Anda di halaman 1dari 15

Biaya

Kos sebagai bahan olahan akuntansi mengalami tiga tahap perlakuan yaitu pengukuran,
penelusuran, dan pembebanan. Kos akan diperlakukan mula-mula sebgai aset dan emudian
baru diperlakukan sebagai bebean pendapatan. Biaya disebut beban pendapatan karena biaya
mengurangi pendapatan yang secara teknis penutupan buku biaya memang dibebankan di
debit dalam akun laba rugi. Jadi, beban pendapatan sebagai satu kesatuan pengerian juga
dapat disebut pula dengan pengurangan pendapatan sehingga beban pendapatan tidak bisa
disebut beban aau pengurang saja.

Ada dua karakteristik utama yang melekat pada makna biaya yaitu :
· Aliran keluar atau penurunan aset
· Akibat kegiatan yang membentukoperasi utama yang menerus

Ada kareakteristik yang bersifat sebagai konsekuensi, pendukung atau penjelas. Kareakteritik
utama dan pendukung dibahas berikut ini

Penurunan aset
Untuk mengatakan biaya timbul, harus ada yang menyatakan transaksi tau kejadian yang
menurunkan aset atau menimbulkan aliran aset keluar atau sumber ekonomik. Aset disini
diartikan semua aset kesatuan usaha.

Orerasi utama yang menerus


Biaya adalah penurunan aset yang berkaitan dengan operasi dan bukan investasi dan
pendanaan. Tidak semua penurunan atau konsumsi aset membentuk biaya. Agar menjadi biaya
konsumsi tersebut harus berkaitan dengan kegiatan utama atau sentral kesatuan usaha,
kegiatan utama adalah kegiatan yang menciptakan laba.

Kenaikan kewajiban
Semua badan autoritatif mendefinisi biaya tidak hanya dari sudut penurunan aset tetapi juga
dari kenaikan kewajiban. Alasannya adalah agar makna biaya cukup luas untuk mencangkupi
pula pos-pos yang timbul dalam penyesuaian akhir tahun.

Penurunan ekuitas
Definisi APB dan IAI secara eksplisit menyebutkan bahwa penurunan aset akhirnya akan
mengubah ekuitas atau menurunkan ekuitas. Pendefinisian ini sebenarnya menegaskan bahwa
akuntansi menganut konsep kesatuan usaha sehingga ekuitas secara konseptual adalah hutang
perusahaan kepada pemilik. Oleh karena itu turunnya aset sebagai biaya harus mengakibatkan
turunnya ekuitas. Bila wkuitas tidak terpengaruh, jelas turunnya aset bukan merupakan biaya.

Aliran fisis atau moneter?


FASB memisahkan antara pengertian biaya dan pengukuran biaya. Bahwa biaya timbul dari
penyerahan/produksi barang atau dari pelaksanaan jasamemberi isyarat bahwa FASB memanai
biaya sebagai kejadian fisis. Bila aset diganti dengan barang dan jasa, aliran tersebut jelas
menunjukkan aliran fisis. Secara semantik, biaya seharusnya didefinisi sebagai perubahan atau
penurunan nilai sehingga timbulnya biaya harus merupakan kejadian moneter.

Rugi
Seperti halnya untung, argumen diajukan untuk menjawab perlu atau tidaknya biaya dibedakan
dengan rugi. FASB memfokuskan pengertian biaya hanya untuk penurunan aset yang berkaitan
dengan operasi utama atau sentral. Namun tidak berarti bahwa penurunan aset tidak berkaitan
dengan operasi utama lalu diklasifikasi menjadi non operasi. Ada kata kunci yang melekat pada
pengertian rugi adalah :
· Penurunan ekuitas
· Transaksi periferal atau insidental
· Selain apa yang didefinisi sebagai biaya ataau selain distribusi ke pemilik

Rugi perlu didefinisi sebgai elemen dan dibedakan dengan biaya olehFASB. Seperti untung,
empat sumber rugi yang diidentifikasi FASB adalah:
· Periferal dan insidental, misalnya penjualan investasi dalam surat berharga, penjualan
aset tetap, pelunasan hutang obligasi sebelum jatuh tempo.
· Tranfer nontimbal-balik dengan pihak lain : misalnya pencurian dan pembayaran ganti
rugi dari kekalahan dalam tuntutan perkara hukum.
· Penahanan aset : misalnya penurunan harga sekuritas investasi, penurunan nilai-tukar
valuta asing dan penurunan harga karena penahanan sediaan
· Faktor lingkungan : misal ganti rugi asuransi musibah alam yang lebih rendah dari kos aset
yang rusak. Contoh lain adalah lenyapnya manfaat aset yang tidak diasuransi akibat kebakaran.

Paton dan Littleton mendefinisi rugi sebagai hal yang bedadengan biaya yang merupakan
penyerapan atau pengorbanan kos tanpa suatu kompensasi atau kembalian. Seharusnya kos
yang telah dikorbankan tapi tidak ada imbalan atas barang atau jasa yang diterima tidak dapat
dianggap sebagai rugi begitu saja. Mungkin dari kondisi lingkungan tertentu kos tersebut dapat
dianggap tugi, tetapi tidaklah demikian kalau dipandang dari sudut kondisi perusahaan dalam
lingkunagan ekonomi dan sosial tempat perusahaan beroprasi, misal sumbangan untuk palang
merah.

Pengakuan biaya
Pengakuan biaya tidak dibedakan dengan pengakuan rugi. Pengakuan menyangkut masalah
kriteria pengakuan yaitu apa yang harus dipenuhi agar penurunan nillai aset yang memenuhi
definisi biaya atau rugi dapat diakui dan masalah saat pengakuan yaitu peristiwa atau kejadian
apa yang menandai bahwa kriteria pengakuan telah dipenuhi.

Kriteria pengakuan FASB


• Konsumsi manfaat
Konsumsi manfaat ekonomik selama satu perioda dapat diakui lansung pada saat terjadinya
atau diakui bersaaan dengan pengakuan pendapatan yang berkaitan. Konsumsi manfaat biaya
atau rugi diakui bilamana manfaat ekonomik yang dikuasai entitas telah dimanfaatkan atau
dikonsumsi
• Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang
Biaya atau rugi diakui bila telah menjadi nyata atau jelas bahwa manfaat ekonomik masa
datang suatu aset yang diakui sebelumnya telah berkurang atau lenyap atau bahwa kewajiban
timbul atau bertambah tanpa adanya manfaat.

Kaidah pengakuan APB


• Mengasisoasi sebab akibat.
Beberapa kos diakui sebagai biaya atas dasar asosiasi langsung dengan pendapatan tertentu

• Alokasi sistematik dan rasional.


Bila tidak ada cara langsung untuk mengasisosisasi sebab akibat

• Pengakuan segera
1. Kos yang terjadi dalam perioda berjalan tidak memberi manfaat masa datang yang cukup
nyata
2. Kos yang dicatat sebagai aset dalam perioda-perioda sebelumnya tidak lagi mempunyai
manfaat ekonomik yang cukup nyata
3. Mengalokasi kos baik atas dasar asosiasi dengan pendapatan atau dasar atas perioda
akuntansi dipandang tidak mempunyai menfaat yang berarti

Hubungan kos dan biaya


Bebrapa sumber mendefinisi biaya biaya dalam pengertiannya dengan pengertian kos karena
memang biaya tidak dapat dipisahkan dengan kos. Kos adalah pengukur biaya atau biaya
derepresentasi dengan kos secara teknis dan praktis biaya sering disebut dengan kos saja.

Proses dan konsep penandingan


Proses penandingan adalah prses penentuan laba dengan cara mengukur atau menakar dahulu
pendapatan untuk suatu perioda dan barulah kemudian menentukan biaya yang berkaitan
dengan pendapatan tersebut. Konsep atau prisip penandingan adalah dasar pemikiran untuk
menghubungan pendapatan dan biaya sehingga laba yang dihasilkan bemakna.

Kelayakan ekonomik
Masalah penandingan terletak pada penentuan dasar atau basis yang memuaskan untuk
menyatukan pendapatan dan biaya. Penandingan yang tepat harus didasarkan pada kelayakan
ekonomik dan bukan fisis. memang enandingan menuntut identifikasi konsumsi manfaat aset
atau jasa secara fisis tetapi nilai aset atau jasa yang dikonsumsi juga harus ditentukan secara
tepat dengan memperhatikan kondisi yang melingkupinya.oleh karena itu dasar penandingan
yang paling utama adalah kelayakan ekonomik bukan hanya dasaraliran fisis.

Menandingkan bukan mengkompensasi


Biaya komisi penjualan, biaya angkut pengiriman dan biaya lain-lain yang bersangkutan dengan
transaksi penjualan dikurangkan lansugn terhadap hasil penjualan dan hanya jumlah rupiah
netonya diatatdalam akun penjualan dan penjualan dilaporkan sebesar jumlah netonya.

Basis asosiasi
dalam rangka menghubungkan biaya dan biaya, perlu dipertimbangkan basis asosiasi yang
menggambarkan penandingan yang secara ekonomik layak. Berbagai basis asosiasi adalah:

1. Asosiasi sebab akibat


konsep upaya dan capaian menyatakan bhwa biaya merupakan upaya dalam rangka
mendapatkan capaian berupa pendapatan. Ini berarti ada hubungan sebab akibat antara biaya
dan pendapatan. Oleh karena itu basis enandingan yang paling masuk akal adalah sebab akibat
walaupun basis ini lebih merupakanasumsi daripada kenyatan arena dalam banyak halsulit
untuk dibuktikan secara meyakinkan bahwa biaya menyebabkan pendapatan.

2. Identifikasi kos produk


Produk terjual merupakan takaran penandingan, kos produk akan dipecah menjadi dua
komponen yaitu kos produk yang telah terjual dan kos produk yang belum terjual dan masih
menjadi aset perusahaan. Kos yang melekat pada produk terjual akan lansung dibebankan
sebagai biaya. Kos sediaan baru dibebankansebagai biaya kalau produk telah terjual. Masalah
teknis yang timbul adalah tidak semua kos potensi jasa dapat dengan mudah dikaitkan dengan
unit produk. Dengan demikian juga, tidak semua unsur kos produksi dapat secara langung
dikaitkan dengna unit fisis produk atau dengna suatu angkatan produksi.

Secara teoritis dan praktis, kalau hubungan sebab akibat harus dipertahankan , hanya kos
variabellah yang sebenarnya dapat dngan mudah diidentifikasi dengan produk, karena besarnya
kos variabel sangat ditentukan oleh volume produksi. Kos varibael meliputi kos produksi dan
non produksi.

Produk Usang atau Musiman


Persoalan terkait dengan penandingan atas dasar sebab-akibat adalah apakah kos produk
musiman yang tidak terjual merupakan sebab (biaya) atau akibat (rugi). Dalam hal ini Paton dan
Littleton menegaskan bahwa penandingan harus didasarkan pada kelayakan ekonomik. Dalam
keadaan yang khusus sebagian kos sediaan barang yang tidak terjual dalam suatu perioda
secara logis dapat dijadikan komponen kos barang terjual. Dengan kata lain, sediaan akhir yang
tidak terjual sebenarnya merupakan upaya (biaya) atau sebab untuk mendatangkan penjualan
yang dicapai pada musim tertentu.
Barang Rusak

Kelayakan ekonomik menuntut pertimbangan dengan memperhatikan kondisi yang melikupi


suatu masalah. Bila kerusakan produk merupakan hal yang wajar atau bukan merupakan
prasyarat untuk menghasilkan barang dengan kualitas baik, kos barang yang rusak dapat
dianggap sebagai upaya menghasilkan pendapatan.
Identifikasi Kos Nonproduk
Kalau penandingan atas dasar sebab-akibat akan dipertahankan maka secara logis tidak seluruh
kos nonproduksi akan dibebankan sebagai biaya. Perlakuan seperti ini didasarkan pada
argumen bahwa suatu potensi jasa yang telah dikonsumsi (used up) belum memberikan
manfaat dalam perioda sekarang tetapi juga tidak merupakan rugi maka kos tersebut tentunya
akan memberikan manfaat di masa mendatang. Oleh karena itu, perlu adanya alokasi agar
dapat dicapai penandingan yang tepat antara biaya dan pendapatan yang dihasilkan.

Meskipun hal ini mampu memberikan manfaat di masa mendatang, apabila terjadinya kos yang
tidak merepresentasi nilai tambah terhadap produk, akuntansi dapat menganggap kos
nonproduksi bersifat taktersediaankan (uninventoriable). Penangguhan semacam ini hanya
berakibat meratakan laba tetapi tidak menambah muatan informasi.

Selain itu hubungan sebab-akibat harus dapat diidentifikasi. Bila kos tidak dapat dikaitkan
dengan pendapatan masa datang dengan cukup jelas dan teliti, tidak layaklah untuk menunda
pembebanan sebagai biaya.

Jadi, dalam kaitannya dengan penanding sebab-akibat, kos nonproduksi tidak harus ditunda
pembebanannya untuk dikaitkan dengan pendapatan masa datang yang dapat dikaitakan
dengan kos nonproduksi tersebut.

Biaya Antisipasian
Biaya antisipasian (anticipated expenses) adalah biaya yang dianggap menyebabkan timbulnya
pendapatan tetapi baru terjadi setelah pendapatan diakui.

Alokasi Sistematik dan Rasional


Alokasi sistematik dan rasional merupakan proses penandingan dengam perioda sebagai
penakar pendapatan dan biaya. Proses ini sering disebut penandingan perioda (period
matching). Adanya berbagai metoda alokasi menunjukkan bahwa akuntansi berusaha untuk
menyelaraskan pola penyerapan kos yang kira-kira mendekati pola pemanfaatan potensi jasa
sehingga konsep penandingan yang tepat dapat dicapai. Depresiasi asset tetap merupakan
contoh masalah ini. Alasan lain yang mendukung dasar penandingan ini adalah:

(1) Banyak jenis biaya yang berkaitan secara tidak langsung dengat pendapatan perioda
berjalan.

(2) Sulitnya mencari kaitan langsung antara biaya-biaya dengan pendapatan.

(3) Manfaat ekonomik tidak dapat dikaitkan dengan perioda-perioda masa datang.

(4) Pembebanan langsung tidak mempengaruhi laba secara material.


(5) Memaksakan alokasi (baik antar perioda atau antar kegiatan) terutama untuk kos
bergabung atau bersama (joint atau common cost) meskipun basisnya arbitrer.

Dengan perioda sebagai takaran, alokasi sistematik lebih menggambarkan kelayakan ekonomik
daripada pembebanan langsung semua manfaat pada saat terjadinya atau daripada
pendekatan tanpa alokasi.

Kriteria Penangguhan
Kriteria penguji umum dapat dijadikan dasar untuk menentukan apakah suatu jenis kos jasa
yang terjadi pada suatu perioda akan dibebankan langsung atau akan ditunda dapat
dikemukakan sebagai berikut:

(1) Pengeluaran kos tersebut terjadi karena transaksi, kejadiaan, atau keadaan yang didukung
oleh bukti yang sah.

(2) Pengeluaran tersebut dapat dibenarkan dari segi operasi perusahaan pada umumnya dan
bukan merupakan pengeluaran atau bersifat kecerobohan, keborosan, atau ketakbijaksanaan.

(3) Kos jasa dapat ditangguhkan pembebanannya walaupun dapat pula dibebankan langsung.

(4) Kos jasa tersebut merupakan jenis pengeluaran yang terjadi berulang-ulang tiap perioda
(recurring).

Jadi, kos nonperasi yang berulang terjadinya cukup beralasan untuk langsung dibebankan
daripada ditunda atau disediakan untuk mencapai tepat-tanding.
Alokasi Kos Bergabung atau Bersama

Kos bergabung biasanya berkaitan dengan produk utama dan samping. Bila tiap laba produk
utama dan samping harus dilaporkan terpisah, alokasi jelas harus dilakukan untuk menentukan
kos masing-masing produk.

Alokasi kos bergabung atau bersama bersifat internal dalam suatu perioda sehingga hasilnya
tidak dapat mempengaruhi kos operasi total untuk perioda tersebut meskipun dasar alokasi
agak arbitrer. Hendriksen menyatakan bahwa alokasi secara arbitrer antarperioda akan lebih
menyesatkan hasilnya daripada tidak dilakukan alokasi karena alokasi memberi kesan adanya
ketepatan yang dalam kondisi tertentu mungkin tidak dapat dipenuhi.

Alokasi Bukan Saran Pemerataan Laba


Dalam akuntansi menejerial dikenal metoda yang disebut pengkosan normal (normal costing).
Dengan metoda ini, kos overhead dibeban ke produk atas dasar tariff taksiran untuk suatu
perioda. Tujuannya adalah agar kos produksi untuk perioda interim (bulanan) menggambarkan
kos yang tepat dibandingkan kos actual perioda tersebut. Hal ini dilakukan mengingat pos-pos
overhead tidak terjadi secara merata setiap tahun.
Tujuan alokasi interim bukan untuk mengaburkan perkembangan laba melainkan untuk
menjadikan statemen laba-rugi interim bermanfaat untuk kepentingan manajerial. Untuk
mengatasi fluktuasi laba tahunan, cara terbaik adalah menerbitkan serangkaian statemen laba-
rugi tahunan seperti apa adanya bukan serangkaian statemen laba yang telah diratakan.

Pendekatan Nonalokasi
Thomas menyatakan bahwa alokasi dapat dipertahankan apabila tiga karakteristik berikut
dipenuhi:

Ketertambahan (assitivity). Keseluruhan harus sama dengan hasil penggunggungan bagian-


bagian. Jadi, jumlah-jumlah alokasian (allocated amount) kalau digunggung kembali harus
menjadi total sebelum alokasi.

Ketakraguan (unambiguity). Metoda alokasi harus unik dan jelas untuk tiap tujuannya. Artinya
untuk tuajuan yang sama tidak boleh terdapat beberapa pilihan metoda.

Ketepertahankan (defensibility). Untuk metoda alokasi yang dipilih, penentuan kebijakan harus
dapat mempertahankan argument yang meyakinkan bahwa pilihannya untuk dan lebih baik
dari alternative lain.

Alokasi merupakan usaha akuntansi untuk mengasosiasi biaya dan pendapatan secara lebih
layak bila tidak terdapat basis untu mengasosiasikan secara langsung atas dasar sebab-akibat.
Bila alokasi dianggap suatu teori, alokasi dapat dipertahankan secara filosofis dengan semangat
refutasi ilmiah dan prinsip ketersalahan.
Pembebanan Arbitrer

Penandingan arbitrer tidak selalu berkaitan dengan pengakuan rugi, kos suatu potensi jasa akan
segera diakui sebagai biaya atau rugi kalau terbukti bahwa manfaat ekonomiknya menjadi
lenyap atau berkurang. Dalam hal biaya, berkurangnya manfaat ekonomis disebabkan pada
umumnya oleh pemakaian atau pemanfaatan potensi jasa dalam rangka menghasilkan
pendapatan. Dalam hal rugi, berkurangnya manfaat disebabkan oleh hal-hal yang peripheral
dan incidental terhadap proses memperoleh pendapatan.

Penanding dan Penyajian Pos-Pos Biaya


Telah disebutkan sebelumnya bahwa untuk penyusunan statemen laba-rugi periodic,
pendapatan ditakar lebih dahulu dan baru kemudian biaya yang tepat dimasukkan dalam
penakaran yang sama sehingga laba yang tepat dapat ditentukan.
Masalah pembebanan kos dan basis asosiasi dai atas berlaku untuk semua jenis potensi jasa.
Masalah khusu terjaddi dalam hal sediaan dan asset tetap, khususnya fasilitas fisis yaitu
gedung/pabrik dan perlengkapan. Uraian berikut membahas masalah teoritis yang menyangkut
pos-pos tersebut:
Sediaan
Secara umum masalah teoritis sediaan berkaitan dengan pengukuran kos barang terjual dalam
rangka penandingan dengan pendapatan dan masalah penilaian. Proses pengukuran dan
penilaian pada umumnya dilakukan pada akhir perioda. Dengan demikian masalah pengukuran
dan penilaian sediaan pada akhir perioda dapat dinyatakan sebagai berikut:

Penentuan besarnya kos barang terjual untuk ditandingkan dengan penjualan sehingga dapat
ditentukan besarnya laba perusahaan. Penentuan ini melibatkan berbagai metoda asosiasi
sebagai dasar pemecahan kos produksi menjadi kos yang melekat pada sediaan dan yang
melekat pada barang terjual.

Penentuan nilai sediaan sebagai unsur asset lancar perusahaan. Penentuan nilai sediaan sangat
penting untuk menilai likuiditas operasi perusahaan.

Pembahasan difokuskan kepada masalah yang pertama, karena aliran kos tidak selalu mengikuti
secara persis aliran fisis barang, diperlukan metoda asosiasi yang paling menggambarkan
kegiatan operasi sesungguhnya sehingga penandingan yang tepat antara biaya dan pendapatan
dapat dicapai.

Metoda Asosiasi
Metoda asosiasi dapat diartikan sebagai asumsi aliran kos dalam mengikuti aliran fisis barang.
Dalam banyak hal, setiap kali pembelian atau pengangkatan produksi melibatkan kos per unit
yang berbeda. Metoda asosiasi atau asumsi aliran kos yang telah dikenal adalah:

• Identifikasi khusus (specific identification)


• Masuk pertama keluar pertama/MPKP (first-in, first-out / FIFO)
• Rata-rata berbobot (weighted average)
• Sediaan normal/minimal (normal stock)
• Masuk terakhir keluar pertama/MTKP (last-in, first-out/LIFO)

Dasar metoda sangat tergantung pada tujuan atau kondisi yang dihadapi perusahaan. Beberapa
pertimbangan yang dapat dijadikan dasar pemilihan metoda dapat disebut sebagai berikut:

Kos harus diidentifikasi dengan unit fisis barang yang diukur


Operasi perusahaan harus dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang berturutan dan
kontinus bukannya serangkaian projek-projek yang tepisah-pisah.
Kalau tujuan barang ditekankan pada penilaian sediaan dengan harga paling akhir, asosiasi kos
akan ditunjukan pada sediaan barang dengan menggunakan kos yang paling akhir dan kos
barang terjual merupakan angka residual.
Asosiasi atas dasar kos tetap harus dilakukan tetapi kemudian dilakukan penilaian atas sediaan
akhir untuk menentukan adanya untung atau rugi fluktuasi harga.

Identifikasi Khusus
Kalau tujuan asosiasi adalah penandingan yang tepat antara pendapatan tertentu dan kos
tertentu, metoda ini adalah yang paling ideal. Namun demikian, metoda ini mengandung
beberapa kelemahan antara lain:

• Identifikasi khusus tidak memberi niali tambah informasi


Untuk jenis barang yang homogen da harganya relative murah, metoda ini jadi terlalu mahal
dan tidak sepadan dengan nilai tambah informasi yang diperoleh.
Metoda ini dapat digunakan sebagai alat manipulasi laba atau earnings management.
Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)

Metoda ini berasumsi bahwa faktor kos mengalir melalui perusahaan secara berurutan seperti
antrean; tidak ada saling mendahului. Metoda ini sangat logis alam merefleksi asosiasi sebab-
akibat karena dangat sederhana dan jelas untuk memecah kos ke dalam dua komponen
(sediaan dan barang terjual) atas dasar kos yang benar-benar melekat dalam kedua komponen
tersebut.

Jadi, kalau penandingan secara tepat biaya dan pendapatan menjadi tujuan, metoda ini paling
didukung atas dasar argument berikut:

Metoda ini sistematik dan kinsisten dengan aliran fisis yang sesungguhnya sehingga
penandingan yang ideal dipenuhi.

Untung atau rugi karena fluktuasi harga dengan sendiri terealisasi dan diakui bersamaan
dengan terjualnya barang walaupun tidak disajikan secara terpisah dan melekat dalam angka
laba.

Penyajian sediaan akhir dalam neraca akan menggambarkan kos yang mendekati kos sekarang
atau kos pengganti.

Rata-rata Berbobot
Metoda ini menganggap bahwa dalam proses produksi terjadi peleburan faktor produksi yang
sama selama satu perioda menjadi satu massa yang homogenus. Artinya, bahan baku tertentu
yang dibeli berkali-kali atau produk yang dihasilkan dari beberapa angkatan produk dalam suatu
perioda dianggap sebagai satu kesatuan (massa).

Metoda asosiasi yang mirip dengan metoda rata-rata berbobot adalah perbandingan harga jual
eceran (retail inventory method). Metoda ini merupakan metoda taksiran dan tidak
mendasarkan diri pada liran kos. Metoda ini jarang digunakan untuk penilaian dalam rangka
pelaporan resmi (eksternal) karena kurang merefleksi konsep penandingan yang tepat. Metoda
ini lebih sering digunakan untuk tujuan penyusunan laporan keuangan interim atau tujuan
khusus seperti taksiran niali sediaan yang rusak akibat suatu musibah dalam hal perusahaan
menggunakan sistem sediaan fisis.
Selain metoda harga ecer, metoda laba kotor dapat dijadikan sebagai alternative metoda
asosiasi. Metoda laba kotor didasarkan pada perbandingan pada pengalaman perusahaan pada
tahun-tahun sebelumnya sehingga metoda ini sama sekali tidak menggambarkan atau
mendekati aliran kos yang sebenarnya,

Sediaan normal
Metoda ini sering disebut dengan metoda sediaan permanen. Dengan metoda ini dianggap
perusahaan melakukan investasi permanen dalam sediaan. Tujuannya adalah penandingan
pendapatan sekarang dengan kos sekarang sekaligus meniadakan kebutuhan pelaporan untung
atau rugi sediaan fluktuasi harga. Metode ini menyajikan sediaan di neraca harga satuan yag
cukup pasti.

Masuk terakhir keluar pertama


Metoda ini berasumsi bahwa sediaan merupakan aset tetap yang tidak berkaitan dengan aliran
kos. Dengan demikian , begitu sejumla sediaan tertentu telah tertimbun maka aliran faktor kos
berikutnya dianggap hanya melewati timbunan tersebut dan langsung melekat pada penjualan.
Pendukung metoda ini mengajukan argumen sebagai berikut :
• Memudahkan penandingan kos sekarang dengan pendapatan sekarang
• Kalau harga cenderung naik, sediaan barang akan tersaji dengan jumlah rupiah yang cukup
konservatif
• Laba operasi tidak tercemar oleh untung rugi fluktuasi harga atau penumpukan barang
• Dalam kondisi harga yang berfluktuasi dari tahun ke tahun, metoda ini dapat menjadi alat
peralatan laba tahunan secara sistematis

Walaupun dari satu sisi MTKP mempunyai beberapa keunggulan untuk pelaporan keuangan,
beberapa kritik diajukan terhadap metoda ini yaitu:
a. penilaian sediaan untuk tujuan penyajian di neraca tidak menggambarkan potensi jasa yang
sesungguhnya dan kemungkinan tidak mempunyai arti ekonomik lagi karena kos yang
digunakan adalah kos yang sudah usang.

b. Metoda MTKP bukan merupakan metoda untuk mengatasi perubahan tingkat harga umum
(daya beli) sering dijadikan alasan untuk penggunaan metoda ini.

c. Metode ini bertentangan dengan aliran fisis yang sesungguhnya sehingga tidak
menggambarkan laba operasi perusahaan atas dasar kegiatan yang kronologis.

d. Kalau penggunaan/penjualan barang melebihin sediaan yang dianggap pemanen, akan


terjadi penandingan antara pendapatan sekarang dengan kos masa lalu yang sudah usang
sehingga laba akan tidak menggambarkan kemampuan operasi perusahaan tetapi sekadar
berisi akumulasi untung atau rugi menahan sediaan yang mula-mula dimiliki perusahaan pada
saat metode mulai MTKP diterapkan.

e. Alasan untuk meratakan laba dengan metoda ini tidak didukung sama sekali oeh konsep
pelaporan atas dasar kontinuitas usaha.
f. Bila informasi untung dan rugi fluktuasi harus diungkapkan, metoda MTKP secara automatis
justru menyembunyikannya dalam aba operasi sehingga dapat menyesatkan pemakai statemen
keuangan.

Keberatan lain adalah bahwa laba operasi akan menjadi tercemai udara dengan untung atau
rugi fluktuasi harga.
Basis penentuan nilai sediaan dengan metode MTKP biasanya unit fisis, artinya jumlah rupiah
sediaan ditentukan atas dasar uniit fisis dikalikan dengan kos per unit. Sehingga perusahaan
harus mempunyai catatan yang cukup lengkap tentang jenis sediaan dan riwayat kos per unit
tiap jenis sediaan.

Metoda MTKP nilai rupiah digunakan khususnya untuk sediaan yang sifatnya musiman agar
manfaat MTKP tetap dapat dinikmati. Metoda ini biasanya diterapkan untuk suatu kelompok/
kelas barang (inventory pool) yang mempunyai spesifikasi berbeda tetapi mempunyai
karakteristik fisis yang sama.

Implikasi Metoda Asosiasi Terhadap Laba


Dalam bidang-bidang usaha, tertentu yang volume penjualan dan harga bahan-bahanya
berfluktuasi cukup besar antarperioda, metoda MTKP mendapat dukungan kuat sebagai salah
satu cara untuk menstabilkan laba periodik sampai tingkat tertentu.
Ketidaktelitian dalam penelusuran ini akhirnya akan menghasilakn pemecahan kos juga menjadi
tidak teliti dan pada gilirannya angka laba yang diperoleh tidak menunjukkan angka ideal. Jadi,
jelaslah bahwa dalam kondisi operasi perusahaan modern yang kompleks, apa yang dapat
dicapai dalam penentuan laba periodik sebenarnya tidak dapat diharapkan lebih daripada
pengukuran yang mendekati ideal.

Fasilitas Fisis
Kos yang terjadi pada saat pemerolehan pada umumnya diakui sebagai aset dan baru kemudian
kos tersebut diakui sebagai biaya sesuai dengan pola penyerapan manfaat yang direpresentasi
dengan kos.

Karakteristik dan Tujuan Pelaporan


Semua aset mempunyai karakteristik umum yaitu merupakan potensi jasa yang dapa
dimanfaatkan oleh perusahaan dalam kegiatan operasinya. Fasilitas fisis mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
A. Berwujud fisis dan diakui oleh perusahaan untuk mengolah dan memperlancar kegiatan
operasi kegitan operasi perusahaan.
B. Pada umumnya berumur panjang walaupun terbatas sehingga perlu pengganti.
C. Bernilai bagi perusahaan lantara kekuasaan atau hak perusahaan untuk menggunakannya
lantaran hak miliknya.
D. Pada umumnya merupakan aset nonmoneter dan manfaat yang dapat diberikan berupa
potensi jasa (service potentials) bukan hanya beli atau ketertukarannya (exchangeability).
Karakteristik yang demikian menyebabkan tujuan pelaporan dan pengukuran fasilitas fisis ini
adalah untuk menentukan penggunaan jasa dalam suatu perioda yang diperkirakan telah
menghasilkan pendapat. Tujuan yang lain adalah memberi informasi kepada pemakai laporan
tentang kuantitas fisis dan kapasitas atau daya (potensi jasa) yang masih melekat pada aset fisis
tersebut.

Atas dasar karakteristik dan tujuan pelaporan di atas, Pton dan Littleton mengemukakan
beberapa gagasan pokok mengenai akuntansi fasilitas fisik yaitu:
a. Bahwa kos fasilitas fisis sengaja diperoleh untuk memungkinkan terjadinya roduksi barang
dan jas asebagaimana faktor produksi lainnya misalnya sediaan.
b. Bahwa kos fasilitas fisis harus dibebankan ke operasi dengan cara yang sistematis dengan
memperhatika segala faktor yang berpengaruh.
c. Bahwa kos fasiitas fisis yang berkaitan dengan kegiatan operasi di masa mendatang pada
hakekatnya merupakan suatu bentuk beban tangguhan dan harus dilaporkan di neraca dalam
kelompk dan dengan nama yang tepat.

Istilah
Istilah yang digunakan untuk menunjukkan aset yang mempunyai karakteristik di atas tentunya
harus cukup deskriptif untuk memudahkan klasifikasi.
Aset tetap berwujud memang lebih deskriptif waaupun belum menggambarkan sifat sebagai
aset yang digunakan dalam operasi.

Aset jangka panjang jelas tidak deskriptif karena istilah ini akan mencakupi pula aset
takberwujud seperti asuransi dibayar di muka dan pembayaran di muka lainnya.

Dalam hal perusahaan nonpemanufakturan mungkin istilah gedung dan perlengkapan dapat
dipakai sedangkan untuk perusahaan pemanufakturan istilah pabrik dan perlengkapan dapat
digunakan. Istilah fasilitas fisis sebenanya cukup deskriptif untuk menggambarkan karakteristik
aset yang masuk dalam pengertian property, plant, and equipment.

Basis Pembebanan
Masalah unik yang berkaitan dengan penyerapan manfaat fasilitas fisis alah penentuan
kapasitas taksiran dalam kondisi tertentu dan pola penyerapan manfaat sampai dapat dikaitkan
bahwa manfaat tersebut habis.

Makna Depresiasi
Tujuan memperoleh fasilitas fisis adalah untuk menghasilkan produk dan produk bersangkutan
adalah seluruh unit produk yang dihasilkan selama umur efektif fasilitas bersangkutan
bukannya selama tahun tertentu. Fasilitas fisis merupakan suatuediaan´jasa (service-capacity)
dan jasa tersebut akan tersedia sepanjang umur ekonomik aset tersebut.

Paton dan Littleton (1970) mengemukakan hal ini sebagai berikut:


Plant renders an essential service to production, and its cost is a form of deffered charge which
should be gradually absorbed in the cost of production (hlm 65).
Depresiasi Sebagai Proses Akumulasi Dana
Konsep pemertahanan sumber daya semacam ini disebut konsep pemertahanan kapital (capital
maintenance concept) yang akan diuraikan lebih lanjtu dalam pembahasan laba.
Pengakuan biaya depresiasi tidak mempunyai kaitan langsung dengan masalah penggantian.
Kalau laba periodik akan diukur dengan tepat maka perlu untuk menandingkan pendapatan
dengan semua biaya yang layak termasuk depresiasi dengan proses ini akan tetap dilakukan
walaupun tidak ada rencana untuk mengganti fasilitas fisis.

Depresiasi Sebagai Proses Penilaian


Kelemahan pendefinisian depresiasi bahwa alokasi sistematik dalam banyak hal tidak
merepresentasi fenomena atau kegiatan operasi yang sesungguhnya.
Salah satu pendefinisian secara sistematik adalah depresiasi dipandang sebagai penurunan
potensi jasa (decline in service potential) selama perioda operasi akibat keausan fisik,, konsumsi
manfaat, atau keusangan teknologis.

Bila fasilitas fisis dipandang sebagai suatu kapital (caital), depresiasi merupakan penurunan nilai
kapital bukan hanya karena konsumsi melainkan juga karena keausan, keusangan, dan faktor
ekonomi lainnya. Berikut ini beberapa pendekatan penialian kapital awal dan akhir perioda
untuk menentukan depresiasi sebagai penurunan nilai.
Nilai Setara Tunai (current cah equivalents). Penurunan nilai fasilitas fisis ditentukan dengan
cara menghitung selisih nilai setara tunai pada awal dan akhir perioda.
Kontribusi Pendapatan Neto Diskunan (discounted net revenue contribution). Penilaian fasilitas
fisis pada tiap awal perioda tertentu dapat atas tingkat kembalian (rate of return) investasi
bebas resiko atau tingkat bunga umum yang berlaku. Penilaian fasilitas fisis pada tiap awal
perioda tertentu dapat diformulasi sebagai berikut:

Dalam hal ini :


= Nilai diskunan atau nilai sekarang awal perioda p.
= Kontribusi aliran kas neto untuk tiap perioda t+p-1.
r =Tarif diskun atau tingkat kembalian investasi.
n =Banyaknya perioda yang menikmati manfaat.
Depresiasi untuk perioda

Depresiasi Sebagai Sarana Penandingan


Kos dengan Kontribusi Pendapatan Neto
Perbedaan pola penyerapan tidak langsung didasarkan atas penyerapan jasa tetapi atas dasar
pendapatan neto yang dihasilkan oleh fasilitas fisis bersangkutan. Kos disebar selama umur aset
dasar proporsi atau rasio koe terhadap kontribusi pendapatan neto total :
R=C

Dalam hal ini :


R= Rasio kos historis terhadapa kontrobusi pendapatan total.
C= Kos terdepresiasi (depreciable cost) yaitu kos pemerolehan dikurangi taksiran nilai
residual.
Kp= Kontribusi aliran kas neto untuk tiap perioda p.
n= Banyaknya perioda yang menikmati manfaat.
Atas dasar rasio di atas, depresiasi untuk suatu perioda (Dp) dapat ditentukan sebagai berikut:

Metoda Alokasi
Metoda yang paling rasional adalah metoda yang mendasarkan diri pada aliran penerapan
kapasitas jasa. Metoda yang peliang tepat adalah Metoda unit produksi.

Hubugan Depresiasi dan Laba


Penentuan laba haruslah merupakan akibat suatu upaya untuk mengungkapkan kenyataan
objektif yang ada tanpa memperhatikan berapa akhirnya laba yang terjadi.

Koreksi Terhadap Kesalahan Taksiran


Pemberhentian dari pengguanaan terjadi maka kos yang melekat pada fasiitas tersebut juga
harus dihentikan, artinya tidak dapat lagi dibebankan ke produksi setelah pemberhentian.
Mengkapitalisasi rugi pemberhentian sama saja dengan menyangkal adanya rugi.

Tanah
Fungsi tanah untuk menyediakan jasa ditempati tanpa batas waktu (selamanya) cukup menjadi
alasan kebijakan untuk memperlakukan kos tanah sebagai investasi permanen dalam fasilitas
produksi. Karena karakteristik kos tanah sebgai investasi permanen, tanah tersebut perlu
dipisahkan dari fasiitas fisis lain yang dapat didepresiasi dalam pelaporannya.

Tanah bukan hak milik permanen


Kos tanah sewa guna, tanah hak guna bangunan atau bentuk investasi nonpermanen lainnya
dalam bentuk tanh harus secara sistematik dibebankan ke produksi selama umur ekonomik
atau selama jangka kontarak. Dalam kondisi tertentu, tanah pertanian tidak dapat diperlakukan
sebagai investasi permanen. Kesuburan tanah dipengaruhi oleh frekuensi panen dan lapisan
tanah, tanah yang terkena erosi menjadi tidak subur dan mengakibatkan tanah tersebut secara
ekonomik tidak dapat ditanami lagi. Jadi, dengan akuntansi pengeluaran untuk menyuburkan
tanah lagi akan menjadi kos tanah yang akhirnya akan terdepresiasi.

Sumber alam
Sumber alam yang hanis melalui proses penambangan dan tidak dapat diperbarui atau diganti
sering disebut “aset habis pakai”. Kos sumber alam tersebut harus diserap secara sistematik ke
produksi atas dasar pengambilan atau konsumsi.

Aset tak berwujud


Hak cipta, paten, merek dagang , goodwill, dan kos organisasi adalah contoh aset tak berwujud.
Kos asettak berwujud secarasistematik dibebankan ke operasi dan akhirnya terhadap
pendapatan selama umur yuridisnya. Dalam kasus tertentu dimungkinkan untuk menyerap kos
tersebut dalam waktu yang lebih pendek dari umur yuridisnya. Penghapusan langsung seluruh
kos sebagai rugi harus segera dilakukan kalau kondisi menunjukkan bahwa aset tak berwujud
tersebut tidak lagi mempunyai arti ekonomik yang penting.

Goodwill
Goodwill timbul apabila suatu perusahaaan membeli perusahaan lain yang sudah berjakan
secara keseluruhan. Goodwil adalah selisih julmlah rupiah tunai atau setaranya yang dibayarkan
oleh perusahaan pembeli di atas nilai pasar wajaratau nilai buku kekayaan fisis perusahaan
yang dibeli.

Kos organisasi
Pengeluaran-pengeluaran yang terjadi sebelum perusahaan mulai beroprasi biasanya
ditampung dalam satu akun menjadi kos pendirian atau kos organisasi. Pengeluaran tersebut
meliputi kos pencetakan saham, tarif akte notaris, pengeluaran untuk ijin perusahaan, dan kos
kegiatan selama proses pendirian. Kos organisasi dikelompokkan sebagai aset tak berwujud
karena kos tersebut tidak dapat dikaitkan dengan aset tetap berwujud yang ada dalam
perusahaan.

Penyajian biaya
Penyajian biaya tidak dapat dilekpaskan dari penyajian pendapatan dan sarana untuk itu adalah
statemen laba rugi. Penyajian elemen pendapatan, untung, biaya dan rugi bergantung pada
konsep tentang apa saja yang membentuk laba.

Anda mungkin juga menyukai