Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PERAN PERAWAT DAN FUNGSI PERAWAT DI

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


KERACUNAN

Disusun Oleh
Kelompok 3/Kelas 6A :

1. Sutriani Rosalinda (1130017025)


2. Indah Fithrotul Azizah (1130017028)
3. Dimas Ikhza Maulana (1130017035)
4. Luthfiyyah Megadewi Fatihah (1130017036)
5. Aynur Risyda (1130017037)

FASILITATOR :
Arif Helmi S, S.Kep., Ns., M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA 2020

1
A. PENDAHULUAN

Keracunan pada anak merupakan masalah kegawatan yang penting dan


merupakan masalah di dunia (Wilkerson, 2005). Saat ini keracunan pada anak
telah menjadi subjek penelitian yang cukup besar dalam dekade terakhir di
Amerika Serikat, Eropa, Australia dan Inggris (Singh, 1995). Penyebab dari
keracunan sangat bervariasi di setiap negara, tergantung dari faktor demografi ,
status sosial, tingkat pendidikan, kepercayaan dan kebiasaan di masyarakat (WHO,
1988; Wilkerson, 2005). Menurut pusat pengendalian racun Amerika, keracunan
pada anak masih menempati urutan tertinggi (63,2%) dibanding dengan dewasa,
dengan prevalensi tertinggi pada kelompok usia 1 tahun (15,9%) dan 2 tahun
(16,8%) (Bronstein, 2011). Sebagian besar karena kecelakaan akibat kelalaian
orang tua saat mengawasi anak dan kelalaian penyimpanan bahan berbahaya di
rumah. Tertelan atau terminum merupakan cara tersering yang terjadi pada proses
keracunan, kurang lebih terjadi pada 70% kasus (Reith, 2001).

Berdasarkan data dari WHO, mortalitas anak di bawah 4 tahun bervariasi antara
0,3–7% per 100.000 populasi di beberapa negara di dunia (Reith, 2001). Tetapi
untuk di Surabaya, masih belum ada data yang pasti.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian, profi l
klinis dan jenis racun serta keluaran kasus keracunan pada anak yang datang ke
IRD RSUD Dr, Soetomo Surabaya selama periode tahun 2011.
Harapan dari penelitian ini adalah dengan mengetahui angka kejadian, profi l
klinis dan jenis racun serta keluaran kasus keracunan pada anak, dapat dicapai
pelayanan keperawatan yang komprehensif pada pasien anak dengan keracunan
dengan menggunakan proses perawatan yang bertujuan mempertahankan vitalitas
kehidupan pasien serta mencegah penyerapan racun dengan cara menghambat
absorbsi dan menghilangkan racun dalam tubuh.

2
B. TRIGGER CASE

Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif. Semua anak yang masuk ke


IRD dan unit perawatan intensif Anak RSUD Dr. Soetomo dengan keluhan
tertelan atau terminum zat beracun antara bulan Januari sampai dengan Desember
2011 dilakukan identifi kasi dari rekam medik. Semua kasus anak usia 1 bulan
sampai dengan 18 tahun dengan riwayat keracunan dimasukkan dalam penelitian
ini. Tidak ada kriteria eksklusi dari penelitian ini. Data yang diambil adalah: usia,
jenis kelamin, gejala klinis, jenis racun, dan keluaran (pulang sehat, pulang paksa
atau meninggal). Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik secara
deskriptif dan inferensial. Data ditampilkan dalam bentuk persentase dan
signifikansi dari keluaran terhadap faktor-faktor yang memengaruhi.

C. PEMBAHASAN

Keracunan pada anak merupakan salah satu kegawatdaruratan pada praktik


pediatri. Anak sangat berisiko mengalami keracunan karena perilaku mereka yang
selalu ingin tahu dan suka bereksplorasi, sering memasukkan tangan ke dalam
mulut dan semua yang dipegang. Bermain dekat dengan tanah juga memperbesar
eksposur mereka terhadap racun. Anak usia 2–3 tahun memiliki mobilitas dan
kecerdikan yang memungkinkan mereka untuk mengakses setiap laci maupun
lemari yang terkunci di rumah.

Perawatan pasien anak dengan keracunan adalah suatu bentuk pelayanan


perawatan yang komprehensif pada pasien yang mengalami keracunan dengan
menggunakan proses perawatan yang bertujuan mempertahankan vitalitas
kehidupan pasien serta mencegah penyerapan racun dengan cara menghambat
absorbsi dan menghilangkan racun dalam tubuh. Asuhan keperawatan pada kasus
keracunan ditujukan pada pengkajian, di mana diarahkan pada masalah yang
mendesak seperti jalan napas, sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya perdarahan,

3
adanya gangguan asam basa, status kesadaran pasien. Selain itu asuhan
keperawatan ditujukan juga pada riwayat kesehatan dari pasien seperti riwayat
keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama setelah keracunan, ada
masalah lain sebagai pencetus keracunan atau sindroma toksik yang ditimbulkan.

Penelitian ini sebanyak 9 anak berusia di bawah 5 tahun mengalami keracunan


secara tidak sengaja (kecelakaan). Hal ini sesuai dengan hasil yang didapat oleh
Budhathoki dkk. di mana dari hasil penelitian 2/3 anak yang berusia 5 tahun
teracuni secara tidak sengaja (kecelakaan) (Budhathoki, 2009). Begitu pula dengan
hasil peneltian yang dilakukan di Oslo, di mana dari hasil pengamatan selama 2
tahun, 81% sampel anak berusia 8 tahun teracuni karena kecelakaan (tidak
sengaja) (Erguvan, 2007).

Hidrokarbon merupakan penyebab terbanyak keracunan pada penelitian ini


(41,7%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian di Nepal, di mana sebagian
besar penyebab keracunan adalah kerosen (Hidrokarbon) yaitu sebanyak 43%
(Opawoye, 1998). Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Singh dkk.
sebanyak 25,3% disebabkan karena hidrokarbon (Reith, 2001). Hal ini mungkin
disebabkan karena hidrokarbon masih banyak digunakan untuk keperluan rumah
tangga, seperti memasak dan penerangan. Penyebab keracunan tersering kedua
pada penelitian ini adalah organofosfat, yaitu sebanyak 33,3%. Di mana hasil
penelitian Budhathoki dkk. menunjukkan bahwa sebagian besar karena
organofosfat (45,1%) (Budhathoki, 2009). Sedangkan penelitian yang dilakukan di
India oleh Singh dkk. menunjukkan 10% karena organofosfat (Singh, 1995).

Pada penelitian ini gejala klinis yang paling sering dialami oleh anak dengan
keracunan adalah muntah, lebih dari 50% mengalami gejala ini. Gejala lain yang
sering adalah nyeri perut, sesak, kesadaran menurun, hipersalivasi, miosis dan
kejang. Karena hidrokarbon merupakan penyebab utama keracunan pada
penelitian ini, maka tanda-tanda klinis yang paling sering menyerupai tanda-tanda
klinis keracunan hidrokarbon.

4
Terapi yang diberikan selama perawatan sangat bervariasi, hal ini disebabkan
disesuaikan dengan jenis racun dan keadaan klinis masingmasing pasien.
Sebanyak 58,3% sampel mendapatkan antibiotika, 25% anak yang keracunan
organofosfat mendapatkan terapi atropin sebagai antidot. Sebanyak 50% dari
seluruh sampel mendapatkan terapi antagonis histamin H2, karena mengalami
nyeri perut.

Pada penelitian ini 91,6% sampel dipulangkan dalam keadaan sembuh dan 1
pasien (8,4%) pulang paksa, tidak didapatkan pasien yang meninggal. Hasil ini
tidak jauh berbeda dengan hasil dari penelitian yang dilakukan di rumah sakit di
Lalitpoor, jumlah kematian pada anak dan dewasa hanya 4,5% (Opawoye, 1998).
Begitupula di rumah sakit Bir dan Nepal Medical College Teaching Hospital di
Kathmandu (Ghai, 2004).

5
PROFIL KASUS KERACUNAN PADA ANAK DI IRD RSUD DR SOETOMO
SURABAYA TAHUN 2011 (Clinical Profi le of Children Presenting with
Intoxication on Emergency Departement Soetomo Hospital in 2011)

Ira Dharmawati, Neurinda Permata Kusumastuti, Arina Setyaningtyas


Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Kampus A Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo Surabaya Email:
neurindapermata@yahoo.com
ABSTRACT
Introduction: Acute poisoning in children is an important pediatric emergency and is
a world wide problem, the majority of these poisoning incidents are unintentional
and preventable. Based on data from WHO, the mortality of children under 4 years
varies between 0.3–7% per 100,000 population in some countries in the world. The
incidence, clinical profi le and the type of poison and the output of poisoning cases in
children in Surabaya until now there is no defi nitive data. The objective of the study
was to study the clinical profi le and outcome of childhood poisoning and
intoxication in Soetomo hospital. Method: Design used in the study was a
retrospective study done in children between 1 month and 18 years old of age who
were admitted in emergency departement Soetomo hospital with diagnosis of acute
poisoning between January until Desember 2012. Patients were profi led according
to age, sex, poison consume and outcome. Result: There were 12 patients enrolled in
the study. Male: female ratio was 2:1. The mean age of presentation was 53 months.
Hydrocarbon poisoning was the commonest poisoning seen in (41.7%) patients
followed by organophospat (33.3%) poisoning. During treatment, 58.3% received
antibiotics, 25% patients who poisoning with organophosphate received antidots and
50% from all sample received antagonist histamin H2 because of stomached. Overall
survival was 91,6%. Discussion: Hydrocarbon is the commonest agent involved in
childhood poisoning. Overall, the outcome is good with 91,6% survival in our
hospital.

6
Keywords: child, intoxication, clinical profi le, outcome

PENDAHULUAN terminum merupakan cara tersering


Keracunan pada anak merupakan yang terjadi pada proses keracunan,
masalah kegawatan yang penting dan kurang lebih terjadi pada 70% kasus
merupakan masalah di dunia (Reith, 2001).
(Wilkerson, 2005). Saat ini keracunan Berdasarkan data dari WHO,
pada anak telah menjadi subjek mortalitas anak di bawah 4 tahun
penelitian yang cukup besar dalam bervariasi antara 0,3–7% per 100.000
decade terakhir di Amerika Serikat, populasi di beberapa negara di dunia
Eropa, Australia dan Inggris (Singh, (Reith, 2001). Tetapi untuk di
1995). Penyebab dari keracunan sangat Surabaya, masih belum ada data yang
bervariasi di setiap negara, tergantung pasti.
dari faktor demografi , status sosial, Tujuan dari penelitian ini adalah
tingkat pendidikan, kepercayaan dan untuk mengetahui angka kejadian,
kebiasaan di masyarakat (WHO, 1988; profi l klinis dan jenis racun serta
Wilkerson, 2005). Menurut pusat keluaran kasus keracunan pada anak
pengendalian racun Amerika, yang datang ke IRD RSUD Dr,
keracunan pada anak masih menempati Soetomo Surabaya selama periode
urutan tertinggi (63,2%) dibanding tahun 2011.
dengan dewasa, dengan prevalensi Harapan dari penelitian ini adalah
tertinggi pada kelompok usia 1 tahun dengan mengetahui angka kejadian,
(15,9%) dan 2 tahun (16,8%) profi l klinis dan jenis racun serta
(Bronstein, 2011). Sebagian besar keluaran kasus keracunan pada anak,
karena kecelakaan akibat kelalaian dapat dicapai pelayanan keperawatan
orang tua saat mengawasi anak dan yang komprehensif pada pasien anak
kelalaian penyimpanan bahan dengan keracunan dengan
berbahaya di rumah. Tertelan atau menggunakan proses perawatan yang

7
bertujuan mempertahankan vitalitas HASIL
kehidupan pasien serta mencegah Selama periode penelitian sejak
penyerapan racun dengan cara Januari 2011 sampai dengan Desember
menghambat absorbsi dan 2011 didapatkan 12 pasien yang masuk
menghilangkan racun dalam tubuh. dengan diagnosis klinis keracunan.
Jumlah tersebut hanya 0,2% dari total
BAHAN DAN METODE 5.853 pasien yang datang ke IRD
Penelitian ini merupakan selama tahun 2011. Dari 12 pasien
penelitian retrospektif. Semua anak tersebut didapatkan 8
yang masuk ke IRD dan unit laki-laki dan 4 perempuan,
perawatan intensif Anak RSUD Dr. perbandingan laki-laki dan perempuan
Soetomo dengan keluhan tertelan atau 2:1. Rerata usia pasien adalah 53
terminum zat beracun antara bulan bulan, bervariasi mulai 14 bulan
Januari sampai dengan Desember 2011 sampai 120 bulan. Pasien termuda
dilakukan identifi kasi dari rekam pada penelitian ini (usia 14 bulan)
medik. Semua kasus anak usia 1 bulan terkena racun organofosfat. Seluruh
sampai dengan 18 tahun dengan pasien yang terdiagnosis keracunan
riwayat keracunan dimasukkan dalam tersebut dilakukan perawatan di unit
penelitian ini. Tidak ada kriteria perawatan intensif, 1 pasien harus
eksklusi dari penelitian ini. Data yang menggunakan alat bantu napas
diambil adalah: usia, jenis kelamin, (ventilator).
gejala klinis, jenis racun, dan keluaran Distribusi jenis racun menunjukkan
(pulang sehat, pulang paksa atau bahwa penyebab keracunan tersering
meninggal). Data dianalisis dengan adalah hidrokarbon (41,7%), diikuti
menggunakan uji statistik secara dengan organofosfat (33,3%).
deskriptif dan inferensial. Data Sebagian besar adalah anak laki-laki.
ditampilkan dalam bentuk persentase Sebanyak 50% kasus mendapatkan
dan signifikansi dari keluaran terhadap antidote dan sisanya tidak terdapat
faktor-faktor yang memengaruhi. antidot. Selama perawatan 58,3%
mendapatkan antibiotika, 16,7%

8
mendapatkan anti konvulsan dan 50% mendapat Antagonis histamin H2.

9
PEMBAHASAN di mana diarahkan pada masalah yang
Keracunan pada anak merupakan mendesak seperti jalan napas, sirkulasi
salah satu kegawatdaruratan pada yang mengancam jiwa, adanya
praktik pediatri. Anak sangat berisiko perdarahan, adanya gangguan asam
mengalami keracunan karena perilaku basa, status kesadaran pasien. Selain
mereka yang selalu ingin tahu dan itu asuhan keperawatan ditujukan juga
suka bereksplorasi, sering pada riwayat kesehatan dari pasien
memasukkan tangan ke dalam mulut seperti riwayat keracunan, bahan racun
dan semua yang dipegang. Bermain yang digunakan, berapa lama setelah
dekat dengan tanah juga memperbesar keracunan, ada masalah lain sebagai
eksposur mereka terhadap racun. Anak pencetus keracunan atau sindroma
usia 2–3 tahun memiliki mobilitas dan toksik yang ditimbulkan.
kecerdikan yang memungkinkan Penelitian ini sebanyak 9 anak
mereka untuk mengakses setiap laci berusia di bawah 5 tahun mengalami
maupun lemari yang terkunci di keracunan secara tidak sengaja
rumah. (kecelakaan). Hal ini sesuai dengan
Perawatan pasien anak dengan hasil yang didapat oleh Budhathoki
keracunan adalah suatu bentuk dkk. di mana dari hasil penelitian 2/3
pelayanan perawatan yang anak yang berusia 5 tahun teracuni
komprehensif pada pasien yang secara tidak sengaja (kecelakaan)
mengalami keracunan dengan (Budhathoki, 2009). Begitu pula
menggunakan proses perawatan yang dengan hasil peneltian yang dilakukan
bertujuan mempertahankan vitalitas di Oslo, di mana dari hasil pengamatan
kehidupan pasien serta mencegah selama 2 tahun, 81% sampel anak
penyerapan racun dengan cara berusia 8 tahun teracuni karena
menghambat absorbsi dan kecelakaan (tidak sengaja) (Erguvan,
menghilangkan racun dalam tubuh. 2007).
Hidrokarbon merupakan penyebab
Asuhan keperawatan pada kasus terbanyak keracunan pada penelitian
keracunan ditujukan pada pengkajian, ini (41,7%). Hasil penelitian ini sesuai

10
dengan penelitian di Nepal, di mana penyebab utama keracunan pada
sebagian besar penyebab keracunan penelitian ini, maka tanda-tanda klinis
adalah kerosen (Hidrokarbon) yaitu yang paling sering menyerupai tanda-
sebanyak 43% (Opawoye, 1998). tanda klinis keracunan hidrokarbon.
Begitu pula dengan penelitian yang Terapi yang diberikan selama
dilakukan oleh Singh dkk. sebanyak perawatan sangat bervariasi, hal ini
25,3% disebabkan karena hidrokarbon disebabkan disesuaikan dengan jenis
(Reith, 2001). Hal ini mungkin racun dan keadaan klinis masing-
disebabkan karena hidrokarbon masih masing pasien. Sebanyak 58,3%
banyak digunakan untuk keperluan sampel mendapatkan antibiotika, 25%
rumah tangga, seperti memasak dan anak yang keracunan organofosfat
penerangan. Penyebab keracunan mendapatkan terapi atropin sebagai
tersering kedua pada penelitian ini antidot. Sebanyak 50% dari seluruh
adalah organofosfat, yaitu sebanyak sampel mendapatkan terapi antagonis
33,3%. Di mana hasil penelitian histamin H2, karena mengalami nyeri
Budhathoki dkk. menunjukkan bahwa perut.
sebagian besar karena organofosfat Pada penelitian ini 91,6% sampel
(45,1%) (Budhathoki, 2009). dipulangkan dalam keadaan sembuh
Sedangkan penelitian yang dilakukan dan 1 pasien (8,4%) pulang paksa,
di India oleh Singh dkk. menunjukkan tidak didapatkan pasien yang
10% karena organofosfat (Singh, meninggal. Hasil ini tidak jauh
1995). berbeda dengan hasil dari penelitian
Pada penelitian ini gejala klinis yang dilakukan di rumah sakit di
yang paling sering dialami oleh anak Lalitpoor, jumlah kematian pada anak
dengan keracunan adalah muntah, dan dewasa hanya 4,5% (Opawoye,
lebih dari 50% mengalami gejala ini. 1998). Begitupula di rumah sakit Bir
Gejala lain yang sering adalah nyeri dan Nepal Medical College Teaching
perut, sesak, kesadaran menurun, Hospital di Kathmandu (Ghai, 2004).
hipersalivasi, miosis dan kejang.
Karena hidrokarbon merupakan

11
SIMPULAN DAN SARAN mewakili angka kejadian dan profi l
Simpulan keracunan pasien anak di Surabaya.
Hidrokarbon merupakan penyebab
terbanyak dari keracunan pada anak KEPUSTAKAAN
Bronstein, AC., et al., 2011. 2010
pada penelitian ini. Data perbandingan
Annual Report of the Aamerican
menunjukkan bahwa sesuai dengan Associatian of Poison Control
Centers National Poison Data
negara maju, di Negara berkembang
System (NPDS): 28th Annual
seperti Indonesia penyebab keracunan report. Clin Toxicol (Phila); 49:
910–41.
adalah barang-barang rumah tangga.
Budhathoki, S., et al., 2009. Clinical
Di mana sebagian besar gejala yang profi le and outcome of children
presenting with poisoning or
didapatkan adalah seperti gejala
intoxication: a hospital based
keracunan hidrokarbon, yaitu muntah, study. Nepal Med Coll J; 11(3):
170–175.
nyeri perut. Secara keseluruhan,
Erguvan, M., et al., 2007. Mushroom
keluaran dari perawatan sampel pasien poisoning. Indian J Pediatr; 74:
847–57
penelitian ini baik, dengan 91,6%
Ghai, O.P., Gupta, P., 2004.
sampel dipulangkan dalam keadaan poisonings and accidents. In:
Ghai Essential Pediatrics 6th Ed.
sembuh. Karena sebagian besar
Ghai OP, Gupta P, Paul VK (eds).
diketahui secara cepat oleh orang tua New Delhi. CBS Publishers and
Distributors.
dan segera dibawa ke rumah sakit.
Opawoye, A.D., Haque, T., 1998.
Perawatan komprehensif dan cepat Insecticide organophosphorus
yang diberikan oleh tenaga medis di compound poisoning in Children.
Ann Saudi Med; 18: 171–72.
rumah sakit menunjang keberhasilan Reith, D.M., Pitt, W.R., Hockey, R.
penanganan pasien anak dengan 2001. Childhood poisoning in
Queensland: An analysis of
keracunan. presentation and admission rates.
J Paediatr Child Health; 37: 446–
Saran
50.
Perlu dilakukan penelitian lebih Singh, S., Singhi, S., Sood, N.K.,
Kumar, L., Walia, BNS. Changing
lanjut tentang profi l klinis dan
pattern of childhood poisoning
keluaran dari pasien anak dengan (1970–1989): experience of a
large north Indian hospital. Indian
keracunan di beberapa rumah sakit
Pediatr 1995; 32: 331–6.
besar di Surabaya, sehingga akan lebih

12
Wilkerson, R., Northington, LD., World Health Organitation, 1988.
Fisher, W. 2005. Ingestion of World Health Statistics Annual.
toxic substances by infants and Geneva.
children. What we don’t know can
hurt. Crit Care Nurse; 25: 35–44.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://e-
journal.unair.ac.id/JNERS/article/download/4005/2727&ved=2ahUKEwja-
N34tc3oAhWWbisKHVOaBGMQFjAAegQIAhAB&usg=AOvVaw3d8oypaXDhY3
V3al7H3l1H&cshid=1585999887980

14

Anda mungkin juga menyukai