TINJAUAN TEORITIS
2.1. 1 Defenisi
yang tidak akan berkembang menjadi janin atau bayi dan merupakan hasil
buah anggur, sehingga sering kali disebut sebagai hamil anggur. Sel-sel
abnormal yang disebut dengan “mol” atau benjolan ini kemudian tumbuh
pesat dalam rahim. Kehamilan mola hidatidosa ini terjadi dengan gejala
2019,hal:116).
Mola hidatidosa atau yang disebut juga dengan hamil anggur adalah
suatu bentuk tumor jinak dari sel-sel trofoblas (yaitu bagian dari tepi sel
telur yang kelak terbentuk menjadi ari-ari janin) atau merupakan suatu
hal yang berbeda dengan kehamilan normal, dimana hasil pembuahan sel
sperma dan sel telur gagal terbentuk dan berubah menjadi gelembung-
GM titrasi) atau dapat dilihat dari hasil laboratorium beta sub unit HGG
pada ibu hamil tinggi. Pemeriksaan USG kandungan akan terlihat keadaan
kehamilan yang kosong tanpa janin dan tampak gambaran seperti badai
tidak normal. Mola hidatidosa terdiri dari mola hidatidosa komplit dan mola
2.1.2 Etiologi
trofoblas.
darah pada stoma vili menjadi jarang dan stroma vili menjadi sembab dan
ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi gizi yang diperlukan tubuh
perkembangan janinnya
akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan
protein dalam makanan mengakibatkan akan lahir lebih kecil dari normal.
Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba
dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya
serta daya tahan tubuh (Mochtar, 2010). Faktor lainnya yang diketahui
masa subur. Efek usia yang sangat jelas terlihat adalah pada wanita yang
berusia lebih dari 45 tahun, ketika frekuensi lesi yang terjadi adalah 10 kali
lipat dari pada lesi yang dapat terjadi pada wanita yang berusia 20-40
b. Riwayat genetik
c.Faktor makanan
Asupan rendah karotene dan rendah lemak hewani dikaitkan
2.1.3 Klasifikasi
klinikopatologi dibagi menjadi dua jenis yaitu mola komplit dan mola
parsial.
atau menggembung.
kadar hCG pasien akan tetap tinggi (terus meningkat) atau ada
( gambar 2.1 )
Ovum dibuahi oleh dua set kromosom haploid paternal. Hal ini
plasenta dengan bayi normal. Kehamilan ganda mola adalah: satu janin
tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola
besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari
mola.
Sel-sel langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dan adanya
sel sinsisial giantik. Pada kasus mola banyak kita jumpa iovarium dengan
kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih (25-60%). Kista lutein akan
atau pembengkakan vili atau degenerasi hidrifilik dari stroma vili dan
hilangnya pembuluh darah stroma vili maka nidasi tidak terjadi. Selain itu sel
mual dan muntah. Pada mola hidatidosa juga terjadi perdarahan pervaginam,
menimbulkan tanda dan gejala yang tidak seperti kehamilan biasa, seperti:
merah terang pada trimester pertama. Tanda ini merupakan tanda yang
5) Pada pemeriksaan USG tampak gambaran badai salju "snow storm" atau
Selain tanda dan gejala seperti yang disebutkan di atas, ada beberapa tanda
lain yang mungkin dapat dilihat oleh tim medis pada wanita yang mengalami
1) Pertumbuhan rahim yang terjadi sangat pesat atau ukuran rahim terlalu
5) Mengalami anemia.
2019,hal: 118).
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
jantung janin.
2.1.7 Penatalaksanaan
segera dikeluarkan.
tirotoksikosis.
1) Koreksi dehidrasi
2) Transfusi darah bila ada anemia ( Hb 8 ggr % atau kurang )
penyakit dalam
1) Vakum kuretase
dilakukan 1 kali saja, asal bersih. Kuret kedua hanya dilakukan bila ada
2) Histerektomi.
Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan
karena umur tua dan paritas tinggi merupakan faktor predisposisi untuk
hanya dilakukan satu kali. Kuret ulangan dilakukan hanya bila ada indikasi
keganasan setelah mola hidatidosa. Tes hCG harus mencapai nilai normal
2.1.9 Komplikasi
c. Infeksi sekunder
2.2.1 Pengkajian
1. Keluhan utama
muntah-muntah
Kaji jumlah paritas ibu, paritas lebih dari 3 perlu diwaspadai karena
mengharapkan anak.
Hal yang perlu dikaji kesehatan suami, apakah suami mengalami infeksi
2. Eliminasi
3. Personal hygicne
setelah kuratese
b) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Biasanya keadaan umum klien akan tampak pucat, lemah, lesu, dan
4 Pemeriksaan abdomen
(Prawirohardio, 2010)
5. Pemeriksaan genetalia
6. Pemeriksaan ekstremitas
ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya akral dingin
akibat syok serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangan dan kaki
c).Pemeriksaan Perunjang
1. Pemeriksaan HCG
2.Pemeriksaan USG
pervaginam
5. Resiko infeksi.
(Nanda, 2017).
5. Membran laboratoriu
mukosa m yang
lembab relavan
dengan
retensi
cairan
(misalnya
penurunan
hemotokrit
4. Monitor
tanda-
tandavital
pasien
5. Monitor
makanan
atau
cairan
yang di
konsumsi
dan hitung
asupan
kalori
harian
6. Berikan
terapi IV
7. Dukung
pasien
dan
keluarga
untuk
membantu
dalam
pemberian
makanan
dengan
baik
Pencegahan
perdarahan
1. Catat
nilai
hemoglobi
n dan
hemtokrin
sebelu
dan
setelsh
pasien
kehilanga
n darah
sesuai
indikasi
2. Monitor
tanda dan
gejala
pendaraha
n menetep
( contoh :
cek
semua
ekresi
darah dan
terlihat
jelas
maupun
yang
tersembun
yi )
3. Monitor
komponen
kaogulasi
darah
( termasuk
protrombin
time (PT),
Partial
Thombopl
astin Time
(PTT),fibri
nogen,
degradasi
fibrin, dan
trombosit
hitung
dengan
cepat.
4. Monitor
tanda-
tanda vital
5. Pertaha
nkan agar
pasien
tetap tirah
baring jika
terjadi
perdaraha
n aktif
6. Ntruksik
an pasien
untuk
meningkat
kan
makanan
yang kaya
vitamin K
diprediksi informasi n
yang perawatan
tentang an dan
intensitas kepercaya
menggunakan an pasien
4) Keluhan mengeni
tentang nyeri,
karasteristik seperti
standar berapa
5) Laporan akan
nyeri/perubaha mengantis
6) Mengekspre ketidaknya
(mis, akibat
gelisah,mereng prosedur
ek, 5. Ajarkan
menangis,was prinsip-
pada) prinsip
7) Perubahan manajeme
menghindari 6. Pilih
nyeri dan
8) Sikap implement
melindungi asikan
yang
beragam
(misalnya,
farmakolo
gi, non
farmakoog
i,
interferson
al) untuk
memfasilit
asi
penurunan
nyeri,
sesuai
dengan
kebutuhan
7. Evaluas
i ke
efektifan
dari
tindakan
mengontro
l nyeri
yang
dipakai
selama
pengkajia
n nyeri
yang
dilakukan
Ketidakseimbangan NOC:Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
kenaikan
berat
badan
5) Berikan
arahan
bila
diperlukan
Monitor Nutrisi
1. Timban
g berat
badan
pasien
2. Monitor
kecendrun
gan turun
dan
naiknya
berat
badan
3. Indentifi
kasi
pertumbuh
an berat
badan
terakhir
4. Monitor
turgor kulit
dan
mobilitas
5. Monitor
adanya
mual
muntah
6. Monitor
adanya
(warna)
pucat,
kemeraha
n dan
jaringan
konjungtiv
a yang
kering
7. Lakuka
pemeriksa
an
laboratoriu
m (Hb,Ht )
darah menghind
uarga
tentang
frekuensi
dan
jumlah
pengulang
an dari
setiap
latihan
Peningkatan
Latihan
1. Gali
hambatan
untuk
melakuka
n latihan
2. Dukung
ungkapan
perasaan
mengenai
latihan
atau
kebutuhan
untuk
melakuka
n latihan
3. Dukung
individu
untuk
memulai
atau
melanjutk
an latihan
4. Lakuka
n latihan
bersama
individu,
jika
diperlukan
5. Libatka
n
keluarga/o
rang yang
memberik
an
perawatan
dalam
merencan
akan dan
meningkat
kan
program
latihan
6. Instruks
ikan
individu
terkaitfrek
uensi,
durasi,
dan
intensitas
program
latihan
yang
diingnkan
7. Monitor
respon
individu
terhadap
program
latihan
8. Sediaka
n umpan
balik
positif
atau
usaha
yang
dilakukan
individu
mengidentifi an
2. Mengetah nutrisi
ui 3. Monitor
terkain gejala
infeksi insfeksi
3. Mampu sistemik
insfeksi membrane
4. Mampu mukosa
menunjukka terhadap
n mencuci kemeraha
tangan n, panas,
untuk drainase
menjegas 5. Monitor
infeksi adanya
kemerahan 6. Dorong
deman cairan
hipotermia istirahat
kestabilan pasien
suhu dan
nafsu gejala
makan infeksi
10. Tid
ak ada
malaise
sistolik n
rentang 4. Dapatk
Afektif normal an
1. Gelisah perilaku
2. Distress yang
3. Ketakutan menunjuk
4. Perasaan kan
5. Marah relaksasi,
6. Menyesal misalnya
7. Perasaan bernapas
takut dalam,me
8. Khawatir nguap,
pernafasa
Fisiologis n perut,
1. Wajah atau
tegang banyanga
2. Peningkatan n yang
keringat menyenan
3. Gemetar/tre gkan
mor 5. Minta
merasaka
n sensasi
yang
terjadi
6. Tunjuka
n dan
praktekan
teknik
relaksasi
pada
pasien
Evalusi
dan
dokument
asikan
respon
terhadap
terapi
relaksasi
Sumber : NANDA International,(2015-2017), NIC-NOC (2016)