Anda di halaman 1dari 4

Marsella Wijaya

XII IPS B/11

Urbanisasi merupakan salah satu masalah sosial yang semakin serius bagi beberapa
wilayah kota besar di Indonesia. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dan
kota menimbulkan kesenjangan sosial yang cukup memprihatinkan. Diperkirakan, arus
urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota pasca-Lebaran 2019 mencapai
71.000 pendatang baru. Selain Jakarta yang menjadi tujuan utama urbanisasi, kota-kota besar
lain di Indonesia seperti Bandung, Surabaya, Semarang, Medan, dan Batam, juga menjadi
tujuan urbanisasi saat ini.
Munculnya niat untuk pindah dari desa ke kota, umumnya sangat dipengaruhi oleh ajakan,
kesalahan menerima informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi,
dan lain sebagainya. Namun demikian, penarik urbanisasi yang paling kuat adalah berupa
ajakan yang biasanya disertai dengan janji-janji semu. Ajakan ini dapat berasal dari seseorang
yang mudik ke kampung halaman pada hari raya Idulfitri. Hal ini dilakukan dengan
memamerkan uang dan barang yang dibawanya dari kota. Bahkan tidak jarang mereka suka
menceritakan tentang kehidupan kota yang megah, gemerlap, dan mudah mendapatkan
uang. Pada akhirnya orang yang mendengarkan akan beranggapan bahwa kota besar sangat
mengagumkan, menyenangkan, dan nyaman untuk didatangi.
Umumnya di perdesaan, penduduk bercocok tanam, beternak, atau melakukan
berbagai pekerjaan yang dapat digolongkan sebagai petani. Petani merupakan salah satu
sosok wirausaha, yang diasumsikan sebagai orang yang mempunyai objek usaha, peralatan,
dan keahlian sehingga hasilnya juga langsung dinikmati individu yang bersangkutan. Berbeda
dengan perkotaan yang banyak dipenuhi oleh pekerja, di mana mereka hanya memberikan
kontribusi tenaga dan keahlian kepada yang memberi pekerjaan dengan mengharapkan
imbalan atau upah.
Kehidupan kota yang modern juga menjadi salah satu daya tarik seseorang melakukan
urbanisasi. Kehidupan perkotaan tentu sangat bertolak belakang dengan kehidupan
perdesaan. Perkotaan juga mempunyai sarana dan prasarana lebih lengkap seperti sarana
pendidikan, kesehatan, transportasi, telekomunikasi, hiburan dan sebagainya. Tersedianya
lapangan pekerjaan yang lebih beragam juga menjadi daya tarik seseorang melakukan
urbanisasi. Berbeda dengan perdesaan di mana lapangan pekerjaan sangat terbatas,
kalaupun ada penghasilan yang diperoleh tidak sebesar penghasilan bekerja di kota. Hal ini
dapat ditinjau dari kehidupan perdesaan yang rata-rata bergerak di sektor agraris, yang tidak
banyak membutuhkan tenaga kerja untuk melakukan proses produksinya. Selain itu, asumsi
masyarakat untuk meraih impian menjadi orang sukses dengan bekerja di kota makin
menguatkan terjadinya urbanisasi. Perkotaan dianggap memberikan peluang cukup besar
untuk mewujudkan impian tersebut.

Perkembangan lingkungan permukiman di daerah perkotaan tidak terlepas dari pesatnya


laju pertumbuhan penduduk disebabkan karena faktor pertumbuhan penduduk secara alami
serta proses urbanisasi. Dengan adanya pertumbuhan penduduk terutama akibat urbanisasi
dan terbatasnya luas lahan di daerah perkotaan, menyebabkan semakin berkembangnya
jumlah rumah-rumah yang ilegal diperjualbelikan atau disewakan kepada para pendatang.
Rumah-rumah ilegal tersebut berkembang di bantaran sungai, daerah-daerah dekat kantor,
pasar, mall serta pada lahan kosong, baik milik perorangan/perusahaan maupun tanah
pemerintah tanpa izin. Kawasan yang padat dan kumuh ini disebut permukiman kumuh atau
kampung kumuh. Hal inilah penyebab munculnya permasalahan pada kota Jakarta yaitu
terjadinya banjir pada musim hujan, lingkungan yang tidak sehat, tidak layak huni, tidak
memiliki fasilitas seperti listrik, air bersih dan prasarana.
Upaya-upaya pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengatasi masalah ini telah dilakukan
sejak pemerintahan Gubernur Ali Sadikin tahun 1967-1979 dengan Proyek Mohammad Husni
Thamrin (MHT) atau dikenal sebagai Kampung Improvement Program, yaitu program tentang
perbaikan kampung dengan tujuan agar kampung- kampung kumuh di Jakarta ini dapat
terlihat asri kembali, minimal layak untuk dihuni. Dimulai dengan memperbaiki jalan,
penambahan fasilitas MCK, Puskesmas, bak-bak sampah dan sarana keamanan kampung.
Diharapkan juga agar warga yang tinggal di kampung-kampung kumuh tersebut untuk sadar
bernegara dan bermasyarakat, serta dapat bergotong royong agar program ini dapat berjalan
dengan lancar.

Program “Kampung Hijau” dirancang sebagai salah satu bentuk nyata dari sumbangan non
pemerintah untuk membantu masyarakat agar tercipta suatu keadaan lingkungan yang sehat,
bersih, nyaman, tertib dan aman, serta kondusif untuk berkembangnya perekonomian
masyarakat. Program “Kampung Hijau” memiliki alternatif program antara lain:
a. Perbaikan infrastruktur kampung (pembuatan tempat pembuangan sampah,
perbaikan saluran pembuangan air, perbaikan jalan setapak, penyediaan pos
terpadu: keamanan, kesehatan, temu warga, dll.)
b. Penguatan potensi wilayah (pemberdayaan pemuda, pemberdayaan ibu-ibu,
penguatan organisasi mesjid, penguatan kerjasama antara warga dengan
Pesantren dan Madrasah, dll)
c. Penyediaan sarana dan prasarana kampung (pengadakan gerobak sampah,
pengadaan papan nama jalan, penomoran rumah warga yang teratur, dll)
d. Riset/Penelitian (melakukan need assessment, melakukan monitoring program,
melakukan evaluasi program)
Program Kampung Hijau ini bisa dilakukan oleh warga pada permukiman kumuh, dan bisa
berhasil, apabila kegiatannya berdasarkan modal kesadaran dan peran serta masyarakat,
penuh tanggung jawab, penuh dedikasi, inisiatif dan mandiri, guna mencapai “sustainability”
di masa perkembangannya. Oleh karena itu pembinaan Kampung Hijau tidak hanya
menyentuh perbaikan fisik lingkungan dan kesehatan masyarakat, namun harus dibarengi
dengan peningkatan kondisi kesejahteraannya dalam segala segi termasuk Sosial dan
Ekonomi Masyarakatnya termasuk pemahaman mereka mengenai sadar hukum dan hak asasi
manusia terutama bagi angkatan mudanya. Keberhasilan dari pembentukan kampung hijau
ditandai dengan jumlah penghargaan yang diterima baik dari pemerintah maupun dari
swasta, antara lain:
a. Kejuaraan dalam hal Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tingkat
RW/Kelurahan/Provinsi dan Nasional
b. Kejuaraan meraih Piala Adipura
c. Penghargaan dari UNILEVER untuk Jakarta Green and Clean (JGK)
d. Kejuaraan-kejuaraan dalam hal Taman untuk Tatanan Rumah, Taman dan
Penghijauan

Selanjutnya adalah Program Muhammad Husni Thamrin (MHT) yaitu program pemerintah
Provinsi DKI Jakarta yang merupakan program perbaikan kampung terpadu yang merupakan
program yang digulirkan dalam rangka mewujudkan visi Jakarta 2007-2012, yaitu “Jakarta
yang nyaman dan sejahtera untuk semua”. Untuk mewujudkan visi yang ditetapkan maka misi
yang digagas adalah dalam membangun tata pemerintahan yang baik dengan menerapkan
kaidah-kaidah “good governance”. Melayani masyarakat dengan prinsip pelayanan prima,
memberdayakan masyarakat dengan prinsip pemberian otoritas pada masyarakat untuk
mengenali permasalahan yang dihadapi dan mengupayakan pemecahan yang terbaik pada
tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pembangunan,
membangun prasarana dan sarana kota yang menjamin kenyamanan dengan memperhatikan
prinsip pembangunan berkelanjutan, menciptakan lingkungan kehidupan kota yang dinamis
dalam mendorong pertumbuhan, dan kesejahteraan;

Yang ketiga adalah Pembangunan Rusunawa (Rumah Susun Sewa) yaitu program untuk
memenuhi kebutuhan penduduk berpenghasilan rendah dalam hal perumahan. Seiring
dengan perkembangan kota Jakarta dimana lahan makin terbatas dan mahal, maka mau tidak
mau salah satu alternatif, solusi pembangunan perumahan di DKI Jakarta diarahkan kepada
pembangunan vertikal atau lebih dikenal dengan pembangunan rumah susun.
Sejak tahun 1994 Pemerintah Propinsi DKI Jakarta menugaskan Dinas Perumahan
melaksanakan pembangunan perumahan dalam bentuk rumah susun sederhana bagi
masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah melalui kegiatan pembangunan rumah
susun sederhana sewa beli/milik. Namun dengan banyaknya permasalahan yang timbul
dalam pengelolaan dan penghunian rusun sewa beli maka mulai tahun 2001 Pemda DKI
Jakarta untuk sementara waktu hanya membangun rumah susun sederhana sewa (Rusunawa)

Selain dari itu semua, pemerintah juga harus melakukan upaya-upaya seperti:
a.) pemerataan pembangunan - pembangunan di daerah lain ( tidak hanya di kota), hingga
pembangunan ini mencapai ke wilayah pedesaan
b.) menyediakan lapangan kerja di daerah -daerah desa .
c.) meningkatkan mutu pendidikan sehingga mampu memanfaatkan keadaan lingkungan
alam di wilayahnya sendiri , sehingga tidak mencari pekerjaan hingga ke kota.
d.) mempermudah akses desa, baik ases transportasi, informasi, maupun lainnya
e.) memperbaiki fasilitas-fasilitas yang sudah mulai rusak demi kenyamanan pengguna di
desa-desa.
Pemerintah daerah perlu meningkatkan infrastruktur dan akses layanan publik di pedesaan
sehingga penduduk desa tak perlu ke kota dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Tak kalah
pentingnya adalah revitalisasi program keluarga berencana (KB) untuk menekan angka
pertumbuhan penduduk yang tinggi yang menjadi faktor laju urbanisasi. Pertambahan
penduduk usia produktif di perkotaan menjadi ancaman tersendiri. Ketika yang datang adalah
anak-anak muda usia subur, tanpa pekerjaan, dan akhirnya menikah tentu dapat melahirkan
generasi miskin baru di perkotaan. Jika semua hal itu konsisten dikerjakan pemerintah daerah
dan pusat, problem urbanisasi pasca-Lebaran mungkin tak lagi menjadi momok menakutkan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Tugas Marsella
    Tugas Marsella
    Dokumen3 halaman
    Tugas Marsella
    Marcella Florence Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Document
    Document
    Dokumen2 halaman
    Document
    Marcella Florence Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Resensi Buku
    Resensi Buku
    Dokumen17 halaman
    Resensi Buku
    Marcella Florence Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Sejarah Minat Marsella
    Sejarah Minat Marsella
    Dokumen3 halaman
    Sejarah Minat Marsella
    Marcella Florence Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Marsella Wijaya Halaman 137
    Marsella Wijaya Halaman 137
    Dokumen1 halaman
    Marsella Wijaya Halaman 137
    Marcella Florence Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Patung Senbud
    Patung Senbud
    Dokumen2 halaman
    Patung Senbud
    Marcella Florence Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Ulangan Harian Sosiologi
    Ulangan Harian Sosiologi
    Dokumen2 halaman
    Ulangan Harian Sosiologi
    Marcella Florence Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Pkwu PG
    Pkwu PG
    Dokumen3 halaman
    Pkwu PG
    Marcella Florence Wijaya
    57% (7)
  • Pkwu PG
    Pkwu PG
    Dokumen3 halaman
    Pkwu PG
    Marcella Florence Wijaya
    57% (7)
  • Geografi
    Geografi
    Dokumen2 halaman
    Geografi
    Marcella Florence Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Document
    Document
    Dokumen2 halaman
    Document
    Marcella Florence Wijaya
    Belum ada peringkat
  • 11 - Marsella Wijaya - XII IPS B
    11 - Marsella Wijaya - XII IPS B
    Dokumen3 halaman
    11 - Marsella Wijaya - XII IPS B
    Marcella Florence Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Agama Marsella Wijaya XII IPS B
    Agama Marsella Wijaya XII IPS B
    Dokumen1 halaman
    Agama Marsella Wijaya XII IPS B
    Marcella Florence Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Patung Senbud
    Patung Senbud
    Dokumen2 halaman
    Patung Senbud
    Marcella Florence Wijaya
    Belum ada peringkat