Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA NY.

“ Z ”
DENGAN DIAGNOSA MEDIS ALKALOSIS RESPIRATORIK
DENGAN ASMA DI RUANGAN ICU RSUP DR. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR

OLEH :
KELOMPOK 4
Cyprianus M. Huruean Fikri Juliadin
Astuti Cindy Indriyani
Kamaluddin Nurfadilah
Nia Sartika Mita Febriani
Dewi Astuti Nurlita Sari
Firdayanti

CI INSTITUSI

(Ns. Muh. Zukri Malik, M. Kep)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
PANAKKUKANG MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam-basa, larutan
dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu bersifat asam, basa dan netral.
Larutan asam memiliki pH < 7,35, larutan basa memiliki pH > 7,45 dan
larutan netral memiliki pH = 7,35-7,45.
Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H + ke zat
lain (donor proton). Sedangkan Basa/alkali adalah zat yang dapat menerima
ion H+ dari zat lain (akseptor proton). Pengaturan keseimbangan ion
hydrogen (H+) dalam beberapa hal sama dengan pengaturan ion lain dalam
tubuh. Untuk mencapai homeostasis harus ada keseimbangan antara produksi
H+ dan pembuangan H+ dari tubuh. Pengaturan H+ yang tepat sangatlah
penting, misalnya sebagai pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi
oksidatif yang akan menghasilkan ATP dan hampir semua aktivitas system
enzim dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi H +. Karena enzim
mempunyai fungsi yang sangat banyak di dalam tubuh, maka gangguan
konsentrasi ion hydrogen dapat menyebabkan gangguan system tubuh yang
sangat luas.
Di bandingkan dengan ion-ion lain, konsentrasi H+ dalam cairan tubuh
normalnya dipertahankan pada tingkat yang rendah. Perubahan konsentrasi
ion hydrogen akan merubah derajat ionisasi protein sehingga protein tidak
akan berfungsi. Perubahan konsentrasi hydrogen sesungguhnya akan
mengubah fungsi seluruh sel tubuh. Oleh karena itu keseimbangan asam-
basa darah harus dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang
sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.
Dengan penjelasan tersebut di atas penyusun ingin menjelaskan tentang
keseimbangan asam basa khususnya alkalosis repiratorik,serta berbagai
macam faktor atau hal - hal yang berkaitan dengan keseimbangan asam basa.
Serta menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan yang di berikan pada
pasien dengan gangguan alkalosis respiratorik.

B. Tujuan penulisan :
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Agar Mahasiswa/i mengetahui apa itu Konsep Medis Klien dengan
Alkalosis Respitarorik
2. Agar Mahasiswa mengerti dan memahami Asuhan Keperawatan klien
dengan Alkalosis Respitarorik

C. Manfaat penulisan :
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu kami mengharapkan kepada
masyarakat umum khususnya mahasiswa yang membaca dapat memahami
hal-hal yang berkaitan dengan gangguan Alkalosis Respiratorik dan kasus
asuhan keperawatan dengan klien Alkalosis Respiratorik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi
basa karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan
kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Alkalosis respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi
basa. Terjadi pada gangguan sistem respirasi dengan mengeluarkan CO2
yang berlebihan sebagai kompensasi untuk mengurangi hypoxia yang
ditandai dengan bernafas cepat dan dalam agar kadar CO 2 menjadi rendah
dalam darah. Kelainan ini diawali oleh penurunan kadar PCO 2 sehingga
ion H+ rendah akan mengasilkan peningkatan pH (PCO2 < 35 dan pH >
7,45). Kompensasi ginjal berupa penurunan ekresi H+ dengan akibat lebih
sedikit absorbsi HCO3-.

2. Etiologi
Penyebab dasarnya adalah hiperventilasi. Hiperventilasi
menyebabkan kadar CO2 tubuh menurun sehingga terjadi kompensasi
tubuh untuk menurunkan pH dengan meretensi H + oleh ginjal agar
absorpsi HCO3- berkurang. Penyebab hiperventilasi yang sering
ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lainnya :
a. Rangsangan pusat pernafasan :
- Hiperventilasi psikogenik yang disebabkan oleh stress
emosional (penyebab tersering)
- Keadaan hipermetabolik : demam, tirotoksikosis gangguan CNS
- Cedera kepala atau gangguan pembuluh darah otak, tumor otak,
intoksikasi salisilat (awal)
b. Hipoksia
c. Pneumoni, asma, edema paru
d. Gagal jantung kongestif
e. Fibrosis paru
f. Tinggal ditempat yang tinggi (oleh karena kadar oksigen yang
rendah)
g. Ventilasi mekanis yang berlebihan
h. Sepsis gram negative
i. Sirosis hepatis
j. Overdosis aspirin

3. Patofisiologi Alkalosis Respiratorik

Pada keadaan hiperventilasi seperti saat mengalami stress, maka terjadi


pengeluaran CO2 yang berlebihan sehingga kadar ion H+ dalam darah
menurun dan hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan pH. Pada
keadaan inilah yang akan meyebabkan terjadinya alkalosis respiratorik.
Hipoksia adalah penyebab lazim terjadinya hiperventilasi. hiperventilasi
kronis terjadi sebagai respon penyesuain terhadap ketinggian (tekanan
oksigen lingkungan yang rendah). alkalosis respiratorik juga dapat
disebabkan oleh factor iatrogenic akibat fentilasi mekanis dengan
fentilator siklus volume atau tekanan. Alkalosis respiratorik sering terjadi
pada sepsis gram negative dan serosis hati. hiperpnea pada latihan fisik
yang berat kadang juga dapat menimbulkan alkalosis respiratorik untuk
semantara

Alkalosis akut juga merangsang pembentukan asam laktat dan piruvat


didalam sel dan membantu pelepasan H+ lebih banyak kedalam cairan
ekstra sel (ECF). Bafer ekstra sel oleh protein plasma hanya sedikit
menurunkan HCO3- plasma. Efek mekanisme bafer ECF dan ICF sedikit
menurunkan HCO3_ plasma. apabila hipokapnia tetap berlangsung, maka
penyesuain ginjal mengakibatkan lebih banyak HCO3- plasma yang
berkurang. Terjadi hambatan reabrsobsi tubulus ginjal dan pembentukan
HCO3- baru. kompensasi pada alkalosis respiratorik kronik jauh lebih
sempurna dibandikangkan pada keadaan akut.pada keadaan akut,
penurunan kadar HCO3- plasma diperkirakan sebesar 2mEq/L untuk
setiap penurunan PCO2 sebesar 10mmHg.
Pathway Alkalosis Respiratorik

Alkalosis
Respiratorik Kurangnya oksigen
dalam otak

Hal ini
Oksigen ke jaringan menyebabkan Sakit kepala
tidak sampai ke ekshalasi CO2 yang
jaringan perifer berlebihan
Kesadaran
menurun
Nyeri dan Terjadi rangsangan
kesemutan pada pusat pernafasan di
area perifer medula oblongata
Penurunan Kapasitas
Adaptif Intrakranial
Perfusi Perifer
Tidak Efektif
Pola Napas Tidak Gangguan
Efektif Pertukaran Gas

4. Manifestasi Klinis
a. Pusing (dizziness), karena kurangnya oksigen didalam otak
b. Bingung, karena Vasopasme serebral oleh hipokapnia
c. Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang otot dan
penurunan kesadaran. Tetani/kejang, karena alkalosis secara
langsung meningkatkan kepekaan terhadap rangsang dari sistem
neuromuskuler.
d. Rasa gatal di sekitar bibir dan wajah.
e. Nafas cepat dan dalam
f. Kesemutan dan terasa kebas dijari tangan dan kaki
g. Apabila alkalosisnya sudah cukup parah dapat timbul kelelahan
kronis, berdebar debar, cemas, mulut terasa kering, tidak bisa tidur
h. Ketegangan emosi
i. Telapak tangan dan kaki teraba dingin dan lembab

5. Komplikasi :
Pada kondisi PH<7, terjadi kerusakan struktur ikatan kimiawi dan
perubahan bentuk protein yang menyebabkan kerusakan jaringan dan
perubahan fungsi selular. Bila PH>7, terjadi kontraksi otot skelet yang
tidak terkendali. Jadi komplikasi yang bias terjadi yaitu :
- Gagal nafas akut
- Gagal jantung
- Gagal ginjal kronik
- Kerusakan otak
- Kematian

6. Pemeriksaan Penunjang
a. AGD:
   pH > 7,45
    PaCO2 < 35 mmHg
    HCO3 < 22 mEq/L
b. Elektrolit serum
Menentukan adanya gangguan metabolic asam basa.
c. Fosfat serum
Mungkin turun < 0,5 mg/dl (normalnya adalah 3,0-4,5 mg/dl).
Karena alkalosis yang menyebabkan peningkatan ambilan fosfat ke
sel-sel.

7. Penatalaksanaan
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi. Preparat
farmakologi digunakan sesuai indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator
membantu menurunkan spasme bronkhial, dan antibiotik yang digunakan
untuk infeksi pernapasan. Tindakan hygiene pulmonari dilakukan, ketika
diperlukan, untuk membersihkan saluran pernapasan dari mukus dan
drainase pluren. Hidrasi yang adekurat di indikasikan untuk menjaga
membran mukosa tetap lembab dan karenanya memfasilitasi
pembuangan sekresi. Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan.
Ventilasi mekanik, yang digunakan secara waspada dapat
memperbaiki ventilasi pulmonari. Penggunaan ventilasi mekanik yang
tidak bijaksana dapat menyebabkan eksresi karbondioksida yang
demikian cepat sehingga ginjal tidak mampu untuk mengeliminasi
kelebihan biokarbonat dengan cukup cepat untuk mencegah alkalosis dan
kejang. Untuk alasan ini, kenaikan PaCO2 harus diturunkan secara
lambat. Membaringkan pasien dalam posisi semifowler memfasilitasi
ekspansi dinding dada.
Adapun juga penanganan lain yaitu :
- Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah
memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan,
memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini.
- Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
- Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung
plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah
penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya.
- Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan
nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan
menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan
berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar
karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik,
sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan
serangan alkalosis respiratorik.

8. Pencegahan
Pencegahan terjadinya alkalosis respiratorik yaitu dengan cara
mengatasi penyebab hiperventilasi. Penyebab yang paling sering adalah
psikologis termasuk stress, panic, dan gelisah. Dapat menyesuaikan diri
dan belajar mengendalikan penyebab-penyebab tersebut.
Melakukan terapi fisik dengan seorang terapis juga dapat membantu
mencegah terjadinya alkalosis respiratorik. Begitu juga dengan latihan
pernapasan, meditasi, dan olahraga secara teratur. Obat-obatan mungkin
diperlukan dalam beberapa kasus.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Pasien
a. Data subjektif :
1) Nyeri (dada, abdomen)
2) Sesak nafas
3) Toleransi aktifitas
4) Demam
5) Napas cepat
6) Berkeringat pada kaki dan tangan
b. Data subjektif :
1) Wajah cemas
2) Dipsnea
3) Sianosis bibir, area sirkumolar, dasar kuku, gusi, daun telinga,
telapak kaki, telapak tangan, pucat
4) Konfusi, gelisah
5) Halusinasi, peningkatan suhu tubuh
6) Diaforesis
7) Status jantung
c. Informasi latar belakang yang terkait
Misalnya:
1) penyakit jantung
2) penyakit ginjal
3) penyakit hati
4) asites
5) polisitemia
6) obesitas
d. Riwayat medis sebelumnya
e. Riwayat keluarga
f. Riwayat sosial
g. Riwayat medikasi
h. Pemeriksaan diagnostik
1) AGD : variabel
pH > 7,45
    PaCO2 < 35 mmHg
    HCO3 < 22 mEq/L
2) EKG : disritmia
Mendeteksi disritmia jantung, yang mungkin terjadi dengan
alkalosis.
3) Elektrolit serum
Menentukan adanya gangguan metabolic asam basa.
4) Fosfat serum
Mungkin turun < 0,5 mg/dl (normalnya adalah 3,0-4,5 mg/dl).
Karena alkalosis yang menyebabkan peningkatan ambilan fosfat
ke sel-sel.
5) LAB : pH ↑ - pCO2 ↓ – bikarbonat ↓ - BE (-)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya bernapas
b. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
c. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan arteri atau vena
d. Penurunan kapasitas adapatif intrakranial b/d peningkatan tekanan
vena
3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas
1. Mengetahui status
b/d hambatan upaya keperawatan selama 1x6 jam 1. Monitor pola napas pasien
pernapasasan pasien
bernapas menit diharapkan:
2. Untuk menyeimbangkan
1. Sesak napas pasien 2. Atur posisikan pasien dengan posisi
kebutuhan oksigen
menurun (RR : 16-20 semifowler atau fowler
3. Memenuhi kebutuhan
x/menit) 3. Lakukan kolaborasi pemberian
oksigen pasien
2. Tidak ada penggunaan oksigen non reabreathing mask 9 liter

otot bantu napas /menit

2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi


b/d ketidakseimbangan keperawatan selama 1x6 jam
1. Monitor frekuensi napas 1. Untuk memantau status
ventilasi dan perfusi diharapkan:
2. Monitor adanya sumbatan jalan pernasapan pasien
1. Keluhan dispnea : cukup napas 2. Untuk mencegah aspirasi
menurun 3. Monitor nilai AGD pada jalan napas
2. Bunyi napas tambahan 3. Untuk memantau status
4. Monitor saturasi oksigen
cukup menurun asam basa
3. Keluhan pusing 5. Auskultasi bunyi napas 4. Untuk memantau
menurun saturasi oksigen
4. Keluhan penglihatan 5. Untuk memudahkan
kabur cukup menurun memberikan terapi dan
tindakan yang sesuai

3. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen perifer :


efektif b/d penurunan keperawatan selama 1x6 jam
Monitor perubahan warna kulit Memantau status sirkulasi
arteri atau vena diharapkan:
pda pasien
1. Warna kulit pucat
cukup menurun
2. Sensasi perifer cukup
meningkat

4. Penurunan kapasitas Setelah dilakukan tindakan Manajeman Asam Basa : Alkalosis


adapatif intrakranial b/d keperawatan selama 1x6 jam Respiratorik
1. Menentukan tindakan
peningkatan tekanan diharapkan:
1. Identifikasi penyebab terjadinya yang sesuai dengan
vena
Tingkat kesadaran meningkat alkalosis respiratorik penyebab alkalosis
dari delirium-composmentis 2. Memantau status
2. Monitor hasil AGD pernapasan pasien
3. Memenuhi kebutuhan
3. Berikan oksigen dengan Non
oksigen
Reabreathing mask
4. Ekspansi dada
4. Ajarkan latihan napas
BAB III
LAPORAN ANALISA KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KRITIS

Tgl/ Jam : 27 oktober 2020 (09.30) Tanggal MRS : 26 oktober 2020


Ruangan : Intensive Care Unit Diagnosis Medis : Alkasosis Respiratorik : Asma
Nama/Inisial : Ny. Z No.RM : 185876
Jenis Kelamin : Perempuan Suku/ Bangsa : Bugis
IDENTITAS

Umur : 58 tahun Status Perkawinan : Kawin


Agama : Islam Penanggung jawab : Tn. K
Pendidikan : SMA Hubungan : Suami
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Supir
Alamat : jl. Mappaodang Alamat : jl. Mappaodang
Keluhan utama saat MRS : Pasien di bawah ke rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar di ruang IGD, keluarga pasien mengatakan pasien mengalami kejang dan sesak napas.
RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN

Keluhan utama saat pengkajian : Sesak Napas

Riwayat penyakit saat ini : Pada saat pengkajian keluarga pasien mengatakan pasien
mengeluh Sesak Napas, pusing, sakit kepala, penglihatannya kabur, dan kesemutan pada ekstremitas
bawah, Nampak pasien gelisah. Dan pasien mengalami penurunan kesadaran delirium dengan GCS :
8, E2V3M3.

Riwayat Allergi : Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, minuman maupun
obat-obatan

Riwayat Pengobatan : Pasien sebelumnya pernah berobat dengan keluhan sesak napas
Riwayat penyakit sebelumnya dan Riwayat penyakit keluarga : Pasien ada riwayat penyakit asma
dan tidak ada riwayat penyakit dalam keluarga
Jalan Nafas :  Paten  Tidak Paten
BREATHING

Nafas :  Spontan  Tidak Spontan


Obstruksi :  Lidah  Cairan  Benda Asing  Tidak Ada
 Muntahan  Darah  Oedema
Gerakan dinding dada:  Simetris  Asimetris
RR : 44 x/mnt
Irama Nafas :  Cepat  Dangkal  Normal
Pola Nafas :  Teratur  Tidak Teratur
Jenis :  Dispnoe  Kusmaul  Cyene Stoke  Lain… …
Sesak Nafas :  Ada  Tidak Ada
Pernafasan Cuping hidung :  Ada Tidak Ada
Retraksi otot bantu nafas :  Ada  Tidak Ada
Deviasi Trakea :  Ada  Tidak Ada
Pernafasan :  Pernafasan Dada  Pernafasan Perut
Batuk :  Ya  Tidak ada
Sputum:  Ya , Warna: ... ... ... Konsistensi: ... ... ... Volume: ... … Bau: … …
 Tidak
Emfisema S/C :  Ada  Tidak Ada
Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor  Tidak ada
 Vesikuler  Stidor  Wheezing  Ronchi
Alat bantu nafas:  OTT  ETT  Trakeostomi
 Ventilator, Keterangan: ... ... ...
Oksigenasi : 9 lt/mnt  Nasal kanul  Simpel mask  Non RBT mask 
RBT Mask
 Tidak ada
Saturasi Oksigen : 97 %
Penggunaan selang dada :  Ada  Tidak Ada
Drainase :
Trakeostomi :  Ada  Tidak Ada
Kondisi trakeostomi:-
Lain-lain: … …
Masalah Keperawatan: Pola napas tidak efektif, Gangguan pertukaran gas
Nadi :  Teraba  Tidak teraba  N: 100x/mnt
BLOOD

Irama Jantung :
Tekanan Darah : 110/90 mmHg
Pucat :  Ya  Tidak
Sianosis :  Ya  Tidak
CRT :  < 2 detik  > 2 detik
Akral :  Hangat  Dingin  S: 39.50C
Pendarahan :  Ya, Lokasi: ... ... Jumlah ... ...cc  Tidak
Turgor :  Elastis  Lambat
Diaphoresis :  Ya Tidak
Riwayat Kehilangan cairan berlebihan :  Diare  Muntah  Luka bakar
JVP : <8 cmH20
CVP : 6 cm H20z
IVFD :  Ya  Tidak, Jenis cairan: Nacl 0.9 %
Lain-lain:-
Masalah Keperawatan : Perfusi perifer tidak efektif
Kesadaran:  Composmentis  Delirium  Somnolen  Apatis  Koma
GCS :  Eye: 2  Verbal : 3  Motorik : 3
Pupil : Isokor  Unisokor  Pinpoint  Midriasis
Refleks Cahaya :  Ada  Tidak Ada
Refleks Muntah :  Ada  Tidak Ada
Refleks fisiologis :  Patela (+/-)  Lain-lain:-
Refleks patologis :  Babinzky (+/-)  Kernig (+/-)  Lain-lain ... ...
BRAIN

Refleks pada bayi :  Refleks Rooting (+/-)  Refleks Moro (+/-)


(Khusus PICU/NICU)  Refleks Sucking (+/-) 
Bicara :  Lancar  Cepat  Lambat
Tidur malam : 4 jam Tidur siang : 1 jam
Ansietas :  Ada  Tidak ada
Nyeri :  Ada  Tidak ada
Lain-lain: -
Masalah Keperawatan: Penurunan kapasitas adaptif intrakranial
Nyeri pinggang:  Ada  Tidak
BAK :  Lancar  Inkontinensia  Anuri
BLADDER

Nyeri BAK :  Ada  Tidak ada


Frekuensi BAK : 3-4 kali sehari Warna:kuning jernih Darah :  Ada  Tidak ada
Kateter :  Ada  Tidak ada, Urine output : ......
Lain-lain:-
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Keluhan :  Mual  Muntah  Sulit menelan
BOWEL

TB : 150 cm BB : 65 kg
Nafsu makan :  Baik Menurun
Makan : Frekuensi 2x/hr Jumlah : ½ porsi
Minum : Frekuensi 3-4 gls /hr Jumlah : 50 cc/hr
NGT : Terpasang NGT
Abdomen :  Distensi  Supel  tidak ada
Bising usus: 12 x/menit
BAB :  Teratur Tidak
Frekuensi BAB : 2x/hr Konsistensi: lunak Warna: kuning darah (-)/lendir(-)
Stoma:-
Lain-lain:-
(Muskuloskletal & Integumen) BONE Masalah Keperawatan:-

Deformitas :  Ya  Tidak  Lokasi ... ...


Contusio :  Ya  Tidak  Lokasi ... ...
Abrasi :  Ya  Tidak  Lokasi ... ...
Penetrasi :  Ya  Tidak  Lokasi ... ...
Laserasi :  Ya  Tidak  Lokasi ... ...
Edema :  Ya  Tidak  Lokasi ... ...
Luka Bakar :  Ya  Tidak  Lokasi ... ...
Grade :- Luas -
Jika ada luka/ vulnus, kaji:
Luas Luka :-
Warna dasar luka: -
Kedalaman :
Aktivitas dan latihan :0 1 2 3 4 Keterangan:
Makan/minum :0 1 2 3 4
Mandi :0 1 2 3 4 0; Mandiri
Toileting :0 1 2 3 4
1; Alat bantu
Berpakaian :0 1 2 3 4
Mobilisasi di tempat tidur :0 1 2 3 4 2; Dibantu orang lain
Berpindah :0 1 2 3 4
Ambulasi :0 1 2 3 4
Lain-lain: … …
Masalah Keperawatan:-
(Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai kasus non trauma)
Kepala dan wajah : ada nyeri pada kepala, bentuk kepala mesopal tidak berketombe, rambut
beruban, dan mudah rontok, tidak ada luka bakar pada daerah wajah, tidak ada edema, tidak ada
nyeri pada wajah.
Leher : Bentuk/Kesimetrisan : Simetris Kiri dan Kanan, Mobilisasi leher baik,
tidak terdapat kelenjar tiroid, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar getah
HEAD TO TOE

benih, tidak terdapat luka bakar.


dada : Simetris kiri dan kanan, suara napas wheezing, dan tidak terdapat luka.
Abdomen dan Pinggang : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak ada bekas operasi, tidak ada
distensi pada abdomen, tidak ada pembesaran pada hepar dan lien, tidak ada nyeri pada pinggang,
tidak ada nyeri ketuk pada pinggang.
Pelvis dan Perineum : keadaan genitalia bersih, tidak ada lesi, masih terdapat bulu pubis yang
menyebar merata berwarna hitam, terpasang kateter urine, tidak ada nyeri pada pelvis, tidak ada
pembengkakan pada pelvis.
Ekstremitas : Status sirkulasi : CRT > 2 detik, akral dingin, Keadaan injury: tidak ada luka
Masalah Keperawatan:-
Pasien selalu mengikuti kegiatan sosial dilingkungan tempat tinggalnya, dan tetap mempertahankan
PsikoSosialKultural

budayanya.
A. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hari/Tgl/Ja Jenis
Hasil Normal Interprestasi
m Pemeriksaan

26/10/2020 Analisa Gas Darah PH 7.48 PH (7.35-7.45) Alkalosis


(12.00) PaCO2( 35-45 Respiratorik
PaCO2 31 mmHg
mmHg)
HCO3 20 mEq/L
HC03 (22-26)

Karena alkalosis
Menurun < 0,5
26/10/2020
yang menyebabkan
(12.00) Fosfat serum mg/dl (normalnya 3,0-4,5 mg/dl.
peningkatan
adalah 3,0-4,5
ambilan fosfat ke
mg/dl).
sel-sel.

B. TERAPI

Hari/Tgl/Jam Jenis terapi Dosis Rute Fungsi

26/10/2020(10.00) non rebreathing mask 9 liter/menit inhalasi Memenuhi


kebutuhan cairan
Memenuhi
26/10/2020 (10.10) pemberian cairan Nacl 500 cc/20 intravena kebutuhan cairan
0.9 % tpm tubuh

ANALISA DATA DAN DIAGNOSIS

KEPERAWATAN KRITIS

Nama Klien : Ny. Z Dx. Medis : Alkalosis Respiratorik

Data Diagnosa
No Interpretasi
Subyektif & Obyektif Keperawatan
1. Ds : Pola napas tidak efektif Pola napas tidak
Keluarga pasien mengatakan pasien efektif b/d hambatan
mengalami sesak napas upaya bernapas
Do :
a. Nampak pengggunaan otot
bantu napas
b. RR: 44 x/menit
c. Nampak pernapasan cuping
hidung
2. Ds :
a. Keluarga pasien mengatakan
pasien sesak napas
b. Keluarga pasien mengatakan
pasien merasa pusing
c. Keluarga pasien mengatakan Gangguan pertukaran
pasien penglihatannya kabur gas b/d
Gangguan pertukaran gas
Do : ketidakseimbangan
a. Bunyi napas wheezing ventilasi dan perfusi
b. Nampak pasien Gelisah
c. Warna kulit pucat
d. Hasil AGD :
PH 7.48
PaCO2 31 mmHg
HCO3 20 mEq/L
3. Ds :
a. Keluarga pasien mengatakan
pasien kesemutan pada
Perfusi perifer tidak
ektremitas bawah
Perfusi perifer tidak efektif efektif b/d penurunan
Do :
arteri atau vena
a. CRT > 2 detik
b. Akral teraba dingin
c. Warna kulit pucat

4. Ds :
Keluarga pasien mengatakan pasien
Penurunan kapasitas
mengeluh sakit kepala
Penurunan kapasitas adapatif intrakranial
Do :
adapatif intrakranial b/d peningkatan
a. HR : 100 x/menit
tekanan vena
b. Tingkat kesadaran delirium
c. Reaksi pupil anisokor
RENCANA KEPERAWATAN KRITIS

Nama Klien : Ny. Z No. RM : 185876


Umur/Jk : 58 tahun/Pr Diagnosa Medis : Alkalosis Respiratorik : Asma
TGL : 27/10/2020

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas :
1. Mengetahui status
b/d hambatan upaya keperawatan 1 x 6 jam Observasi
diharapkan Pola napas pernapasasan pasien
bernapas 1. Monitor pola napas
teratasi 2. Untuk menyeimbangkan
2. Monitor bunyi napas tambahan
1. Kapasitas vital meningkat kebutuhan oksigen
Terapeutik
2. Tekanan ekpirasi 3. Memenuhi kebutuhan
3. Pertahankan kepatenan jalan napas
meningkat oksigen pasien
4. Posisikan semi fowler atau fowler
3. Tekanan inpirasi
5. Berikan oksigen bila perlu
meningkat
4. Dispnea menurun
5. Frekuensi napas membaik
6. Kedalaman napas
membaik
2. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
gas b/d keperawatan 1 x 6 jam Observasi 1. Untuk memantau status
diharapkan pertukaran gas 1. Monitor frekuensi, irama dan upaya
ketidakseimbangan pernasapan pasien
meningkat nafas
ventilasi dan perfusi 2. Untuk mencegah aspirasi
1. Dispnea menurun 2. Monitor adanya sumbatan jalan napas pada jalan napas
2. Bunyi nafas tambahan 3. Monitor nilai AGD 3. Untuk memantau status
menurun 4. Monitor saturasi oksigen asam basa
3. Nafas cuping hidung 5. Auskultasi bunyi napas 4. Untuk memantau saturasi
menurun oksigen
4. PCO2 membaik 5. Untuk memudahkan
5. PO2 membaik memberikan terapi dan
tindakan yang sesuai
3. Perfusi perifertidak Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi :
efektif b/d penurunan keperawatan 1 x 6 jam Observasi :
Memantau status sirkulasi pda
arteri atau vena diharapkan perfusi perifer 1. Periksa sirkulsi perifer ( mis. Nadi
pasien
teratasi : perifer, pengisian kapiler, warna,
1. Denyut nadi perifer dari suhu )
menurun (1)menjadi Terapeutik :
Cukup menurun (2) 2. Hindari pengukuran tekanan darah
2. Warna kulit pucat dari pada ekstremitas dengan keterbatasan
menigkat (1) menjadi perfusi
cukup menigkat (2) Edukasi :
3. Akral dari memburuk (1) 3. Ajarkan program diet untuk
menjadi cukup memburuk memperbaiki sirkulasi ( mis. Rendah
(2) lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
4. Turgor kulit dari 4. Informasikan tanda dan gejala darurat
memburuk (1) menjadi yang harus dilaporkan (mis. Rasa sakit
cukup memburuk (2) yang tidak hilang saat istirahat,
hilangnya rasa)

4. Penurunan kapasitas Setelah dilakukan tindakan Manajeman Asam Basa : Alkalosis


adapatif intrakranial keperawatan selama 1x6 jam Respiratorik
1. Menentukan tindakan yang
b/d peningkatan diharapkan:
1. Identifikasi penyebab terjadinya sesuai dengan penyebab
tekanan vena
Tingkat kesadaran meningkat alkalosis respiratorik alkalosis
dari delirium-composmentis 2. Memantau status pernapasan
2. Monitor hasil AGD pasien
3. Memenuhi kebutuhan
3. Berikan oksigen dengan Non oksigen
Reabreathing mask 4. Ekspansi dada
4. Ajarkan latihan napas
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KRITIS

Nama Klien : Ny. “Z”

Dx. Medis : Alkalosis Respiratorik

No Tgl/Jam Implementasi Evaluasi Paraf

1. 27/10/202 Manajemen jalan napas : S : Pasien masih sesak


0 (09.20) 1. Memonitor pola napas napas
Hasil :
O : RR 40 x/menit
Pasien masih menggunakan otot
bantu pernapasan A : Masalah belum teratasi

2. Memonitor bunyi napas P : Lanjutkan intervensi


tambahan keperawatan
Hasil :
Manajemen jalan napas :
Terdapat bunyi nafas tambahan
1. Monitor pola napas
wheezing
2. Monitor bunyi napas
3. Mempertahankan kepatenan jalan
tambahan
napas
3. Pertahankan kepatenan
Hasil :
jalan napas
Mempertahankan kepatenan jalan
4. Posisikan semi fowler
nafas
atau fowler
4. Memposisikan semi fowler atau
5. Berikan oksigen bila
fowler
perlu
Hasil :
Pasien masih nampak sesak dan
diberikan posisi semi fowler dan
fowler.
5. Memberikan oksigen bila perlu
Hasil :
Klien diberikan Oksigen non
reabreathing mask 9 liter /menit
Pemantauan Respirasi
2. 27/10/202 S : Pasien masih pusing
0 (09.40) 1. Memonitor frekuensi dan upaya
nafas O : RR 40 x/menit, bunyi

Hasil : napas wheezing

Frekuensi nafas klien 40 x/menit A : Masalah belum teratasi


dengan upaya bernafas
menggunakan otot bantu P : Lanjutkan intervensi
pernafasan. keperawatan

2. Memonitor adanya sumbatan Pemantauan Respirasi


jalan napas 1. Monitor frekuensi,
Hasil : irama dan upaya nafas
Tidak ada sumbatan pada jalan 2. Monitor adanya
napas sumbatan jalan napas
3. Memonitor nilai AGD 3. Monitor nilai AGD
Hasil : 4. Monitor saturasi
Alkalosis respiratorik dengan oksigen
Hasil AGD : 5. Auskultasi bunyi napas
PH 7.48
PaCO2 31 mmHg

HCO3 20 mEq/L
4. Monitor saturasi oksigen
Hasil :
Saturasi oksigen pasien 97%
5. Melakukan Auskultasi bunyi
napas
Hasil :
Bunyi napas wheezing
3. 27/10/202 Perawatan sirkulasi : S : Pasien masih
0 (10.20) 1. Periksa sirkulsi perifer ( mis. kesemutan pada
Nadi perifer, pengisian kapiler, ektremitas bawah
warna, suhu ).
O : Warna kulit pucat,
Hasil :
CRT > 2 detik
Pengisian kapiler > 2 detik,
warna kulit nampak pucar, Suhu A : Masalah belum teratasi
39.50C
P : Lanjutkan intervensi
2. Hindari pengukuran tekanan
keperawatan
darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi Perawatan sirkulasi :

Hasil : 1. Periksa sirkulsi perifer

Pengukuran Tekanan darah ( mis. Nadi perifer,

dilakukan pada tangan kiri pengisian kapiler,


warna, suhu )
3. Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan 2. Hindari pengukuran

(hilangnya rasa). tekanan darah pada


ekstremitas dengan
Hasil :
keterbatasan perfusi
Klien dapat memberikan
3. Informasikan tanda dan
informasi terkait dengan apa
gejala darurat yang
yang dirasakan
harus dilaporkan
(hilangnya rasa).
4. 27/10/202 Manajeman Asam Basa : Alkalosis S : Pasien masih sakit
0 (10.40) Respiratorik kepala

1. Mengidentifikasi penyebab O : GCS 8


terjadinya alkalosis respiratorik
A : Masalah belum teratasi
Hasil :
Penyebab karena hiperventilasi P : Lanjutkan intervensi
2. Memonitor hasil AGD keperawatan
Hasil :
Manajeman Asam Basa :
Alkalosis respiratorik dengan Alkalosis Respiratorik
Hasil AGD : 1. Identifikasi penyebab
PH 7.48 terjadinya alkalosis
PaCO2 31 mmHg respiratorik
HCO3 20 mEq/L 2. Monitor hasil AGD
3. Memberikan oksigen dengan 3. Berikan oksigen
Non Reabreathing mask dengan Non
Hasil : Reabreathing mask
Terpasang oksigen Non 4. Ajarkan latihan napas
Reabreathing mask 9 liter/menit
4. Mengajarkan latihan napas
Hasil :
Pasien belum mampu melakukan

BAB IV
PEMBAHASAN
Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya tentang tinjauan teoritis dari studi
kasus serta pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.”Z” dengan diagnosa medis
Alkasosis Respiratorik (Asma) Di ruangan IGD RSUP DR. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Pada bab ini kami membahas kesenjangan antara apa
yang dituliskan dalam teori dengan apa yang didapatkan pada kasus keloloaan
kelompok.

Dari tanggal 27 Oktober 2020, kami menemukan beberapa kesenjangan


antara tinjauan teori dan kasus yang ditemukan dan selanjutnya akan dibahas pada
bab ini. Untuk memudahkan dalam pemahaman, maka kami membahas sesuai
dengan urutan pendekatan proses keperawatan, yaitu mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Adapun
kesenjangan yang ditemukan antara lain:

A. Pengkajian
Pada tinjauan teoritis ditemukan gambaran klinis yang terdapat pada kasus
seperti : Pusing (dizziness), karena kurangnya oksigen didalam otak, Bingung,
karena Vasopasme serebral oleh hipokapnia, Jika keadaannya makin
memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran. Tetani/kejang,
karena alkalosis secara langsung meningkatkan kepekaan terhadap rangsang
dari sistem neuromuskuler, Rasa gatal di sekitar bibir dan wajah, Nafas cepat
dan dalam, Kesemutan dan terasa kebas dijari tangan dan kaki, Apabila
alkalosisnya sudah cukup parah dapat timbul kelelahan kronis, berdebar debar,
cemas, mulut terasa kering, tidak bisa tidur, Ketegangan emosi, Telapak
tangan dan kaki teraba dingin dan lembab.
Sedangkan data yang didapat pada kasus yang diderita Ny.“Z” ditemukan
beberapa data yaitu: Pada saat pengkajian keluarga pasien mengatakan pasien
kejang, Sesak Napas, pusing, sakit kepala, penglihatannya kabur, dan
kesemutan pada ekstremitas bawah, Nampak pasien gelisah. Dan pasien
mengalami penurunan kesadaran delirium dengan GCS : 8, E2V3M3.
Dari uraian diatas terdapat kesenjangan data. Hal ini terjadi karena respon
fisiologis pada setiap manusia berbeda beda antara satu dengan yang lainnya
B. Diagnosa Keperawatan.
Dari tinjauan teori pada bab II, diuraikan 4 diagnosa keperawatan yang
lazim ditemukan pada klien dengan Alkasosis Respiratorik (Asma) yaitu :
1. Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya bernapas
2. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
3. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan arteri atau vena
4. Penurunan kapasitas adapatif intrakranial b/d peningkatan tekanan vena
Pada hasil pengkajian pada kasus Ny.”Z” didapatkan 4 diagnosa yang
sama pada teori, yaitu :
1. Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya bernapas
2. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
3. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan arteri atau vena
4. Penurunan kapasitas adapatif intrakranial b/d peningkatan tekanan vena

C. Perencanaan
Dari 4 diagnosa keperawatan yang diangkat dalam kasus ini,
selanjutnya dibuat rencana keperawatan sebagai tindakan pemecahan masalah.
Pada tahap ini, perencanaan yang ditentukan ada penambahan intervensi yang
tidak terdapat pada tinjauan teori. Untuk lebih jelasnya pembahasan mengenai
perencanaan yang telah dilakukan diuraikan sebagai berikut:

1. Pada diagnosa pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan


upaya bernapas, pada dasarnya tindakan yang direncanakan sesuai dengan
apa yang dianjurkan dalam teori, dari 3 intervensi yang didapatkan diteori
ada 3 intervensi yang dilaksanakan pada pasien.

2. Pada diagnosa Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi, pada dasarnya tindakan yang
direncanakan sesuai dengan apa yang dianjurkan dalam teori, dari 4
intervensi yang didapatkan diteori ada 4 intervensi yang dilaksanakan pada
pasien.
3. Pada diagnosa perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
arteri atau vena, pada dasarnya tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan
apa yang dianjurkan dalam teori, dari 1 intervensi yang didapatkan ada 1
intervensi yang dilaksanakan pada pasien.

4. Pada diagnosa penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan


dnegan peningkatan tekanan vena, pada dasarnya tindakan yang
dilaksanakan sesuai dengan apa yang dianjurkan dalam teori, dari 4
intervensi yang didapatkan ada 4 intervensi yang dilaksanakan pada
pasien.

D. Penatalaksanaan
Semua tindakan yang dilaksanakan selalu berorientasi pada rencana
yang telah dibuat terdahulu dengan mengantisipasi seluruh tanda-tanda yang
timbul sehingga tindakan keperawatan dapat tercapai pada asuhan
keperawatan yang dilaksanakan dengan menerapkan komunikasi terapeutik
dengan prinsip etis.
Adapun hal-hal yang mendukung, menghambat, dan pemecahan
masalah dalam tahap tindakan/pelaksanaan adalah :

1. Hal-hal yang mendukung


a. Klien dan keluarga cukup kooperatif sehingga dapat diajak
kerjasama dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang dilakukan.
b. Partisipasi petugas ruangan dalam memberi bimbingan serta
pengawasan selama melaksanakan asuhan keperawatan pada klien.
c. Kami mendapat kepercayaan dalam melaksanakan tindakan-
tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi.

2. Hal-hal yang menghambat.


Kurangnya waktu yang tersedia untuk mendampingi klien terutama dalam
melaksanakan implementasi, serta memberi penjelasan yang berhubungan
dengan masalahnya.

3. Pemecahan masalah
Bekerjasama dengan perawat ruangan serta melibatkan keluarga dalam
melaksanakan tindakan keperawatan klien.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi meliputi hasil dan proses pada kasus ini menunjang adanya kemajuan
atau keberhasilan dari masalah yang dihadapi oleh klien/keluarga.
Pada kasus yang ditangani dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan sebagai metode pemecahan masalah sehingga dalam evaluasi
setelah dirawat selama 1 hari yaitu tanggal 27 Oktober 2020 menunjukkan
bahwa dari 4 diagnosa yang ditegakkan, belum ada diagnosa yang dapat
teratasi secara sempurna. Namun bila ditinjau dari respon yang diberikan oleh
klien, menunjukkan adanya kemajuan dalam proses penyembuhan klien.

BAB V.
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Alkalosis respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa.
Terjadi pada gangguan sistem respirasi dengan mengeluarkan CO 2 yang
berlebihan sebagai kompensasi untuk mengurangi hypoxia yang ditandai
dengan bernafas cepat dan dalam agar kadar CO 2 menjadi rendah dalam
darah. Kelainan ini diawali oleh penurunan kadar PCO 2 sehingga ion H+
rendah akan mengasilkan peningkatan pH (PCO2 < 35 dan pH > 7,45).
Kompensasi ginjal berupa penurunan ekresi H + dengan akibat lebih sedikit
absorbsi HCO3-.
Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus Ny.
“Z” dengan diagnosa Alkalosis respiratorik adalah:
1. Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya bernapas
2. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
3. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan arteri atau vena
4. Penurunan kapasitas adapatif intrakranial b/d peningkatan tekanan vena.

B. SARAN
Dengan adanya laporan ini, semoga digunakan sebagai pedoman bagi
pembaca baik tenaga kesehatan khususnya perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan secara professional.
Laporan ini masih banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun isi.
Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan
penyusunan laporan ini.

Penyimpangan KDM Alkalosis Respiratorik

Alkalosis
Respiratorik
Oksigen ke jaringan Sakit kepala
Hal ini
tidak sampai ke jaringan
menyebabkan
perifer
ekshalasi CO2 yang
berlebihan
Kesadaran
Nyeri dan kesemutan menurun
pada area perifer

Terjadi rangsangan Penurunan


Perfusi Perifer Kapasitas Adaptif
Tidak Efektif pusat pernafasan di
medula oblongata Intrakranial

Pola Napas Tidak Gangguan


Efektif Pertukaran Gas

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2013. Patofisiologi Buku Saku. Jakarta:EGC.


Ghina Farhah. 2016. Makalah Keseimbangan Asam Basa.
https://www.academia.edu/36097343/Makalah_Patofisiologi_2. Diakses
tanggal 26 Oktober 2020.

Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosa Keperawatan : Difinisi dan Klasifikasi


2015-2017 edisi 10, Jakarta : EGC 2015

Price, Sylvia Anderson. 2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC.

Rissa M. 2016. Alkalosis Respiratorik.


https://id.scribd.com/document/331519833/Alkalosis-Respiratorik. Diakses
tanggal 26 Oktober 2020.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia


(SLKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


(SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai