“ Z ”
DENGAN DIAGNOSA MEDIS ALKALOSIS RESPIRATORIK
DENGAN ASMA DI RUANGAN ICU RSUP DR. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR
OLEH :
KELOMPOK 4
Cyprianus M. Huruean Fikri Juliadin
Astuti Cindy Indriyani
Kamaluddin Nurfadilah
Nia Sartika Mita Febriani
Dewi Astuti Nurlita Sari
Firdayanti
CI INSTITUSI
A. Latar belakang
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam-basa, larutan
dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu bersifat asam, basa dan netral.
Larutan asam memiliki pH < 7,35, larutan basa memiliki pH > 7,45 dan
larutan netral memiliki pH = 7,35-7,45.
Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H + ke zat
lain (donor proton). Sedangkan Basa/alkali adalah zat yang dapat menerima
ion H+ dari zat lain (akseptor proton). Pengaturan keseimbangan ion
hydrogen (H+) dalam beberapa hal sama dengan pengaturan ion lain dalam
tubuh. Untuk mencapai homeostasis harus ada keseimbangan antara produksi
H+ dan pembuangan H+ dari tubuh. Pengaturan H+ yang tepat sangatlah
penting, misalnya sebagai pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi
oksidatif yang akan menghasilkan ATP dan hampir semua aktivitas system
enzim dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi H +. Karena enzim
mempunyai fungsi yang sangat banyak di dalam tubuh, maka gangguan
konsentrasi ion hydrogen dapat menyebabkan gangguan system tubuh yang
sangat luas.
Di bandingkan dengan ion-ion lain, konsentrasi H+ dalam cairan tubuh
normalnya dipertahankan pada tingkat yang rendah. Perubahan konsentrasi
ion hydrogen akan merubah derajat ionisasi protein sehingga protein tidak
akan berfungsi. Perubahan konsentrasi hydrogen sesungguhnya akan
mengubah fungsi seluruh sel tubuh. Oleh karena itu keseimbangan asam-
basa darah harus dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang
sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.
Dengan penjelasan tersebut di atas penyusun ingin menjelaskan tentang
keseimbangan asam basa khususnya alkalosis repiratorik,serta berbagai
macam faktor atau hal - hal yang berkaitan dengan keseimbangan asam basa.
Serta menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan yang di berikan pada
pasien dengan gangguan alkalosis respiratorik.
B. Tujuan penulisan :
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Agar Mahasiswa/i mengetahui apa itu Konsep Medis Klien dengan
Alkalosis Respitarorik
2. Agar Mahasiswa mengerti dan memahami Asuhan Keperawatan klien
dengan Alkalosis Respitarorik
C. Manfaat penulisan :
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu kami mengharapkan kepada
masyarakat umum khususnya mahasiswa yang membaca dapat memahami
hal-hal yang berkaitan dengan gangguan Alkalosis Respiratorik dan kasus
asuhan keperawatan dengan klien Alkalosis Respiratorik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi
basa karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan
kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Alkalosis respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi
basa. Terjadi pada gangguan sistem respirasi dengan mengeluarkan CO2
yang berlebihan sebagai kompensasi untuk mengurangi hypoxia yang
ditandai dengan bernafas cepat dan dalam agar kadar CO 2 menjadi rendah
dalam darah. Kelainan ini diawali oleh penurunan kadar PCO 2 sehingga
ion H+ rendah akan mengasilkan peningkatan pH (PCO2 < 35 dan pH >
7,45). Kompensasi ginjal berupa penurunan ekresi H+ dengan akibat lebih
sedikit absorbsi HCO3-.
2. Etiologi
Penyebab dasarnya adalah hiperventilasi. Hiperventilasi
menyebabkan kadar CO2 tubuh menurun sehingga terjadi kompensasi
tubuh untuk menurunkan pH dengan meretensi H + oleh ginjal agar
absorpsi HCO3- berkurang. Penyebab hiperventilasi yang sering
ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lainnya :
a. Rangsangan pusat pernafasan :
- Hiperventilasi psikogenik yang disebabkan oleh stress
emosional (penyebab tersering)
- Keadaan hipermetabolik : demam, tirotoksikosis gangguan CNS
- Cedera kepala atau gangguan pembuluh darah otak, tumor otak,
intoksikasi salisilat (awal)
b. Hipoksia
c. Pneumoni, asma, edema paru
d. Gagal jantung kongestif
e. Fibrosis paru
f. Tinggal ditempat yang tinggi (oleh karena kadar oksigen yang
rendah)
g. Ventilasi mekanis yang berlebihan
h. Sepsis gram negative
i. Sirosis hepatis
j. Overdosis aspirin
Alkalosis
Respiratorik Kurangnya oksigen
dalam otak
Hal ini
Oksigen ke jaringan menyebabkan Sakit kepala
tidak sampai ke ekshalasi CO2 yang
jaringan perifer berlebihan
Kesadaran
menurun
Nyeri dan Terjadi rangsangan
kesemutan pada pusat pernafasan di
area perifer medula oblongata
Penurunan Kapasitas
Adaptif Intrakranial
Perfusi Perifer
Tidak Efektif
Pola Napas Tidak Gangguan
Efektif Pertukaran Gas
4. Manifestasi Klinis
a. Pusing (dizziness), karena kurangnya oksigen didalam otak
b. Bingung, karena Vasopasme serebral oleh hipokapnia
c. Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang otot dan
penurunan kesadaran. Tetani/kejang, karena alkalosis secara
langsung meningkatkan kepekaan terhadap rangsang dari sistem
neuromuskuler.
d. Rasa gatal di sekitar bibir dan wajah.
e. Nafas cepat dan dalam
f. Kesemutan dan terasa kebas dijari tangan dan kaki
g. Apabila alkalosisnya sudah cukup parah dapat timbul kelelahan
kronis, berdebar debar, cemas, mulut terasa kering, tidak bisa tidur
h. Ketegangan emosi
i. Telapak tangan dan kaki teraba dingin dan lembab
5. Komplikasi :
Pada kondisi PH<7, terjadi kerusakan struktur ikatan kimiawi dan
perubahan bentuk protein yang menyebabkan kerusakan jaringan dan
perubahan fungsi selular. Bila PH>7, terjadi kontraksi otot skelet yang
tidak terkendali. Jadi komplikasi yang bias terjadi yaitu :
- Gagal nafas akut
- Gagal jantung
- Gagal ginjal kronik
- Kerusakan otak
- Kematian
6. Pemeriksaan Penunjang
a. AGD:
pH > 7,45
PaCO2 < 35 mmHg
HCO3 < 22 mEq/L
b. Elektrolit serum
Menentukan adanya gangguan metabolic asam basa.
c. Fosfat serum
Mungkin turun < 0,5 mg/dl (normalnya adalah 3,0-4,5 mg/dl).
Karena alkalosis yang menyebabkan peningkatan ambilan fosfat ke
sel-sel.
7. Penatalaksanaan
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi. Preparat
farmakologi digunakan sesuai indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator
membantu menurunkan spasme bronkhial, dan antibiotik yang digunakan
untuk infeksi pernapasan. Tindakan hygiene pulmonari dilakukan, ketika
diperlukan, untuk membersihkan saluran pernapasan dari mukus dan
drainase pluren. Hidrasi yang adekurat di indikasikan untuk menjaga
membran mukosa tetap lembab dan karenanya memfasilitasi
pembuangan sekresi. Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan.
Ventilasi mekanik, yang digunakan secara waspada dapat
memperbaiki ventilasi pulmonari. Penggunaan ventilasi mekanik yang
tidak bijaksana dapat menyebabkan eksresi karbondioksida yang
demikian cepat sehingga ginjal tidak mampu untuk mengeliminasi
kelebihan biokarbonat dengan cukup cepat untuk mencegah alkalosis dan
kejang. Untuk alasan ini, kenaikan PaCO2 harus diturunkan secara
lambat. Membaringkan pasien dalam posisi semifowler memfasilitasi
ekspansi dinding dada.
Adapun juga penanganan lain yaitu :
- Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah
memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan,
memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini.
- Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
- Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung
plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah
penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya.
- Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan
nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan
menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan
berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar
karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik,
sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan
serangan alkalosis respiratorik.
8. Pencegahan
Pencegahan terjadinya alkalosis respiratorik yaitu dengan cara
mengatasi penyebab hiperventilasi. Penyebab yang paling sering adalah
psikologis termasuk stress, panic, dan gelisah. Dapat menyesuaikan diri
dan belajar mengendalikan penyebab-penyebab tersebut.
Melakukan terapi fisik dengan seorang terapis juga dapat membantu
mencegah terjadinya alkalosis respiratorik. Begitu juga dengan latihan
pernapasan, meditasi, dan olahraga secara teratur. Obat-obatan mungkin
diperlukan dalam beberapa kasus.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Pasien
a. Data subjektif :
1) Nyeri (dada, abdomen)
2) Sesak nafas
3) Toleransi aktifitas
4) Demam
5) Napas cepat
6) Berkeringat pada kaki dan tangan
b. Data subjektif :
1) Wajah cemas
2) Dipsnea
3) Sianosis bibir, area sirkumolar, dasar kuku, gusi, daun telinga,
telapak kaki, telapak tangan, pucat
4) Konfusi, gelisah
5) Halusinasi, peningkatan suhu tubuh
6) Diaforesis
7) Status jantung
c. Informasi latar belakang yang terkait
Misalnya:
1) penyakit jantung
2) penyakit ginjal
3) penyakit hati
4) asites
5) polisitemia
6) obesitas
d. Riwayat medis sebelumnya
e. Riwayat keluarga
f. Riwayat sosial
g. Riwayat medikasi
h. Pemeriksaan diagnostik
1) AGD : variabel
pH > 7,45
PaCO2 < 35 mmHg
HCO3 < 22 mEq/L
2) EKG : disritmia
Mendeteksi disritmia jantung, yang mungkin terjadi dengan
alkalosis.
3) Elektrolit serum
Menentukan adanya gangguan metabolic asam basa.
4) Fosfat serum
Mungkin turun < 0,5 mg/dl (normalnya adalah 3,0-4,5 mg/dl).
Karena alkalosis yang menyebabkan peningkatan ambilan fosfat
ke sel-sel.
5) LAB : pH ↑ - pCO2 ↓ – bikarbonat ↓ - BE (-)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya bernapas
b. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
c. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan arteri atau vena
d. Penurunan kapasitas adapatif intrakranial b/d peningkatan tekanan
vena
3. Intervensi Keperawatan
Riwayat penyakit saat ini : Pada saat pengkajian keluarga pasien mengatakan pasien
mengeluh Sesak Napas, pusing, sakit kepala, penglihatannya kabur, dan kesemutan pada ekstremitas
bawah, Nampak pasien gelisah. Dan pasien mengalami penurunan kesadaran delirium dengan GCS :
8, E2V3M3.
Riwayat Allergi : Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, minuman maupun
obat-obatan
Riwayat Pengobatan : Pasien sebelumnya pernah berobat dengan keluhan sesak napas
Riwayat penyakit sebelumnya dan Riwayat penyakit keluarga : Pasien ada riwayat penyakit asma
dan tidak ada riwayat penyakit dalam keluarga
Jalan Nafas : Paten Tidak Paten
BREATHING
Irama Jantung :
Tekanan Darah : 110/90 mmHg
Pucat : Ya Tidak
Sianosis : Ya Tidak
CRT : < 2 detik > 2 detik
Akral : Hangat Dingin S: 39.50C
Pendarahan : Ya, Lokasi: ... ... Jumlah ... ...cc Tidak
Turgor : Elastis Lambat
Diaphoresis : Ya Tidak
Riwayat Kehilangan cairan berlebihan : Diare Muntah Luka bakar
JVP : <8 cmH20
CVP : 6 cm H20z
IVFD : Ya Tidak, Jenis cairan: Nacl 0.9 %
Lain-lain:-
Masalah Keperawatan : Perfusi perifer tidak efektif
Kesadaran: Composmentis Delirium Somnolen Apatis Koma
GCS : Eye: 2 Verbal : 3 Motorik : 3
Pupil : Isokor Unisokor Pinpoint Midriasis
Refleks Cahaya : Ada Tidak Ada
Refleks Muntah : Ada Tidak Ada
Refleks fisiologis : Patela (+/-) Lain-lain:-
Refleks patologis : Babinzky (+/-) Kernig (+/-) Lain-lain ... ...
BRAIN
TB : 150 cm BB : 65 kg
Nafsu makan : Baik Menurun
Makan : Frekuensi 2x/hr Jumlah : ½ porsi
Minum : Frekuensi 3-4 gls /hr Jumlah : 50 cc/hr
NGT : Terpasang NGT
Abdomen : Distensi Supel tidak ada
Bising usus: 12 x/menit
BAB : Teratur Tidak
Frekuensi BAB : 2x/hr Konsistensi: lunak Warna: kuning darah (-)/lendir(-)
Stoma:-
Lain-lain:-
(Muskuloskletal & Integumen) BONE Masalah Keperawatan:-
budayanya.
A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hari/Tgl/Ja Jenis
Hasil Normal Interprestasi
m Pemeriksaan
Karena alkalosis
Menurun < 0,5
26/10/2020
yang menyebabkan
(12.00) Fosfat serum mg/dl (normalnya 3,0-4,5 mg/dl.
peningkatan
adalah 3,0-4,5
ambilan fosfat ke
mg/dl).
sel-sel.
B. TERAPI
KEPERAWATAN KRITIS
Data Diagnosa
No Interpretasi
Subyektif & Obyektif Keperawatan
1. Ds : Pola napas tidak efektif Pola napas tidak
Keluarga pasien mengatakan pasien efektif b/d hambatan
mengalami sesak napas upaya bernapas
Do :
a. Nampak pengggunaan otot
bantu napas
b. RR: 44 x/menit
c. Nampak pernapasan cuping
hidung
2. Ds :
a. Keluarga pasien mengatakan
pasien sesak napas
b. Keluarga pasien mengatakan
pasien merasa pusing
c. Keluarga pasien mengatakan Gangguan pertukaran
pasien penglihatannya kabur gas b/d
Gangguan pertukaran gas
Do : ketidakseimbangan
a. Bunyi napas wheezing ventilasi dan perfusi
b. Nampak pasien Gelisah
c. Warna kulit pucat
d. Hasil AGD :
PH 7.48
PaCO2 31 mmHg
HCO3 20 mEq/L
3. Ds :
a. Keluarga pasien mengatakan
pasien kesemutan pada
Perfusi perifer tidak
ektremitas bawah
Perfusi perifer tidak efektif efektif b/d penurunan
Do :
arteri atau vena
a. CRT > 2 detik
b. Akral teraba dingin
c. Warna kulit pucat
4. Ds :
Keluarga pasien mengatakan pasien
Penurunan kapasitas
mengeluh sakit kepala
Penurunan kapasitas adapatif intrakranial
Do :
adapatif intrakranial b/d peningkatan
a. HR : 100 x/menit
tekanan vena
b. Tingkat kesadaran delirium
c. Reaksi pupil anisokor
RENCANA KEPERAWATAN KRITIS
1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas :
1. Mengetahui status
b/d hambatan upaya keperawatan 1 x 6 jam Observasi
diharapkan Pola napas pernapasasan pasien
bernapas 1. Monitor pola napas
teratasi 2. Untuk menyeimbangkan
2. Monitor bunyi napas tambahan
1. Kapasitas vital meningkat kebutuhan oksigen
Terapeutik
2. Tekanan ekpirasi 3. Memenuhi kebutuhan
3. Pertahankan kepatenan jalan napas
meningkat oksigen pasien
4. Posisikan semi fowler atau fowler
3. Tekanan inpirasi
5. Berikan oksigen bila perlu
meningkat
4. Dispnea menurun
5. Frekuensi napas membaik
6. Kedalaman napas
membaik
2. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
gas b/d keperawatan 1 x 6 jam Observasi 1. Untuk memantau status
diharapkan pertukaran gas 1. Monitor frekuensi, irama dan upaya
ketidakseimbangan pernasapan pasien
meningkat nafas
ventilasi dan perfusi 2. Untuk mencegah aspirasi
1. Dispnea menurun 2. Monitor adanya sumbatan jalan napas pada jalan napas
2. Bunyi nafas tambahan 3. Monitor nilai AGD 3. Untuk memantau status
menurun 4. Monitor saturasi oksigen asam basa
3. Nafas cuping hidung 5. Auskultasi bunyi napas 4. Untuk memantau saturasi
menurun oksigen
4. PCO2 membaik 5. Untuk memudahkan
5. PO2 membaik memberikan terapi dan
tindakan yang sesuai
3. Perfusi perifertidak Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi :
efektif b/d penurunan keperawatan 1 x 6 jam Observasi :
Memantau status sirkulasi pda
arteri atau vena diharapkan perfusi perifer 1. Periksa sirkulsi perifer ( mis. Nadi
pasien
teratasi : perifer, pengisian kapiler, warna,
1. Denyut nadi perifer dari suhu )
menurun (1)menjadi Terapeutik :
Cukup menurun (2) 2. Hindari pengukuran tekanan darah
2. Warna kulit pucat dari pada ekstremitas dengan keterbatasan
menigkat (1) menjadi perfusi
cukup menigkat (2) Edukasi :
3. Akral dari memburuk (1) 3. Ajarkan program diet untuk
menjadi cukup memburuk memperbaiki sirkulasi ( mis. Rendah
(2) lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
4. Turgor kulit dari 4. Informasikan tanda dan gejala darurat
memburuk (1) menjadi yang harus dilaporkan (mis. Rasa sakit
cukup memburuk (2) yang tidak hilang saat istirahat,
hilangnya rasa)
HCO3 20 mEq/L
4. Monitor saturasi oksigen
Hasil :
Saturasi oksigen pasien 97%
5. Melakukan Auskultasi bunyi
napas
Hasil :
Bunyi napas wheezing
3. 27/10/202 Perawatan sirkulasi : S : Pasien masih
0 (10.20) 1. Periksa sirkulsi perifer ( mis. kesemutan pada
Nadi perifer, pengisian kapiler, ektremitas bawah
warna, suhu ).
O : Warna kulit pucat,
Hasil :
CRT > 2 detik
Pengisian kapiler > 2 detik,
warna kulit nampak pucar, Suhu A : Masalah belum teratasi
39.50C
P : Lanjutkan intervensi
2. Hindari pengukuran tekanan
keperawatan
darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi Perawatan sirkulasi :
BAB IV
PEMBAHASAN
Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya tentang tinjauan teoritis dari studi
kasus serta pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.”Z” dengan diagnosa medis
Alkasosis Respiratorik (Asma) Di ruangan IGD RSUP DR. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Pada bab ini kami membahas kesenjangan antara apa
yang dituliskan dalam teori dengan apa yang didapatkan pada kasus keloloaan
kelompok.
A. Pengkajian
Pada tinjauan teoritis ditemukan gambaran klinis yang terdapat pada kasus
seperti : Pusing (dizziness), karena kurangnya oksigen didalam otak, Bingung,
karena Vasopasme serebral oleh hipokapnia, Jika keadaannya makin
memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran. Tetani/kejang,
karena alkalosis secara langsung meningkatkan kepekaan terhadap rangsang
dari sistem neuromuskuler, Rasa gatal di sekitar bibir dan wajah, Nafas cepat
dan dalam, Kesemutan dan terasa kebas dijari tangan dan kaki, Apabila
alkalosisnya sudah cukup parah dapat timbul kelelahan kronis, berdebar debar,
cemas, mulut terasa kering, tidak bisa tidur, Ketegangan emosi, Telapak
tangan dan kaki teraba dingin dan lembab.
Sedangkan data yang didapat pada kasus yang diderita Ny.“Z” ditemukan
beberapa data yaitu: Pada saat pengkajian keluarga pasien mengatakan pasien
kejang, Sesak Napas, pusing, sakit kepala, penglihatannya kabur, dan
kesemutan pada ekstremitas bawah, Nampak pasien gelisah. Dan pasien
mengalami penurunan kesadaran delirium dengan GCS : 8, E2V3M3.
Dari uraian diatas terdapat kesenjangan data. Hal ini terjadi karena respon
fisiologis pada setiap manusia berbeda beda antara satu dengan yang lainnya
B. Diagnosa Keperawatan.
Dari tinjauan teori pada bab II, diuraikan 4 diagnosa keperawatan yang
lazim ditemukan pada klien dengan Alkasosis Respiratorik (Asma) yaitu :
1. Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya bernapas
2. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
3. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan arteri atau vena
4. Penurunan kapasitas adapatif intrakranial b/d peningkatan tekanan vena
Pada hasil pengkajian pada kasus Ny.”Z” didapatkan 4 diagnosa yang
sama pada teori, yaitu :
1. Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya bernapas
2. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
3. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan arteri atau vena
4. Penurunan kapasitas adapatif intrakranial b/d peningkatan tekanan vena
C. Perencanaan
Dari 4 diagnosa keperawatan yang diangkat dalam kasus ini,
selanjutnya dibuat rencana keperawatan sebagai tindakan pemecahan masalah.
Pada tahap ini, perencanaan yang ditentukan ada penambahan intervensi yang
tidak terdapat pada tinjauan teori. Untuk lebih jelasnya pembahasan mengenai
perencanaan yang telah dilakukan diuraikan sebagai berikut:
D. Penatalaksanaan
Semua tindakan yang dilaksanakan selalu berorientasi pada rencana
yang telah dibuat terdahulu dengan mengantisipasi seluruh tanda-tanda yang
timbul sehingga tindakan keperawatan dapat tercapai pada asuhan
keperawatan yang dilaksanakan dengan menerapkan komunikasi terapeutik
dengan prinsip etis.
Adapun hal-hal yang mendukung, menghambat, dan pemecahan
masalah dalam tahap tindakan/pelaksanaan adalah :
3. Pemecahan masalah
Bekerjasama dengan perawat ruangan serta melibatkan keluarga dalam
melaksanakan tindakan keperawatan klien.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi meliputi hasil dan proses pada kasus ini menunjang adanya kemajuan
atau keberhasilan dari masalah yang dihadapi oleh klien/keluarga.
Pada kasus yang ditangani dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan sebagai metode pemecahan masalah sehingga dalam evaluasi
setelah dirawat selama 1 hari yaitu tanggal 27 Oktober 2020 menunjukkan
bahwa dari 4 diagnosa yang ditegakkan, belum ada diagnosa yang dapat
teratasi secara sempurna. Namun bila ditinjau dari respon yang diberikan oleh
klien, menunjukkan adanya kemajuan dalam proses penyembuhan klien.
BAB V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Alkalosis respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa.
Terjadi pada gangguan sistem respirasi dengan mengeluarkan CO 2 yang
berlebihan sebagai kompensasi untuk mengurangi hypoxia yang ditandai
dengan bernafas cepat dan dalam agar kadar CO 2 menjadi rendah dalam
darah. Kelainan ini diawali oleh penurunan kadar PCO 2 sehingga ion H+
rendah akan mengasilkan peningkatan pH (PCO2 < 35 dan pH > 7,45).
Kompensasi ginjal berupa penurunan ekresi H + dengan akibat lebih sedikit
absorbsi HCO3-.
Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus Ny.
“Z” dengan diagnosa Alkalosis respiratorik adalah:
1. Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya bernapas
2. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
3. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan arteri atau vena
4. Penurunan kapasitas adapatif intrakranial b/d peningkatan tekanan vena.
B. SARAN
Dengan adanya laporan ini, semoga digunakan sebagai pedoman bagi
pembaca baik tenaga kesehatan khususnya perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan secara professional.
Laporan ini masih banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun isi.
Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan
penyusunan laporan ini.
Alkalosis
Respiratorik
Oksigen ke jaringan Sakit kepala
Hal ini
tidak sampai ke jaringan
menyebabkan
perifer
ekshalasi CO2 yang
berlebihan
Kesadaran
Nyeri dan kesemutan menurun
pada area perifer
DAFTAR PUSTAKA