Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa dalam menyerap
peradaban Islam, baik dalam hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan
peradaban antar negara. Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini
banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang
berkembang di periode klasik. Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi
Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial,
maupun perekonomian dan peradaban antar negara. Dalam catatan sejarah Islam,
kemajuan-kemajuan Eropa tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan Islam di
Spanyol.
Dari Spanyol islamlah Eropa banyak menimba ilmu ketika Islam mencapai
masa keemasannya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat
penting, menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen
banyak belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam di Spanyol Islam. Islam
menjadi “guru” bagi orang Eropa, karena itu kehadiran Islam di Spanyol banyak
menarik perhatian para sejarawan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Proses Masuk nya Islam ke Andalusia?
2. Bagaimana Perkembangan Islam di Andalusia?
3. Apa saja Aspek Kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Pada Saat
Islam di Andalusia?
4. Sebutkan Apa saja faktor Penyebab kemunduran dan kehancuran Islam di
Andalusia?
5. Apa Pengaruh Peradaban spanyol islam di eropa?
2

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan Untuk mengetahui lebih dalam bagaimana Proses
Masuknya Agama Islam di Andalusia serta perkembangan agama islam di
Andalusia Mulai dari Masa keemasannya sampai kehancurannya.

1.4 Metode
Penulisan makalah ini menggunakan metode bedah buku, yaitu mencari dan
merangkum berbagai buku yang terkait dengan materi dan mengubahnya dengan
bahasa sendiri disesuaikan dengan keperluan penulisan. Hal ini dilakukan karena
tidak mudahnya menemukan sumber langsung berupa sejarawan untuk bertanya
langsung tentang materi terkait, karena memakan waktu yang cukup lama.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Masuk nya Islam ke Andalusia


Spanyol diduduki umat islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M),
salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelun
penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan
menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti Bani Umayyah.
Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul
Malik (685-705 M). Khalifah Abd Al-Malik mengangkat Hasan ibn Nu'man Al-
Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah Al-Walid, Hasan
ibn Nu'man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman Al-Walid itu,
Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair
dan Marokko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah
bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan pegunungan, sehingga mereka
menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti
yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara
itu pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari Khilafah Bani
Umayyah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa
pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa Al-Walid).1 1
Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat
kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi yaitu kerajaan
Gothik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan
menentang kekuasaan Islam Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat
Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol. Dengan
demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum Muslimin dalam
penaklukan wilayah Spanyol. Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga
pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan
pasukan ke sana. Mereka adalah Tharifibn Malik, Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn

1
A. syabalabi, sejarah dan kebudayaan islam, jilid 2,(Jakarta: pusataka Alhusna, 1983, cetakan
pertama), hlm.154
4

Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis penyelidik. la menyeberangi selat


yang berada di antara Maroka dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang,
lima ratus orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah
kapal yang disediakan oleh Julian.22 Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat
perlawanan yang berarti. la menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta
rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan
kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol
pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan
perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol
sebanyak 7.000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.33

Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol, karena
pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian
besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang
Arab yang dikirim Khalifah Al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi selat
di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq
dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama
Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu
secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat yang
bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan
pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting seperti Cordova, Granada, dan
Toledo (ibu kota kerajaan Goth saat itu). Sebelum Thariq menaklukkan kota
Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara
Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5.000 personel, sehingga jumlah
pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan
pasukan Gothik yang jauh lebih besar, 100.000 orang.

Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan
untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi Untuk itu, Musa ibn Nushair
merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud

2
Ibid, hlm. 158
3
Philip K. Hitti, History of the arabs, (London: Macmi press, 1970), hlm.83
5

membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat


menyeberangi selat itu dan satu per satu kota yang dilewatinya dapat
ditaklukkannya. Setelah Musa berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville,
dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di Orihuela,
ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai
seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa
sampai Navarre.4

Gelombang perluasan wilayah berikutnya mucul pada masa pemerintahan


Khalifah Umar ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 M. Kali ini, sasaran ditujukan
untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan.
Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah, tetapi usahanya itu gagal dan
ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan
kepada Abd Al-Rahman ibn Abdullah Al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia
menyerang kota Bordesu, Poiter, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours.
Akan tetapi, di antara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel,
sehingga penyerangan ke Prancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur
kembali ke Spanyol.

Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan seperti ke


Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau pulau yang terdapat di
Laut Tengah. Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus, dan sebagian dari
Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayyah.5 Gelombang kedua
terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan
abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau
Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.

Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam Nampak begitu mudah.


Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya factor eksternal dan internal yang
menguntungkan Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi

4
Carl Brockelmann,op.cit.,hlm.14
5
Harun Nasution, islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jilid 1.(Jakarta: UI press.1985,cetakan
kelima),hlm.62
6

yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol
oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada
dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayalh Spanyol terkoyak-koyak
dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu, penguasa
Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa,
yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut
agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa
dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa dan dibunuh secara
brutal.9 Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga, keadaannya diliputi
oleh kemelaratan ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi
seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas dan juru
pembebasnya mereka temukan dari orang Islam.6 Berkenaan dengan itu, Ameer
Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin mengatakan ketika Afrika (Timur dan Barat)
menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan
kesejahteraan tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan
di bawah kekuasaan tangan besi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada
dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat." Akibat
perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat
perlawanan dan pemberontakan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak
membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu
amat banyak coraknya dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat Ketika Islam
masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal,
sewaktu Spanyol berada di bawah permerintahan Romawi, berkat kesuburan
tanahnya, pertanian maju pesat Demikian juga pertambangan, industri, dan
perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi,
setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh
dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa
digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dengan daerah lain sulit
dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.

6
Syed Mahmudunnasir, Islam its concept & History, (New Dehli: kitab vhavan, 1981), hlm.214.
7

Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama


disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa
pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam. Awal
kehancuran kerajaan Ghot adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota
negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi
penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing
amarah dari Oppas dan Achila, kakak, dan anak Witiza. Keduanya kemudian
bangkit menghimpum kekuatan untuk menjatuhkan Roderick. Mereka pergi ke
Afrika Utara dan bergabung dengan kaum Muslimin. Sementara itu, terjadi pula
konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah.
Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung
usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol. Julian bahkan memberikan pinjaman
empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq, dan Musa.

Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah tentara Roderick yang terdiri
dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu,
orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan
memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.7

Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang
terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang. dan para prajurit Islam yang
terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin
adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya
diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan.
Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara
Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama
dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum Muslimin itu menyebabkan
penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.8

Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah tentara Roderick yang terdiri
dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu,

7
A.syalabi, op.cit., hlm.158
8
Thomas w.Arnold, op.cit., hlm.125
8

orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan
memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.

Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang
terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang. dan para prajurit Islam yang
terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin
adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya
diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan.
Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara
Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama
dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum Muslimin itu menyebabkan
penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.

Ada beberapa faktor yang mempermudah penundukan wilayah Spanyol, yaitu:

1. Semangat tempur yang sangat tinggi yang terdapat dikalangan tentara


Islam karena tak ada pilihan lain kecuali menang berarti hidup dan dapat
ghanimah atau kalah yang berarti mati syahid. Pilihan lain tidak ada,
termasuk melarikan diri. Motivasi demikian dapat dilihat pidato Thariq
didepan pasukannya, sebelum pertempuran dimulai. "....kemana kita mau
lari, dibelakang laut, didepan musuh....kalau mati bertempur mati syahid.
Allah beserta kamu dan melindungi kamu".9
2. Dikalangan orang-orang Spanyol terdapat perpecahan antara keturunan
Romawi dengan keturunan Gothia yang masuk ke Spanyol dan kemudian
memerintah daerah itu dengan Monarchi Absolut.
3. Orang-orang Katolik benci pada pemerintahan Gothia yang tengah
berkuasa waktu itu, yang memperlakukan pribumi Spanyol sebagaimana
perlakukan terhadap budak-budak dan pekerja, sedang hasil buminya
mereka ambil.
4. Orang-orang yahudi yang berada di wilayah itu membelot kepada pasukan
Islam karena mereka dahulu dipaksa dengan ancaman. pembuangan oleh
bangsa Gothia untuk dibaptis kedalam agama Kristen. Sedangkan pasukan
9
Harun Nsution, Islam Ditinjau dari berbagai aspek , Jakarta, Ui press,1985, h,62.
9

Islam sudah dikenal sangat toleran, bukan saja tidak akan memaksa
mereka masuk Islam, tetapi juga menghormati keberagamaan mereka
sesuai dengan keyakinannya.

Keberhasilan Abd al-Rahman menegakkan kekuasaan di Spanyol Islam


karena ia mengatakan kepada gubernurnya bahwa Abbasiyah akan mengganti
semua gubernur yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Bani Umayyah. Pernyataan
tersebut membuat Yusuf terpengaruh dan lebih baik bertahan pada kekuasaan
Bani Umayyah dan bersama menghadapi Bani Abbasiyah, dari pada jabatannya
hilang. Dengan tampilnya Abd al-Rahman al-Dakhil mengepalai pemerintahan
Islam di Spanyol, maka kepala negara dalam Islam menjadi dua orang, satu
khalifah Abbasiyah yang berpusat di Baghdad Irak, sedangkan yang satu lagi
adalah Daulah Bani Umayyah yang berada di Spanyol, terpisah dari kekuasaan
Islam di Baghdad (mulai tahun 138 M/755 M).

2.2 Perkembangan Islam di Andalusia


Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya
kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar.
Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui
umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu:

1.Periode Pertama (711-755 M)

Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang
diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode
ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-
gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari
dalam antara lain berupa perselisihan di antara elit penguasa, terutama akibat
perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan pandangan
antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di
Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa, merekalah yang paling berhak
menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian
wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan
10

pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada
hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama, antara Barbar asal Afrika Utara
dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri, terdapat dua golongan yang terus-menerus
bersaing, yaitu suku Qaisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan).
Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak
ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada
gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang
agak lama.10

Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang
bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah
tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah
berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir Islam dari bumi
Spanyol.

Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh


dari luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan
pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan
datangnya Abd Al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.

2.Periode Kedua (755-912 M)

Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang


bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat
pemerintahan Islam yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di
Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I, yang memasuki Spanyol tahun
138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Dia adalah
keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas ketika yang
terakhir ini berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia
berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa
Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman Al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I,

David wassenstein, politics and society in Islamic spain: 1002-1086.(new jersey: priceton
10

university press, 1985),hlm.15-16.


11

Abd Al Rahman Al-Ausath, Muhammad ibn Abd Al-rahman, Munzir ibn


Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.

Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-


kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abd AI-
Rahman Al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota
besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam dan
Hakanm dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang
memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abd Al-Rahman Al-Ausath
dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk
pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman Al-Aushat. Ia mengundang
para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan
ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.

Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi Pada


pertengahan abad ke-9, stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan
Kristen fanatik yang mencari kesyahidan (Martyrdom).11 Namun, Gereja Kristen
lainnya di seluruh Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan itu, karena
pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama. Penduduk Kristen
diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen.
Peribadatan tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan gereja
baru, biara-biara di samping asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak
dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada
instansi Militer.

Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat
Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk
negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu, sejumlah orang
tidak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting di antaranya adalah,
pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di
pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar
dan orang-orang Arab masih sering terjadi.
11
Jurji Zaidan, Tarikh al-tamaddun al-islami, juz III, (Kairo: Dar Al-Hilal, tanpa tahun), hlm.200
12

3.Periode Ketiga (912-1013 M)

Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd Al-Rahman III


yang bergelar "An-Nasir" sampai munculnya "raja-raja kelompok" yang dikenal
dengan sebutan Muluk al-Thawaif. Pada periode ini, Spanyol diperintah oleh
penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari
berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat
Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri.
Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan
Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. la berpendapat bahwa saat ini
merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang
dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini
dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada
periode ini ada tiga orang, yaitu Abd Al-Rahman Al-Nasir (912-961 M), Hakam II
(961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).

Pada priode ini, umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan
kejayaan, menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd Al-Rahman Al-
Nashir mendirikan Universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi
ratusan ribu buku Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan
Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan Pada periode
kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat .

Awal dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika


Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu, kekuasaan aktual
berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi
'Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius
yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan
Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas
keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar Al-Manshur Billah. la wafat
pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya Al-Muzaffar yang masih dapat
mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun
13

1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu.
Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan
akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri.
Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup
memperbaiki keadaan. Akhirnya, pada tahun 1013 M Dewan Menteri yang
memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah
terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.12

4.Periode Keempat (1013-1086 M)

Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara
kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang
berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang
terbesar di antaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam
Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang
saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada
raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan
politik Islam itu, untuk pertama kalinya, orang-orang Kristen pada periode ini
mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun, kehidupan politik tidak stabil,
namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana
mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu
istana ke istana lain.

5.Periode Kelima (1086-1248 M)

Pada periode ini, Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam


beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan
dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M).
Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan
oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil
mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas
undangan" penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat
W. Montgomery Watt, kejayaan islam:kajian kritis dari tokoh orientalis,(Yogyakarta:Tiara
12

Wacana, 1990), hlm.217-218


14

perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-


orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan
berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja
Muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil
untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja
yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti berakhir, baik di Afrika Utara
maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa dinasti
Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M. Di
Spanyol sendiri sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-
dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa
dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini.
Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang
ke Spanyol di bawah pimpinan Abd Al-Mun'im. Antara tahun 1114 dan 1154 M,
kota-kota Muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah
kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak
kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi, tidak
lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M,
tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa.
Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya
memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235
M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil.
Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-
serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan
penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali
Granada lepas dari kekuasaan Islam.13

6.Periode Keenam (1248-1492 M)

Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah


dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti
di zaman Abdurrahman An-Nasir Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya

13
Ahmad syalabi, op, cit., hlm.76
15

berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan


terakhir di Spanyol ini berakhir, karena perselisihan orang-orang istana dalam
memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang
kepada ayahnya, karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya
menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam
pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa'ad.
Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk
menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah
dan Abu Abdullah naik tahta.

Tentu saja, Ferdinand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan


besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin
merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa
menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku
kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan Isabella, kemudian,
hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol
tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk
Kristen atau pergi meninggal Spanyol. Pada tahun 1609 M boleh dikatakan tidak
ada lagi umat Islam di daerah ini.14

2.3 Aspek Kemajuan Ilmu Pengetahuan Dan Kebudayaan Islam Di


Andalusia
Masuknya Islam di Spanyol pada sekitar permulaan abad ke-8 M., telah
membuka cakrawala baru dalam sejarah Islam. Dalam rentang waktu selama
kurang lebih tujuh setengah abad, umat Islam di Spanyol telah mencapai
kemajuan yang pesat, baik di bidang ilmu pengetahuan maupun kebudayaan.
Berbagai disiplin ilmu berkembang pesat pada masa itu. Hal ini ditandai dengan
banyaknya bermunculan figur-figur ilmuwan yang cemerlang di bidangnya
masing-masing dan sampai sekarang, buah pikiran mereka menjadi bahan rujukan
para akademisi, baik di barat maupun di timur.

14
Harun Nasution, op.cit., hlm.82
16

Kemajuan peradaban di Spanyol Islam pada saat ini berimbas pada bangkitnya
Renaisans dunia barat pada abad pertengahan sehingga dapa dikatakan bahwa
Arab Spanyol adalah guru bagi Eropa dan Universitas Cordova, Toledo,
sedangkan Seville berfungsi sebagai sumber asli kebudayaan Arab, non-Arab,
muslim, Kristen, Yahudi, dan agama lain sampai beberapa abad kemudian (Yusuf
Syuaib, 1985: 78). Cordova sebagai ibukota Spanyol merupakan pusat peradaban
Islam yang tinggi yang dapat menyamai kemasyhuran Baghdad di timur dan
Kairo di Mesir. Mengapa demikian? Sebab, pada saat Islam mengalami kemajuan
peradaban yang mengagumkan, keadaan Eropa masih sangat terbelakang dan
diliputi kegelapan, serta kebodohan (Harun Nasution, 1995: 101)

Kemajuan apa saja yang diraih umat Islam Spanyol dalam lapangan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan, sehingga banyak sejarawan yang berpendapat
bahwa supremasi Islam tersebut sangat berpengaruh terhadap kemajuan Eropa
bukan saja pada masa Renaisans, melainkan sampai abad ini? Berikut ini adalah
uraiannya.
1.Filsafat

Dalam bidang ini, Spanyol Islam telah merintis pembangunannya sekitar


abad ke-9 M. Sejak abad ini, minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai
dikembangkan, yakni selama pemerintahan Bani Umayah yang ke-5, Muhammad
Ibn Abd Ar-Rahman (832-886) (Majid Fahri, 1986: 357)

Kajian filsafat ini dilanjutkan oleh penguasa berikutnya, yakni At


Hakam (961-976 M.) dengan mengeluarkan kebijakan untuk mengimpor karya-
karya ilmiah dan filosofis dari timur dalam jumlah besar. Dengan berbagai upaya
yang dilakukan dan adanya dukungan politis dari penguasa, akhirnya Cordova
mampu berdiri sejajar dengan Baghdad sebagai pusat pengembangan ilmu
pengetahuan di dunia Islam, dan melahirkan banyak filosof terkenal yang wacana
perenungan dan pemikirannya mewarnai strukrur bangunan ilmu pengetahuan
sampai abad sekarang
17

Tokoh-tokoh filsafat yang lahir pada masa itu, antara lain Abu Bakri
Muhamad Ibn As-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajah sebagaimana Al-
Farabi dan Ibn Sina, Ibn Bajah melalui pemikirannya sering mengembangkan
berbagai permasalahan yang bersifat etis dan eskatologis. Filosof selanjutnya
adalah Abu Bakar lbn Thufail. Melalui berbagai karyanya, ia banyak menulis
masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang masyhur
berjudul Hay Ibn Yaqzhan (Badri Yatim, 1986: 101). Para filosof lainnya adalah
Ibn Maimun, Ibn Arabi, Sulaiman Ibn Yahya, juga Ibn Rusyd yang juga dikenal
ahli figh (Anwar G. Ghejne 1974: 165)

2.Sains

Spanyol Islam banyak melahirkan tokoh dalam lapangan sains. Dalam


bidang matematika, pakar yang sangat terkenal adalah Ibn Sina. Selain ahli dalam
bidang tersebut, ia juga dikenal sebagai seorang teknokrat dan ahli ekologi.
Bidang matematika juga melahirkan nama Ibn Saffat dan Al-Kimmy, keduanya
juga ahli dalam bidang teknik (Philip K. Hitti, 1974: 570).

Dalam bidang fisika dikenal seorang tokoh Ar-Razi. Dialah yang


meletakkan dasar ilmu kimia dan menolak kegunaan yang bersifat takhayul. Dia
jugalah yang menemukan rumusan klasifikasi binatang, tetumbuhan numerial. Ar-
Razi membuat sejumlah substansi dan proses kimiawi sebagian darinya seperti
distilasi dan kristalisasi yang sekarang digunakan (George F. Kreller, 1978: 4)

Dalam bidang kimia dan astronomi, selain Abbas Ibn Farmas, juga
dikenal Ibrahim Ibn Yahya An-Naqgosh. Yang pertama dikenal sebagai penemu
pembuatan kaca dari batu dan yang kedua sebagai orang yang dapat menentukan
waktu terjadinya gerhana matahari. Dalam berbagai disiplin ilmu yang lain,
Spanyol Islam juga banyak melahirkan pakar seperti Zahrawi (kedokteran), yang
menemukan pengobatan lemah syahwat, pembedahan, dan lain-lain.

3.Bahasa Sastra dan Musik


18

Bahasa Arab dengan ketinggian sastra dan tata bahasanya telah men-
dorong lahirnya minat yang besar masyarakat Spanyol. Hal ini dibuktikan dengan
dijadikannya bahasa ini menjadi resmi, bahasa pengantar, bahasa ilmu
pengetahuan, dan administrasi.

Berangkat dari kenyataan tersebut, lahirlah para tokoh atau pakar dalam
bidang bahasa dan sastra, seperti AI-Qali dengan karyanya Al-kitab Al-Bari fi Al-
Lugoh (Anwar G. Ghejne, 1974: 187), Az-Zubaidy ahli bahasa dan filologi dan
masih banyak lagi.

Dalam bidang seni, indikasi kemajuannya adalah berdirinya musik di


Cordova oleh Zaryab (Ahmad Syalabi, jilid IV, 1979: 88). Zaryah adalah artis
terbesar pada zamannya, siswa sekolah musik Ishak Al- Mausuli dari Baghdad.
Sekolah tersebut kemudian menjadi model bagi sekolah musik lainnya yang
bermunculan belakangan di Villa, Toledo,Valencia, dan Granada.

4.Sejarah Dan Geografi

Dalam bidang sejarah dan geografi, Spanyol Islam khususnya wilayah


Islam bagian barat telah banyak melahirkan penulis terkenal, seperti Ibn Zubair
dari Valancia, yang telah menulis sejarah tentang negeri-negeri muslim
Mediterania serta Sisilia. Ibn Al-Khathib (1317-1375 M.) telah menyusun sejarah
tentang Granada, Ibn Khaldun dari Tunis adalah seorang perumus filsafat sejarah.
Para sejarawan tersebut semula bertempat tinggal di Spanyol dan kemudian
pindah ke Afrika (Bernald Speler, 1960 112).

Contoh lain dalam bidang ini adalah Tarikh lfitah Al-Andalus, sebuah
karya besar yang ditulis oleh Ibn Qutyah (W. 977 M.), ia dilahirkan dan
dibesarkan di Cordova. Selain itu juga, ada Ibn Hayyan yang buah karyanya
masih eksis sampai saat ini, yaitu Al-Muqrabis fi Tarikh Ar-Rizal Al- Andalus
(Philip K. Hitti, 1974: 565).

5.Fiqih
19

Umat Islam Spanyol dikenal sebagai penganut madzhab Maliki


Madzhab ini diperkenalkan oleh Ziyad Ibn Abd Rahman yang selanjutnya
dikembangkan oleh lbn Yahya yang menjadi Qadi pada masa Hisyam Ibn Abd
Rahman. Fugaha lain yang terkenal pada masa itu, antara lain Abu Baki, Ibn Al-
Qutiyah, Munzir, Ibn Said Al-Batuthi, dan Ibn Hazim (Badri Yatim, 19: 1043).

Sebuah kitab figh monumental yang masih menjadi salah satu rujukan
dalam lapangan hukum Islam sampai saat ini, khususnya di Indonesia, adalah Bid
ayatul Mujtah id. Kitab tersebut adalah buah karya Ibn Rusyd filosof dan faqh
Spanyol Islam.

6.Kemajuan Perkembangan Fisik

Kemajuan pesat pada bidang intelektual tidak melalaikan para`genguasa


Spanyol Islam untuk memerhatikan pembangunan fisik. Dalam pembangunan
fisik umat Islam Spanyol telah membuat bangunan-bangunan fasilitas, seperti
perpustakaan yang jumlahnya sangat banyak, gedung pertanian, jembatan-
jembatan air, irigasi, roda air, dan lain-lain. Di samping itu, istana-istana, masjid
yang besar-besar dan megah serta tempat pemandian dan taman-taman yang
kesemuanya dipersatukan dalam kota yang ditata dengan teratur (Abd Rochim,
1983: 113)

Philip K. Hitti menyebutkan bahwa di Cordova terdapat 700 masjid dan


300 buah pemandian umum. Kemudian, istana Raja Az-Zahra mempunyai 400
buah ruangan. Istana megah itu sengaja dibangun di kaki gunung dan menghadap
sungai Quadalquiurr yang di atasnya terdapat jembatan yang melintasi sungai
tersebut dengan konstruksi lengkung sebagai penyangga (Philip K. Hitti,
Terjemah: 162)

Selain bukti-bukti pembangunan fisik tersebut di atas, masih banyak


bukti kemegahan lain yang dibangun oleh umat Islam pada masa itu, seperti istana
Al-Hamra dengan gaya arsitektur yang sangat tinggi, yang dirancang oleh para
arsitek terkemuka dunia.
20

Kemajuan pesat yang diraih umat Islam Spanyol --khususnya dalam


pembangunan ilmu pengetahuan dan kebudayaan- merupakan sebuah proses
panjang yang didukung oleh faktor kerja sama yang baik antara para sarjana dan
intelektual muslim dengan didukung oleh kebijakan pemerintah serta kemampuan
ekonomi serta semangat keberagamaan dan persaudaran yang kuat.

2.4 Kemunduran dan kehancuran islam di andalusia


Periode penaklukan kembali Spanyol (Reconquista) dimulai sejak jatuhnya
kekhalifahan Umayyah pada Abad ke-11. Andai saja kaum muslim di bawah
pimpinan Musa ibn Nushair dan Thariq bin Ziyad menuntaskan dan
menghancurkan sisa-sisa kekuatan Kristen di daerah pegunungan di Utara
Spanyol, maka sejarah Spanyol kemungkinan akan sangat berbeda. Setelah
berhenti beberapa saat karena kesibukan mengurusi pertikaian internal antara
pimpinan Kristen di Utara, proses perebutan kembali berlanjut dan semakin cepat,
dua kekuatan besar Kristen Spanyol saat itu yaitu Castile dan Leon pada tahun
1230 M. Akhimya proyek besar tersebut hampir tuntas dila pada paruh abad ke-13
M, dengan pengecualian Granada, yang merupakan kota terakhir Islam di
Spanyol. Toledo berhasil direbut Kristen Spanyol pada 1085, diikuti Cordova
pada 1236 dan Seville pada 1248 M.15

Setelah berkuasa lebih dari tujuh abad, akhirnya umat Islam Spanyol tidak
kuasa lagi membendung serangkaian serangan dari koalisi raja-raja Kristen yang
telah berhasil memanfaatkan momentum kemunduran Umayyah II pasca
Pemerintahan Abdurrahman III.

Berikut secara rinci faktor-faktor pemicu kemunduran dan akhirnya kehancuran


Islam di Andalusia :

1.Faktor Internal

 Tidak adanya Ideologi Pemersatu

15
Hitti, History of the Arabs , hlm.550.
21

Berbeda dengan situasi Umayyah I di Damaskus, yang dengan sukses


gemilang berhasil menerapkan politik Arabisme sebagai Idiologi Pemersatu
wilayah-wilayah kekuasaannya. Di Spanyol mereka tidak berhasil menerapkan
idiologi yang sama, dikarenakan situasi Spanyol yang jauh berbeda dengan Dunia
Islam di Timur. Maka Islam di Spanyol menjadi lebih sulit untuk
mempersatukannya. Masing-masing dan tidak memiliki dasar yang kokoh untuk
mempertahankan Islam di sana

Hal ini diperparah dengan sikap penguasa Umayyah yang tetap dengan prinsip
Arabismenya yang kuat, sehingga orang-orang muslim yang bukan Arab
mendapat perlakuan yang tidak sama dengan Islam Arab. Kalau di tempat-tempat
lain para muallaf diperlakukan seperti orang Islam yang sederajat, maka hal ini
tidak berlaku di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di
Damaskus, orang-orang Arab tidak menerima orang-orang pribumi dan
menempatkannya sebagai warga negara kelas dua. Hal tersebut mengakibatkan
tumbuhnya rasa kebencian dan permusuhan yang pada akhirnya menggerogoti
stabilitas Islam di Spanyol.

 Kesulitan Ekonomi

Para penguasa hanya membangun kota dan mengembangkan ilmu


pengetahuan dengan sangat serius sehingga lalai membina perekonomian.
Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mem-pengaruhi
kondisi politik dan militer. Belum lagi perang dengan para pemberontak dan
pengacau yang tentu saja menghabiskan anggran yang tidak sedikit.

 Tidak Jelasnya Sistem Pergantian Kekuasaan

Sistem peralihan kekuasaan yang tidak kuat dan jelas menimbulkan situasi
yang merugikan dinasti itu sendiri, maka di setiap suksesi kepemimpinan muncul
konflikinternal di kalangan keluarga istana dalam hal memperebutkan kekuasaan.
Inilah yang menjadi penyebab utama akhimya Umayyalh tidak bisa
mempertahankan kekuasaannya, sehingga muncullah al-Mulk at-Tawaif, sebagai
22

respon kecewa terhadap khalifah yang tidak tegas. dalam menetapkan peraturan
terkait sistem peralihan kekuasaan. Sampai pada akhirnya Granada sebagai pusat
kekuasaan terakhir Islam di Spanyol juga tak kuasa menghindar dari kehancuran,
setelah Ferdinand dan Isabel menyerang mereka.

 Keterpencilan

Di saat dunia Islam di Spanyol sedang berjuang untuk mepertahankan


kekuasaannya, dunia Islam di bagian Timur juga masing-masing sendiri dan sibuk
mengurusi peperangannya. Perang Salib juga tengah bergejolak di Timur.
Sehingga Islam di Spanyol bagaikan dunia Islam yang lain. Berjuang sendirian
tanpa mendapatkan bantuan dan tidak adanya kekuasaan alternatif yang mampu
membendung kebangkitan umat Kristen di sana. Berbeda dengan Islam di Timur,
di saat salah satu dinasti

sibuk dengan perang melawan pasukan Salib, justru dinasti lain muncul
menjadi penghalang bagi laju pasukan Salib.

2.Faktor Eksternal

Konflik Islam dengan Kristen Kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa
kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen yang pada akhirnya memunculkan
persatuan di kalangan raja-raja Kristen. Sebelumnya mereka berselisih, namun
dikarenakan untuk upaya merebut kembali Spanyol dari tangan umat Islam,
akhirmya menimbulkan kesadaran mereka, bahwa mereka memiliki musuh yang
sama yaitu umat Islam. Sehingga mereka bersatu dan akhirmya berhasil merebut
Spanyol bahkan mengusir umat Islam dari bumi Spanyol. Hal ini menyebabkan
kehidupan Islam di Spanyol tidak lepas dari pertentangan antara Islam dengan
Kristen. Umat Islam juga tidak secara tuntas menyelesaiakan misi islamisasinya,
para muslim terkesan sudah merasa cukup dan puas dengan kekuasannya dan
menerima pajak dan upeti dari raja-raja Kristen. Dendam dan rasa benci raja-raja
Kristen yang telah kehilangan kekuasaannya sejak Islam masuk Spanyol, terus
23

memendam dendam dan rencara terselubung untuk suatu waktu akan merebut
kembali kekuasaan itu dari umat Islam.

2.5 Pengaruh peradaban Andalusia terhadap eropa


Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang
budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode
klasik. Memang banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi
Eropa, seperti Sicilia dan Perang Salib, tetapi saluran yang terpenting adalah
Spanyol Islam.

Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap


peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun
perekonomian, dan peradaban antarnegara. Orang-orang Eropa menyaksikan
kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan
negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains di
samping bangunan fisik.16 Yang terpenting di antaranya adalałh pemikiran Ibn
Rusyd (1120-1198 M). la melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan
kebebasan berpikir. la mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat
minat semua orang yang berpikiran bebas. la mengedepankan sunnatullah
menurut pengertian Islam terhadap pantheisme dan anthropomorphisme Kristen.
Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa timbul gerakan
Averroeisme (Ibn Rusyd-isme) yang menuntut kebebasan berpikir. Pihak gereja
menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini.

Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi


pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. 17 Buku-buku Ibn Rusyd
dicetak di Vinesia tahun 1481 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Bahkan, edisi
lengkapnya terbit pada tahun 1553 dan 1557 M. Karya-karyanya juga diterbitkan
pada abad ke-16 M di Napoli, Bologna, Lyonms, dan Strasbourg, dan di awal
abad ke-17 M di Jenewa.

16
Philip K.Hitti, op,cit.,hlm.526-530
S.I poerradisastra, sumbangan islam kepada ilmu dan peradaban modern,(Jakarta:P3M,1986,
17

cetakan dua). Hlm 67


24

Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rusyd, ke


Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di
universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville,
Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif
menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan Muslim. Pusat penerjemahan
itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan
universitas yang sama. Universitas pertama di Eropa adalah Universitas Paris
yang didirikan pada tahun 1231 M tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd.18

Di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Di dalam


universitas-universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas
Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat. Pemikiran
filsafat yang paling banyak dipelajari adalah pemikiran Al-Farabi, Ibn Sina dan
Ibn Rusyd.

Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak
abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance)
pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani
di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan
kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Latin.19

Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat
kejam, tetapi ia telah membidani gerakan- gerakan penting di Eropa. Gerakan-
gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaissance)
pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M,
rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufalarung) pada abad ke-18
M.20

18
ZainalAabidin Ahmad, Riwayat hidup ibn Rusy,(Jakarta: Bulan Bintang 1975), hlm. 148-149.
19
K. beterns, Ringkasan sejarah filsafat,(Yogyakarta: kananius, 1986,cetakan kelima), h.32.
tentang sejarah renaisasance dan reformasi baca J, B. bury, Sejarah kemerdekaan berfikir ,
(Djakarta:PT Pembangunan, 1963), hlm 63-82.
20
S.I poeradisastra, op,cit.,hlm,77.
25

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian materi di atas dapat disimpulkan bahwa begitu besarnya
perjuangan pejuang-pejuang Islam di Andalusia. Masa kemajuan yang begitu
pesat di berbagai bidang, seperti pada masa kekhalifahan, kemajuan politik,
peradaban, sains, sastra dan bahasa, dan lain-lain. Adapun masa kemunduran yang
disebabkan antara lain Lemahnya Kekuasaan Bani Umayyah II dan Bangkitnya
Kerajaan-Kerajaan Kecil di Andalusia, Timbulnya Semangat Orang-Orang Eropa
Untuk Menguasai Kembali Andalusia, Hancurnya Kekuasaan Islam dan
Rendahnya Semangat Para Ahli Dalam Menggali Budaya Islam, Banyaknya
Orang-Orang Eropa Yang Menguasai Ilmu Pengetahuan Dari Islam.

3.2 Saran
Beberapa saran yang dapat Penulis berikan yaitu tetap tingkatkan keimanan
kita kepada Allah SWT dan terus menuntut Ilmu dunia dan akhirat secara
bersamaan, karena bila kita melihat sejarah peradaban Islam di Andalusia, begitu
pesat kemajuan yang dapat diraih, tapi itu semua dapat hancur seketika hanya
karena beberapa hal, dan lemahnya kekuatan di akhir masa kekuasaan.

Anda mungkin juga menyukai