Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nurul Aisah

NIM : B0218366

Soal !

1. Jelaskan lima tahap pencegahan penyakit menurut Leavel dand Clark dan berikan contohnya
masing-masing!

2. Jelaskan bagaimana perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia!

Jawaban !

1. a. Health Promotion (Promosi Kesehatan)

Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan sangat diperlukan, misalnya dalam


peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan dan sebagainya. seperti
penyediaan air rumah tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran, air
limbah, hygiene perorangan, rekreasi, sex education, persiapan memasuki kehidupan pra
nikah dan persiapan menopause. Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan
kesehatan pada umumnya.

Beberapa usaha di antaranya :


1) Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun kwantitasnya.
2) Perbaikan hygien dan sanitasi lingkungan,seperti : penyediaan air rumah tangga yang
baik,perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah dan sebagainya.
3) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
4) Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik.

b. Specific Protection (Perlindungan Khusus)


Perlindungan khusus yang dimaksud dalam tahapan ini adalah perlindungan yang
diberikan kepadaorang-orang atau kelompok yang beresiko terkena suatu penyakit tertentu.
Perlindungan tersebutdimaksudkan agar kelompok yang beresiko tersebut dapat bertahan dari
serangan penyakit yang mengincarnya. Oleh karena demikian, perlindngan khusus ini juga
dapat disebut kekebalan buatan.
Beberapa usaha lain di antaranya:
a. Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu.
b. Isolasi penderitaan penyakit menular .
c. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum maupun di tempat kerja.

c. Early Diagnosis and Prompt Treatment (Diagnosis Dini dan Pengobatan yang Cepat
dan Tepat)
Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dan cepat merupakan langkah pertama
ketika seseorang telah jatuh sakit. Tentu saja sasarannya adalah orang-orang yang telah jatuh
sakit, agar sakit yang dideritanya dapat segera diidentifikasi dan secepatnya pula diberikan
pengobatan yang tepat.
Tindakan ini dapat mencegah orang yang sudah sakit, agar penyakinya tidak tambah
parah. Perlu kita ketahui bahwa faktor yang membuat seseorang dapat sembuh dari penyakit
yang dideritanya bukan hanya dipengaruhi oleh jenis obat yang diminum dan kemampuan si
tenaga medisnya. Tetapi juga dipengaruhi oleh kapan pengobatan itu diberikan. Semakin
cepat pengobatan diberikan kepada penderita, maka semakin besar pula kemungkinan untuk
sembuh.
Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dan cepat dapat mengurangi biaya
pengobatan dan dapat mencegah kecacatan yang mungkin timbul jika suatu penyakit
dibiarkan tanpa tindakan kuratif.
Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan
penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat. Bahkan
kadang kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini
dapat menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatn yang layak. Oleh
sebab itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam tahap ini.
Bila dengan deteksi ini ditemui kelainan maka segera dilakukan pemeriksaan
diagnostic untuk memastikan diagnosa seperti pemeriksaan biopsy, USG atau mamografi
atau kolposcopy
Tujuan utama dari usaha ini adalah :
a. Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis penyakit
sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
b. Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
c. Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.
Beberapa usaha deteksi dini di antaranya :
a. Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan : misalnya
pemeriksaan darah, roentgent paru-paru dan sebagainya serta segera memberikan
pengobatan.
b. Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit yang telah
berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact person) untuk diawasi agar
derita penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan dan tindakan-tindakan
lain yang perlu misalnya isolasi,desinfeksi dan sebagainya.
c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala penyakit
pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu menyadari
bahwa berhasil atau tindaknya usaha pengobatan, tidak hanya tergantung pada
baiknya jenis obat serta keahlian tenaga kesehatannya,melainkan juga tergantung pada
kapan pengobatan itu diberikan.

d. Disability Limitation (Pembatasan Kecacatan)


Karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan
penyakit, makasering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Dengan
kata lain mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap
penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang
bersangkutan cacat atau ketidak mampuan.Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga
diperlukan pada tahap ini. Penanganan secara tuntas pada kasus-kasus infeksi organ
reproduksi menjegah terjadinya infertilitas. Pada tahapan ini dapat disebut juga Pengobatan
yang Sempurna (Perfect Treatment) karena kecacatannya yang ditakutkan terjadi disebabkan
pengobatan kepada penderita tidak sempurna.
Adapun pembatasan kecacatan terkesan membiarkan penyakit menyerang dan
membuat cacat si penderita baru kemudian diambil tindakan. Banyak penyakit yang dapat
menimbulkan kecacatan dapat dicegah dengan pengobatan yang lebih sempurna. Salah
satunya adalah dengan meminum obat yang diberikan oleh dokter sampai habis.

e. Rehabilitation (Rehabilitasi)
Selanjutnya yang terakhir adalah tahapan rehabilitasi. Rehabilitasi merupakan tahapan
yang sifatnya pemulihan. Ditujukan pada kelompok masyarakat yang dalam masa
penyembuhan sehingga diharapkan agar benar-benar pulih dari sakit sehingga dapat
beraktifitas dengan normal kembali. Apalagi kalau suatu penyakit sampai menimbulkan cacat
kepada penderitanya, maka tahapan rehabilitasi ini bisa dibilang tahapan yang menentukan
hidupnya kedepan akan seperti apa nantinya.
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat,
untuk memeulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh
karena kurangnya pengetian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan
latihan-latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari
penyakit, kadang-kadang malu untik kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat
tidak mau menerima mereka sebagai anggoota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas
pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga
perlu pendidikan kesehatan pada masyarakat. Sebagai contoh: pusat-pusat rehabilitasi bagi
korban kekerasan, rehabilitasi PSK, dan korban narkoba.

Rehabilitasi ini terdiri atas :


a. Rehabilitasi fisik
b) Rehabilitasi mental
c. Rehabilitasi sosial vokasional
d. Rehabilitasi aesthesis
2. Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia

Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu dimulai dengan adanya upaya
pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Saat itu
masih dilakukan oleh pemerintah penjajahan Belanda pada abad ke 16 peristiwa upaya
pemberantasan dianggap sebagai sejarah mula perkembangan kesehatan masyarakat di
Indonesia.
Kejadian lain selanjutnya tentang wabah kolera pada awal abad ke-20 masuk di
Indonesia tepatnya tahun 1927 dan tahun 1937 yaitu wabah kolera eltor di Indonesia
kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai
berkembang di Indonesia. Sejak dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada
waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Selanjutnya bidang kesehatan masyarakat yang lain pada tahun 1807 pada waktu
pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi dalam
praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang
tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama karena langkanya tenaga
pelatih kebidanan kemudian pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun
bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada
zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi.
Dokter Bosch, kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer dan dr. Bleeker di
Indonesia, pada tahun 1851 mendirikan sekolah dokter Jawa. Kemudian sekolah ini terkenal
dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) atau sekolah untuk
pendidikan dokter pribumi. Setelah itu pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua
di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Arsten School).
Pada tahun 1927, STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak
berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947 berubah menjadi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Kedua sekolah tersebut mempunyai andil yang sangat besar dalam
menghasilkan tenaga medis yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.
Pada sisi lain pengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah berdirinya
Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung pada tahun 1888. Kemudian pada tahun 1938,
pusat laboratorium ini berubah menjadi Lembaga Eykman dan selanjutnya disusul didirikan
laboratorium lain di Medan, Semarang, Makassar, Surabaya dan Yogyakarta. Laboratorium
ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka menunjang pemberantasan
penyakit seperti malaria, lepra, cacar dan sebagainya bahkan untuk bidang kesehatan
masyarakat yang lain seperti gizi dan sanitasi.
Tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933, 1934 dan 1935 terjadi
epidemi di beberapa tempat, terutama di pulau Jawa. Kemudian mulai tahun 1935 dilakukan
program pemberantasan pes ini dengan melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-
rumah penduduk dan juga vaksinasi massal. Tercatat pada tahun 1941, 15.000.000 orang
telah memperoleh suntikan vaksinasi.
Hydrich seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda pada tahun 1925, melakukan
pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas-
Purwokerto pada waktu itu. Dari hasil pengamatan dan analisisnya tersebut ini
menyimpulkan bahwa penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan ini adalah karena
jeleknya kondisi sanitasi lingkungan. Masyarakat pada waktu itu membuang kotorannya di
sembarang tempat, di kebun, selokan, kali bahkan di pinggir jalan padahal mereka
mengambil air minum juga dari kali. Selanjutnya ia berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi
lingkungan ini disebabkan karena perilaku penduduk.
Untuk memulai upaya kesehatan masyarakat, saat itu Hydrich mengembangkan
daerah percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan.
Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di
Indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting perkembangan kesehatan
masyarakat di Indonesia adalah diperkenalkannya Konsep Bandung (Bandung Plan) pada
tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah, yang selanjutnya dikenal dengan Patah-
Leimena.
Dalam konsep ini mulai diperkenalkan bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat,
aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan
sistem pelayanan kesehatan di Indonesia kedua aspek ini tidak boleh dipisahkan, baik di
rumah sakit maupun di puskesmas.
Selanjutnya pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan sebagai
bagian dari upaya pengembangan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1956 ini oleh dr. Y.
Sulianti didirikan Proyek Bekasi (tepatnya Lemah Abang) sebagai proyek percontohan atau
model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia dan
sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan.
Proyek ini disamping sebagai model atau konsep keterpaduan antara pelayanan
kesehatan pedesaan dan pelayanan medis, juga menekankan pada pendekatan tim dalam
pengelolaan program kesehatan.
Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini terpilih 8 desa wilayah
pengembangan masyarakat yaitu Inderapura (Sumatera Utara), Lampung, Bojong Loa (Jawa
Barat), Sleman (Jawa Tengah), Godean (Yogyakarta), Mojosari (Jawa Timur), Kesiman
(Bali) dan Barabai (Kalimantan Selatan). Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal
sistem puskesmas sekarang ini.
Pada bulan November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan
program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat
Indonesia. Pada waktu itu dibahas konsep puskesmas yang dibawakan oleh dr. Achmad
Dipodilogo yang mengacu kepada konsep Bandung dan Proyek Bekasi. Kesimpulan seminar
ini adalah disepakatinya sistem puskesmas yang terdiri dari tipe A, B, dan C.
Dengan menggunakan hasil-hasil seminar tersebut, Departemen Kesehatan
menyiapkan rencana induk pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia. Akhirnya pada tahun
1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa puskesmas adalah merupakan
sistem pelayanan kesehatan terpadu yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah
(Departemen Kesehatan) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau dalam
wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan, di kotamadya atau kabupaten.
Kegiatan pokok puskesmas mencakup :
1. Kesehatan ibu dan anak
2. Keluarga berencana
3. Gizi
4. Kesehatan lingkungan
5. Pencegahan penyakit menular
6. Penyuluhan kesehatan masyarakat
7. Pengobatan
8. Perawatan kesehatan masyarakat
9. Usaha kesehatan gizi
10 Usaha kesehatan sekolah
11 Usaha kesehatan jiwa
12 Laboratorium
13 Pencatatan dan pelaporan [soepri]

Anda mungkin juga menyukai