Anda di halaman 1dari 14

Tugas Keperawatan Gerontik

Pokok bahasan: Konsep Lansia

Kelompok 6 : 1. Ai Saidah (KHGA18092)

2. Ai Hopi Lestari (KHGA18091)

3. Nenaz Naziah (KHGA18109)

4. Siti Hikmawati (KHGA18122)

Kelas/Prodi : 3C/DIII Keperawatan

1. Definisi lansia menurut para ahli:


Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki tahapan
akhir dari fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan
mengalami suatu proses yang disebut Aging Process atau proses
penuaaan.(Wahyudi, 2008).
Lansia merupakan keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup
serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).
Setiap orang menua dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan
waktu dan riwayat hidupnya. Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu
perawat harus memberikan pendekatan yang berbeda antara satu lansia
dengan lansia lainnya (Potter & Perry, 2009).
Usia lanjut dapat dikatakan usia emas karena tidak semua orang
dapat mencapai usia tersebut, maka orang berusia lanjut memerlukan
tindakan keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar
ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna
dan bahagia (Maryam dkk, 2008:32).
Lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan
fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup.
Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia
mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi
hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan
memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia
yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru
dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004).
Lansia (lanjut usia) menurut UU no 4 tahun 1965 adalah seseorang
yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain
(Wahyudi, 2000).
Menurut UU no.12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia (lanjut
usia) adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos,
1999). Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu
kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan
proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
2. Batasan usia lansia menurut para ahli:
a. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahap yakni :
1) Usia pertengahan (middle age), yaitu 45-49 tahun.
2) Lanjut usia (elderly), yaitu 60-74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old), yaitu 75-90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old), yaitu di atas 90 tahun.
b. Menurut Prof. Dr. dr. Koesoemanto Setyonegoro, Sp.KJ., lansia (usia
lebih dari 70 tahun), terbagi menjadi:
1) Usia 70-75 tahun (young old).
2) Usia 75-80 tahun (old).
3) Usia lebih dari 80 tahun (very old).
c. Menurut Hurlock (1979), perbedaan lansia terbagi dalam dua tahap,
yakni:
1) Early old age(usia 60-70 tahun).
2) Advanced old age(usia 70 tahun ke atas).
d. Menurut Burnside (1979), ada empat tahap lansia, yakni:
1) Young old(usia 60-69 tahun)
2) Middle ageold(usia 70-79 tahun)
3) Old-old (usia 80-89 tahun)
4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas)
e. Menurut Depkes RI batasan lansia terbagi dalam empat kelompok
yaitu:
1) pertengahan umur usia lanjut (virilitas) yaitu masa persiapan usia
lanjut yangmenampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa
antara 45-54 tahun.
2) Usia lanjut dini (prasenium) yaitu kelompok yang mulai memasuki
usia lanjut antara 55-64 tahun.
3) Kelompok usia lanjut (senium) usia 65 tahun ke atas dan usia
lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari
70 tahun atau kelompok usialanjut yang hidup sendiri, terpencil,
tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat.
f. Menurut Setyonegoro, batasan lansia adalah sebagai berikut :
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun
2) Usia dewasa penuh (medlle years) atau maturitas usia 25-60/65
tahun
3) Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas :Young
old (usia 70-75), Old (usia 75-80), Very old (usia >80 tahun).

Menurut para ahli, batasan lansia di Indonesia adalah 60


tahun ke atas. Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat
2, bahwa yang disebut dengan lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun keatas, baik pria maupun wanita (Nugroho,
2014).

3. Perbedaan teori menua menurut:


a. Biologis
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa
proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan
fungsi tubuh selama masa hidup. Teori ini lebih menekankan pada
perubahan kondisi tingkat structural sel/ organ tubuh, termasuk
didalamnya adalah pengaruh agen patologis. Fokus dari teori ini
adalah mencari determinan-determinan yang menghambat proses
penurunan fungsi organisme. Yang dalam konteks sistemik, dapat
mempengaruhi/ memberi dampak terhadap organ/ sistem tubuh
lainnya dan berkembang sesuai dengan peningkatan usia kronologis.
Teori Biologis mencakup teori genetik, teori somatik, teori sistem
imun, teori metabolism, serta teori radikal bebas.
1) Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik
untuk spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai jam
genetik di dalam inti sel yang telah berputar menurut replikasi
tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan
replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsepini bila jam
kita itu berhenti akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai
kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir (Darmojo dan
Martono, 2004).
2) Teori Somatik (Teori Error Catastrophe)
Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam
menganalisisfaktor-faktor penyebab terjadinya proses menua
adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi
somatik. Diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat
memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang
progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan fungsional sel tersebut (Darmojo dan
Martono, 2004).
3) Rusaknya Sistem Imun Tubuh
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca
translasi, dapat menyebabkan kemampuan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri.
Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa
autoimun. Selain itu, sistem imun tubuh sendiri daya
pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya
serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel
kanker leluasa membelah-belah. Inilah yang menyebabkan
terjadinya kanker meningkat sesuai meningkatnya umur (Darmojo
dan Martono, 2004).
4) Teori Menua Akibat Metabolisme
Pentingnya metabolisme sebagai faktor penghambat umur
panjang, dimana terdapat hubungan antara tingkat metabolisme
dengan panjang umur. Mamalia yang dirangsang untuk hibernasi,
selama musim dingin ditempatkan pada temperaturyangrendah
tanpa dirangsang berhibernasi, metabolismenya meningkat dan
berumur lebih pendek. Walaupun umurnya berbeda, namun
jumlah kalori yang dikeluarkan untuk metabolisme selama hidup
adalah sama (Darmojo dan Martono, 2004).
5) Kerusakan akibat Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, dan di dalam
tubuh jika fagosit dipecah, dan sebagai produksampingan di dalam
rantai pernafasan di dalam mitokondria. Radikal bebas yang
terbentuk tersebut adalah: (1) Superoksida (O2), (2) Hidroksil
(OH), dan juga (3) Perioksida hidrogen (H2O2). Radikal bebas
bersifat merusak, karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi
dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh, seperti membrane
sel, dan dengan gugus SH (Darmojo dan Martono, 2004).
b. Teori Sosiologis
Teori perubahan sosial menjelaskan tentang lansia yang mengalami
penurunan dan penarikan diri terhadap sosialisasi dan partisipasi ke
dalam masyarakat.
1) Teori Aktivitas
Teori ini menyatakan keaktifan lansia dalam melakukan
berbagai jenis kegiatan yang merupakan indikator suksesnya
lansia. Lansia yang aktif, banyak bersosialisasi di masyarakat
serta lansia yang selalu mengikuti kegiatan sosial merupakan poin
dari indikator kesuksesan lansia. Lansia yang ketika masa
mudanya merupakan tipe yang aktif, maka di masa tuanya lansia
akan tetap memelihara keaktifannya seperti peran lansia dalam
keluarga maupun masyarakat di berbagai kegiatan sosial
keagamaan. Apabila lansia tidak aktif dalam melakukan kegiatan
dan perannya di masyarakat maupun di keluarga, maka sebaiknya
lansia mengikuti kegiatan lain atau organisasi yang sesuai dengan
minat dan bakatnya.
2) Teori Kontinuitas
Teori ini menekankan bahwa perubahan ini dipengaruhi
oleh jenis kepribadian lansia tersebut. Dalam teori ini lansia akan
tetap memelihara identitas dan kekuatan egonya karena tipe
kepribadiannya yang aktif dalam bersosialisasi.
4. Masalah kesehatan yang cenderung dialami pada lansia:
Masalah umum yang dialami lanjut usia yang berhubungan dengan
kesehatan fisik, yaitu rentannya terhadap berbagai penyakit, karena
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar.
Ditemukan bahwa lanjut usia menderita berbagai penyakit yang
berhubungan dengan ketuaan antara lain diabetes melitus, hipertensi,
jantung koroner, rematik dan asma sehingga menyebabkan aktifitas
bekerja terganggu. Penurunan kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada
kondisi psikis. Berikut beberapa masalah kesehatan yang cenderung
dialami lansia:
a. Osteoporosis
Salah satu masalah kesehatan usia tua yang yang paling sering
dialami para lansia adalah kondisi tulang yang menjadi sangat rapuh
dikarenakan kepadatan tulang berkurang. Rapuhnya tulang pada lansia
kemudian dapat menyebabkan tubuh kehilangan keseimbangan,
rentang mengalami memar, dan risiko mengalami patah tulang semakin
besar. Osteoporosis juga seringkali ditemukan terjadi pada wanita yang
telah memasuki fase menopause. Untuk mencegah masalah usia tua ini
dapat dilakukan dengan menambah asupan vitamin D dan kalsium
serta melakukan olahraga yang dapat meningkatkan kekuatan tulang.
b. Masalah Penglihatan
Memasuki usia 50 tahun, penurunan dan kerusakan fungsi mata
menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling umum terjadi pada
lansia. Salah satu penyakit mata yang biasanya menyerang lansia
adalah glaukoma. Glaukoma merupakan kondisi peningkatan tekanan
zat cair pada bola mata yang kemudian menyebabkan kerusakan saraf
optik. Pada kondisi buruk glaukoma dapat menyebabkan kebutaan.
c. Penyakit Alzheimer
Alzheimer adalah salah satu penyakit yang rentan menyerang
lansia dan merupakan kondisi kepikunan yang cukup serius. Mereka
yang terserang Alzheimer memiliki kemampuan dalam mengingat dan
berpikir yang rendah. Gangguan kognitif atau demensia pun
merupakan gangguan yang sering terjadi seiring bertambahnya usia.
Kondisi ini dapat menyebabkan hilangnya kemampuan daya ingat.
Untuk mencegah penyakit tersebut beberapa aktivitas seperti
membaca, bermain teka-teki, dan belajar bahasa baru dinilai membantu
menghindari seseorang dari kepikunan.
d. Arthritis (Nyeri Sendi)
Di usia tua adanya rasa nyeri pada berbagai sendi seperti jari,
pinggul, lutut, pergelanga tangan, dan tulang punggung umum terjadi.
Kondisi nyeri sendi merupakan penyakit arthritis yang bisa dicegah
dengan melakukan olahraga teratur dan menjaga berat badan.
e. Gangguan Metabolisme Tubuh
Buruknya metabolisme tubuh dapat menyebabkan terjdinya
obesitas atau kondisi berat badan belebih pada lansia. Selain obesitas,
terganggunya metabolisme tubuh dapat menimbulkan penyakit kronis
seperti diabetes, penyakit jantung, kanker, dan tekanan darah tinggi.
Untuk mengatasinya sangat disarankan untuk mengontrol asupan
makanan dan olahraga teratur sehingga dapat mengurangi terjadinya
komplikasi masalah kesehatan usia tua.
f. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Tekanan darah tinggi atau hipertemsi merupakan masalah
kesehatan yang seringkali dialami lansia. Faktanya semakin bertambah
usia, tekanan darah akan cenderung meningkat. Hal ini merupakan
proses alami pada tubuh. Namun penting untuk diketahui jika
hipertensi dibiarkan maka dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain
seperti penyakit jantung dan stroke. Untuk mengatasi kemungkinan
terkena hipertensi yaitu dengan mengurangi asupan garam, berolahraga
secara teratur, mengontrol berat badan, menghindari stress, dan tidak
merokok.
g. Diabetes
Masalah kesehatan usia tua selanjutnya adalah diabetes mellitus
tipe 2. Faktanya diabetes dapat terjadi kepada siapa saja, wanita atau
pria, muda maupun tua. Diabetes terjadi dikarenakan adanya
peningkatan kadar gula darah. Kondisi ini membuat lansia dianjurkan
untuk melakukan pengontrolan gula darah secara teratur. Diabetes
dapat dicegah dengan mengurangi konsumsi gula pada makanan dan
juga minuman, mengurangi konsumsi nitrat, nitrit, dan nitrosamine
pada makanan olahan.
h. Malnutrisi
Faktor fisiologis seperti fungsi indera pengecapan dan pembauan,
kesulitan mengunyah, gangguan usus dan pencernaan lainnya
cenderung akan menurun pada lansia. Kondisi ini kemudian dapat
memengaruhi napsu makan yang menyebabkan kurangnya asupan
makanan bagi tubuh. Kondisi malnutri dapat memengaruhi faktor
kesehatan secara keseluruhan dan melemahkan sistem kekebalan
tubuh terutama bagi para lansia.
i. Insomnia (Sulit Tidur)
Masalah kesehatan usia tua ini seringkali dialami oleh para lansia
dikarenakan banyaknya hal atau beban yang dipikirkan. Stres belebih
ini kemudian dapat membuat tubuh terjaga semalaman tanpa isirahat
cukup dan membuat tubuh rentan terkena penyakit. Insomnia dapat
diatasi melakukan meditasi agar beban pikiran dapat berkurang.
5. Pendekatan yang bisa dilakukan pada lansia secara:
a. Fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan,
kejadian-kejadian yang dialami pasien lanjut usia semasa hidupnya,
perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa
dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau
ditekan progresivitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi pasien lanjut usia dapat dibagi
atas dua bagian, yakni :
1) Pasien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk
kebutuhan sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
2) Pasien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang
keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus
mengetahui dasar perawatan pasien lanjut usia ini terutama tentang
hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk
mempertahankan kesehatannya. kebersihan perorangan (personal
hygiene) sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya
peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila
kebersihan kurang diperhatikan.
b. Psikis
Perawat harus mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada pasien lanjut usia, perawat dapat berperan
sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing dan
sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknnya memiliki kesabaran
dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup
banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan. Perawat harus selalu
memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik, dan service.
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka
terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan
bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah
pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak
menambah beban, bila perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini
mereka dapat merasa puas dan bahagia.
c. Sosial

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah


satu upaya perawat dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan
untuk berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia berarti
menciptakan sosialisasi mereka. Perawat memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada para lajut usia untuk mengadakan
komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan pagi, menonton
film, atau hiburan-hiburan lain.

Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar,


seperti menonton tv, mendengar radio, atau membaca majalah dan
surat kabar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam
perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis
dalam proses penyembuhan atau ketenangan para pasien lanjut usia.

6. Perbedaan tempat pelayanan lansia, berupa:


a. Layanan sosial di keluarga
Pelayanan di keluarga sendiri adalah bentuk pelayanan sosial bagi
lansia yang dilakukan di rumah atau di dalam keluarga sendiri.
Tujuannya untuk membantu keluarga dalam mengatasi permasalahan
yang dihadapi anggotanya untuk memenuhi kebutuhan dan
memecahkan masalah lansia sekaligus memberi kesempatan kepada
lansia untuk tetap tinggal dalam keluarganya.
Sasaran pelayanannya adalah lansia yang mengalami masalah yang
tidak dapat diatasi sendiri dan/atau oleh keluarga seperti masalah
mobilitas, kesehatan dan lain-lain, sehingga membutuhkan pelayanan
dari pihak lain. Pelayanan tersebut bisa diberikan oleh perseorangan,
keluarga, kelompok, lembaga/orsos/yayasan, dunia usaha dan
pemerintah. Jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa bantuan
makanan (menyiapkan dan memberikan makanan), bantuan aktivitas
sehari-hari, bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan,
pendampingan rekreasi, konseling dan rujukan. Pelayanan diberikan
secara kontinu setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, sepanjang
lansia atau keluarganya membutuhkan. Pelayanan dapat bersifat suka
rela, dan atas dasar kemanusiaan dan keagamaan, dapat juga bersifat
komersil balas jasa. Pelaksana pelayanannya yaitu keluarga sendiri,
pekerja sosial, pramuwerdha, pramu lansia petugas lembaga, relawan
dan lain-lain yang merupakan utusan dari lembaga-lembaga tersebut.
b. Pelayanan Sosial Lansia Melalui Keluarga Pengganti (foster Care
Service)
Pelayanan sosial lansia melalui keluarga pengganti adalah
pelayanan sosial kepada lansia di luar keluarga sendiri dan di luar
lembaga dalam arti lansia tinggal bersama keluarga lain/pengganti
karena keluarganya tidak dapat memberikan pelayanan yang
dibutuhkannya atau ia berada dalam kondisi terlantar. Pelayanan ini in
terutama oleh keluarga pengganti dengan asumsi mereka kesediaan
bersedia untuk memberikan pelayanan. Tujuannya utuk membantu
memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi
lansia dan keluarganya.
Sasaran pelayanannya adalah lansia terlantar atau lansia yang
karena satu dan lain hal tidak dapat dilayani oleh keluarga sendiri
termasuk lansia yang diterlantarkan.
Jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa bantuan makanan
(menyiapkan dan memberikan makanan), peningkatan gizi bantuan
aktivitas sehari-hari, bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan,
pendampingan rekreasi, dan konseling, olah raga (senam lansia)
pelayanan mental spiritual, rujukan dan memberikan informasi dan
melatih anggota keluarga bagaimana memberikan pelayanan terhadap
lansia. Pelayanan diberikan secara kontinu/berkala setiap hari, setiap
minggu, setiap bulan, sepanjang lansia/keluarganya membutuhkan.
Pelayanan dapat bersifat suka rela (atas dasar kemanusiaan dan
keagamaan), dapat juga bersifat komersil/balas jasa. Untuk pelaksana
pelayanannya yaitu keluarga pengganti, pekerja sosial, pramuwerdha,
pramu lansia petugas lembaga, relawan dan lain-lain yang merupakan
utusan dari lembaga-lembaga tersebut.
c. Pusat Santunan Keluarga (Home Care Service)
Pusat santunan keluarga adalah Pelayanan terhadap lanjut usia
kurang mampu/terlantar dengan memberikan pelayanan permakanan
siap saji/siap santap dan pembimbing rohani serta sosial, guna
pemenuhan kebutuhan hidupnya secara layak. Pusat santunan keluarga
adalah melakukan pelayanan kebutuhan lansia di rumah/di luar panti
dalam hal kebutuhan dasar dan layanan kegiatan sehari-hari. Program
ini mempunyai sasaran 25 klien yang mempunyai keterbatasan
mobilitas (gerak) dan sudah tidak potensial.
Pusat santunan keluarga adalah melakukan pelayanan kebutuhan
lansia di rumah/di luar panti dalam hal kebutuhan dasar dan layanan
kegiatan sehari-hari. Home care service diselenggarakan dengan
maksud tertentu. Bapak Su (Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial
mengungkapkan, bahwa: “Ya maksudnya itu untuk memberikan
pelayanan baik itu kesehatan, rohani, maupun psikologi kepada lansia
serta memberikan sembako atau kebutuhan pokok bagi lansia yang
tinggal di rumah”. Bapak TSH (Pekerja Sosial) mengungkapkan,
bahwa:“Maksud dari home care service adalah untuk memberikan
kepedulian kepada lansia dengan membantu lansia memenuhi
kebutuhannya melalui pelayanan kebutuhan sehari-hari dan perawatan
terhadap lansia yang tinggal di rumah.”
Adapun tujuannya yaitu: Berbagi rasa kebahagiaan dan kasih
sayang kepada para Lanjut Usia agar budaya menghormati kepada
sesame dapat dipertahankan, Memberikan motivasi kepada para Lanjut
Usia bahwa mereka tidak mesti harus tinggal diam dirumah, tetapi
masih bisa berkarya dan memiliki daya guna untuk mengisi hari-hari
tuanya dengan memanfaatkan bakat yang mereka miliki hingga
mendatangkan manfaat bagi orang lain, dengan memberikan
pembinaan mental spiritual, akan menambah keimanan mereka sebagai
bekal dimasa akhir sisa hidup meraka, pemberian makan kepada
Lansia diharapkan untuk meningkatkan gizi dan pola makan yang baik
sesuai dengan kondisi dan usia para Lansia agar kesehatan mereka
tetap terjaga sehingga tidak mudah sakit.
Sasaran kegiatannya yaitu dengan adanya Pusat Santunan Keluarga
(PUSAKA), kita mempunyai sasaran yang dapat dijadikan sarana
untuk pengembangan dan peningkatan pelayanan yang lebih baik
kepada para Lanjut Usia yang kurang mampu secara ekonomi dan
dapat melakukan pelayanan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
d. Panti Sosial Lansia
Panti sosial adalah unit pelaksana teknis di lingkungan DEPSOS
yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial (Pasal 1 Kep.
Mensos no.22/1995). Tugasnya adalah memberikan pelayanan
kesejahteraan sosial dan rehabilitasi sosial bagi penyandang masalah
kesejahteraan sosial sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Proses pelayanan lanjut usia dalam panti adalah proses
bantuan pertolongan, perlindungan, bimbingan, santunan dan
perawatan yang dilakukan secara sistematis, terarah, dan terencana
dalam panti yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan lanjut
usia. Selain itu panti sosial merupakan lembaga utama yang
merupakan tempat pelaksanaan tugas pekerja sosial yang
menggunakan metode pekerja sosial sebagai metode pokok dalam
melakasanakan fungsinya. Fungsi adalahsekelompok aktivitas yang
tergolong pada jenis yang sama berdasarkan sifat atau pelaksanaannya.
Panti sosial merupakan lembaga pelayanan kesejahteraan sosial
yang berfungsi melaksanakan kegiatan bimbingan sosial, pemulihan
sosial, penyantunan sosial, dan pemberian bantuan sosial. Menurut
Friedleander (dikutip dalam hanafi, 1995:4) bahwa: Panti harus
merupakan tempat dimana penerima pelayanan dapat mempeoleh cara
hidup yang baru dalam kehidupan bersama rekan-rekannya
memperoleh pengalaman diri hidup berkelompok, memperoleh
pemeliharaan kesehatan yang baik, memperoleh tambahan makan yang
bergizi, memperoleh suasana pershabatan, memperoleh pendidikan
pelatihan, yang kesemuanya itu diberikan. Selain itu panti sosial
merupakan lembaga yang memang bergerak dibidang usaha
kesejahteraan sosial yang menggunakan profesi pekerja sosial dalam
memberikan pelayanan baik bersifat preventif, akuratif maupun
promotif kepada klieannya secara khusus serta masyarakat pada
umumnya.

Anda mungkin juga menyukai