Anda di halaman 1dari 45

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Tinjauan Medis

2.1. 1 Defenisi

Mola hidatidosa merupakan pertumbuhan masa jaringan dalam uterus

yang tidak akan berkembang menjadi janin atau bayi dan merupakan hasil

konsepsi yang abnormal. Mola hidatidosa merupakan jenis penyakit

trofoblas gastasional serta merupakan bentuk kanker dari penyakit

trofoblas gastasional yang disebut dengan koriokarsinoma. Massa sel

abnormal tumbuh sebagai kantung berisi cairan (kista) seperti rangkaian

buah anggur, sehingga sering kali disebut sebagai hamil anggur. Sel-sel

abnormal yang disebut dengan “mol” atau benjolan ini kemudian tumbuh

pesat dalam rahim. Kehamilan mola hidatidosa ini terjadi dengan gejala

perdarahan pervaginam pada trimester pertama (Sylvi wafda Nur Amelia,

2019,hal:116).

Mola hidatidosa atau yang disebut juga dengan hamil anggur adalah

suatu bentuk tumor jinak dari sel-sel trofoblas (yaitu bagian dari tepi sel

telur yang kelak terbentuk menjadi ari-ari janin) atau merupakan suatu

hasil pembuahan yang gagal. Jadi dalam proses kehamilannya mengalami

hal yang berbeda dengan kehamilan normal, dimana hasil pembuahan sel
sperma dan sel telur gagal terbentuk dan berubah menjadi gelembung-

gelembung semakin banyak bahkan bisa berkembang secara cepat. Pada

pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar HCG (dengan pemeriksaan

GM titrasi) atau dapat dilihat dari hasil laboratorium beta sub unit HGG

pada ibu hamil tinggi. Pemeriksaan USG kandungan akan terlihat keadaan

kehamilan yang kosong tanpa janin dan tampak gambaran seperti badai

salju dalam bahasa medis disebut "snow storm" (Sukami, 2014).

Mola hidatidosa adalah plasenta viliorialis yang berkembang tidak

sempurna dengan gambaran adanya pembesaran, edema, dan vili

vesikuler sehingga menunjukkan berbagai ukuran trofoblas profileratif

tidak normal. Mola hidatidosa terdiri dari mola hidatidosa komplit dan mola

Hidatidosa parsial, perbedaan antara keduanya adalah berdasarkan

morfologi, gambaran klinik patologi, dan sitogenik (Anwar, 2011).

2.1.2 Etiologi

Menurut Purwaningsih, 2010 penyebab terjadinya mola hidatidosa

adalah Pembengkakan vili (degenerasi pada hidrofibik) dan poliferasi

trofoblas.

Faktor yang dapat menyebabkan mola hidatidosa antara lain:

a. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi

terlambat dikeluarkan. Spermatozoa memasuki ovum yang telah


kehilangan nukleusnya atau ada serum memasuki ovum tersebut

sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan

b. Imunoselektif dari trofoblas, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh

darah pada stoma vili menjadi jarang dan stroma vili menjadi sembab dan

akhirnya terjadi hyperplasia sel-sel trofoblast

c. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, dalam masa kehamilan

keperluan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin dengan keadaan sosial

ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi gizi yang diperlukan tubuh

kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan

perkembangan janinnya

d. Paritas tinggi, ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan

mola hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi.

Secara genetic yang dapat diidentifikasi dan penggunaan stimulan durasi

seperti menotropiris (pergonal).

e. Kekurangan protein, protein adalah zat untuk membangun jaringan

bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, rahim. Keperluan

akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan

protein dalam makanan mengakibatkan akan lahir lebih kecil dari normal.

Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba

dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya

mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit.


Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba yang masuk virulensinya

serta daya tahan tubuh (Mochtar, 2010). Faktor lainnya yang diketahui

adalah sosial ekonomi rendah, keguguran sebelumnya, neoplasma

trofoblastik gestasional sebelumnya, dan usia yang sangat ekstrim pada

masa subur. Efek usia yang sangat jelas terlihat adalah pada wanita yang

berusia lebih dari 45 tahun, ketika frekuensi lesi yang terjadi adalah 10 kali

lipat dari pada lesi yang dapat terjadi pada wanita yang berusia 20-40

tahun (Reeder, 2011).

Menurut Sukarni, 2014 faktor lain yang mempengaruhi wanita untuk

kehamilan mola yaitu berkaitan dengan genetika dan riwayat reproduksi.

Berikut faktor resiko untuk kehamilan mola hidatidosa :

a.Riwayat kehamilan mola hidatidosa sebelumnya

wanita yang pernah mengalami kehamilan mola hidatidosa memiliki

resiko 2 kali lipat dibandingkan dengan yang belum pernah mengalami

kehamilan mola hidatidosa.

b. Riwayat genetik

Terdapat penelitian yang membuktikan bahwa kehamilan mola

hidatidosa memiliki penyebab genetik terkait dengan mutasi gen

c.Faktor makanan
Asupan rendah karotene dan rendah lemak hewani dikaitkan

peningkatan resiko kehamilan mola hidatidosa sempurna, termasuk

juga kekurangan vitamin A.

2.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi mola hidatidosa menurut sylvi wafda, 2019 secara

klinikopatologi dibagi menjadi dua jenis yaitu mola komplit dan mola

parsial.

1) mola hidatidosa komplit

Kasus mola hidatidosa komplit terjadi ketika sel telur yang

kekurangan kromosom pelengkap kemudian dibuahi oleh sperma

haploid, biasanya sel telur tersebut akan mengandung kromosom

x. Duplikasi dari kromosom ini biasanya menghasilkan kariotipe 46,

xx yang berasal dari ayah. Tidak ada janin yang berkembang,

tetapi terdapat plasenta abnormal yang terdiri dari massa jaringan

seperti anggur. selain itu, villi chorionic mengalami pembengkakan

atau menggembung.

Secara klinis, mola hidatidosa komplit dicurigai terjadi pada pasien

dengan uterus lebih besar dari ukuran usia kehamilan normal,

terdapat pendarahan vagina, level hCG berulang-ulang dan

meningkat, adanya preeklamsia pada trimester pertama


(kehamilan terkait hipertensi). selain itu, kadang-kadang juga

terjadi pembesaran ovarium bilateral serta kista luteis sekunder.

Pada hasil tes USG memberikan gambaran badai salju.Sekitar

20% mola hidatidosa komplit memiliki risiko berkembang menjadi

penyakit trofoblas persistent (persistent gestational trophoblastic

disease-PGTD). Dalam kasus ini, setelah dilakukan evakuasi mola,

kadar hCG pasien akan tetap tinggi (terus meningkat) atau ada

bukti metastasis. Sekitar 2-3%, pasien dengan mola komplit

mengalami koriokarsinoma dan trofoblas neoplasma ganas.

( gambar 2.1 )

Gambar 2.1 Mola hidatidosa komplit

2) Mola hidatidosa Parsial


Pada kasus mola hidatidosa parsial, vili tersebar seperti anggur.

Ovum dibuahi oleh dua set kromosom haploid paternal. Hal ini

dapat terjadi ketika dua sperma membuahi ovum tunggal, atau

terjadi ketika sperma diploid membuahi ovum.Selain karena hal

tersebut, dapat juga terjadi ketika sperma haploid membuahi ovum

diploid. Hasil dari kemungkinan-kemungkinan pembuahan tersebut

adalah triploidi dengan 69 kromosom. Karena set kromosom ibu

ada, maka janin dapat berkembang tetapi dengan kondisi cacat

dan dalam jangka panjang kehamilan jarang terjadi lagi. Hanya

ada beberapa vili yang tampak seperti anggur. Koriokarsinoma

adalah bentuk yang langka dari mola sebagian. Sebuah metode

cepat untuk penilaian ploidi pada jaringan molar adalah analisis

cytometric DNA. Teknik ini dapat berfungsi sebagai pelengkap

untuk interpretasi patologis.( gambar 2.2 )

Gambar 2.2 Mola hidatidos parsial


2.1.4 Patofisiologi

Jonjot-jonjot tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan

kista-kista kecil seperti anggur, biasanya didalamnya tidak berisi embrio.

Secara histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada

plasenta dengan bayi normal. Kehamilan ganda mola adalah: satu janin

tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola

besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari

1cm. Mola parliasis adalah bila dijumpai janin dan gelembung-gelembung

mola.

Secara mikroskopik terlihat:

a. Proliferasi dan trofoblas

b. Degenerasi hidropik dari stromavilli dan kesembaban

c.Terlambatatau hilangnya pembuluh darah dan stroma.

Sel-sel langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dan adanya

sel sinsisial giantik. Pada kasus mola banyak kita jumpa iovarium dengan

kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih (25-60%). Kista lutein akan

berangsur-angsur mengecil dan kemudianhilang setelah mola hidatidosa

sembuh (Mochtar, 2010).

Sel telur seharusnya berkembang menjadi janin justru terhenti

perkembangannya karena tidak ada buah kehamilan atau degenerasi sistem


aliran darah terhadap kehamilan pada usia 3-4 minggu. Pada fase ini sel

seharusnya mengalami nidasi tetapi karena adanya poliferasi dari trofoblas

atau pembengkakan vili atau degenerasi hidrifilik dari stroma vili dan

hilangnya pembuluh darah stroma vili maka nidasi tidak terjadi. Selain itu sel

trofoblas juga mengeluarkan hormon HCG yang akan mengeluarkan rasa

mual dan muntah. Pada mola hidatidosa juga terjadi perdarahan pervaginam,

ini dikarenakan poliferasi trofoblas yang berlebihan, pengeluaran darah ini

kadang disertai juga dengan gelembung vilus yang dapat memastikan

dignosis mola hidatidosa (Purwaningsih, 2010).

2.1.5 Manifestasi Klinis

seorang wanita yang mengalami mola hidatidosa akan tampak seperti

wanita yang mengalami proses kehamilan normal pada masa awalnya.

Setelah beberapa waktu kemudian kehamilan ini kemudian akan

menimbulkan tanda dan gejala yang tidak seperti kehamilan biasa, seperti:

1) Terjadinya perdarahan pervaginam dengan warna coklat gelap sampai

merah terang pada trimester pertama. Tanda ini merupakan tanda yang

paling sering dialami.

2) Mual dan muntah, hyperemesis gravidarum.

3) Adanya cairan kista seperti anggur, kista ovarian theca luteal.


4) Adanya tekanan atau sakit di panggul, tetapi jarang terjadi.

5) Pada pemeriksaan USG tampak gambaran badai salju "snow storm" atau

multiple echos pada mola komplit, janin tidak ada.

6) Pada pemeriksaan HCG tampak jumlahnya meningkat secara signifikan.

Selain tanda dan gejala seperti yang disebutkan di atas, ada beberapa tanda

lain yang mungkin dapat dilihat oleh tim medis pada wanita yang mengalami

mola hidatudosa, yaitu:

1) Pertumbuhan rahim yang terjadi sangat pesat atau ukuran rahim terlalu

besar untuk tahap kehamilan.

2) Mengalami tekanan darah tinggi.

3) Preeklamsi yaitu suatu kondisi yang menyebabkan tekanan darah tinggi

dan proteinuria setelah usia kehamilan 20 minggu.

4) Terdapat kista ovarium.

5) Mengalami anemia.

6) Kondisi tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme).(Sylvi Wafda Nur Amelia,

2019,hal: 118).
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Purwaningsih, 2010 ada beberapa pemeriksaan penunjang

yang dapat dilakukan pada pasien mola hidatidosa dengan

1. HCG : Nilai HCG meningkat dari normal nya.

2. Pemeriksaan rontgen : Tidak ditemukan kerangka bayi.

3. Pemeriksaan USG : Tidak ada gambaran janin dan denyut

jantung janin.

4. Uji sonde : Pada hamil mola, sonde mudah masuk,

sedangkan pada kehamilan biasa, ada tahanan dari janin.

2.1.7 Penatalaksanaan

Karena mola hidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak

jarang disertai penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus

segera dikeluarkan.

Terapi mola hidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu :

a.Perbaikan keadaan umum

Adalah transfusi darah untuk mengatasi syok hipovolemik atau anemia,

pengobatan terhadap penyulit, seperti preeklampsi berat atau

tirotoksikosis.

Perbaikan keadaan umum pada pasien mola hidatidosa, yaitu:

1) Koreksi dehidrasi
2) Transfusi darah bila ada anemia ( Hb 8 ggr % atau kurang )

3) Bila ada gejala precklampsia dan hiperemesis gravidarum diobati

sesuai dengan protokol penangan dibagian obstetrik dan gynekologi

4) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsultasikan ke bagian

penyakit dalam

b. Pengeluaran jaringan mola ada 2 cara yaitu :

1) Vakum kuretase

Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum kuretase

tanpa pembiusan, untuk memperbaiki konstraksi diberikan pula

uterotonika. Vakum kuretase dilanjutkan dengan kuratese dengan

menggunakan sendok kuret biasa yang tumpul. Tindakan kuret cukup

dilakukan 1 kali saja, asal bersih. Kuret kedua hanya dilakukan bila ada

indikasi. Sebelum tindakan kuret sebaiknya disediakan darah untuk

menjaga bila terjadi perdarahan yang banyak.

2) Histerektomi.

Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan

cukup mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi adalah

karena umur tua dan paritas tinggi merupakan faktor predisposisi untuk

terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun

dengan anak hidup tiga (Abdul Bari Saifuddin,2011,hal:490).


c.Evakuasi

Pada umumnya evakuasi jaringan mola dilakukan dengan kuret

vakum, kemudian sisanya dibersihkan dengan kuret tajam. Tindakan kuret

hanya dilakukan satu kali. Kuret ulangan dilakukan hanya bila ada indikasi

(Martaadisoebrata, 2007). Segerakan lakukan evakuasi jaringan mola dan

sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin

dalam 500 ml NS atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit

(sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas

kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat) (Saifuddin, 2014).

2.1.8 Pemeriksaan Tindak Lanjut

Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan

keganasan setelah mola hidatidosa. Tes hCG harus mencapai nilai normal

8 minggu setelah evakuasi. Lama pengawasan berkisar satu tahun, untuk

tidak mengajaukan pemeriksaan selama periode ini pasien dianjurkan

untuk tidak hamil dulu dengan menggunakan kondom, diafragma, atau

pantang berkala.(Sarwono Prawirahardjo, 2011,hal:490).

2.1.9 Komplikasi

a. Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong

dapat akibat fatal


b. Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia

c. Infeksi sekunder

d. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan

e. Menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18-20% kasus, akan menjadi

moladestruens atau kariokarsinoma. (Mochtar. 2010).

2.2. Teoritis Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

a). Identitas pasien

Seperti : nama, umur, pendidikan, status pernikahan, pekerjaan, alamat

b). Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama

Biasanya klien datang dengan keluhan nyeri atau kram perut

disertai dengan perdarahan pervaginam, keluar secretpervaginam,

muntah-muntah

2. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya keluhan pasien akan mengalami perdarahan

pervaginamdiluar siklus haidnya, terjadi pembesaran

uterus lebih besar dari usia kehamilan


3.Riwayat kesehatan dahulu

Kaji jumlah paritas ibu, paritas lebih dari 3 perlu diwaspadai karena

semakin banyak anak keadaan rahim ibu akan semakin

melemah.Ibumultipara cenderung beresiko terjadinya kehamilan

mola hidatidosa karena trauma kelahiran.

4. Status obstetri ginekologi

a. Usia saat hamil, sering terjadi pada usia produktif 25 - 45 tahun,

berdampak bagi psikososial, terutama keluarga yang masih

mengharapkan anak.

b. Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses

persalinan di petugas kesehatan atau di dukun, melakukan

persalinan secara normal atau operasi.

c. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.

d. Adanya keluhan haid, keluamya darah haid dan bau yang

menyengat. Kemungkinan adanya infeksi.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Hal yang perlu dikaji kesehatan suami, apakah suami mengalami infeksi

systemurogenetalia, dapat menular pada istri dan dapat mengakibatkan

infeksi pada celvix.

a) Pola aktivitas schari- hari


1. Pola nutrisi

Biasanya pada klien mola hidatidosa terjadi penurunan nafsu makan,

karena pasien biasanya akan mengalami mual dan muntah akibat

peningkatan kadar hCG dalam tubuh.

2. Eliminasi

Biasanya pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap

konstipasi itu diakibatkan karena penurunan peristaltik usus,

imobilisasi, obat nyeri, adanya intake makanan dan cairan

yangkurang. Sehingga tidak ada rangsangan dalam pengeluaran

feces.Pada BAK klien mengalami output urine yang menurun <

1500ml/hr, karena intake makanan dan cairan yang kurang.

3. Personal hygicne

Biasanya akibat banyak nya perdarahan yang dialami pasien akan

mengalami kelemahan fisik, pasien akan mengalami pusing dan dapat

mengakibatkan pembatasan gerak, takut mlakukan aktivitas, karena

kemungkinan akan timbul nya nyeri, sehingga dalam personal hygiene

tergantung pada orang lain.

4. Pola aktivitas (istirahat tidur)

Biasanya terjadi gangguan istirahat, nyeri akibat luka post op atau

setelah kuratese
b) Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

Biasanya keadaan umum klien akan tampak pucat, lemah, lesu, dan

tampak mual atau muntah

2. Pemeriksaan kepala dan leher

Biasanya muka dan mata pucat, conjungtiva anemis

3. Pemeriksaan leher dan thorak

Tanda-tanda mola hidatidosa tidak dapat di identifikasikan

melaluileher dan thorax

4 Pemeriksaan abdomen

Biasanya hampir 50 % pasien mola hidatidosa uterus lebih besar dari

yang diperkirakan dari lama nya amenore.Pada 25% pasien uterus

lebih kecil dari yang diperkirakan.Bunyi jantung janin tidak ada.

(Prawirohardio, 2010)

5. Pemeriksaan genetalia

Biasanya sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan

genetalia eksterma dapat ditemukan adanya perdarahan pervaginam.

6. Pemeriksaan ekstremitas
ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya akral dingin

akibat syok serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangan dan kaki

c).Pemeriksaan Perunjang

1. Pemeriksaan HCG

2.Pemeriksaan USG

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

pervaginam

2. Nveri berhubungan dengan perdarahan, proses penjalaran penyakit

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut, mual sekunder

akibat peningkatan kadar HCG

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai darah ke otak dan suplai nutrisi ke jaringan

5. Resiko infeksi.

6.Ansietas berhubungan dengan perubahan fungsi peran

(Nanda, 2017).

2.2.3 Perencanaan Keperawatan


Diagnosa dan Perencanaan Keperawatan NANDA Internasional (2015-

2017), NIC-NOC (2016)

Diagnosa Keperawatan NOC NIC


Kekurangan volume NOC:Setelah dilakukan Manajemen cairan

cairan berhubungan tindakan keperawatan 1. Jaga

dengan perdarahan pasien menunjukkan intake

pervaginam keseimbangan cairan atau

dengan kriteria hasil: asupan

Defenisi : penurunan 1. Tekanan yang

cairan intravaskuler, darah dalam akurat

intertisial,dan atau rentang dengan

intarselular. Ini mengacu normal catat

pada dehitrasi, kehilangan (110-130 output

cairan saja tanpa mmHg) pasien

perubahan kadar natrium 2. Keseimba 2. Monitor

ngan intake status

Batasan karakteristik : dan output hidrasi

1) Kelemahan dalam 24 ( misalnya

2) Kulit kering jam tidak ,

3) Membran terganggu membrane

mukosa kering 3. Hemotok mukosa

4) Peningkatan rit dalam lembab,


hematokrit rentang denyut

5) Penurunan normal ( 37- nadi

tekanan darah 43% ) adekuat )

6) Penurunan 4. Turgor 3. Monitor

turgor kulit kulit baik hasil

5. Membran laboratoriu

mukosa m yang

lembab relavan

dengan

retensi

cairan

(misalnya

penurunan

hemotokrit

4. Monitor

tanda-

tandavital

pasien

5. Monitor

makanan

atau
cairan

yang di

konsumsi

dan hitung

asupan

kalori

harian

6. Berikan

terapi IV

7. Dukung

pasien

dan

keluarga

untuk

membantu

dalam

pemberian

makanan

dengan

baik

Pencegahan

perdarahan
1. Catat

nilai

hemoglobi

n dan

hemtokrin

sebelu

dan

setelsh

pasien

kehilanga

n darah

sesuai

indikasi

2. Monitor

tanda dan

gejala

pendaraha

n menetep

( contoh :

cek

semua

ekresi
darah dan

terlihat

jelas

maupun

yang

tersembun

yi )

3. Monitor

komponen

kaogulasi

darah

( termasuk

protrombin

time (PT),

Partial

Thombopl

astin Time

(PTT),fibri

nogen,

degradasi

fibrin, dan
trombosit

hitung

dengan

cepat.

4. Monitor

tanda-

tanda vital

5. Pertaha

nkan agar

pasien

tetap tirah

baring jika

terjadi

perdaraha

n aktif

6. Ntruksik

an pasien

untuk

meningkat

kan

makanan
yang kaya

vitamin K

Nyeri akut berhubungan NOC : setelah Manajemen nyeri

dengan perdarahan, dilakukan tindakan 1. Lakuka

proses perjalanan keperawatan pasien n

penyakit mampu mengontrol pengkajia

nyeri dengan kriteria n nyeri

Defenisi : pengalaman hasil : secara

sensori dan emosional 1. Nyeri komprehe

tidak menyenangkan yang terkontrol nsif yang

muncul akibat kerusakan 2. Mampu meliputi

jaringan aktual atau memutuska lokasi,

potensial atau yang n tindakan karakterist

digambarkan sebagai untuk ik, durasi,

kerusakan ; awitan yang memberikan frekuensi,

tiba-tiba atau lambat dari kenyamana kualitas,

intensitas ringan hingga n dan berat

berat dengan akhir yang 3. Mampu nya nyeri

dapat di antisipsi atau menerima 2. Pastika

diprediksi informasi n
yang perawatan

Batasan karakteristik : disediakan analgetik

1) Ekspresi untuk bagi

wajah nyeri mengurangi pasien

(mis, mata nyeri dilakukan

kurang 4. Mampu dengan

bercahaya, mengambil pemantau

meringis ) tindakan an yang

2) Fokus pada untuk ketat

diri sendiri mengurangi 3. Gali

3) Keluhan nyeri pengetahu

tentang an dan

intensitas kepercaya

menggunakan an pasien

standar skala mengenai

nyeri (mis, nyeri

skala Wong 4. Berikan

Baker FACES ) informasi

4) Keluhan mengeni

tentang nyeri,

karasteristik seperti

nyeri dengan penyebab


menggunakan nyeri,

standar berapa

instrumen nyeri lama nyeri

5) Laporan akan

tentang prilaku dirasakan,

nyeri/perubaha mengantis

n aktivitas ipasi dari

6) Mengekspre ketidaknya

sikan prilaku manan

(mis, akibat

gelisah,mereng prosedur

ek, 5. Ajarkan

menangis,was prinsip-

pada) prinsip

7) Perubahan manajeme

posisi untuk n nyeri

menghindari 6. Pilih

nyeri dan

8) Sikap implement

melindungi asikan

area nyeri. tidakan

yang
beragam

(misalnya,

farmakolo

gi, non

farmakoog

i,

interferson

al) untuk

memfasilit

asi

penurunan

nyeri,

sesuai

dengan

kebutuhan

7. Evaluas

i ke

efektifan

dari

tindakan

mengontro

l nyeri
yang

dipakai

selama

pengkajia

n nyeri

yang

dilakukan
Ketidakseimbangan NOC:Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi

nutrisi kurang tindakan keperawatan, 1) Tentuka

darikebutuhan tubuh pasien mampu n jumlah

berhubungan dengan menunjukkan kalori dan

penurunan asupan oral, keseimbangan nutrisi jenis

mual sekunder akibat tidak terganggudengan nutrisi

peningkatan kadar hCG kriteria hasil : yang

1.Nafsu Makan : dibutuhka

Defenisi : Asupan nutrisi Indicator : n untuk

tidak cukup untuk a. Keinginan memenuhi

memenuhi kebutuhan untuk persyarata

metabolic. makan tidak n gizi

a) Bising usus terganggu 2) Lakuka

hiperaktif b. Rangsan n atau

b) Cepat ga untuk bantu


makan tidk pasien
kenyang
terganggu terkait
setelah makan
2.Status Nutrisi : dengan
c) Kurang
Asupan makanan & perawatan
informasi
cairan mulut
d) Kurang
Indikator : sebelum
minat pada
a. Asupan makan
makanan
makanan 3) Monitor
e) Membrane
secara oral kalori dan
mukosa pucat
tidak asupan
f) Nyeri
terganggu makanan
abdomen
b. Asupan 4) Monitor
g) Penurunan
cairan kecendrun
berat badan
secara oral gan
dengan asupan
tidak terjadinya
makanan
terganggu penurunan
adekuat
dan

kenaikan

berat

badan

5) Berikan

arahan
bila

diperlukan

Monitor Nutrisi

1. Timban

g berat

badan

pasien

2. Monitor

kecendrun

gan turun

dan

naiknya

berat

badan

3. Indentifi

kasi

pertumbuh

an berat

badan

terakhir

4. Monitor
turgor kulit

dan

mobilitas

5. Monitor

adanya

mual

muntah

6. Monitor

adanya

(warna)

pucat,

kemeraha

n dan

jaringan

konjungtiv

a yang

kering

7. Lakuka

pemeriksa

an

laboratoriu
m (Hb,Ht )

Intoleransi aktivitas NOC:Setelah dilakukan Peningkatan

berhubungan dengan tindakan mekanika tubuh

ketidakseimbangan kperawatan,pasien 1. Kaji

antara suplai darah ke mampu menunjukkan komitmen

otakdan suplai nutrisi toleransi terhadap pasien

kejaringan aktivitas dengan untuk

kriteriaa hasil : berjalan

Defenisi : 1. Frekuensi dan

Ketidakcakupan energy nadi saat mengguna

psikologis atau fisiologis beraktivitas kan postur

untuk mempertahankan tidak tubuh

atau menyelesaikan terganggu yang

aktivitas kehidupan (80-100 benar

sehari-hari yang harus kali/menit) 2. Bantu

atau yang ingin dilakukan 2. Tekanan untuk

darah menghind

Batasan Karakteristik sistolik ari duduk

1) Dispnea dalam dalam


setelah posisi
beraktivitas
beraktivitas yang
tidak
2) Ketidaknyam sama
terganggu
anan setelah dalam
(110-140
beraktivitas jangka
mmHg)
3) Keletihan waktu
3. Tekanan
4) Respon yang lama
darah
tekanan darah 3. Instruks
diastolik
abnormal ikan
dalam
terhadap pasien
beraktivitas
aktivitas untuk
tidak
menggera
terganggu
kkan kaki
(75-85
terlebih
mmHg)
dahulu
4. Frekuensi
kemudian
pernafasan
badan
ketika
ketik
beraktivitas
memulai
tidak
berjalan
terganggu
dari posisi
(12-20
berdiri
4. Edukasi
kali/menit)
pasien/kel

uarga

tentang

frekuensi

dan

jumlah

pengulang

an dari

setiap

latihan

Peningkatan

Latihan

1. Gali

hambatan

untuk

melakuka

n latihan

2. Dukung

ungkapan
perasaan

mengenai

latihan

atau

kebutuhan

untuk

melakuka

n latihan

3. Dukung

individu

untuk

memulai

atau

melanjutk

an latihan

4. Lakuka

n latihan

bersama

individu,

jika

diperlukan

5. Libatka
n

keluarga/o

rang yang

memberik

an

perawatan

dalam

merencan

akan dan

meningkat

kan

program

latihan

6. Instruks

ikan

individu

terkaitfrek

uensi,

durasi,

dan

intensitas

program
latihan

yang

diingnkan

7. Monitor

respon

individu

terhadap

program

latihan

8. Sediaka

n umpan

balik

positif

atau

usaha

yang

dilakukan

individu

Risiko infeksi NOC:Setelah dilakukan Kontrol infeksi

tindakan keperawatan 1. Cuci

Defenisi: Rentan pasien mampu tangan


mengalami invasi dan mengontrol infeksi, setiap dan

mutiplikasi organisasi dengan kriteria hasil : sebelum

potogenik yang dapat tindakan

mengganggu kesehatan. 1. Mampu keperawat

mengidentifi an

kasi factor 2. Tingkat

risiko infeksi kan intake

2. Mengetah nutrisi

ui 3. Monitor

konsekuensi tanda dan

terkain gejala

infeksi insfeksi

3. Mampu sistemik

mengidentifi dan lokal

kasi tanda 4. Inspeksi

dan gejala kulit dan

insfeksi membrane

4. Mampu mukosa

menunjukka terhadap

n mencuci kemeraha

tangan n, panas,

untuk drainase
menjegas 5. Monitor

infeksi adanya

5. Tidak ada luka

kemerahan 6. Dorong

6. Tidak ada masukan

deman cairan

7. Tidak ada 7. Dorong

hipotermia istirahat

8. Tidak ada 8. Ajarka

kestabilan pasien

suhu dan

9. Tidak ada keluarga

kehilangan tanda dan

nafsu gejala

makan infeksi

10. Tid

ak ada

malaise

Ansietes berhubungan NOC:Setelah dilakukan Terapi Relaksasi :

dengan perubahan tindakan 1. Tentuka

fungsi peran kerperawatan ,pasien n apakah


Defenisi :Perasaan tidak menunjukan cemas ada

nyaman atau berkurang dengan intervensi

kekhawatiran yang samar tanda vital dalam relaksasi

disertai respon autonom rentang normal dengan dimasa

(sumber sering kali tidak kateria hasil : lalu yang

spesifik atau tidak sudah

diketahui oleh individu) 1. Suhu memberik

perasaan takut yang tubuh dalam an

disebabkan oleh antisipasi rentang manfaat

terhadap bahaya. normal 2. Berikan

Perasaan ini merupakan 2. Tingkat deskripsi

isyarat kewspadaan yang pernapasan detail

memperingatkan bahaya dalam terkait

yang akan terjadi dan rentang intervensi

memampukan individu Normal relaksasi

melakukan tindakan untuk 3. Tekanan yang dipiih

menghadapi ancaman darah 3. Ciptaka

sistolik n

Batasan Karakteristik dalam lingkunga

perilaku rentang n yang

1. Penurunan normal tenang

produktivitas 4. Tekanan dan tanpa


2. Mengekpresi darah distraksi

kan diastolik dengan

kekhawatiran dalam lampu

akibat rentang yang

perubahan normal redup dan

dalam 5. Tekanan suhu

peristiwa hidup nadi dalam lingkunga

3. Gelisah rentang n yang

4. Insomnia normal nyaman

5. Kontak mata 6. Kedalama ,jika

buruk n inspirasi memungki

6. Resah dalam nkan

rentang 4. Dapatk

Afektif normal an

1. Gelisah perilaku

2. Distress yang

3. Ketakutan menunjuk

4. Perasaan kan

tidak adekuat terjadinya

5. Marah relaksasi,

6. Menyesal misalnya

7. Perasaan bernapas
takut dalam,me

8. Khawatir nguap,

pernafasa

Fisiologis n perut,

1. Wajah atau

tegang banyanga

2. Peningkatan n yang

keringat menyenan

3. Gemetar/tre gkan

mor 5. Minta

4. Suara klien untuk

bergetar rileks dan

merasaka

n sensasi

yang

terjadi

6. Tunjuka

n dan

praktekan

teknik

relaksasi

pada
pasien

Evalusi

dan

dokument

asikan

respon

terhadap

terapi

relaksasi
Sumber : NANDA International,(2015-2017), NIC-NOC (2016)

Anda mungkin juga menyukai