Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH ETIK LEGAL TERKAIT PEMBERIAN ASKEP GERONTIK

( AUTONOMY, JUSTICE,VERANCITY)

Oleh:

Kelompok 1:

Edelois Nasution (1814401005)

Elfina Arizka (1814401006)

Emalia Ariyanto (1814401007)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKes FLORA MEDAN
T.A 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan dan tindakan yang
manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya pemberi  pelayanan kesehatan dapat
memberi pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi,
maka masyarakat akan menempuh jalur hukum untuk membelahak-haknya. Kebijakan yang ada
dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk mendapatkan persetujuan klien terhadap
tindakan pengobatan yang dilaksanakan. Institusi telah membentuk berbagai komite etik untuk
meninjau praktik profesional dan memberi  pedoman bila hak-hak klien terancam. Perhatian lebih
juga diberikan pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-
sungguh untuk tetap memberikan informasi kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab
terhadap tindakan yang dilakukan.
Selain dari pada itu penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada kewenangan yang
diberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat,
perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi. Terjadinya  pergeseran paradigma dalam
pemberian pelayanan kesehatan dari model medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis
penyakit dan pengobatan ke paradgima sehat yang lebih holistic yang melihat penyakit dan gejala
sebagai informasi dan bukan sebagai focus  pelayanan (Cohen, 1996), maka perawat berada pada
posisi kunci dalam reformasi kesehatan ini. Hal ini ditopang oleh kenyataan bahwa 40%-75%
pelayanan di rumah sakit merupakan  pelayanan keperawatan (Gillies, 1994), Swansburg dan
Swansburg, 1999) dan hampir semua  pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di
rumah sakit maupun di tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat.
Hasil penelitian Direktorat Keperawatan dan PPNI tentang kegiatan perawat di Puskesmas,
ternyata lebih dari 75% dari seluruh kegiatan pelayanan adalah kegiatan  pelayanan keperawatan
(Depkes, 2005) dan 60% tenaga kesehatan adalah perawat yang  bekerja pada berbagai sarana/tatanan
pelayanan kesehatan dengan pelayanan 24 jam sehari, 7 hari seminggu, merupakan kontak pertama
dengan sistem klien.

II.2. Tujuan Penulisan


 Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Tujuan Umum
a.Mahasiswa mampu memahami konsep legal etik keperawatan.

2. Tujuan Khusus  
b.Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami difinisi etika
c. Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami Isi dari prinsip
 – prinsip legal dan etis
d.Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami Masalah Legal Dalam Keperawatan
e.Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami Landasan Aspek Legal Keperawatan
f.Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami Aplikasi Aspek Legal Dalam Keperawatan
g.Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami contoh kasus terkait dengan etik dan legal beserta
penyelesaiannya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

II.1. Konsep Legal Etik


Pengertian Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi bagaimana  perawat
seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik keperawatan.

Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan  pelayanan,
termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan. Keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari  pelayanan kesehatan,
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Perawat
sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran.
Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan.

International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi  perawat
yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang Professional, Ethical and Legal Practice,
 bidang Care Provision and Management dan bidang Professional Development “Setiap
 profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui  pelatihan
yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya,
dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat”. (Budi Sampurna,
Pakar Hukum Kesehatan UI 2006).

Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang ada dalam
praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan, pemahaman tentang implikasi hukum dapat
mendukung pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami hukum untuk melindungi hak
kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat
hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang masyarakat harapkan dari penyelenggara
pelayanan keperawatan yang profesional.

II.2. Isi dari prinsip  –  prinsip legal dan etis adalah :


a. Autonomi ( Otonomi )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu
membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat
sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain.
Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan
tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek  profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya. 
  
b. Beneficience ( Berbuat Baik )
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan  pencegahan
dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan  peningkatan kebaikan oleh
diri dan orang lain. Terkadang,dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini
dengan otonomi.
c. Justice ( Keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai inidirefleksikan dalam  prkatek
profesional ketika perawat bekerja untuk terapiyang benar sesuai hukum, standar  praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Nonmal eficience ( Tidak Merugikan )
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
e. Veracity ( Kejujuran )
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan
untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat
mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
f. Fidellity (Metepati Janji)
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain.
Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia  pasien.
g. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Segala
sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien.
h. Accountability ( Akuntabilitas )
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
i. Informed Consent
“Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti telah mendapat
penjelasan atau keterangan (informasi), dan “consent” yang berarti persetujuan
atau memberi izin. Jadi “informed consent” mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan
setelah mendapat informasi. Dengan demikian “informed consent” dapat
didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang
berkaitan dengannya.
 
II.3. Masalah Legal Dalam Keperawatan
Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga negara. Setiap orang
yang tidak mematuhi hukun akan terikat secara hukum untuk menanggung denda atau hukuman
penjara. Beberapa situasi yang perlu dihindari seorang perawat :

a) Kelalaian
Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan cara tidak melakukan
pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak melakukan tugas dengan hati-hati sehingga
mengakibatkan pasien jatuh dan cedera.  
b) Pencurian
Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena mencuri. Jika anda
tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang yang tidak berharga sekalipun dapat dianggap
sebagai pencurian.
c) Fitnah
Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan orang tersebut, anda
bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda menyatakan secara verbal atau tertulis.
d) False imprisonment
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran hukum atau false
imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan mengancam akan melakukannya agar pasien
mau bekerja sama bisa juga termasuk dalam false imprisonment. Penyokong dan restrein harus
digunakan sesuai dengan perintah dokter
e) Penyerangan dan pemukulan
Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh orang lain atau  bahkan
mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berarti secara nyata menyentuh orang lain tanpa
ijin.Perawatan yang kita berikan selalu atas ijin pasien atau informed consent. Ini  berarti pasien harus
mengetahui dan menyetujui apa yang kita rencanakan dan kita lakukan.
f) Pelanggaran privasi
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya.Pelanggaran terhadap
kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah tindakan yang melawan hukum.
g) Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda terikat secara hukum untuk
menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta perawat untuk tidak melakukan sesuatu yang
membahayakan pasien. Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya orang tua dan anak-anaklah yang
paling rentan. Biasanya,pemberi layanan atau keluargalah yang bertanggung jawab terhadap
penganiayaan ini. Mungkin sulit dimengerti mengapa seseorang menganiaya ornag lain yang lemah
atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang merasa puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi
hampir semua penganiayaan  berawal dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang
perawat perlu menjaga keamanan dan keselamatan pasiennya.
 
II.4.Landasan Aspek Legal Keperawatan
Landasan aspek legal keperawatan adalah undang-undang keperawatan Aspek legal Keperawatan
pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan kepada  penerimanya untuk
melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila  bekerja di dalam suatu institusi
dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara  perorangan atau berkelompok.

Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan. Namun, memiliki
kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat secara
berjenjang, kewenangan yang diberikan juga berjenjang.

Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang
memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui. Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang
bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai  penguasa segala keprofesian di
bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti
tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing- masing.

2.5. Aplikasi Aspek Legal Dalam Keperawatan


Hukum mengatur perilaku hubungan antar manusia sebagai subjek hukum yang melahirkan hak
dan kewajiban. Dalam kehidupan manusia, baik secara perorangan maupun  berkelompok, hukum
mengatur perilaku hubungan baik antara manusia yang satu dengan yang lain, antar kelompok
manusia, maupun antara manusia dengan kelompok manusia. Hukum dalam interaksi manusia
merupakan suatu keniscayaan (Praptianingsih, S., 2006).

Berhubungan dengan pasal 1 ayat 6 UU no 36/2009 tentang kesehatan berbunyi : “Tenaga


kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.”

Begitupun dalam pasal 63 ayat 4 UU no 36/2009 berbunyi “Pelaksanaan pengobatan


dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu”.
Yang mana berdasarkan pasal ini keperawatan merupakan salah satu profesi/tenaga. kesehatan yang
bertugas untuk memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan Pelayanan keperawatan di
rumah sakit meliputi : proses pemberian asuhan keperawatan,  penelitian dan pendidikan
berkelanjutan. Dalam hal ini proses pemberian asuhan keperawatan sebagai inti dari kegiatan yang
dilakukan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian- penelitian yang menunjang terhadap asuhan
keperawatan, juga peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang diperoleh melalui
pendidikan dimana hal ini semua bertujuan untuk keamanaan pemberian asuhan bagi pemberi
pelayanan dan juga pasien selaku penerima asuhan.

Berdasarkan undang-undang kesehatan yang diturunkan dalam Kepmenkes 1239 dan Permenkes
No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010, terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan kegiatan
keperawatan. Adapun kegiatan yang secara langsung dapat berhubungan dengan aspek legalisasi
keperawatan :
1) Proses Keperawatan
2) Tindakan keperawatan
3) Informed Consent

Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu ditetapkan dengan
jelas apa hak, kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan
tugasnya serta memberikan suatu kepastian hukum,  perlindungan tenaga perawat. Hak dan kewajiban
perawat ditentukan dalam Kepmenkes 1239/2001 dan Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik
Nomor Y.M.00.03.2.6.956
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada  berbagai tatanan pelayanan,
termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan.
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang ada dalam
praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan, pemahaman tentang implikasi hukum dapat
mendukung pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami hukum untuk melindungi hak
kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat
hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang masyarakat harapkan dari penyelenggara
pelayanan keperawatan yang profesional.

3.2 SARAN
1. Perlunya kehatian-hatian seseorang tentunya keperawatan dalam melakukan suatu tindakan agar
tidak terjadi sesuatu yang dapat menyababkan kejadian yang fatal akibatnya.
2. Adanya berbagai pendekatan yang bersifat persuasif, konsultatif dan partisipatif semua pihak
(Stake Holder) yang terkait dalam penyelenggaran Praktik Keperawatan berorientasi kepada
pelayanan yang bermutu.
3. Perlu adanya peraturan perundang-undangan dibidang keperawatan yang diselenggarakan oleh
tenaga keperawatan dapat mengayomi dan bersikap mendidik sekaligus bersifat menghukum yang
mudah dipahami dan dilaksanakan, karena penyelenggaraan praktik keperawatan menyangkut
berbagai pihak sehingga yang terkait hendaknya bersifat proaktif dalam melaksanakan peraturan
perundang-undangan tersebut
4. Setelah mengatahui perkembangan UU yang mengatur tentang praktek keper awatan, sebagai
calon perawat atau mahasiswa keperawatan harus meningkatkan mutu belajar agar memiliki
kemampuan berpikir rasional dalam menyalankan tugas sebagai perawat  profesional.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/nslutfi90/tugas-legal-etik-kelompok-4-sp-ikd-1

Nugroho, WahYudi. 2000 Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta EGC.

SKM,Hardiwinoto, Stiabudi, Tony. Pandaun Gerontologi, TinJauan Dari Berbagai Aspek 2005. PT
Gramedia Pustaka Utama. Cakarta.

Anda mungkin juga menyukai