertangkap pada ketiga jenis atraktan.
Penelitian ini sejalan dengan pe- Berdasarkan hasil penelitian, pem-
nelitian Kabul Budi Dwicahyo (2010) yang bahasan dan kesimpulan, dapat disarankan
berjudul pengaruh penambahan formulasi agar masyarakat dapat melakukan pengen-
tempe busuk sebagai atraktan pada kertas dalian lalat dengan menggunakan alat yang
perekat lalat terhadap jumlah lalat rumah sederhana, mudah dalam penggunaannya,
(Musca domestica) yang tertangkap. bahan untuk pembuatannya sehingga mas-
Fly trap dengan penambahan atraktan yarakat mampu mengatasi permasalahan
tempe ini juga dapat dijadikan sebagai sa- yang disebabkan oleh binatang vektor
lah satu alat dalam mendukung program khususnya lalat secara mandiri.
pengendalian lalat rumah (Musca domes-
DAFTAR RUJUKAN

Cahyo, Dwi. 2010. Pengaruh Penambahan Dinas Perikanan Jawa Barat, 2008. Persyaratan
Formulasi Tempe Busuk Sebagai Atraktan Tempat Pelelangan Ikan.
Pada Kertas Perekat Lalat Terhadap Iskandar, 2001. Pemberantasan Serangga dan
Jumalah Lalat Rumah (Musca domestica) Binatang Pengganggu. Proyek
Yang Tertangkap. Politeknik Kesehatan Pengembangan dan Pendidikan Tenaga
Kementerian Kesehatan Yogyakarta. Sanitasi Pusat Departemen Kesehatan RI,
Depkes RI, 2001. Pedoman Teknis Pengendalian Jakarta.
Lalat. Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Notoatmojo, 2010. Kesehatan Masyarakat Ilmu
Jakarta. Dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta.
Depkes RI, 2008. Pedoman Pengendalian Lalat Di Santi, 2001. Manajemen Pengendalian Lalat.
Pelabuhan. Direktorat Jenderal PP & PL, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Jakarta. Utara. Sumatera.
116 Jurnal Media Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, Desember 2013, hlm 102-200

Sigit, dkk. 2006. Hama Permukiman Indonesia. Di Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Institut Pertanian Bogor. Bogor. (TPA). Stikes Padang.
Slamet, 2000. Pola Hidup Lalat Rumah (Musca Wijayanti Putri, 2009. Hubungan Kepadatan Lalat
domestica). Departemen Pendidikan Terhadap Sampah. Universitas Indonesia.
Nasional. Jakarta. Jakarta.
Sulthoni, dkk. 2008. Kunci Determinasi Serangga. Winamo, 2006. Hama Gudang Dan Teknik
Yogyakarta : Kanisius. Pemberantasanannya. M-Brio Press, Edisi
Suprapto, 2003. Efektifitas Pengendalian Lalat Revisi. Bogor.
Rumah (Musca domestica) Dengan Winarno, dkk. 2005. Herbal Dan Rempah
Menggunakan Fly Trap Pada Perimeter Aplikasinya Dalam Hidangan. M-Brio Press,
Kantor Kesehatan Pelabuhan Dumai. Edisi Revisi. Bogor.
Universitas Sumatera Utara. Yuliani, dkk. 2005. Efektifitas Lilin Penolak Lalat
Supriono, 2003. Memproduksi Tempe. Departemen (Repelen) Dengan Bahan Aktif Limbah
Pendidikan Nasional. Jakarta. Penyulingan Minyak Nilam. FKH IPB.
Suraini, 2011. Jenis-jenis Lalat (Diptera) Dan Jurnal Pasca Panen Vol : No 1 2005. Bogor.
Bakteri Enterobacteriaceae Yang Terdapat

Anda mungkin juga menyukai