Anda di halaman 1dari 18

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

(Milfayetty, dkk)

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

(Binti Maunah)

“BELAJAR”

NAMA MAHASISWA : WANDA BAHRI NASUTION

NIM : 4192411025

DOSEN PENGAMPU : MAHFUZI IRWAN S.Pd, M.Pd

MATA KULIAH : PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, nikmat dan anugerah-Nya sehingga Critical Book

Review ini terselesaikan dengan baik, meski jauh dari kata sempurna.

Adapun maksud dan tujuan saya untuk menyusun Critical Book Review ini,

yaitu dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.

Tidak lupa, saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mahfuzi

Irwan S.Pd, M.Pd yang terhormat selaku dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan.

Serta kepada semua pihak yang telah mendukung dalam proses terciptanya Critical

Book Review ini.

Sebagai penulis, saya mengakui bahwasanya masih banyak kekurangan yang

terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati saya

berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran agar menjadi

tolak ukur saya kedepannya.

Terima kasih.

Medan, Maret 2020

Wanda Bahri Nasution


DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................i

Daftar Isi...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................1

1.2 Tujuan...............................................................................................1

1.3 Manfaat.............................................................................................2

1.4 Identitas Buku..................................................................................2

BAB II ISI BUKU....................................................................................................3

2.1 Ringkasan Isi Buku .........................................................................3

2.2 Ringkasan Isi Buku II......................................................................6

BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................13

3.1 Kelebihan Buku I.............................................................................13

3.2 Kelemahan Buku I...........................................................................13

3.3 Kelebihan Buku II............................................................................13

3.4 Kelemahan Buku II..........................................................................13

BAB IV PENUTUP.................................................................................................14

4.1 Kesimpulan......................................................................................14

4.2 Saran .................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psikologi pendidikan merupakan cabang psikologi yang memiliki lingkup

kajian khusus, yaitu kajian psikologi dalam konteks pendidikan. Psikologi

pendidikan mengkaji masalah-masalah psikologis yang muncul dalam pelaksanaan

pembelajaran.

Guru adalah pendidik yang bukan hanya sekedar mengajar, melainkan juga

menginternalisasikan nilai kemanusiaan dan budaya, mengembangkan kemampuan

beradaptasi dengan dinamika masyarakat, dan lain sebagainya dengan tujuan agar

peserta didik menjadi manusia yang berbudaya dan beradab. Berdasarkan acuan

itulah maka guru diwajibkan mengembangkan potensi dan kompetensi diri sebagai

guru professional.

Peserta didik juga turut mengalami perkembangan secara terus-menerus,

baik itu perkembangan mental, emosi, intelektual, bahasa, ataupun sosial budaya.

Peserta didik juga perlu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mereka harus

bisa memilih teman sepergaulan yang dapat memberikan pengaruh positif. Maka

dalam hal ini, peran orang tua dan juga guru sebagai pendidik sangat dibutuhkan.

1.2 Tujuan

Dalam penulisan CBR ini, adapun tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui arti belajar dan kaitannya dengan proses perkembangan

di dalam diri individu.

2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan masing masing buku untuk

menjadi sumber referensi.

3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.


1.3 Manfaat

Penulisan Critikal Book Report ini diharapkan dapat memberikan manfaaat

bagi penulis maupun pembaca mengenai psikologi peserta didik terutama dalam hal

pembelajaran. Dengan penulisan CBR ini, diharapkan dapat menambah wawasan

dan bisa memilih buku yang baik sebagai referensi yang akurat.

1.4 Identitas Buku

 Identitas Buku I

1. Judul : Psikologi Pendidikan

2. Pengarang : Sri Milfayetty,dkk

3. Jumlah Halaman : 204 halaman

4. Penerbit : Unimed Press

5. Kota Terbit : Medan

6. Tahun Terbit : 2018

7. ISBN : 978-602-8207-18-8

 Identitas Buku II

1. Judul : Psikologi Pendidikan

2. Pengarang : Binti Maunah

3. Jumlah Halaman : 225 halaman

4. Penerbit : IAIN Tulungagung Press

5. Kota Terbit : Yogyakarta

6. Tahun Terbit : 2014

7. ISBN : 978-602-1090-09-1
BAB II

ISI BUKU

2.1 Ringkasan Isi Buku I

Belajar adalah mendapatkan sesuatu yang baru dan menghasilkan perubahan

tingkah laku. Perubahan tersebut dapat berupa pengetahuan yang baru. Proses

belajar berlangsung secara internal. Diawali dengan membangun jembatan antar

konsep yang satu dengan konsep lainnya.

A. Belajar vs Kematangan

Berbagai perubahan terjadi pada diri individu selama rentang kehidupannya.

Namun tidak semua perubahan ini disebabkan proses belajar, melainkan ada juga

yang disebabkan oleh kematangan. Proses belajar akan memberikan hasil yang

optimum jika berlangsung dalam kondisi kematangan tertentu. Perkembangan dan

belajar merupakan proses yang saling mendukung dalam kehidupan manusia.

Proses perkembangan di ddalam diri individu pada hakikatnya menyatu, nmaun

secara konsep adda ahli yang mengelompokkannya atas dimensi

fisik,kognitif,bahasa,pribadi,social dan moral.

B. Otak Belajar

Kendali seluruh saraf yang ada di dalam diri manusia adalah otak. Perbedaan

yang paling essensial antara manusia dengan makhluk tuhan yang lain adalah

otaknya. Potensi yang dimiliki manusia sangatlah besar. Setiap sel otak memiliki 1

hingga 20.000 koneksi. Paul maclean mengemukakan konsep otak triun dalam satu

kepala yaitu otak reptile,otak mamalia dan otak korteks. Berdasarkan cara kerja

ketiga otak tersebut maka hal yang terbaik yang perlu dilakukan dalam belajar

adalah menerima informasi yang dapat diterima otak mamalia secara nyaman

sehingga informasi tersebut dapat dikirim ke otak korteks dan proses belajar

berlangsung sebagaimana diharapkan.

Fakta lain tentang otak adalah otak terdiri dari otak kiri dan kanan. Otak kiri

mempunyai fungsi dan cara belajar yang khusus yaitu menyukai hal hal yang
berurutan, belajar maksimal dari hal hal detail baru kemudian global. Sedangkan

otak kanan lebih menyukai hal acak,belajar dari global ke detail,menyukai sistem

membaca secara menyeluruh, ingin pendekatan yang yang terbuka,baru dan kejutan

menantang.

C. Perkembangan dan Belajar

1. Perkembangan Kognitif dan Belajar

Perkembangan kognitif adalah proses perubahan kemampuan individu

dalam berfikir. Perkekbangan kognitif dalam teori piaget mencakup proses-proses

yaitu skema,assimilasi,akomodasi,organisasi dan equiblibrasi. Piaget juga

menngemukakan bahwa perkembangan kognitif berlangsung dalam empat tahap

yaitu sensori motor,praoperasional,operasional konkret,dan operasional formal.

Teori perkembangan kognitif dikembangkan juga oleh Vigotsky. Ia

menekankan bahwa keahlian kognitif perlu diinterprestasikan secara perkembangan

dan dimediasi oleh bahasa,relasi social,dan kultur.

Pada tahap selanjutnya perkembangan kognitif dengan beberapa

perkembangan belajar lainnya berkembang menjadi pendekatan belajar

konstruktivisme. Menurut pendekatan ini belajar berlangsung melalui peran aktif

siswa dalam membangun pemahaman terhadap informasi yang diterimanya.

2. Perkembangan Bahasa dan Belajar

Bahasa merupakan alat komunikasi dapat berbentuk lisan,tulisan,atau

symbol. Vigotsky menetapkan bahasa sebagai alat kultural dalam pengembangan

kognitif. Peserta didik dapat menggunakan inner spech dalam penyelesaian proses

belajarnya. Orang orang dewasa yang berada didalam lingkungan anak dapat

menjadi sumber belajar bagi anak dibidang pekerjaan,rumah tangga,dan kehidupan

beragama.

3. Perkembangan Sosial dan Belajar

Perkembangan social mengacu kepada perubahan jangka panjang didalam

konteks mmebina hubungan,interaksi pribadi,teman sebaya,dan keluarga.

Lingkungan yang mempengaruhi perkembangan social dijelaskan melalui teori


ekologi Bronfenbrenner. Pada teori ini dikemukakan lima sistem lingkungan yaitu

mikrosistem, mesosistem, Ekososistem, makrosistem,dan kronosistem.

Hubungan-Keluarga-Sekolah dalam teori Bronferbrenner, hubungan antara

keluarga dan sekolah adalah mesosistem yang penting. Dalam satu survey,guru

menganggap keterlibatan orang tua sebagai prioritas pertama dalam rangka

meingkatkan pendidikan.

Proses belajar dalam teori erikson akan berlangsung dalam perkembangan

individu jika : a) mendapat pengalaman dalam mengambil inisiatif, b) mendapat

pengalaman belajar dalam suasana yang menyenangkan, c) remaja mendapat

pengalaman untuk mengeksplorasi jati dirinya.

4. Perkembangan Diri

Konsep diri secara umum diartikan sebagai pengetahuan atau keyakinan

individu tentang dirinya,ide ide,perasaan, sikap dan harapannya. Pada usia remaja

konsep diri sering dihubungkan dengan penampilan fisik dan penerimaan social

maupun prestasi sekolah.

Satu konsep yang erat kaitannya dengan konsep diri adalah penghargaan

diri,yaitu pandangan keseluruhan individu tentang dirinya.Konsep diri dan

penghargaan diri yang positif akan mendorong tumbuhnya rasa percaya diri.

5. Perkembangan Moral

Perkembangan moral adalah perkembangan yang berhubungan dengan

aturan dan konvensi dari interaksi yang adil antar orang. Perilaku moral

dipengaruhi pengasuhan dan pendidikan yang dialami seseorang. Anak yang

diperlakukan dengan perhatian,kemurahan hati,akan cenderung lebih peduli pada

hak dan perasaan orang lain.

Perkembangan moral sisiwa dapat diupayakan melalui pendidikan karakter

yaitu pendekatan yang langsung kepada siswa tentang pengetahuan moral. Satu

bentuk positif perkembangan moral adalah prososial. Prososial adalah prilaku yang

dianggap bersifat altruistic,adil,berbagi perhatian,dan empatik.


2.2 Ringkasan Isi Buku II

A. Pengertian Belajar

Belajar (Learning) seringkali didefinisikan sebagai perubahan yang secara

relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari

pengalaman-pengalaman. Sebagian orang berasumsi bahwa belajar itu adalah

semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam

bentuk informasi atau materi pelajaran. Orang yang berasumsi demikian biasanya

akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan

kembali secara lisan sebagai sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku

teks atau yang diajarkan oleh gurunya.

Berikut adalah definisi belajar berdasarkan pendapat para ahli pendidikan

modern.

1. Hilgard dan Bower dalam buku Theories of learning, mengatakan bahwa

belajar itu selalu berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang

terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya secara

berulang-ulang dalam situasi itu dimana perubahan tingkah laku itu tidak

dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan,

atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.

2. Morgan, dalam buku Introduction of psychology mengemukakan bahwa belajar

adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang

terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.

3. Witherington dalam buku Educational psychology, mengemukakan bahwa

belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri

sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan sikap

kebiasaan kepandaian atau suatu pengertian.

Dalam kegiatan belajar berbagai bentuk penyesuaian diri mereka

pergunakan. Berikut ini uraian beberapa macam cara penyesuaian diri yang

dilakukan beberapa orang dengan sengaja maupun tidak sengaja, dan bagaimana

hubungannya dengan belajar.


1. Belajar dan kematangan

Kematangan (maturation) adalah proses pertumbuhan organ-organ.

Kematangan itu datang atau tiba waktunya dengan sendirinya. Sedangkan belajar

lebih membutuhkan kegiatan yang disadari suatu aktivitas, latihan-latihan dan

konsentrasi dari organ yang bersangkutan.proses belajar terjadi karena perangsang-

perangsang dari luar. Sedangkan proses kematangan terjadi dari dalam. Keterkaitan

belajar dan kematangan dalam prakteknya berhubungan erat satu sama lain

keduanya saling menyempurnakan.

2. Belajar dan penyesuaian diri

Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang dapat merubah tingkah laku

manusia. Penyesuaian diri itu ada dua macam, pertama penyesuaian diri autoplastis

dapat terlihat jika seseorang mengubah dirinya disesuaikan dengan keadaan

lingkungan atau dunia luar. Kedua penyesuaian diri alloplastis berarti mengubah

lingkungan atau dunia luar disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dirinya. Kedua

macam penyesuaian diri ini termasuk ke dalam proses belajar, karena daripadanya

terjadi perubahan-perubahan yang kadang-kadang sangat mendalam dalam

kehidupan manusia. Akan tetapi, tidak semua belajar adalah bentuk dari

penyesuaian diri.

3. Belajar dan pengalaman

Belajar dan pengalaman keduanya merupakan suatu proses yang dapat

merubah sikap tingkah laku dan pengetahuan kita. Akan tetapi, belajar dan

memperoleh pengalaman adalah berbeda. Mengalami sesuatu belum tentu

merupakan belajar dalam arti pedagogik, tetapi sebaliknya tiap-tiap belajar berarti

juga mengalami.

4. Belajar dan bermain

Dalam bermain juga terjadi proses belajar. Persamaannya ialah bahwa dalam

belajar dan bermain keduanya terjadi perubahan yang dapat mengubah tingkah

laku sikap dan pengalaman. Akan tetapi antara keduanya terdapat

perbedaan.menurut sifatnya, perbedaan antara belajar dan bermain ialah kegiatan


belajar mempunyai tujuan yang terletak pada masa depan. Sedangkan kegiatan

bermain hanyalah ditujukan untuk situasi di waktu itu saja. Meskipun demikian

maka hubungan antara keduanya sangat erat.

5. Belajar dan pengertian

Belajar mempunyai arti yang lebih luas daripada hanya mencapai pengertian.

Ada proses belajar yang berlangsung dengan otomatis tanpa pengertian. mendapat

sesuatu pengertian tertentu, belum tentu seseorang kemudian merubah tingkah

lakunya. Belum tentu seseorang yang mengerti tentang sesuatu berarti menjalankan

atau sikap sesuai dengan pengertian yang telah dicapai.

6. Belajar dan menghafal atau mengingat

Menghafal atau mengingat tidak sama dengan belajar titik hafal atau ingat

akan sesuatu belum menjamin bahwa dengan demikian orang sudah belajar dalam

arti yang sebenarnya. Sebab untuk mengetahui sesuatu tidak cukup hanya dengan

menghafal saja tetapi harus dengan pengertian.

7. Belajar dan latihan

Persamaannya adalah bahwa belajar dan latihan keduanya dapat

menyebabkan perubahan atau proses dalam tingkah laku, sikap dan pengetahuan.

Dari keterangan di atas kita dapat mengetahui bahwa belajar itu tidak hanya

melihat kematangan, menyesuaikan diri memperoleh pengalaman, pengertian atau

latihan. Jadi perubahan atau perbaikan dari fungsi-fungsi psikis yang menjadi syarat

dan mendasari perbaikan tingkah laku dan kecakapan-kecakapan termasuk di

dalamnya perubahan di dalam pengetahuan minat dan perhatian yang dibentuk

oleh tenaga-tenaga serta fungsi psikis dalam pribadi manusia.

B. Teori-teori belajar

1. Teori classical

Ivan Petrovich Pavlov dapat dikatakan sebagai pelopor dari teori

conditioning. Ia adalah ahli psikologi refleksologi dari Rusia. Prinsip dan aplikasi

classical conditioning adalah sebagai berikut:


a. Acquisition, penggunaan penguatan

b. Pemadaman dan pemulihan spontan

c. Generalisasi dan diskriminasi

d. Kondisioning tanding ( counter conditioning)

Kelemahan teori classical conditioning terletak pada: pertama, proses belajar itu

dapat diamati secara langsung. Kedua, peristiwa belajar itu bersifat otomatis

mekanis. Ketiga, proses belajar yang dianalogikan dalam perilaku hewan sulit untuk

diterima.

2. Teori instrumental conditioning

Prinsip dan aplikasi instrumental conditioning terdiri dari:

a. Penguatan ( reinforcement)

b. Pembentukan (shaping)

c. Pemadaman dan pemulihan spontan

d. Generalisasi dan diskriminasi

e. Hukuman.

Adapun kelemahan dari teori ini yaitu pada dasarnya teori ini merupakan

suatu kelanjutan dari teori pertama sehingga kelemahannya juga sama dengan teori

pertama.

3. Teori cognitif learning

Walter Mischel mengusulkan satu teori kognitif sosial satu pendekatan unit

dasar studi yang bergeser dari individu kepada kegiatan kognitif dan tingkah laku

dalam hubungannya dengan situasi tertentu. Ia memadukan konsep-konsep dari

kognitif dan psikologi sosial ke konsep tingkah laku di dalam hubungannya dengan

interaksi seseorang dengan situasi. Mischel menggambarkan beberapa implikasi

yang menarik dan beralasan yang memiliki relevansi bagi murid dalam membuat

keputusan di sekolah. Berdasarkan pada asumsinya bahwa lingkungan psikologi

yang mempengaruhi tingkah laku. akhirnya, mischel menekankan perlunya studi

tentang tingkah laku sebagai interaksi individu dengan keadaan lingkungan.


4. Teori belajar sosial

Teori ini beranggapan bahwa masalah proses psikologi terlalu dianggap

penting atau sebaliknya hanya ditelaah sebagian saja. Menurut teori belajar sosial

yang terpenting ialah kemampuan seseorang untuk mengabstraksikan informasi

dari perilaku orang lain, mengambil keputusan mengenai perilaku mana yang akan

ditiru dan kemudian melakukan perilaku-perilaku yang dipilih.

C. Jenis-jenis Belajar

Manusia memiliki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar.

Karena itu banyak tipe-tipe belajar yang dilakukan oleh manusia. Gegne

mengemukakan ada 8 tipe belajar yaitu:

1. Belajar isyarat, Menurut Gegne ternyata tidak semua reaksi spontan manusia

terhadap stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respon. dalam Konteks

inilah signal learning terjadi.

2. Belajar stimulus respon, belajar tipe ini memberikan respon yang tepat

terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan

sehingga terbentuk perilaku tertentu.

3. Belajar merantaikan, tipe ini merupakan belajar dengan membuat gerakan

gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam

urutan tertentu.

4. Belajar asosiasi verbal, tipe ini merupakan belajar menghubungkan suatu

kata dengan suatu objek yang berupa benda, orang atau kejadian dan

merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat.

5. Belajar membedakan, tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda-beda

pada stimulus yang mempunyai kesamaan.

6. Belajar konsep, belajar mengklasifikasikan stimulus, atau menempatkan

objek-objek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep.


7. Belajar dalil, tipe ini merupakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau

kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep . Hubungan antara

konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat.

8. Belajar memecahkan masalah, tipe ini merupakan tipe belajar yang

menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah, sehingga

terbentuk kaidah yang lebih tinggi.

D. Prinsip-prinsip belajar

Agar setelah melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang efektif dan

efisien tentu saja diperlukan prinsip-prinsip belajar tertentu yang dapat jalan ke arah

keberhasilan. Maka calon guru atau pembimbing seharusnya sudah dapat

menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, ialah prinsip belajar yang dapat terlaksana

dalam situasi dan kondisi yang berbeda dan oleh setiap siswa secara individual.

Berikut adalah beberapa prinsip prinsip yang dapat diterapkan dalam belajar:

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif meningkatkan

minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

2. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur penyajian

yang sederhana sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

3. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat

pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

4. Belajar itu proses kontinu, maka harus tahap demi tahap menurut

perkembangannya.

5. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.

6. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan

tujuan instruksional yang harus dicapainya.

7. Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar dengan

tenang.

8. Belajar memerlukan lingkungan yang menantang dimana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar yang efektif.


9. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

10. Belajar adalah proses kontinuitas (hubungan antara pengertian yang satu

dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang

diharapkan.

11. Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/

keterampilan/ sikap itu mendalam pada siswa.

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

Berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam

faktor. Adapun faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua golongan.

1. Faktor individual yaitu faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri.

Faktor yang termasuk kedalam faktor individual antara lain faktor

kematangan atau pertumbuhan kecerdasan latihan, motivasi dan faktor

pribadi.

2. Faktor sosial yaitu faktor yang ada di luar individual. Faktor yang termasuk

kedalam faktor sosial antara lain faktor keluarga atau keadaan rumah tangga

guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam mengajar,

lingkungan dan kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.

Adapun faktor lain yang mempengaruhi proses dan hasil belajar antara lain

sebagai berikut:

1. Kematangan atau pertumbuhan mengajarkan sesuatu baru dapat berhasil jika

taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya dalam arti potensi-

potensi jasmani dan rohani yang telah matang untuk itu.

2. Kecerdasan dan intelegensi. Dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu

dengan baik ditentukan juga oleh taraf kecerdasan.

3. Latihan dan ulangan. Karena terlatih seringkali mengulangi sesuatu maka

kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi makin dikuasai

dan makin mendalam. Sebaliknya tanpa latihan pengalaman-pengalaman

yang telah dimilikinya dapat menjadi hilang atau berkurang.


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan Buku I

Pada buku ini bahasa yang digunakan cukup mudah untuk dipahami.

Sistematika penulisan serta penyusunan materi dalam buku ini sangat terstruktur.

Pemaparan materi tentang “Belajar” pada buku ini dipaparkan secara jelas. Selain

itu, dalam bab “Belajar” ini dipaparkan keterkaitan belajar dengan perkembangan

fisik, otak, sosial, kognitif, bahasa, psikososial serta moral yang dijabarkan dengan

cukup singkat, padat dan mudah dipahami.

3.2 Kelemahan Buku I

Pada buku ini pemaparan materi umumnya dalam bentuk paragraf, sehingga

terkesan kaku. Selain itu pada bab “Belajar” tidak dipaparkan tentang jenis-jenis

belajar menurut para ahli dan teori-teori belajar. Pemaparan materi dalam buku ini

memang disertai dengan gambar, namun tidak berwarna sehingga sedikit jenuh

melihatnya.

3.3 Kelebihan Buku II

Pemaparan materi pada buku ini sangat jelas dan banyak didukung oleh

pendapat para ahli. Sehingga buku ini dapat dijadikan sebagai referensi yang

akurat. Sistematika pemaparan materi menggunakan point-point, dan setiap

pointnya tetap dijelaskan secara detail. Selain itu, pada bab “Belajar” dalam buku ini

dipaparkan jenis-jenis belajar dan teori-teori belajar secara terperinci.

3.4 Kelemahan Buku II

Bahasa yang digunakan dalam buku ini cukup sulit untuk dipahami,

terutama bagian kutipan para ahli. Selain itu pemaparan materi pada buku ini tidak

menyertakan bagan ataupun gambar untuk mempermudah pemahaman materi.

Sehingga akan membuat pembaca cenderung bosan dengan buku ini.


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Belajar merupakan proses mendapatkan sesuatu yang baru, hal itu dapat

berupa pengetahuan. Belajar berkaitan dengan perkembangan fisik dalam hal

kematangan, begitupula dengan perkembangan moral, sosial maupun

perkembangan diri seseorang. Belajar itu tidak hanya melihat kematangan,

menyesuaikan diri memperoleh pengalaman, pengertian atau latihan. Jadi

perubahan atau perbaikan dari fungsi-fungsi psikis yang menjadi syarat dan

mendasari perbaikan tingkah laku.

Masing masing buku memiliki kelebihan dan kelemahan, buku I cukup baik

dijadikan referensi pembelajaran karena bahasanya yang mudah dipahami,

begitupula buku II yang menyajikan materi dalam bentuk point point yang menjadi

kelebihan dan daya tarik tersendiri.

4.2 Saran

Kedua buku ini merupakan buku yang baik dan tepat untuk dibaca oleh para

pendidik atau calon pendidik, agar lebih memahami bagaimana psikologi

pendidikan tersebut sehingga dapat menjadi pendidik yang mampu memberikan

kemampuan yang optimal demi kemajuan dan pengembangan potensi dari peserta

didik yang diajarnya. Dengan membaca buku ini seorang pendidik akan mengetahui

bagaimana perlakuan perlakuan yang tepat kepada peserta didiknya, terutama

dalam hal belajar dan motivasi belajar yang dapat dilakukan oleh pendidik terhadap

peserta didiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Maunah, Binti. 2014. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : IAIN Tulungagung Press.

Milfayetty, Sri., dkk. 2018. Psikologi Pendidikan. Medan : Unimed Press.

Anda mungkin juga menyukai