Oleh :
Ilmi Darmawan
NPM
19149011100029
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2019
GASTRITIS
Proses menjadi tua ini disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3
fase yakni:
1. Fase regresif progresif : proses dimana tubuh mengalami
perkembangan yang sangat cepat, mulai dari bayi hingga dewasa
stabil.
2. Fase stabil : fase dimana tubuh tidak mengalami perubahan cepat,
biasanya terjadi pada masa dewasa awal.
3. Fase regresif : mekanisme pada fase ini lebih kearah kemunduran
yang dimulai dalam sel, komponen kecil dari tubuh manusia (Depkes,
2000).
1.4 Masalah Kesehatan Yang Mungkin Muncul Pada Lanjut Usia
Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan paa
dewasa muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-
kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya,
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita.
Masalah kesehatan utama yang sering terjadi pada lansia perlu dikenal dan
dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia
agar dapat memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang
seoptimal mungkin. Masalah kesehatan yang sering muncul pada lansia:
1.4.1 Immobility (Kurang Bergerak)
Kurang bergerak disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem
muskoloskeletal seperti terjadinya : Tulang kehilangan density
(cairan) dan makin rapuh, Kifosis, Persendian membesar dan menjadi
kaku, Pada otot terjadi atrofi serabut otot (sehingga seseorang
bergerak lamban, otot keram dan menjadi tremor).
Pada kurang gerak bisa juga disebabkan karena penyakit jantung dan
pembuluh darah (Biasanya terjadi tekanan darah tinggi).
1.4.2 Instability (Berdiri dan Berjalan Tidak Stabil atau Mudah jatuh)
Lansia mudah terjatuh karena terjadinya penurunan fungsi-fungsi
tubuh dan kemampuan fisik juga mental hidupnya. Akibatnya aktivitas
hidupnya akan ikut terpengaruh, sehingga akan mengurangi kesigapan
seseorang.
Penyebab terjatuh pada lansia antara lain :
1. Faktor intrinsik (faktor dari dalam tubuh lanjut usia sendiri).
2. Faktor ekstrinsik (faktor dari luar atau lingkungan).
1.4.5 Infeksi
Pada lansia telah terjadi penurunan fungsi tubuh. Daya tahan tubuh
juga menurun karena kekurangan gizi. Adanya penyakit yang
bermacam-macam. Selain itu juga dari faktor lingkungan juga bisa
terpengaruh terhadap infeksi yang terjadi pada lansia.
2.5.1.2. Etiologi
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung pada
lambung kewalahan dan mengakibatkan rusak serta
meradangnya dinding lambung. Beberapa penyebab yang dapat
mengakibatkan terjadinya gastritis (Donna D. 1995 ;1380)
antara lain :
1. Kelainan autoimun
Autoimun atrophik gastritis terjadi ketika sistem kekebalan
tubuh menyerang sel – sel yang sehat yang berada dalam
dinding lambung. Ini mengakibatkan peradangan dan secara
bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan
kelenjar – kelenjar penghasil asam lambung dan mengganggu
produksi faktor intrinsik (sebuah zat yang membantu tubuh
mengabsorpsi vitamin B-12). Kekurangan Vitamin B-12 ini
dapat mengakibatkan pernicious anemia. Autoimun atrophik
gastritis terjadi terutama pada orang tua.
2. Stress fisik.
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka
bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga
borok serta pendarahan pada lambung.
3. Penggunaan kokain.
Penggunaan kokain dapat merusak dinding lambung dan
menyebabkan pendarahan.
4. Penggunaan alkohol secara berlebihan
Alkohol ini dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada
lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan
terhadap asam lambung walaupun dalam kondisi normal.
5. Pemakaian Obat penghilang nyeri secara terus – menerus
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti
aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan
peradangan pada lambung dengan cara mengurangi
prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Jika pemakaian obat – obat tersebut hanya sesekali maka
kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi
jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau
pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
6. Infeksi bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H.
Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang
melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya
dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan.
Namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur
oral atau akibat makan makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering
terjadi pada masa kanak – kanak dan dapat bertahan seumur
hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pyloriini
sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic
ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi
dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan
perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah
satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan
dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara
perlahan rusak. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat asam
lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang
dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau
dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga
meningkatkan resiko dari kanker lambung. Tapi sebagian
besar orang yang terkena infeksi H. pylori kronis tidak
mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal
ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat
sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang
lain tidak.
7. Crohn’s disease
Penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan pada saluran
cerna, namun kadang – kadang dapat juga menyebabkan
peradangan pada dinding lambung.
8. Radiasi dan kemoterapi
Gastritis akibat terapi penyinaran menyebabkan nyeri, mual
dan heartburn (rasa hangat atau rasa terbakar di belakang
tulang dada), yang terjadi karena adanya peradangan dan
kadang karena adanya tukak di lambung. Tukak bisa
menembus dinding lambung, sehingga isi lambung tumpah
kedalam rongga perut menyebabkan peritonitis (peradangan
lapisan perut) dan nyeri yang luar biasa. Perut tampak kaku
dan keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan darurat.
Kadang setelah terapi penyinaran, terbentuk jaringan parut
yang menyebabkan menyempitnya saluran lambung yang
menuju ke usus dua belas jari, sehingga terjadi nyeri perut
dan muntah. Penyinaran bisa merusak lapisan pelindung
lambung, sehingga bakteri bisa masuk ke dalam dinding
lambung dan menyebabkan nyeri hebat yang muncul secara
tiba-tiba.
9. Refluks usus lambung
Membaliknya makanan yang sudah masuk ke usus kembali
ke lambung. Keadaan ini tentu saja menggangu
keseimbangan asam lambung, sehingga lama – kelamaan bisa
menyebabkan gastritis.
2.5.2. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,
zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat
gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan.
2.5.4. Pengkajian
Anamnesa, observasi, pengukuran, dokumentasi dan pemeriksaan fisik.
Metode pengkajian yang digunakan untuk mengoptimalkan hasil yang
diperoleh meliputi beberapa cara di antaranya head to toe, teknik
persistem, maupun berdasarkan atas Pengkajian dilakukan secara
komprehensif dengan berbagai metode pengkajian seperti kebutuhan
dasar manusia.
2.5.4.1. Identitas klien dan penanggung jawab
Pengkajian yang dilakukan meliputi identitas klien dan
penanggungjawabnya.
2.5.4.2. Keluhan utama
Untuk keluhan utama, pasien atau keluarga biasa nya sering
mengalami nyeri ulu hati atau nyeri pada epigastrium dan bisa
juga mengalami mual muntah ataupun anoreksia. Biasanya
dibawa kepelayanan kesehatan atau puskesmas.
2.5.4.3. Riwayat penyakit
Fokus pengkajian yang dilakukan adalah pada riwayat kesehatan
dan pemeriksaan fisik. Ini dapat dimengerti karena riwayat
kesehatan terutama berhubungan dengan gastritis sangat
membantu dalam menentukan diagnosa.
2.5.4.4. Data Bio-Psiko-Sosial-Spritual
Data yang sudah dikaji sebelumnya dengan menggunakan
berbagai metode yang valid selanjutnya dikelompokkan secara
umum menjadi data subjektif dan objektif.
2.5.4.5. Data subjektif
Adanya keluhan tentang penyakit gastritis. Seperti mengeluh
nyeri ulu hati atau nyeri epigastrium dan mengalami mual
muntah atau anoreksia Data objektif: factor pencetus gastritis
seperti : stress fisik, penggunaan kokain dapat merusak dinding
lambung dan menyebabkan pendarahan, penggunaan alkohol
secara berlebihan, ataupun infeksi bakteri.
Intervensi keperawatan :
1. Kaji tingkat skala nyeri
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Berikan istirahat dengan posisi penyembuhan semifowler.
4. Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat
meningkatkan yang bertambah dengan posisi kerja asam
lambung
5. Ajarkan teknik relaksasi atau distraksi
6. Kolaborasi dan pemberian analgetik
Rasional :
1. Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan
2. Sebagai indicator untuk melanjutkan intervensi berikutnya.
3. Dengan posisi semifowler dapat menghilangkan tegangan
abdomen yang bertambah dengan posisi telentang
4. Menghilangkan rasa nyeri akut atau kronis dan menurunkan
kerja peristaltik usus.
5. Membantui mengurangi rasa nyeri
6. Mengurangi rasa nyeri dan mempermudah dalam
menentukanintervensi terapi lainnya.
Evaluasi :
1. Klien tidak tampak meringis menahan nyeri
2. Nyeri berkurang dengan skala nyeri 1-0
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal
4. Klien beristirahat dengan nyaman
5. Klien mampu melakukan napas dalam
Rasional :
1. Meminimalkan anoreksia dan mengurangi iritasi gaster
2. Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat
3. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan
intervensi yang tepat berguna dalam pengawasan keefektifan
obat,kemajuan penyembuhan.
4. Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik,meningkatkan
intake diet klien.
5. Untuk memenuhi kebutuhan kalori klien yang kurang dari
kebutuhan tubuh
Evaluasi :
1. Status nutrisi klien seimbang
2. Klien mengatakan nafsu makan bertambah
3. Berat badan dalam batas normal
4. Klien tidak mengalami mual dataupun muntah
5. Klien mengetahui tentang pemenuhan nutrisi yang seimbang
Rasional :
1. Untuk mengetahui tingkat kehilangan cairan
2. Untuk mengetahui jumlah bising usus permenit
3. Untuk mengetahui tingkat kehilangan cairan
4. Untuk mengurangi atau mengganti cairan yang hilang
5. Untuk mengurangi nyeri pada lambung
Evaluasi :
1. Klien tidak mengalami dehidrasi
2. Bising usus normal
3. Klien tidak mual,muntah
4. Terpenuhinya kekurangan volume cairan yang kurang
5. Tidak mengalami nyeri pada abdomen
Rasional:
1. Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan
oleh klien sehingga memudahkan dlam tindakan selanjutnya
2. Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa
aman dalam segala hal tundakan yang diberikan
3. Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga
mau bekejasama dalam perawatannya.
4. Segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan
penyakitnya, masih ada yang berkuasa menyembuhkannya
yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Evaluasi:
1. Klien tidak tampak cemas
2. Klien mengungkapkan perasaan tidak cemas lagi
3. Klien mampu mengungkapkan gejala cemas
4. Klien mengetahui tentang perubahan penyakitnya