NIM : P01031217085
KELAS : DIV / 7B
2. Suap Menyuap
3. Penyalahgunaan Jabatan
Pada Februari 2019 bupati kota waringin timur Supian Hadi diduga
menyalahgunakan kewenangannya dengan mengeluarkan izin usaha
pertambangan (IUP) untuk tiga perusahaan.Atas perbuatannya, Supian dijerat
dengan pasal 2 ayat 1 atau pasal 3 UU 31/1999 sebagaimana diubah dengan
UU 20/2001 tentang Pemberantasan Tipikor junto pasal 55 ayat 1 ke-1
KUHP.Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Bupati Kotawaringin
Timur Supian Hadi sebagai tersangka korupsi penyalahgunaan kewenangan.
4. Pengelapan Dana
Kepala Bank Jatim unit Keppo Kecamatan Galis, Pamekasan, Ani Fatini,
menjadi tersangka penggelapan uang nasabah sebesar Rp 7,7 miliar. Uang
tersebut dimanfaatkannya untuk membantu biaya pencalonan suaminya
sebagai anggota DPRD. Kasus ini terbongkar setelah sejumlah kepala desa
di Galis merasa curiga karena adanya penarikan uang secara ilegal dari
anggaran Alokasi Dana Desa (ADD) pada Januari 2020. Pada Agustus 2019,
tabungan desa yang bersumber dari ADD hilang sebanyak Rp 39 juta.
Setelah diselediki ternyata ada penarikan uang yang menggunakan tanda
tangan palsu. Desa Pagendingan juga sempat kehilangan uang sebesar Rp
45 juta yang disimpan di Bank Jatim. Namun, saat kasus tersebut mencuat,
uang yang sempat hilang dikembalikan lagi dengan jumlah yang lebih banyak.
Kasus ini dilaporkan oleh Kepala Bank Jatim cabang Pamekasan, Arief
Firdaus pada 19 September 2019. Dari hasil penyelidikan, uang tersebut
diambil secara bertahap sejak 2018 hingga 2019. Uang dari ADD digelapkan
mulai dari Rp 30 juta sampai Rp 50 juta. Sementara, uang nasabah
perorangan yang digelapkan dari Rp 250 juta hingga Rp 800 juta. Ani divonis
4 tahun 6 bulan penjara pada 7 Juli 2020.
5. Pemerasan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memeriksa Gubernur Banten Ratu Atut
Chosiyah sebagai tersangka kasus dugaan pemerasan terkait pengadaan alat
kesehatan di Provinsi Banten, Rabu (12/2/2014). Dalam kasus ini, Atut
disangka melanggar Pasal 12 huruf e atau Pasal 12 huruf a atau Pasal 12
huruf b atau Pasal 5 Ayat 2 atau Pasal 11 Undang-Undang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP. Adapun Pasal 12
huruf e memuat aturan mengenai dugaan pemerasan. Ancaman
hukumannya, pidana penjara seumur hidup atau maksimal 20 tahun penjara
dan minimal empat tahun penjara serta denda paling banyak Rp 1 miliar dan
paling sedikit Rp 200 juta. Sementara itu, pasal-pasal lainnya yang
disangkakan kepada Atut di atas mengatur soal penerimaan suap.
Sebelumnya, KPK menetapkan Atut sebagai tersangka kasus dugaan korupsi
proyek pengadaan alkes di Pemprov Banten tahun anggaran 2011-2013.
Dalam kasus ini, Atut diduga melakukan perbuatan melawan hukum atau
penyalahgunaan wewenang yang mengakibatkan kerugian negara. Politikus
Partai Golkar itu disangka melanggar Pasal 2 Ayat 1 atau Pasal 3 Undang-
Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1
KUHP. Ancaman hukumannya maksimal 20 tahun penjara. Perbuatan itu
diduga dilakukan Atut bersama-sama dengan adiknya, Tubagus Chaeri
Wardana alias Wawan. Bukan hanya itu, Atut juga disangka bersama-sama
Wawan menyuap mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar dan
pengacara Susi Tur Andayani terkait sengketa pemilihan kepala daerah di
Lebak,Banten.
6. Kecurangan
Kasus kecurangan audit keuangan Garuda Indonesia 2019. Auditor laporan
keuangan, yakni Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea Kantor Akuntan
Publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO
Internasional), dikenakan sanksi oleh Kementerian Keuangan.
7. Gratifikasi
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebutkan uang yang disita dari
Gubernur Kepulauan Riau nonaktif Nurdin Basirun berjumlah hingga Rp6,1
miliar. Nurdin terjerat kasus suap izin reklamasi di Kepulauan Riau dan
gratifikasi terkait jabatannya. KPK mengidentifikasi uang senilai Rp6,1 miliar
yang terdiri dari berbagai mata uang itu diduga merupakan gratifikasi yang
diterima Nurdin. KPK setidaknya memiliki dua alat bukti berupa uang yang
disita di waktu dan tempat berbeda. Pertama disita saat Operasi Tangkap
Tangan dan kedua dari penggeledahan di rumah Nurdin. Jumlah uang yang
diduga gratifikasi dalam kasus Kepri yang telah disita KPK, yakni
Rp3.737.240.000, Sin$180.935, US$38.553, RM527, SR500, HK$30 dan
EUR5, kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah di gedung KPK, SelasaKPK
menduga gratifikasi itu berasal dari sejumlah pihak yang memiliki hubungan
jabatan dan kewenangan terkait posisi Nurdin sebagai Gubernur Kepri. Salah
satunya, gratifikasi itu diberikan kepada Nurdin terkait dengan perizinan di
sana. Sampai saat ini komisi antirasuah masih menelisik asal usul gratifikasi
tersebut.