Anda di halaman 1dari 4

PENENTUAN NILAI SPF (SUN PROTECTING FACTOR) FRAKSI DAUN

KITOLOD (Isotoma longiflora L.) SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS


PROPOSAL
Karya Tulis Ilmiah

Diajukan oleh :

Alan Krisna A.

NIM : 218050

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA FARMASI

POLITEKNIK KATOLIK MANGUNWIJAYA

SEMARANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan paparan sinar matahari yang tinggi dan
sebagian besar penduduk Indonesia bekerja diluar ruangan sehingga memerlukan suatu
perlindungan kulit. Spektrum sinar matahari yang mempunyai dampak buruk pada kulit
adalah sinar ultraviolet yang disebut UVB dan UVA. Kedua sinar ultraviolet ini bekerja
secara sinergis sehingga dibutuhkan suatu pencegahan atau perlindungan untuk mengurangi
dampak buruk pada kulit akibat radiasi sinar UVB dan UVA (Torres et al., 2020).

Sinar matahari merupakan anugerah alam yang memiliki manfaat dan peran yang
sangat penting. Sinar matahari disatu pihak sangat diperlukan oleh makhluk hidup, namun
dilain pihak sinar matahari juga dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan,
terutama kesehatan kulit. Paparan sinar matahari berlebih dalam waktu lama dapat merusak
lapisan kulit (Wolfe et al., 2017).

Spektrum elektromagnetik daerah ultraviolet (UV), dibagi menjadi 3 daerah yaitu


UV A 320-400 nm, UV B 290-320 nm dan UV C 200-290 nm. Radiasi UV C disaring oleh
atmosfer sebelum mencapai bumi. Radiasi UV B tidak sepenuhnya disaring oleh lapisan
ozon yang dapat menyebabkan kulit terbakar matahari (sunburn), sedangkan radiasi UV A
mampu mencapai lapisan epidermis dan dermis lebih dalam, serta dapat memicu penuaan
dini pada kulit. Efek berbahaya dari radiasi UV pada kulit dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
efek akut seperti kulit terbakar atau eritema, reaksi fototoksik, fotoalergi dan
fotosensitivitas serta efek kronis yaitu fotoaging, kanker kulit dan imunosupresi
(Damayanti et al., 2017).

Pencegahan efek buruk paparan sinar matahari pada kulit dapat dilakukan dengan
penggunaan tabir surya. Tabir surya merupakan suatu zat yang mampu menyerap dan
memantulkan radiasi UV sehingga mengurangi energi radiasi yang berpenetrasi ke dalam
kulit. Berkurangnya energi radiasi yang pberpenetrasi ke dalam kulit diharapkan
mengurangi efek-efek kerusakan yang tidak diinginkan pada kulit akibat paparan sinar
matahari yang berlebihan. Tabir surya alami yang diperoleh dari alam dengan kandungan
senyawa fenolik dalam tumbuhan yang mampu melindungi jaringan dari radiasi sinar
matahari yang merusak. Flavonoid memiliki potensi sebagai tabir surya karena adanya
gugus kromofor yang umumnya memberi warna pada tanaman. Gugus kromofor tersebut
merupakan sistem aromatik terkonjugasi yang menyebabkan kemampuan untuk menyerap
kuat sinar pada kisaran panjang gelombang sinar UV (Farmasi, 2019)

Indonesia yang dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, memiliki lebih
kurang 30.000 spesies tumbuhan dan 940 spesies diantaranya termasuk tumbuhan
berkhasiat. Tanaman tersebut menghasilkan metabolit sekunder dengan struktur molekul
dan aktifitas biologi yang beranekaragam serta memiliki potensi sangat baik untuk
dikembangkan menjadi obat (Noviyanty et al., 2020). Tumbuhan berkhasiat obat ini telah
banyak diteliti untuk mencari senyawa baru ataupun menambah keanekaragaman senyawa
yang telah ada. Penelitian tersebut dilakukan dengan berbagai pendekatan seperti cara
empiris, etnobotani dan etnofarmakologi (Putra et al., 2020). Upaya selanjutnya untuk
pengisolasian senyawa murni dan turunannya sebagai bahan dasar obat modern (Aisyah et
al., 2019).

Salah satu tanaman di Indonesia yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah
tumbuhan kitolod. Masyarakat di kota Pekan baru, Riau dan Bogor terutama daerah
pedalaman banyak menggunakan tanaman ini sebagai obat. Kitolod (Isotoma longiflora L.)
termasuk suku Campanulaceae berasal dari Hindia Barat menyebar ke berbagai wilayah
dibelahan dunia, baik di Amerika, Australia, Afrika, Eropa dan Asia. Bagian yang
bermanfaat dari tanaman kitolod ini adalah daunnya digunakan sebagai obat luka, efek
fisiologis yang kuat terutama pada susunan syaraf pusat, obat anti radang, obat gangguan
mata seperti mata berair, mata plus, minus, katarak, glaukoma (Fazil et al., 2017). Sejumlah
kandungan metabolit sekunder yang terkandung dalam daun kitolod ini antara lain
alkaloida, flavonoida, glikosida, steroid/triterpenoid, saponin dan tanin (Yunindanova &
Maret, 2020).

B. Perumusan Masalah

Berapakah nilai SPF (Sun Protecting Factor) fraksi daun kitolod (Isotoma longiflora
L.)?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui nilai SPF (Sun Protecting Factor) fraksi daun kitolod (Isotoma
longiflora L.).

D. Manfaat Penelitian

Memberikan informasi dan pengetahuan pemanfaatan daun kitolod (Isotoma


longiflora L.) sebagai tabir surya

Anda mungkin juga menyukai