Anda di halaman 1dari 4

PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR

PENDERITA ASMA DI PUSKESMAS

BAB I

PENDAHULUAN

Judul penelitia
Penelitian hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur penderita asma dipuskesmas
1.1 Latar Belakang Masalah

Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat
mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi
berupa serangan asma. Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain
mengi/wheezing, sesak nafas, dada terasa tertekan atau sesak, batuk, pilek, nyeri
dada, nadi meningkat, retraksi otot dada, nafas cuping hidung, takipnea,
kelelahan, lemah, anoreksia, sianosis dan gelisah (Gina, 2006)
.
Diagnosa masalah keperawatan yang muncul pada pasien asma salah
satunya adalah ansietas atau kecemasan (NANDA, 2009). Pada beberapa
individu, stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma dan
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Stres dapat mengantarkan
seseorang pada tingkat kecemasan sehingga memicu dilepaskannya histamin dan
leukotrien, yang menyebabkan penyempitan saluran napas di mana di tandai
dengan sakit tenggorokan dan sesak napas, yang pada gilirannya bisa memicu
serangan asma (Sudhita, 2005).

Cemas merupakan hal yang sering terjadi dalam hidup manusia.Cemas juga
dapat menjadi beban berat yang menyebabkan kehidupan individu tersebut selalu
dibawah bayang-bayang kecemasan yang berkepanjangan dan menganggap rasa
cemas sebagai ketegangan mental yang disertai dengan gangguan tubuh yang
menyebabkan rasa tidak waspada terhadap ancaman, Artinya, cemas terjadi ketika
seseorang terancam baik fisik maupun psikologis (Ramaiah, Savitri. 2006,2008).

Pada keadaan sakit dan dirawat dirumah sakit atau fasilitas kesehatan
lainnya sering kali terjadi dua hal yang berlawanan, di satu sisi individu yang
sakit. Sementara disisi yang lain pola tidur seseorang yang masuk dan dirawat di
puskesmas dapat dengan mudah berubah atau mengalami gangguan pola tidur
sebagai akibat kecemasan yang kondisi sakitnya atau rutinitas puskesmas (Potter
& Perry, 2010).
Pada keadaan sakit dan dirawat dirumah sakit atau fasilitas kesehatan
lainnya sering kali terjadi dua hal yang berlawanan, di satu sisi individu yang
sakit. Sementara disisi yang lain pola tidur seseorang yang masuk dan dirawat di
puskesmas dapat dengan mudah berubah atau mengalami gangguan pola tidur
sebagai akibat kecemasan yang kondisi sakitnya atau rutinitas puskesmas (Potter
& Perry, 2010).

Kualias Tidur yang tidak adekuat dan dapat mengakibatkan gangguan


keseimbangan fisiologi dan psikologi. Dampak fisiologi meliputi penurunan
aktivitas sehari-hari, rasa lelah, lemah, daya tahan tubuh menurun dan
ketidakstabilan tanda-tanda vital.
Dampak psikologis meliputi depresi, cemas dan
tidak konsentrasi (Potter & Perry, 2010). Kurang tidur dapat mempengaruhi
konsentrasi dan merusak kemampuan untuk melakukan kegiatan yang melibatkan
memori, belajar, pertimbangan logis, dan penghitungan matematis. Gangguan
tidur dapat mengakibatkan kemerosotan mutu hidup. Misalnya, gangguan tidur
dapat menyebabkan kelelahan pada siang hari dan mempengaruhi status
fungsional dan mutu hidup (Asmadi.2008) Kurang tidur dapat mengakibatkan
dampak negatif.

Saat kita terjaga, kita menyimpan suatu keadaan yang disebut


‘sleep debt’ yang dapat diganti hanya melalui tidur. Hal ini diatur oleh suatu
mekanisme dalam tubuh yang disebut sebagai “sleep homeostat”, yang mengatur
keinginan kita untuk tidur. Jika jumlah ‘sleep debt’ besar, maka “sleep homeostat”
akan memberitahukan pada kita bahwa kita perlu tidur lebih banyak (Lestari,
Pemi L (2009)., 2011).

Kurang tidur yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan fisik dan


psikis. Dari segi fisik, kurang tidur akan menyebabkan muka pucat, mata sembab,
badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit. Sedangkan dari
segi psikis, kurang tidur akan menyebabkan timbulnya
perubahan suasana kejiwaan, sehingga penderita akan menjadi lesu, lamban
menghadapi rangsangan, dan sulit berkonsentrasi (Alimul H, Aziz.2006).
Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan
adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius.
Prevalensi gangguan tidur pada penderita penyakit cukup tinggi yaitu sekitar 67
%. Walaupun demikian, hanya satu dari delapan kasus yang menyatakan bahwa
gangguan tidurnya telah didiagnosis oleh dokter (Amir, 2007).
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur, salah satu
diantaranya adalah kecemasan (Azizah, Lilik.M. 2011). Kecemasan sering kali
mengganggu tidur. Seseorang yang pikirannya dipenuhi dengan masalah pribadi
dan merasa sulit untuk rileks saat akan memulai tidur. Kecemasan meningkatkan
kadar norepinefrin dalam darah melalui stimulasi sistem saraf simpatis. Perubahan
kimia ini menyebabkan kurangnya waktu tidur tahap IV NREM dan tidur REM
serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur lain dan lebih sering terbangun
(Kozier et.al. 2010).

Kota Serui Berdasarkan data dari Puskesmas Tindaret, data penderita asma
pada tahun 2013 Sebanyak 72 penderita, sedangkan pada tahun 2014 Sebanyak 96
penderita. dan berdasarkan informasi dari petugas kesehatan puskesmas Tindaret
kota Serui pada bulan Agustus tahun 2018 menurun sebanyak 39 orang yang
mengalami penderita asma. Dari hasil itu di pendahuluan peneliti menemukan
bahwa sebagian besar penderita asma cenderung memiliki masalah gangguan
kecemasan. Mereka merasa cemas dengan keadaan yang mereka alami. Mereka
mengeluhkan cemas dan takut pada saat terjadi serangan asma, sehingga dengan
kondisi itu kualitas tidur penderita asma tidak terpenuhi secara optimal.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada
penderita asma di Puskesmas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat di rumuskan masalah


penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan
kualitas tidur penderita asma di Puskesmas Tindaret Kota Serui”

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum :
Menganalisis hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur penderita
Asma

2. Tujuan Khusus :
a. Mengidentifikasi karakteristik responden
b. Mengetahui gambaran tingkat kecemasan penderita asma
c. Mengetahui gambaran kualitas tidur penderita asma
d. Menganalisis hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur
penderita asma
1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini peneliti harapkan dapat memberikan manfaat kepada


semua pihak, meliputi :

1. Bagi Puskesmas
Sebagai informasi bagi institusi pelayanan kesehatan tentang kecemasan pada
pasien asma yang mempengaruhi pola tidur. Melalui penelitian ini peneliti
berharap dapat memperoleh informasi tentang klien dan selanjutnya berdasarkan
5 informasi tersebut dapat pula dikembangkan bentuk pelayanan kesehatan dan
meningkatkan mutu serta standar asuhan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien asma.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan pembelajaran khususnya yang
terkait dengan pengembangan konsep asuhan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan istirahat dan tidur klien.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai dasar pengembangan penelitian
lebih lanjut mengenai hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur
penderita asma.

4. Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah memperoleh pengetahuan dan wawasan
mengenai hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur penderita
asma.

Anda mungkin juga menyukai