C. Definisi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin,
2015).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen,2013).
D. Klasifikasi
1. Klasifikasi hipertensi menurut WHO
a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan
diastolik 91-94 mmHg.
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan
160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
2. Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of
Hipertension
a. Diastolik
1) < 85 mmHg : Tekanan darah normal.
2) 85 – 99 : Tekanan darah normal tinggi.
3) 90 -104 : Hipertensi ringan.
4) 105 – 114 : Hipertensi sedang.
5) >115 : Hipertensi berat.
b. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
1) < 140 mmHg : Tekanan darah normal.
2) 140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi.
3) > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi.
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan
darah. Dibagi menjadi dua:
a. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau
progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan
organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera
dalam kurun waktu menit/jam.
b. Hipertensi Urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya
gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya
gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu
diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun
waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat
(dalam hitungan jam sampai hari).
E. ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan
perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah
e. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek
dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
f. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal. Penggunaan
kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dan lain-lain.
F. Manisfestasi klinis
a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.
b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas
G. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jarak saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer
(Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis.
Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada
ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada
terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan
darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi
natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan
peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).
H. Patway
I. Komplikasi
Efek pada organ :
1. Otak
a. Pemekaran pembuluh darah
b. Kematian sel otak : stroke
c. pendarahan.
2. Ginjal
a. Malam banyak kencing
c. Kerusakan sel ginjal
d. Gagal ginjal
e. Jantung
f. Membesar
g. Sesak nafas (dyspnoe)
h. Cepat lelah
i. Gagal Jantung
J. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
2. Pemeriksaan lanjutan
a. VP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal, perbaikan
ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
e. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
K. Penatalaksaan Medis
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
1. Terapi tanpa obat
a. Diet: diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah. Restriksi garam
secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/h
b. Penurunan berat badan
c. Menghentikan merokok
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita
a. Obat step 1 : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2 Dosis obat pertama dinaikkan , Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
dan Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
L. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan afterload
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
4. Defisien pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
M. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian:
1. Identitas Pasien: Tn/Ny
2. Keluhan utama:merasakan nyeri kepala menjalar kebelakang leher daerah tengkuk
sampai ke pundak.
3. Riwayat kesehatan sekarang:Berapa lama rasa nyeri kepala telah dirasakan apakah
disertai terasa berat bagian tengkuk leher dan badan lemah
4. Masa lalu:Penyakit hipertensi telah ada
5. Keluarga:Keturunan penyakit yang berhubungan dengan jantung
6. Pemeriksaan Fisik:
Tampilan umum (inspeksi) :
a. Pasien tampak lemah, merasakan nyeri kepala bagian belakang tengkuk leher
samapai kepundak, gelisah
b. Sulit bernafas
c. Lemah badan
d. Tekanan darah > 140/100 mmHg
1.Penurunan curah jantung b.d gangguan afterload 1.Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral
Definisi
Ketidakadekuatan volume darah yang dipompa oleh
jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Definisi:
Batasan karakteristik Pengalaman sensori dan emosional yang tidak
1. Gangguan Frekuensi dan Irama Jantung menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
2. Gangguan Preload yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal
3. Gangguan Afterload kerusakan sedemikian rupa dan berlangsung ≤6 bulan.
4. Gangguan kontraktilitas Batasan karakteristik:
5. Perilaku/Emosi 1.Peningkatan tekanan vaskuler serebral
c) Faktor yang berhubungan 2.Perubahan frekuensi pernapasan
1. Gangguan frekuensi atau irama jantung 3.Mengekspresikan perilaku misal gelisah, merengek,
2. Gangguan volume sekuncup menangis
3. Gangguan preload 4.Melaporkan nyeri secara verbal
4. Gangguan aferload
Faktor Berhubungan:
Gangguan kontraktifitas
1.Agen cedera (biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
NOC
NOC:
1. Status sirkulasi
2. Status cardopulmonary 1.Pain level
3. Tanda-tanda vital 2.Pain control
3.Comfort level
Kriteria hasil : Kriteria Hasil:
1. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
2. Rata-rata pernapasan, saturasi oksigen dalam batas 1.Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,
normal menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi
3. Tidak ada sianosis, retrakasi dinding dada nyeri, mencari bantuan)
4. Tidakadadistensi vena leher 2.Melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan
5. AGD dalambatas normal manajemen nyeri
NIC 3.Mampu mengenali nyeri skala, intensitas, frekuensi dan
Vital sign Monitoring tanda nyeri
1. Pantau tanda vital (frekuensi jantung) 4.Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
2. Evaluasi status mental (bingung, disorientasi) NIC:
3. Catat warna kulit dan adanya/kualitas nadi. Pain management
4. Auskultasi bunyi jantung (murmur) 1.Lakukan pengkajian nyeri secara komfrehensif
5. Pertahankan tirah baring termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kuslitas
dan faktor presipitasi.
2.Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
3.Pilih dan lakukan penanganan nyeri( farmakologis, non
farmakologis dan interpersonal)
4.Ajarkan tentang teknik non farmakologis
5.Kolaborasi pemberian analgesik.
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan 1. Defisien pengetahuan b.d kurang informasi
Definisi
Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis Definisi
untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas Ketiadaan atau defisien pengetahuan kognitif yang
kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin berkaitan dengan topik tertentu atau kemahiran.
dilakukan Batasan karakteristik
Batasan karakteristik 1. Ketidakakuratan mengikuti perintah
1. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas 2. Ketidakakuratan melakukan tes
2. Dipsneu setelah beraktivitas 3. Perilaku tidak tepat
3. Keletihan 4. Kurang pengetahuan
4. Kelemahan Faktor yang berhubungan
5. Respons fekuensi jantung abnormal terhadap 2. Kurang informasi
aktivitas 3. Kurang minat untuk belajar
Faktor yang berhubungan 4. Kurang sumber pengetahuan
- Ketidakseimbangan anatara suplai dan kebutuhan 5. Keterangan yang salah dari orang lain
oksigen NOC
- Imobilitas 1. Knowledge: proses pengetahun
- Kelemahan 2. Knowledge: kesehatan diri
- Gaya hidup monoton Kriteria Hasil :
NOC 1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahan tentang
1. IntoleranAktivitas penyakit, kondisis, prognosis dan program
2. Vital Sign pengobataan
3. Level kelelahan 2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur
yang dijelaskan secara benar
Kriteria Hasil : 3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa
a. Kekuatan otot pasien dalam rentang normal yang dijelaskan perawat
b. Pemeriksaan TTV dalam batas normal NIC
c. Pasien menyatakan siap melakukan aktivitas Proses Pengetahuan Tentang Penyakit
d. Pasien tidak menyatakan adanya kelelahan 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang spesifik
NIC 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara
yang tepat
1. Catat irama jantung, TD dan nadi sebelum, selama 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
dan sesudah melakukan aktivitas. padapenyakit, dengan cara yang tepat
2. Anjurkan pasien lebih banyak beristirahat terlebih 4. Indentfikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
dahulu. 5. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
3. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan
4. Jelaskan pada pasien tentang tahap-tahap aktivitas atau proses pengontrolan penyakit.
yang boleh dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian Hari. 2019. Pelayanan Pemenuhan Kebutuhan Lansia Di Panti Pelayanan Sosial
Lanjut Usia (PPSLU) Sudagaran Banyumas. Skripsi. Institusi Agama Islam Negeri
Purwokerto
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika
Darmojo Boedi & H. Hadi Martono. (2006). Geriarti (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) (Edisi
5) .Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
Deputi I [Menkokesra] Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat . Lansia Masa
Kini dan Mendatang. http://www.menkokesra.go.id. Diakses pada : 9 September 2017.
Dwiyanti dan Fitri. 2012. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia pada lansia dimensia oleh
keluarga. Jurnal Nursing Studies. Volume 1 : Halaman 175-182.
Fatimah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta : Penerbit Erlangga
Herdman, T Heather. 2018. NANDA-NIC-NIC. Jakarta. EGC.
Kusuma, 2015. NANDA-NIC-NIC. Yogyakarta. Info Medika.
Lee&Yeo. (2009). A Review of Elderly Injuries Seen in A Singapore Emergency
Department. Singapore: Singapore Med J.
Nasrin, Kodim. 2015. Indonesian Medical Iducation And Research Institute. Jakarta. RSCM.
Universitas Indonesia.
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses,
dan Praktik (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Sorensen, Luckman. 2013. Ilmu Kesehatan. Jakarta : Bina Pustaka
Suhartini, R. (2012).Diperoleh dari http://www.damandiri.or.id.
Sunusi M. (2006). Kebijakan Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Ditjen Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI, Jakarta.
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika.
Tom, Smith Tom. 2011. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Tamher, S. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan PendekatanAsuhan Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika