Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY K (52 TAHUN)

DENGAN HIPOGLIKEMIA E.C DM TIPE 2


DI RUANG MULTAZAM 3
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BANDUNG
Disusun untuk memenuhi laporan Manajemen Keperawatan

Dosen Pembimbing:

Dewi Mustikaningsih, S.Kep., Ners, M.Kep.

Disusun Oleh:

Sintia Mustopa

NIM: 032016050

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
2019/2020
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN H DENGAN
HIPOGLIKEMIA E.C DM TIPE 2
DI RUANG MULTAZAM 3
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BANDUNG
A. IDENTITAS
Tanggal masuk : 31 Desember 2019 Pukul 15.15 WIB
Tanggal pengkajian : 1 januari 2020 Pukul
1. Identitas klien
Nama : Ny. K
No. Rekam Medis : 807185
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung 23 November 1967
Umur : 52 tahun
Ruang Rawat Inap : Multazam 3 kamar 304
Jenis Kelamin : Perembuan
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA Sederajat
Pekerjaan : Wirausaha
Suku : Sunda
Bahasa : Indonesia
Alamat : Babakan Priangan I No 30
Pembiayaan Kesehatan : BPJS
Kelas Ruangan : Kelas 2
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.L
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Sunda
Hubungan dengan Klien : Adik
Bahasa : Indonesia
Alamat : Babakan Priangan I No 30
No. Telpon : 082129434572
B. RESUME ASUHAN KEPERAWATAN
Pasien datang ke UGD Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung pada hari
Selasa tanggal 31 Desember 2019 pukul 15.15 WIB dengan keadaan tidak
sadar. Menurut keluarga pasien tidak sadar sejam 1 jam SMRS. Di UGD
pasien diperiksa oleh perawat (Qiaful) dan dokter jaga UGD (dr. Ilham) hasil
pemeriksaan didapatkan data tanda-tanda vital: TD: 173/77 mmHg, N:
74x/menit, R: 24 x/menit, S: 35,3˚C, SPO 2: 99%. Hasil GDS 40 mg/dL (Low)
dan pasien didiagnosa hipoglikemia e.c DM tipe 2 dan akhirnya disarankan
untuk dipasang infus dan dirawat. Pasien dikonsulkan oleh dr Jaga UGD ke dr
(dr. Ferdy Sp.PD) dan dapat therapi: Infus D-10% 30 tts/menit, D-40% (IV),
cek GDS tiap 3 jam.
Pasien masuk ruangan Multazam 3 pada tanggal 31 Desember 2019 pukul
18.50 WIB, pada saat dikaji 1 januari 2020 pukul 08.00 WIB pasien mengeluh
lemas badan, tetapi jika sudah diberi obat leas nya berkurang. Pasien memiliki
riwayat diabetes sejak 2013 dan melakukan kontrol secara rutin ke Rumah
Sakit Muhammadiyah Bandung oleh dr. Hikmat, Sp.PD serta mengkonsumsi
obat metformin HCl dan empagliflozin 10 mg.
Berdasarkan hasil pengkajian diatas, didapatkan diagnosa keperawatan
utama pada pasien adalah resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah.
Intervensi yang diberikan adalah pemantauan asupan glukosa, pemantauan
Gula Darah Sewaktu, Dari diagnosa diatas masalah resiko ketidakstabilan
kadar glukosa darah dapat diatasi pada hari ketiga dan pasien diperbolehkan
untuk pulang.
C. PENGELOLAAN PASIEN
1. Proses Penerimaan Pasien Baru
Pasien Ny. K datang ke ruangan Multazam 3 pada pukul 18.50 WIB
dengan diantar petugas UGD dengan menggunakan brankar dan sudah
terpasang infus. Pasien diantarkan ke ruangan kamar 304 kemudian di
pindahkan ke tempat tidur kamar pasien sambil memasangkan infus ke standar
infus dan mengatur tetesannya, lalu meminta ijin keluar untuk melakukan
operan dengan petugas IGD. Perawat (melakukan operan pasien dengan
petugas UGD di depan Nurse Station yang disampaikan antara lain:
a. Pasien dengan diagnosa hipoglikemia e.c DM tipe 2
b. Pasien sudah di konsulkan ke dr.Ferdy advisnya:
1) Infus D-10% (30 gtt/mt) (sudah terpasang di UGD)
2) D-40% 2-2 per IV
3) Amlodipine 1x5 mg
4) Cek GDS rutin
c. Status pasien BPJS
Setelah selesai serah terima, perawat ruangan menandatangani form
transfer internal sebagai bukti serah terima pasien.
2. Proses Orientasi Ruangan pada Pasien
Setelah proses serah terima pasien dengan petugas UGD, lalu dilakukan
pengkajian dan pemeriksaan tanda-tanda vital terhadap pasien dengan hasil:
TD 160/90 mmHg, Nadi 80 x/mt, Respirasi 20x/mt, Suhu 36,3 ˚C, Akral
hangat, CRT <2 detik.. Pasien diberikan informasi tentang hasil pemeriksaan
yang sudah dilakukan serta diberikan informasi tentang ruangan diantaranya:
a. Ruang perawatan yaitu ruang Multazam 3 kamar 304
b. Posisi kamar mandi ada di ruangan pasien
c. Arah kiblat
d. Posisi bel ada di belakang tempat tidur atau menggunakan bel yang
memakai kabel jika memerlukan bantuan
e. Jam besuk/berkunjung di ruang rawat inap yaitu:
Senin –Jumat: Pagi : 11.00 – 12.00 WIB
Sore : 16.00 – 17.00 WIB
Sabtu-Minggu/Libur: Pagi: 10.00-12.00 WIB
Sore: 16.00- 18:00 WIB
f. Menyarankan kepada keluarga pasien untuk selalu ada yang menunggu
satu orang.
g. Jadwal makan pasien yaitu Pagi jam 07.00 WIB, Siang jam 12.00 WIB,
Sore jam 17.00 WIB.
h. Dokter yang merawat pasien adalah dr. Ferdy Sp.PD dan visitenya setiap
hari tetapi biasanya siang hari
i. Perawat yang bertanggungjawab pada shift sore yaitu perawat Selly.
j. Mengingatkan pasien dan keluarga pasien untuk menjaga barang pribadi
dan tidak menyimpan barang-barang berharga di kamar.
k. Menganjurkan pasien untuk istirahat dan banyak minum
l. Mengedukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya cuci tangan untuk
mencegah terjadinya infeksi yaitu dengan teknik 6 langkah dan 5 moment
(sebelum melakukan tindakan, sebelum ke lingkungan pasien, sebelum
melakukan tindakan aseptik, sesudah melakukan tindakan dan sesudah dari
lingkungan pasien).
Bukti orientasi pasien dan keluarga ditulis di lembar edukasi terintegrasi
dan ditandan tangani oleh perawat dan keluarga pasien.
3. Tingkat Ketergantungan pasien
a. Jelaskan tabel ketergantungan pasien dengan Barthel Index
Tabel ketergantungan Pasien (Barthel Index)

Index 0 1 2 3 Keterangan
Makan, Minum  0: Tidak Mampu
1: Dibantu
2: Mandiri
Mandi  0: Tergantung Orang Lain
1: Mandiri
Perawatan diri  0: Tergantung Orang Lain
(grooming) 1: Mandiri
Berpakaian  0: Tidak Mampu
(dressing) 1: Dibantu
2: Mandiri
BAB (bladder)  0: Inkontinensia (tidak teratur/perlu
enema)
1: Kadang inkontinensia (sekali
seminggu)
2: Kontinensia (teratur)
BAK (bowel)  0: Inkontinensia (pakai
kateter/terkontrol)
1: Kadang inkontinensia (maks 1x24
jam)
2: Kontinensia (teratur)
Transfer  0: Tidak mampu
1: Butuh bantuan alat dan 2 orang
2: Butuh bantuan kecil
3: Mandiri
Mobilitas  0: Imobile
1: Menggunakan kursi roda
2: Berjalan dengan banyuan 1 orang
3: Mandiri
Penggunaan  0: Tergantung bantuan orang lain
toilet 1: Membutuhkan bantuan tapi
beberapa hal dilakukan sendiri
2: Mandiri
Naik turun  0: Tidak mampu
tangga 1: Membutuhkan bantuan
2: Mandiri
Total skor 17 Ketergantungan ringan
Keterangan skor:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantunag sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total

Interpretasi hasil Barthel Index :

a. Pasien Ny. K masuk kategori tingkat ketergantungan ketergantungan


ringan
b. Berdasarkan jumlah jam perawatan pasen Ny. K masuk kategori
ketergantungan minimal dengan rumus kebutuhan perawat dan
kesimpulannya :
Jumlah pasien perawatan
Jumlah jam perawat 2
= jam= 0,25= 1 Perawat
Jumlah kerja efektif per shift 8
Kesimpulan :
a. Jumlah tenaga perawat per shif
Satu orang pasien dengan tingkat ketergantungan parsial
membutuhkan 1 perawat dalam setiap shift kerja. Jadi dalam 24
jam dibutuhkan 3 orang perawat.
b. Waktu yang diperlukan
Jumlah waktu yang diperlukan untuk memberikan perawatan
pasien dengan tingkat ketergantungan parsial adalah 1-2 Jam/24
Jam
4. Prinsip Pasien Safety
Jelaskan prinsip patient safety di ruangan menurut IPSG (International
Patient Safety Goals)
a. Identifikasi pasien
Identifikasi pasien dilakukan awal ketika pasien masuk ke rumah
sakit. Identifikasi awal pada Ny K dilakukan di UGD. Setiap pasien
yang akan di rawat inap diberikan tanda pengenal berupa gelang
pengenal. Gelang pengenal terdiri dari dua warna, yaitu warna merah
muda untuk pasien perempuan dan warna biru untuk pasien laki-laki.
Gelang pengenal ini berisi nama, tanggal lahir, dan nomor rekam
medis pasien.

Pada Ny. K terpasang gelang identitas warna merah muda. Gelang


identitas digunakan untuk ketepatan identifikasi, yang dilakukan
sebelum melakukan tindakan keperawatan seperti pemberian obat,
sebelum melakukan prosedur tindakan, sebelum peberian tranfusi
darah dan produk darah lainnya, sebelum pengabilan spesimen
pemeriksaan. Perawat terlebih dahulu menanyakan nama serta tanggal
lahir pasien dan mencocokkan pada gelang identitas. Hal tersebut
dilakukan untuk memastikan tidak terjadi kesalahan.
Apabila terdapat resiko jatuh pada pasien, perawat menempelkan
slogan resiko jatuh yang ditempel pada bed pasien dan digelang
identitas ditempel label warna kuning dengan tulisan FAAL RISK.
Pasien Ny. K tidak berisiko jatuh dan tidak mempunyai alergi,
sehingga pasien tidak dipasang gelang fall risk ataupun alergi.

b. Komunikasi efektif SBAR


Komunikasi dengan rekan sejawat menggunakan komunikasi
langsung maupun tidak langsung dengan metode SBAR (Situation,
Background, Analysis, Recomendation) saat operan. Dokter yang tidak
dapat datang visite memberikan advice melalui telepon dengan
perawat dengan menggunakan metode Tulis, Baca, Konfirmasi, yang
ditandai dengan stempel READ BACK dan divalidasi oleh penerima
perintah dan pemberi perintah di dalam asuhan terintegrasi pasien
dengan mencantumkan nama jelas dan paraf.
Perawat memberikan informasi tentang rencana dokter visite, dan
kegiatan pelayanan selama pasien dirawat di form edukasi terintegrasi,
sehingga pasien dan keluarga sudah mengetahui informasi yang merka
butuhkan.
c. Pengelolaan High Alert Medication (HAM)
Pasien Ny. K tidak menerima jenis obat HAM selama dirawat. Di
ruangan Multazam 3 sudah terpajang poster daftar nama-nama obat
HAM, dan ditempelnya stiker merah high allert pada beberapa jenis
obat dan cairan yang tergolong jenis HAM.
d. Safety Surgery
Pasien Ny. K tidak dilakukan operasi .
e. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi yang dilakukan di Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung adalah dengan menerapkan cuci tangan 6
langkah dan 5 momen dengan menggunakan air mengalir pakai sabun
atau menggunakan hand rub. Di ruangan pasien telah tersedia tempat
sabun cuci tangan di wastafel, sedangkan hand rub di sediakan di
dinding lobi perawatan didepan kamar tetapi sudah habis
persediannya. Pada saat orientasi Ny. K dan keluarganya diajarkan
cara cuci tangan 6 langkah.

f. Penilaian Resiko Jatuh (Dewasa : Morse Scale, Anak : Humpty


Dumpty)
Pencegahan pasien jatuh yang dilakukan adalah dengan melakukan
pengkajian yang berisi ceklis pasien jatuh saat pasien akan dilakukan
rawat inap. Apabila terdapat resiko jatuh sedang maka akan ditempel
stiker resiko jatuh berwarn kuning pada gelang pasien, dan jika
terdapat resiko tinggi jatuh maka diberikan slogan resiko jatuh pada
bed pasien dan ditempel label Fall Risk warna kuning di status .
Berikut ini merupakan pengukuran resiko jatuh pada Ny. K.

Penilaian Resiko Jatuh Skor Tgl: Tgl:


1/1/20 2/1/20
Riwayat jatuh: Jatuh satu kali 25
tidak termasuk atau lebih dalam
0 0
kecelakaan kerja kurun waktu 6
atau rekreasional bulan
Agitasi / konvulsi 15 0 0
Status mental
Dimensia 15 0 0
Terganggu 20 0 0
Gaya berjalan Lemah 10 10 10
Normal 0 0 0
Benda sekitar, 30
0 0
kursi, dinding, dll
Alat bantu jalan
Kruk, tongkat, 15
0 0
tripot, dll
Kondisi medis Diagnosa skunder 15 0 0
Pasien terpasang 20 20 20
infus
30 30
Skor total
RS RS

Keterangan Skor:
Resiko Tinggi (RT) : 51 Atau Lebih
Resiko Sedang (RS) : 25-50
Resiko Rendah (RR) : 0-24
Interpretasi penilaian resiko jatuh pasien :
Pasien memiliki resiko jatuh sedang sheingga pasien tidak diberikan
tanda stiker resiko jatuh.

5. Pencegahan Resiko Dekubitus

Penilaian Resiko Jatuh Skor Tgl: Tgl:


1/1/20 2/1/20
Sangat buruk 1
Buruk 2
Kondisi fisik
Sedang 3
Baik 4 4 4
Stupor 1
Delirium 2
Kondisi mental
Apatis 3
CM 4 4 4
Tirah baring 1 1 1
Kursi roda 2
Aktifitas
Dipapah 3
Mandiri 4
Immobile 1
Sangat terbatas 2
Mobilitas
Agak terbatas 3
Baik 4 4 4
Selalu 1
Sering 2
Inkontinensia
Kadang 3
Tidak 4 4 4
Skor total 17 17

Keterangan Skor:
Tidak beresiko dekubitus jika skor ≥ 14
Beresiko dekubitus jika ≤ 14
Interpretasi penilaian resiko dekubitus :
Pasien tidak memiliki resiko decubitus dengan hasil nilai 17 (≥14).

6. Pengkajian Nyeri
Pada saat dikaji dan selama perawatan, pasien tidak mengeluh adanya
nyeri. Skala nyeri 0 dari 10 menggunakan Numeric Rating Scale.

7. Kebutuhan Waktu Perawatan Pada pasien


Buat rekapan jenis tindakan keperawatan dengan lamanya pelaksanaan
tiap hari (minimal 3 hari perawatan)

Hari pertama :

Jenis Tindakan Keperawatan


Hari / Tindakan Keperawatan
Jam Tidak Kolabo
Tanggal Yang Dilaksanakan Langsung
Langsung rasi
Rabu 20.00 Cek GDS 74 5 menit
20.30 Melakukan pemerikssaan 10 menit
31-12-19
TTV
21.00 Melakukan operan pasien 15 menit
dengan perawat jaga malam
Langsung Tidak
Total Waktu 15 menit langsung
15 menit

Hari kedua :
Tindakan Jenis Tindakan Keperawatan
Hari /
Jam Keperawatan Yang Tidak
Tanggal Langsung Kolaborasi
Dilaksanakan Langsung
Rabu 07.00 Operan Dinas malam ke 15 menit
1-1-2020 dinas pagi
07.30 - Keliling melihat KU 10 menit
pasien dan infusan
- Berdoa
08.00 Melihat status pasien 10 menit
09.00 -Tangan kanan bengkak 15 menit
di aff infus
-Pemasangan infus
ditangan kiri
10.00 Mengecek gula darah 5 menit
126
10.45 Mengganti cairan infus 5 menit
11.00 Mengukur TTV dan 15 menit
menanyakan keluhan
pasien
11.45 Memfasilitasi pasien 2 menit
makan siang
13.00 Mengecek gula darah 5 menit
143
14.00 Melakukan operan 15 menit
pasien dengan perawat
yang jaga sore
- Therapy tidak ada
yang pagi
- Amprahan GDS 3x
lagi
- dr. ferdy belum
visit
Total Waktu Langsung Tidak
57 menit langsung
40 menit

Hari ketiga :

Tindakan Jenis Tindakan Keperawatan


Hari /
Jam Keperawatan Yang Tidak
Tanggal Langsung Kolaborasi
Dilaksanakan Langsung
Kamis 07.00 Operan Dinas malam ke 15 menit
2-1-2020 dinas pagi
07.30 - Keliling melihat KU 10 menit
pasien dan infusan
- Berdoa
08.00 Melihat status pasien 10 menit
09.00 Pasien acc pulang 15 menit

09.15 Aff infus 10 menit


11.00 Pasien pulang 5 menit
Total Waktu Langsung Tidak
25 menit langsung
40 menit

8. Kebutuhan Sumber Daya manusia


Berdasarkan teori tingkat ketergantungan dengan metode Douglas, Ny.
K untuk saat ini masuk dalam kategori dengan asuhan keperawatan
kategori minimal karena dapat memenuhi kebutuhannya mandiri.
Douglas(1984) dalam Swansburg (1999) menetapkan jumlah perawat
yang dibutuhkan dalam satu unit perawatan di suatu ruangan berdasarkan
klasifikasi pasien, dimana tiap shift memiliki nilai standar masing-masing :

Jumla Klasifikasi Pasien


Minimal Parsial Total
h Pagi Sian Malam Pagi Sian Malam Pagi Sian Malam
Pasien g g g
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Dst

Ny. K termasuk pasien dengan kategori minimal sehingga SDM


keperawatan yang dibutuhkan untuk merawat pasien pagi, siang dan malam
adalah :
1. Pagi Minimal care : 1 x 0,17 = 0,17 = 1 Perawat sift pagi
2. Siang Minimal care : 1 x 0,14 = 0,14 = 1 Perawat sift siang
3. Malam Minimal care : 1 x 0,07 = 0,07 = 1 Perawat sift malam
Interpretasi: dibutuhkan 1 perawat dalam 1 sift dan 3 perawat dalam 24
jam.
Sedangkan untuk kebutuhan keseluruhan SDM dalam satu hari perawatan
di ruang multazam 3 adalah sebagai berikut:
a. Pagi 13 pasein
Minimal care : 9 x 0,17 = 1,53
Parsial care : 3 x 0,27 = 0,8
Total care : 1 x 0,36 = 0.36 2,69= 3 perawat
b. Siang 13 pasien
Minimal care : 9 x 0,14 = 1,26
Paesial : 3 x 0.15 = 0,45
Total : 1 x 0,30 = 0,30 2,01= 2 perawat
c. Malam 14 pasien
Minimal care : 9 x 0,07 = 0,63
Parsial care : 4 x 0,10 = 0,4
Total : 1 x 0,20 = 0,20 1,23 = 1 perawat
Jadi dalam satu hari perawatan di ruang Multazam 3 membutuhkan 6
perawat terdiri dari 3 orang dinas pagi, 2 orang dinas siang, 1 orang dinas
malam
9. Kebutuhan Logistik pada Pasien

Total Penggunaan Harga


No Tindakan Satuan
Logistik 31/12 1/1 2/1
1. Biaya 85.000
Administrasi
2 Pemeriksaan a. Pemeriksaan Darah 115.000
laboratorium rutin
3. Obat farmasi a. Set infus 39.000
b. Nasal kanul 25.000
4. Depo IGD 120.000
5. Ruang a. Tempat tidur
Perawatan: b. Meja
Kelas 3 c. Kasur
(Multazam 4) d. Sprei
e. Bantal
f. Sarung bantal
g. Selimut
h. Tiang infus
i. Handscrub
j. Tong sampah
k. Lemari
l. Penerangan + listrik
m Pispot
.
6. Visit Dokter Dokter Spesialis Penyakit 1 1 1 297.000
Spesialis Dalam(dr. Ferdy. Sp.PD)
Visite dokter umum: 50.000
dr.Jaga
7. Tindakan Asuhan keperawatan/hari 121.000
Keperawatan Memandikan pasien/wash
cloth
TOTAL 1.446.000
10. Edukasi Pasien dan Keluarga
a. Pengandalian Infeksi
Pasien diberikan penjelasan tentang pentingnya cuci tangan sesuai
dengan anjuran dari WHO untuk menghindari paparan infeksi virus
dan bakteri yang ada di rumah sakit yaitu dengan cara 6 langkah cuci
tangan dan 5 moment pelaksanaan cuci tangan baik dengan
menggunakan air mengalir ataupun menggunakan handrub. Perawat
menunjukkan dimana pasien dengan mudah mendapatkan handcrub di
di luar kamar pasien dan menunjukkan wastafel untuk cuci tangan
yang ada di dekat pintu kamar mandi.
Pasien dan keluarganya memerhatikan penjelasan yang diberikan,
dan terlihat antusias dengan penjelasan yang diberikan dan ikut
mempraktekan cara cuci tangan 6 langkah.
b. Diit dan obat-obatan
Keluarga pasien mengatakan sudah sering masuk ruang perawatan jadi
sudah tahu jam makan serta jenis makanan yang disajikan rumah sakit.

11. Discharge Planning pada pasien


a. Peralatan yang dibutuhkan saat discharge planning:

No Peralatan yang digunakan Jumlah


1. Tensimeter 1
2. Stetoskop 1
3. Termometer 1
4. Strip GDS 10
5. Alat Cek GDS 1
6. Surat kontrol 1

b. Indikator discharge planning:


INDIKATOR
A. Tahap Pengkajian
Mengklarifikasi dan mengidentifikasi identitas pasien untuk
memastikan keluhan yang dirasakan oleh pasien. Kemudian mengkaji
tingkat pengetahuan pasien terkait dengan penyakit yang di derita,
meliputi pengertian penyakit, tanda dan gejalanya, pencegahan
kambuhnya penyakit dan apa hal-hal yang harus dihindari oleh pasien,
seperti makan tidak teratur.
Berdasarkan pengkajian pasien mengatakan rutin kontrol diabet nya di
Rumah Sakit muhammadiyah Bandung ke dr. Hikmat Sp.PD
B. Tahap Perencanaan
Berdasarkan data pengkajian maka disusunlah rencana intervensi
keperawatan untuk perawatan pasien setelah pulang diantaranya:
1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit diabetes
melitus
2. Memberiakan penjelasan tentang cara pengaturan diet makanan
diabetes melitus
3. Memberikan penjelasan pentingnya mengontrol gula darah
C. Tahap Pelaksanaan
Memberikan edukasi tentang:

1. Environment (lingkungan)
Ny. K merupakan pasien dengan hipoglikemia , pasien diminta
untuk banyak istirahat..
2. Treatment (pengobatan)
Menjelaskan kepada pasien untuk istirahat pasca rawat di rumah
sakit, jangan terlalu kelelahan. Apabila pasien mengalami masalah
yang gawat seputar kesehatannya lebih baik dibawa ke pelayanan
kesehatan terdekat agar mendapatkan pengobatan segera.
3. Health Teaching (pengajaran kesehatan)
Memberikan pengetahuan tentang penyakit, tanda dan gejala,
pemicu, pengobatannya. Perawat memberikan nasihat agar pasien
istirahat yang cukup, dan minum obat secara teratur. Perawat
memberi tahu obat pulang kepada pasien dan keluarga pasien,
waktu kontrol dan barang-barang apa saja yang harus dibawa
ketika kontrol.
4. Diet
Pasien dianjurkan untuk makan dengan teratur, makan-makanan yang
sehat, tidak bersifat gula dan tidak mengandung tinggi karbohidrat.
Pasien juga disarankan walaupun makan sedikit sebaiknya dilakukan
sering dan makan selagi makanan hangat.
D. Tahap Evaluasi
Setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan singkat kepada
pasien dan keluarga tentang keadaan Ny K, pasien dan keluarga
mengatakan mengerti apa saja yang telah dijelaskan perawat dan akan
terus berupaya membantu dalam pemulihan pasien.

12. Kepuasan Pasien / dan Keluarga


Penilaian kepuasan pasien dan keluarga dilakukan melalui wawancara.
Pasien dan keluarga mengatakan cukup puas dengan pelayanan yang
diberikan oleh Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.

13. Komunikasi Interpersonal


Komunikasi interpersonal yang dibutuhkan oleh pasien yaitu komunikasi
dengan dokter spesialis untuk pemerian therapi, ahli gizi untuk nutrisi
selama perawatan dan setelah pulang ke rumah.

E. HAMBATAN, PENDUKUNG DAN SOLUSI


1. Masalah:
a. Hambatan / Tantangan
Orientasi dilakukan sebagian, perawat lebih foukus untuk melakukan
dokumentasi penerimaan pasien baru di rekam medis dan melakukan
kolaburasi dengan dokter jaga ruangan.
b. Faktor pendukung
Orientasi yang dilakukan tidak semua karena pasien dan keluarga
sudah sering dirawat di ruang multazam 3 sehingga sudah
mengetahuinya.
c. Solusi dalam penyelesaian masalah
Untuk meningkatkan kegiatan Orientasi pasien dan keluarga
diperlukan sosialisasi atau refresing tentang SPO penerimaan pasien
baru. Disamping itu diperlukan juga bimbingan dan supervisi dari
kepala tim atau dan kepala ruangan.
2. Masalah:
a. Hambatan / Tantangan
Pengambilan diagnosa pasien lebih cenderung hanya satu diagnosa
yang merupakan keluhan utama yang ada pada pasien. Keluhan lain
yang ada pada pasien jarang dimunculkan sebagai diagnosa
keperawatan sehingga diagnosa keperawatan dari mulai pasien masuk
sampai pulang tidak berubah, bertambah atau berkurang.
b. Faktor pendukung
Kemungkinan hal ini terjadi karena ketidakfahaman perawat dalam
pengangkatan diagnosa keperawatan juga kurang pahamnya perawat
terhadap standar asuhan keperawatan yang berlaku diruangan
c. Solusi dalam penyelesaian masalah
Diperlukan sosialisasi tentang standar asuhan keperawatan terutama
kepada perawat-perawat baru sehingga dapat memahaminya.
Disamping itu diperlukan adanya bimbingan dari perawat senior ke
perawat junior serta supervisi dari kepala tim dan kepala ruangan.

Anda mungkin juga menyukai