Anda di halaman 1dari 3

Kotbah/Ambilan 5 April 2020

Johannes 12:12-19: Menyambut Kristus yang Datang dalam Kemuliaan

12:12 Keesokan harinya ketika orang banyak yang datang merayakan pesta mendengar,
bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem,
12:13 mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-
seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!"
12:14 Yesus menemukan seekor keledai muda lalu Ia naik ke atasnya, seperti ada tertulis:
12:15 "Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu datang, duduk di atas seekor anak
keledai."
12:16 Mula-mula murid-murid Yesus tidak mengerti akan hal itu, tetapi sesudah Yesus
dimuliakan, teringatlah mereka, bahwa nas itu mengenai Dia, dan bahwa mereka telah
melakukannya juga untuk Dia.
12:17 Orang banyak yang bersama-sama dengan Dia ketika Ia memanggil Lazarus keluar dari
kubur dan membangkitkannya dari antara orang mati, memberi kesaksian tentang Dia.
12:18 Sebab itu orang banyak itu pergi menyongsong Dia, karena mereka mendengar, bahwa
Ia yang membuat mujizat itu.
12:19 Maka kata orang-orang Farisi seorang kepada yang lain: "Kamu lihat sendiri, bahwa
kamu sama sekali tidak berhasil, lihatlah, seluruh dunia datang mengikuti Dia."

Saudara yang Terkasih,


Keadaan seperti apakah yang membayangi Yesus saat Ia masuk ke kota
Yerusalem? Tentu bukan keadaan yang baik-baik saja sekalipun saat itu
menjelang Paskah Yahudi. Beberapa waktu sebelum Yesus memasuki
Yerusalem (Yohanes 10:22-39), sejumlah orang Yahudi hendak melempari
Yesus dengan batu. Bahkan mereka mencari siasat untuk menangkap-Nya.
Memang Yesus sempat pergi ke seberang sungai Yordan ke tempat
Yohanes dulu pernah membaptis. Ia menyingkir hendak menjauh dari orang
banyak, terutama dari incaran orang orang Farisi dan tinggal di situ (bd. Yoh
10:40). Setelah itu Yesus melakukan mujizat yang besar yaitu membangkitkan
Lazarus yang telah mati empat hari dari kuburnya (bd. Yoh. 11:1-44). Hal ini
tentu menambah gusar orang-orang Farisi, imam-imam kepala dan anggota
Mahkamah Agama; mereka ingin membunuh Lazarus, agar hilanglah bukti
bahwa Kristus ialah Raja yang mulia yang bahkan lebih berkuasa daripada
maut sekalipun ( Yoh. 12:9-11).
Maka jelaslah bahwa Yerusalem bukan tempat yang sepenuhnya aman
dan ramah, ada yang mencemaskan di situ, tetapi juga ada orang-orang yang
dalam harapan menyambut Kristus sang Raja yang mulia. Gambaran awal
perjalanan Yesus ini hendak juga berpesan bahwa mengikuti dan menyambut
Yesus Kristus, sebagaimana kita semua warga gereja telah jalani selama ini,
ternyata mesti melewati apa yang Tuhan kita juga alami. Kita pertama-tama
menyambut-Nya dengan cara mengikuti-Nya. Dia, seperti kita semua,
bagaimanapun harus memasuki kota atau pun kehidupan yang sudah
dipenuhi banyak tantangan. Tapi juga di situ, ada banyak orang, seperti kita
semua, yang sepenuhnya berharap. Jalan-Nya yang seperti itu, adalah jalan
yang kita semua tak bisa hindari.

Menyambut Yesus
Berita tentang mujizat-mujizat yang telah dilakukan Yesus sangat melekat
di hati orang banyak, terutama orang orang yang mengalami penyakit
ataupun penderitaan yang telah pula membuat mereka jatuh miskin. Para ahli
sejarah mengatakan bahwa di zaman Yesus, dengan infeksi gigi atau pun
demam tinggi saja sudah cukup untuk mengancam nyawa. Dengan kata lain
suasana pandemi seperti yang kita alami sekarang, juga dialami oleh orang-
orang di Yerusalem itu. Makanya mereka sangat merindukan munculnya
tokoh Mesias untuk melepaskan mereka dari segala penderitaan tersebut.
Apalagi saat itu Paskah menjelang, maka semakin kuatlah harapan agar
keadaan yang berat itu dapat berlalu.
Di tengah-tengah penantian yang genting itu, orang banyak mendengar
berita bahwa Yesus sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem. Berita
kedatangan Yesus itu sangat kuat mempengaruhi hati mereka,
membangkitkan sukacita, apalagi mereka mendengar-Nya telah melakukan
banyak mukjizat. Lalu mereka mengambil daun palem yaitu daun yang biasa
dilambaikan menyambut orang orang yang dihormati.
Pohon palem adalah lambang kemenangan dan sukacita. Dalam
menyambut Yesus mereka tidak memiliki karpet merah untuk dibentangkan,
sebab keadaan hidup mereka cukup tertekan dan bersahaja. Tapi rasa girang
mulai tumbuh, sehingga mereka berseru "Hosana! Diberkatilah Dia yang
datang dalam nama Tuhan, Raja Israel". Mereka mengulang nyanyian Mazmur
118 yang biasa mereka ucapkan di Bait Allah, saat menyongsong Yesus di
jalan masuk kota Yerusalem. Hosana berarti “berilah ya Tuhan keselamatan”,
dan hal itu mereka arahkan kepada Yesus, sebab mereka melihat keselamatan
itu ada pada-Nya.

Menyambut-Nya yang Naik Keledai


Walau perjalanan Yesus ke Yerusalem tidak aman, tetapi karena kabar
baik, berita suka cita dan keselamatan dari Allah yang dibawa Yesus jauh lebih
besar dari situasi serba tertekan di situ, maka Yesus datang ke Yerusalem, dan
orang banyak pun berani menghadapi resiko tersebut. Segera pesannya pas
dengan situasi kita kini: dalam menyambut Ia yang membawa keselamatan,
kita memang diminta pertama-tama mengikuti-Nya sekalipun keadaan serba
menekan. Dan hal itu selanjutnya membuat kita berani memasuki kehidupan
sehari-hari kita ini yang jelas-jelas punya resikonya.
Orang ramai yang melihat bahwa Yesus datang dengan naik keledai -tidak
dengan kereta kuda yang gagah penuh senjata-, jadi teringat pada nubuatan
Zakaria yaitu kedatangan raja yang adil dan yang lemah lembut itu justru
dengan mengendarai seekor keledai, keledai yang muda (Zakaria 9:9). Yesus
yang menggenapi nubuatan itu, juga datang dengan cara lemah-lembut, dan
dengan jalan itulah kemuliaan-Nya Ia tampakkan, dan syalom-Nya Ia bagikan.
Artinya kini: kita yang mengikut Dia di tengah berbagai tekanan hidup,
yang tahu bahwa ada resiko dalam hidup ini (seperti Yesus yang mengambil
resiko memasuki kota Yerusalem) akan menerima kemuliaan dan berkat-Nya
kalau kita juga dengan lemah lembut dan dengan cara sederhana mengikuti-
Nya. Tidak mentang-mentang merasa akan selalu kuat atau sehat, tetapi
menjalani hidup dalam doa dan dalam lemah lembut merawat setiap hari
kehidupan kita. Tidak dengan gagah-gagahan berkeliling seperti tuan di atas
kudanya, tetapi bersikap seperti seseorang yang naik keledai yang tangguh
menanggung beban: siap membawa karung berisi kebutuhan atau makanan
untuk dibagi-bagikan. Tidak pula dengan egoistis menjaga diri, tetapi dengan
welas asih merawat kesehatan diri bersama orang-orang lain yang ada di
sekitar kita. Dengan cara itulah Kristus yang mulai kita sambut, dan dengan
demikian pulalah syalom serta berkat-Nya sampai pada hidup kita.

“Seluruh dunia mengikut Dia” (ayat 19)


Maka selanjutnya, orang Farisi atau orang-orang yang berprasangka pada
Yesus jadi sadar, bahwa dengan cara inilah seluruh dunia akan datang
mengikut Dia (Yoh 12:19). Mengejutkan memang reaksi orang Farisi ini, tetapi
kita sadar bahwa selalu ada yang bermakna luas atau universal dari
kedatangan Kristus dan dari cara kita menyambut-Nya.
Sekiranya Kristus datang dengan kuda perang, maka lawan-lawanlah yang
akan bertambah. Dan sekiranya kita pun menyambut-Nya dengan
menganggap remeh segala tantangan, maka orang akan mengira kita tidak
tangguh dan hanya mau senangnya saja. Dan sekiranya kita mengikuti-Nya
tapi tak mau memasuki hidup dengan segala resikonya itu, maka orang akan
mengira kita ini komunitas yang egoistis dan tertutup saja.
Kristius datang dengan keledai dan dengan lemah lembut, membuat
dunia jadi sadar bahwa tantangan apapun membutuhkan kesungguhan,
membutuhkan kemauan memasuki detil-detil persoalan dengan hati hati -
bukankah itulah momen yang kini kita alami dan perlu jalani di hari-hari
wabah covid-19 ini?-, dan di dalam langkah itulah kasih-Nya merekah. Bukan
dengan mentang-mentang, apalagi dengan meremehkan persoalan apa pun.
Begitulah Tuhan kita memang sungguh mulia, dan begitulah cara kita
menyambut-Nya; agar di setiap keadaan yang menekan sekalipun, tetap ada
orang-orang yang mau mengikuti-Nya dengan lemah lembut dan bekerja
sebaik-baiknya, maka akan tetaplah berkat dan sejahtera-Nya tumbuh di
hidup kita.
Amin -(pdt martin lukito sinaga)

Anda mungkin juga menyukai