Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

Vaginitis

Disusun Oleh :
Nadia Fetrisia, S.Ked ( G1A216021 )

Preseptor :
dr. Armaidi Darmawan, M.Epid

PROGRAM PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS SIMPANG KAWAT
JAMBI
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

CASE REPORT SESSION

Vaginitis

PROGRAM PRFOFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI
PUSKESMAS SIMPANG KAWAT KOTA JAMBI
TAHUN 2018

Jambi, Mareti 2018


PEMBIMBING

dr. Armaidi Darmawan, M.Epid

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat-
Nya laporan kasus dengan judul Vaginitis ini dapat terselesaikan. Laporan kasus
ini dibuat sebagai tugas dalam menjalankan tugas Program Profesi Dokter di
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi.
Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
dr. Armaidi Darmawan yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran
dalam memberikan ilmu yang sangat berguna ketika diskusi di stase Ilmu
Kesehatan Masyarakat ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena penulis masih dalam tahap belajar dan kurangnya
pengalaman serta pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran agar lebih baik kedepannya.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat
menambah informasi dan pengetahuan kita.

Jambi, Maret 2018

Penulis

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... 1

HalamanPengesahan ............................................................................................. 2

Kata Pengantar ...................................................................................................... 3

Daftar Isi .............................................................................................................. 4

BAB I Laporan Kasus ......................................................................................... 5

BAB II Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 13

BAB III Analisa Kasus ......................................................................................... 26

Daftar Pustaka

4
BAB I
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Ny.M/ Perempuan / 39 tahun
b. Pekerjaan : Pegawai Swasta
c. Alamat : RT 60 Jelutung

II. Latar Belakang Sosial-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


1. Status Perkawinan : Menikah
2. Jumlah anak/saudara : 4 orang anak
3. Status ekonomi keluarga : Cukup
4. Riwayat KB : KB suntik per 3 bulan
5. Kondisi rumah
Pasien tinggal dirumah semi
permanen ukuran ± 10x8 m2
dengan atap seng, dinding
sebagian dari papan dan sebagian
lagi dari batu bata yang sudah di
plester serta lantai dari semen.
Bagian rumah terdiri dari ruang
tamu, ruang keluarga, 3 kamar
tidur, 2 kamar mandi. Sumber air bersih keluarga berasal dari PDAM. Sumber
penerangan dari PLN. Ruang tamu pasien terlihat cukup rapi dan bersih, dengan
pencahayaan alamiah dan ventilasi yang baik. Kamar tidur pasien cukup rapi
dan bersih. Terdapat ventilasi udara yang cukup baik. Kondisi dapur pasien
bersih, alat-alat dapur tertata dengan rapi. Pasien memasak menggunakan
kompor gas. Kamar mandi pasien terdapat bak penampung air dan wc jongkok.
Air di kamar mandi tidak berwarna, tidak berbau dan cukup bersih.

5
Ruang Tamu Pasien

Kamar Tidur Pasien Kamar Mandi Pasien

Dapur Pasien

6
6. Kondisi lingkungan di sekitar rumah :
Kondisi lingkungan disekitar rumah terlihat cukup sehat. Rumah berlokasi di
daerah pemukiman penduduk. Rumah cukup jauh dari jalan raya, jarak rumah
pasien dengan rumah sekitar cukup dekat. Tidak ada sungai ataupun pabrik
disekitar rumah.

III. Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga


 Pasien merupakan seorang ibu yang sehari-harinya juga bekerja di kantor dan
mengurus semua pekerjaan rumah tangga
 Hubungan dengan keluarga baik

IV. Keluhan Utama


Keluar cairan berwarna putih keabuan berbau amis dari kemaluan sejak ± 1 bulan
yang lalu.

V. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang berobat ke Puskesmas Simpang Kawat dengan keluhan keluar
cairan berwarna putih keabuan berbau amis dari kemaluan sejak ± 1 bulan yang
lalu. Pasien mengaku cairan yang keluar encer, tidak berbuih dan berjumlah
cukup banyak sehingga harus mengganti pakaian dalam lebih dari 3 kali sehari.
Pasien mengatakan cairan keluar setiap hari, semakin banyak setelah
berhubungan dengan suaminya dan tidak berkaitan dengan mensturasi. Keluhan
disertai gatal dan sedikit panas di kemaluannya. Tidak ada keluhan seperti
bengkak, nyeri atau perih pada kemaluan dan sekitarnya. Keluhan perdarahan
saat berhubungan seksual juga tidak ada. Pasien menyangkal suami memiliki
keluhan seperti kencing nanah ataupun penyakit kelamin lainnya. Sejak
keluhannya muncul pasien belum pernah berobat. Tidak ada demam, nyeri
pinggang ataupun nyeri perut bagian bawah. BAK dan BAB tidak ada keluhan

7
Riwayat haid pasien
 Menarche: 12 tahun
 haid teratur dengan siklus 30 hari
 lama haid: ± 6 hari
 terakhir haid : ± 6 Februari 2018

Riwayat Perkawinan
Pasien menikah sebanyak satu kali, menikah saat usia 19 tahun dan usia
perkinahan saat ini sudah berlangsung ± 20 tahun.

Riwayat Obstetrik
P4A1
Anak 1 : laki-laki/cukup bulan/spontan/2800gram/bidan/sehat/18 tahun
Anak 2 : laki-laki/cukup bulan/spontan/3400gram/bidan/sehat/16 tahun
Anak 3 : laki-laki/cukup bulan/spontan/3100gram/bidan/sehat/13 tahun
Anak 4 : laki-laki/cukup bulan/spontan/2900grsm/bidan/sehat/12 tahun
Anak 5 : Abortus/usia kehamilan 8 minggu

Riwayat Penggunaan Kontrasepsi


Pasien mengatakan kontrasepsi yang pernah digunakan diantaranya KB suntik
per 3 bulan selama kurang lebih 3 tahun, KB AKDR selama 10 tahun. Saat ini
pasien menggunakan KB suntik per 3 bulan selama lebih kurang 8 bulan setelah
AKDR dilepas.

8
VI. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien tidak pernah mengalami gejala yang sama sebelumnya
- Riwayat keguguran 11 tahun yang lalu, pasien mengatakan pada saat itu tidak
ke rumah sakit dan hanya dibersihkan di bidan
- Riwayat trauma dikemaluan disangkal.
- Riwayat infeksi saluran kemih disangkal
- Riwayat sakit lain dan pengobatan dengan antibiotic lama disangkal

VII. Riwayat Penyakit Keluarga :


- Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-)
- Riwayat keluarga dengan kanker leher rahim (+) yaitu tante pasien
- Riwayat keluarga dengan kanker payudara (+) yaitu sepupu pasien
- Riwayat DM, HT, sakit jantung (-)

VIII. Riwayat makan, alergi, obat obatan, perilaku kesehatan dll yang relevan
 Pasien biasanya makan 3 kali sehari, sering mengkonsumsi sayur dan buah
 Pasien tidak memilki alergi terhadap makanan dan obat-obatan
 Pasien sehari-hari mengganti celana dalamnya 2 kali setelah mandi pagi
dan sore
 Apabila menstruasi pasien mengatakan mengganti pembalut 2 kali perhari
 Kebiasaan menggunakanan celana dalam atau handuk bersamaan disangkal
 Pasien mengatakan sering menggunakan celana dalam dan celana panjang
yang ketat
 Kebiasaan berhubungan seksual dengan lebih dari 1 pasangan disangkal
 Kebiasaan merokok (-)

9
IX. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Tampak sakit ringan
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tekanan Darah : 120/70 mmHg
4. Pernafasan : 18x/menit
5. Nadi : 80x/menit
6. Suhu : 36,80 C
7. TB : 155 cm
8. BB : 60 kg
9. IMT : 25 (overwheight)

Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
2. Mata Exopthalmus/enophtal: (-)
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya +/+
Lensa : normal, keruh (-)
3. THT : dalam batas normal
4. Leher : pembesaran KGB (-), struma (-)
5. Thoraks
Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis: simetris Statis & dinamis : simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar :ICS VI kanan
Auskultasi Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)

10
Jantung
Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri

Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri

Perkusi Batas-batas jantung :


Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

6. Abdomen

Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)

Palpasi Nyeri tekan (-), defans musculer (-), hepatomegali (-),


splenomegali (-)

Perkusi Timpani

Auskultasi Bising usus (+) normal

7. Genitalia

Genitalia eksterna
 Inspeksi
Mons pubis, labia mayor dan minor, introitus, perineum: warna tidak hiperemis,
tidak tampak ada benjolan maupun edema, ukuran normal, tidak ada darah, tampak
adanya keputihan berwarna putih keabuan, encer, jumlah sedikit, dan berbau amis.
 Palpasi
Tidak didapatkan nyeri tekan

Genitalia interna (inspekulo)


- Cairan vagina : tampak cairan yang berada di sisi-sisi lateral vagina, berwarna
putih keabuan, encer dan jumlah banyak. Setelah dibersihkan, tidak tampak
adanya cairan atau sekret yang keluar dari serviks.

11
- Dinding vagina : warna tampak sedikit hiperemis, cairan putih keabuan (+),
permukaan tidak berbenjol-benjol.
- Portio/ cervix : warna tidak hiperemis, ukuran normal, permukaan licin tidak
ada benjolan.
- OUE : tertutup

8. Ekstremitas :
 Superior :
- Dextra : akral hangat, edema (-)
- Sinistra : akral hangat, edema (-)
 Inferior
- Dextra : akral hangat, edema (-)
- Sinistra : akral hangat, edema (-)

X. Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin :
- WBC : 11.300 sel/mm3 darah
- RBC : 4,42 juta/mm3 darah
- HGB : 12,8 g/dl
- PLT : 347.000 sel/mm3 darah

Urin Rutin :
- Warna : Kuning muda
- BJ : 1015
- pH : 6,5
- Protein : negatif
- Glukosa : negatif
- Leukosit : negatif
- Eritrosit : negatif

12
- Pemeriksaan pH vagina : pH 5
- Whiff test : positif
- Sediaan basah : Clue cell positif
- Pemeriksaan secret vagina dengan KOH : hifa dan spora negatif
- IVA test : negative

XI. Usulan Pemeriksaan Penunjang


- Kultur sekret vagina
- Pap smear

XII. Diagnosa Kerja


Vaginitis e.c Vaginosis Bakterialis ( N.76.0 )

XIII. Diagnosa Banding


Trikomoniasis (ICD X A59)
Kandidosis vaginalis ( ICD X B37.3 )
Servicitis (ICD X N72)

13
XIV. Manajemen.
a. Promotif :
 Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya, faktor resiko dan
penyebab penyakitnya
 Menjelaskan kepada pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi dengan
makanan bergizi dan seimbang
 Menjelaskan kepada pasien pentingnya menjaga kebersihan dan
kesehatan diri dan lingkungan. Kebersihan diri terutama daerah
kewanitaan dengan menjaga agar tetap bersih dan kering melalui
mencuci vagina dengan cara yang benar, tujuannya untuk mencegah
ketidakseimbangan dan perkembangbiakan microorganisme penyebab
keputihan.

b. Preventif :
 Jangan mencuci kemaluan dari arah yang salah, mencuci yang benar
adalah dari arah depan ke belakang.
 Hindari penggunaan bedak atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
 Hindari penggunaan celana dan celana dalam yang lembab atau terlalu
ketat, karena dapat mempermudah perkembangbiakan organisme
penyebab infeksi
 Jangan menggunakan pembalut atau pentyliner terlalu lama, biasakan
menggantinya secara teratur
 Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan terjadinya infeksi
seperti meminjam perlengkapan mandi atau celana dalam, dan sedapat
mungkin biasakan mengelap dudukan kloset di toilet umum sebelum
menggunakannya
 Hindari gonta-ganti pasangan seksual

14
c. Kuratif :
Non Farmakologis
1. menggunakan betadine pencuci vagina untuk membersihkan kemaluan
seperlunya
2. menggunakan pembalut dengan kandungan antiseptik setiap kali
menstruasi

Farmakologis :
 Metronidazol 500 mg peroral 2 x sehari selama 7 hari
 Metronidazol pervagina 2 x sehari selama 5 hari
 Klindamisin per oral 2 x 300 mg / hari selama 7 hari
 Krim Klindamisin 2% pervagina 1 x sehari selama 7 hari

Pengobatan tradisional :
Daun sirih. Rebus 10 lembar daun sirih dengan air 2,5 liter dan gunakan
air rebusan untuk mencuci daerah kewanitaan.

d. Rehabilitatif
 Ikuti pengobatan secara benar dan teratur
 Pengobatan dilakukan sampai tuntas
 Kontrol ulang setelah obat habis

15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Keputihan (leukorea, fluor albus) merupakan gejala keluarnya cairan kental
keputihan dari vagina dan rongga uterus selain darah haid. Keputihan (fluor albus) ada
yang fisiologik (normal) dan ada yang patologik (tidak normal). Keputihan bukan
penyakit melainkan salah satu tanda dan gejala dari suatu penyakit organ reproduksi
wanita.1

2.2 Epidemiologi
Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan
yang mengalami flour albus bervariasi antara 1-15% dan hampir seluruhnya memiliki
aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan gejala penyakit dapat terjadi pada
semua umur. Seringkali flour albus merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang
merupakan indikasi dari servisitis tetapi kadang keduanya muncul bersamaan. Infeksi
yang sering menyebabkan vaginitis adalah trikomoniasis, vaginosis bacterial, dan
kandidiasis. Sering penyebab non-infeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi
atau iritasi bahan kimia. Servisitis sendiri disebabkan oleh gonore dan klamidia.
Prevalensi dan penyebab vaginitis masih belum pasti karena sering didiagnosis dan
diobai sendiri. Selain itu vaginitis seringkali asimptomatis dan dapat disebabkan lebih
dari satu penyebab. 1

2.3 Anatomi1
Perempuan mempunyai organ reproduksi yang berfungsi sebagai jalan masuk
sperma ke dalam tubuh perampuan dan sebagai pelindung organ kelamin dalam dari
berbagai organism penyebab infeksi. Organisme penyebab infeksi masuk ke organ
dalam karena saluran reproduksi perempuan memiliki lubang yang berhubungan

16
dengan dunia luar, sehingga mikroorganisme penyebab penyakit bias masuk dan
menyebabkan infeksi. Anatomi organ reproduksi wanita terdiri atas:
a. Vulva merupakan daerah yang menyelubungi vagina. Vulva terdiri atas mons
pubis, labia mayor dan minor, klitoris, saluran kemih.
b. Vagina saluran elastic, panjang 8-10 cm dan berakhir pada rahim. Vagina dilalui
oleh darah saat menstruasi dan merupakan jalan lahir. Karena terbentuk dari otot,
vagina bias melebar dan menyempit. Ujung yang terbuka, vagina ditutupi oleh
selaput tipis yang disebut selaput dara.
c. Serviks atau mulut rahim, merupakan bagian terdepan rahim yang menonjol
kedalam vagina sehingga berhubungan dengan vagina.
d. Rahim (uterus) merupakan organ yang memiliki peranan besar dalam reproduksi
perempuan, yakni saat menstruasi sampai melahirkan. Uterus terdiri dari 3 lapis,
yaitu perimetrium, myometrium dan endometrium.
e. Saluran telur (tuba fallopi) membentang sepanjang 5-7 cm dari tepi atas rahim
kearah ovarium. Ujung dari tuba kiri dan kanan membentuk corong sehingga
memiliki lubang yang lebihi besar agar sel telur jatuh kedalamnya ketika
dilepaskan dari ovarium.
f. Indung telur (ovarium) ovarium menggantung dengan bantuan ligament pada tuba
fallopi. Sel telur bergerak sepanjang tuba fallopi dengan bantuan silia (rambut
getar) dan otot dinding tuba. Sejak pubertas setiap bulan secara bergantian
ovarium melepas satu ovum dari folikel de graff (folikel yang lebih matang). 2

2.4 Etiologi 2
Penyebab keputihan tergantung dari jenisnya yaitu penyebab dari keputihan
yang fisiologik dan patologik.

a. Keputihan fisiologik
Penyebab keputihan fisiologik adalah faktor hormonal, seperti bayi baru lahir
sampai umur kira-kira 10 hari disebabkan pengaruh estrogen dari plasenta terhadap

17
uterus dan vagina janin. Kemudian dijumpai pada waktu menarche karena mulai
terdapat pengaruh estrogen. Kelelahan fisik dan kejiwaan juga merupakan penyebab
keputihan.2

b. Keputihan Patologik
Keputihan patologik disebabkan oleh karena kelainan pada organ reproduksi
wanita dapat berupa Infeksi, Adanya benda asing, dan penyakit lain pada organ
reproduksi.
1. Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh. Salah satu gejalanya
adalah keputihan. Infeksi yang sering terjadi pada organ kewanitaan yaitu vaginitis,
candidiasis, trichomoniasis. 3
a) Vaginitis
Penyebabnya adalah pertumbuhan bakteri normal yang berlebihan pada vagina.
Dengan gejala cairan vagina encer, berwana kuning kehijauan, berbusa dan bebau
busuk, vulva agak bengkak dan kemerahan, gatal, terasa tidak nyaman serta nyeri saat
berhubungan seksual dan saat kencing. Vaginosis bakterialis merupakan sindrom
klinik akibat pergantian Bacillus Duoderlin yang merupakan flora normal vagina
dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi seperti Bacteroides Spp, Mobiluncus
Sp, Peptostreptococcus Sp dan Gardnerella vaginalis bakterialis dapat dijumpai duh
tubuh vagina yang banyak, Homogen dengan bau yang khas seperti bau ikan, terutama
waktu berhubungan seksual. Bau tersebut disebabkan adanya amino yang menguap bila
cairan vagina menjadi basa. Cairan seminal yang basa menimbulkan terlepasnya amino
dari perlekatannya pada protein dan vitamin yang menguap menimbulkan bau yang
khas.
b) Candidiasis
Penyebab berasal dari jamur kandida albican. Gejalanya adalah keputihan
berwarna putih susu, begumpal seperti susu basi, disertai rasa gatal dan kemerahan
pada kelamin dan disekitarnya. Infeksi jamur pada vagina paling sering disebabkan

18
oleh Candida,spp, terutama Candida albicans. Gejala yang muncul adalah kemerahan
pada vulva, bengkak, iritasi, dan rasa panas. Tanda klinis yang tampak adalah eritema,
fissuring, sekret menggumpal seperti keju, lesi satelit dan edema. Usaha pencegahan
terhadap timbulnya kandidiasis vagina meliputi penanggulangan faktor predisposisi
dan penanggulangan sumber infeksi yang ada. Penanggulangan faktor predisposisi
misalnya tidak menggunakan antibiotika atau steroid yang berlebihan, tidak
menggunakan pakaian ketat, mengganti kontrasepsi dengan kontrasepsi lain yang
sesuai, memperhatikan hygiene. Penanggulangan sumber infeksi yaitu dengan mencari
dan mengatasi sumber infeksi yang ada, baik dalam tubuhnya sendiri atau diluarnya.
c) Trichomoniasis
Berasal dari parasit yang disebut Trichomonas vaginalis. Gejalanya keputihan
berwarna kuning atau kehijauan, berbau dan berbusa,kecoklatan seperti susu ovaltin,
biasanya disertai dengan gejala gatal dibagian labia mayora, nyeri saat kencing dan
terkadang sakit pinggang.
Trichomoniasis merupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering
menyerang traktus urogenitalis bagian bawah. Pada wanita sering tidak menunjukan
keluhan, bila ada biasanya berupa duh tubuh vagina yang banyak, berwarna kehijauan
dan berbusa yang patognomonic (bersifat khas) untuk penyakit ini. Pada pemeriksaan
dengan kolposkopi tampak gambaran “Strawberry cervix” yang dianggap khas untuk
trichomoniasis. Salah satu fungsi vagina adalah untuk melakukan hubungan seksual.
Terkadang mengalami pelecetan pada saat melakukan senggama. Vagina juga
menampung air mani, dengan adanya pelecetan dan kontak mukosa(selapu lendir)
vagina dengan air mani merupakan pintu masuk (Port d’entre) mikro organisme
penyebab infeksi PHS.

2.5 Patofisiologi1
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi dan jumlah dari secret vagina bias
dikatakan suatu hal yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita

19
sebagai suatu infeksi. Khusunya disebabkan oleh jamur. Dalam kondisi normal, cairan
yang keluar dari vagina mengandung secret vagina, sel-sel vagina yang terkelupas dan
mucus serviks yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan,
penggunaan pil KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan dinamis
antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, esterogen, glikogen, pH
vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen
peroksida yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari esterogen pada
epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (dodorlein) dan produksi asam laktat
yang menghasilkan pH < 3,8 - 4,5 pada level ini dapat menghambat pertumbuhan
bakteri lain.
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida
sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel
ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang
mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas,
penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak
terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang
tinggi.
Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat
kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi
oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan
media bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada
lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai
menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menajdi faktor
predisposisi kandidiasis vaginalis.
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan
progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga
berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.

20
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena
pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga
bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual,
stres dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan
bakteri patogen. Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat
menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus
acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella
vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat.
Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH
vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab
timbulnya bau pada fluor albus pada vaginosis bacterial.
Fluor albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita
tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan
dengan keadaan umum yang jelek, higiene yang buruk dan pada perempuan yang
sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat.

a. Keputihan Fisiologis3
Sekret vagina normal (fisiologis) bersifat :
• encer tidak kental,
• tidak berwarna
• tidak berbau
• biasanya terdapat pada forniks posterior
• Hubungan dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain,
estrogen, glikogen, pH vagina, hasil metabolit lain
• Lacobacillus menghasilkan hidrogen peroksida
• Toksik terhadap bakteri patogen
• pH optimal : 3,8 – 4,2

21
b. Keputihan Patologis3
Sekret vagina abnormal, terjadi perubahan warna dan jumlah, misalnya :
• Keputihan disertai rasa gatal
• Sekret vagina yang bertambah banyak
• Rasa panas saat kencing
• Sekret vagina putih dan menngumpal
• Berwarna putih keabuan atau kuning dengan bau menusuk, meskipun banyak variasi

2.6 Tanda dan Gejala Klinis


a. Tanda Klinis3
Subjektif:
• Nyeri kencing ringan-berat
• Keluar cairan jernih – nanah
• Riwayat kontak seksual

Objektif:
• Cerviks udem, erithema
• Ektropion
• Tampak sekret seromukous-purulent
• Laboratorium
• Gram lekosit >15 1000x
• Kuman spesifik

b. Gejala Klinis1
• Vaginosis bacterial: secret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga kuning
dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah hubungan seksual.
• Trikomoniasis : secret vagina biasanya sangat banyak, kuning kehijauan, berbusa
dan bau amis.

22
• Kandidiasis : secret vagina menggumpal putih kental, gatal sedang hingga berat
dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital. Tidak ada komplikasi
yang serius. Berkembang baik pada pH 5,0 - 5,6.
• Kalmidiasis :biasanya tidak bergejala, secret berwarna kuning seperti pus, sering
kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal.

2.7 Diagnosis1
Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Ditanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor KB,
kontak seksual, jumlah, bau dan warna leukorea, masa inkubasi, penyakit yang diderita,
penggunaan obat antibiotic atau kortikosteroid dan keluhan lain.

b. Pemeriksaan
1) Fisik dan Genitalia
Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, ISK, dan infeksi lainnya yang mungkin
berkaitan dengan fluor albus.
Pemeriksaan khusus yang juga harus dilakukan adalah pemeriksaan genetalia yaitu
meliputi:
 Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna
 Pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks
 Pemeriksaan pelvis bimanual
Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari kontaminasi dengan lender vagina. Dan
dapat disesuaikan dari gambaran klinis sehingga dapat diketahui kemungkinan
penyebabnya.

23
2) Penunjang
o Sitologi vagina atau kultur secret vagina.
o Pemeriksaan pH vagina pH >4,5 disebabkan tricomoniasis.
o Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH 10%
: kandidiasis.
o Pap smear

2.8 Diagnosis Banding2


a. Vaginitis
c. Servisitis
d. Herpes genitalia
f. IMS (GO) dan dysplasia/ neoplasia serviks
g. Clamidiasis

2.9 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan dari keputihan adalah: 1
a. Menghilangkan gejala
b. Memberantas penyebabnya
c. Mencegah infeksi berulang
d. Pasangan diikutkan dalam pengobatan

2.9.1. Farmakologi2
a. Bakterial vaginosis :
- Metronidazol 500 mg, 2x1 po selama 7 hari atau 2 gram po SD

- Alternatif : Metronidazol gel 0,75% - 1 aplikator intravaginal sehari 2 kali


selama 5 hari

- Klindamisin krim 2% - 1 aplikator intravaginal sebelum tidur selama 7 hari

24
- Klindamisin 300 mg 2x1 po selama 7 hari

b. Trikomoniasis vaginalis :
- Metronidazol 500 mg 2x1 po selama 7 hari atau 2 gr dosis tunggal,

- Pasangan seksual harus diobati.

c. Kandidiasis vulbovaginalis :
- Miconazol / Clotrimazole 200 mg intravaginal perhari selama 3 hari

- Clotrimazole 500 mg intravaginal SD

- Nystatin 100.000 IU intravaginal perhari selama 14 hari

- Tablet ketoconazole 2x1 selama 7 hari.

2.9.2. Non-Farmakologi2
a. Perubahan Tingkah Laku
Keputihan (Fluor albus) yang disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang
di lingkungan yang hangat dan basah maka untuk membantu penyembuhan menjaga
kebersihan alat kelamin dan sebaiknya menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari
katun serta tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat. Keputihan bisa ditularkan
melalui hubungan seksual dari pasangan yang terinfeksi oleh karena itu sebaiknya
pasangan harus mendapat pengobatan juga.
b. Personal Hygiene
Memperhatikan personal hygiene terutama pada bagian alat kelamin sangat
membantu penyembuhan, dan menjaga tetap bersih dan kering, seperti penggunaan tisu
basah atau produk panty liner harus betul-betul steril. Bahkan, kemasannya pun harus
diperhatikan. Jangan sampai menyimpan sembarangan, misalnya tanpa kemasan
ditaruh dalam tas bercampur dengan barang lainnya. Karena bila dalam keadaan
terbuka, bisa saja panty liner atau tisu basah tersebut sudah terkontaminasi.

25
Memperhatikan kebersihan setelah buang air besar atau kecil. Setelah bersih,
mengeringkan dengan tisu kering atau handuk khusus. Alat kelamin jangan dibiarkan
dalam keadaan lembab.

c. Penatalaksanaan Psikologis
Pendekatan psikologik penting dalam pengobatan keputihan. Tidak jarang
keputihan yang mengganggu, pada wanita kadang kala pemeriksaan di laboratorium
gagal menunjukkan infeksi, semua pemgujian telah dilakukan tetapi hasilnya negatif
namun masalah atau keluhan tetap ada. Keputihan tersebut tidak disebabakan oleh
infeksi melainkan karena gangguan fsikologi seperti kecemasan, depresi, hubungan
yang buruk, atau beberapa masalah psikologi yang lain yang menyebabkan emosional.
Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan konsultasi dengan ahli psikologi. Selain itu
perlu dukungan keluarga agar tidak terjadi depresi.

2.10 Komplikasi
a. Infertilitas/masalah kesuburan
b. Pelvic inflamatori disease (PID)
c. Vulvovaginitis atau uretritis
d. Pada wanita hamil dapat menyebabkan bayi prematur, gangguan perkembangan
dan berat badan lahir rendah (BBLR) terutama akibat bacterial vaginosis dan
infeksi Trichomonas
e. Memfasilitasi terjadinya HIV
2.11 Prognosis
Biasanya kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon terhadap
pengobatan dalam beberapa hari. Kadang infeksi akan berulang. Dengan perawatan
kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif.1

26
BAB III
ANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Pada kasus ini tidak ada hubungan diagnose dengan keadaan rumah dan
lingkungan sekitar.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam


keluarga
Tidak ada hubungan antara diagnose dengan keadaan keluarga dan hubungan
dalam keluarga

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
 Pasien biasanya makan 3 kali sehari, sering mengkonsumsi sayur dan buah
 Pasien sehari-hari mengganti celana dalamnya 2 kali setiap selesaai mandi
 Apabila menstruasi pasien mengatakan mengganti pembalut 2 kali perhari
 Pasien mengatakan sering menggunakan celana dalam dan celana panjang
yang ketat
 Kebiasaan menggunakan celana dalam dan handuk bersamaan disangkal
 Kebiasaan berhubungan seksual dengan lebih dari 1 pasangan disangkal
 Pasien tidak merokok

Terdapat hubungan antara diagnosa dengan perilaku kesehatan dalam keluarga


dan lingkungan sekitar pasien.

27
d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini
 Riwayat penggunaan KB AKDR dan hormonal (suntik per 3 bulan)
 Pasien mengatakan sering menggunakan celana dalam dan celana panjang
yang ketat
 Kebiasaan hanya mengganti pembalut 2 kali perhari saat menstruasi dan
menggunakan pembalut dengan kandungan antiseptik
 Berat badan pasien berlebih
 Riwayat keluarga dengan penyakit keganasan

e. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan


dengan faktor risiko atau etiologi pada pasien ini.
 Tidak menggunakan cairan antiseptik secara berlebihan, jika perlu
konsultasi terbelih dahulu sebelum menggunakan cairan antiseptik
 Menganjurkan mengganti kontrasepsi menjadi KB non hormonal atau
melakukan KB steril
 Menggunakan celana dalam dan pakaian yang nyaman, tidak ketat dan
menyerap keringat
 Mengganti pembalut atau pentyliner secara teratur dan lebih sering untuk
mencegah perkembangbiakan organisme penyebab infeksi
 Menjaga pola hidup sehat dan mencapai brat badan ideal dengan
mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, olahraga teratur
 menghindari penggunaan bahan karsinogenik dan rutin memeriksakan
kesehatan pasien, mengingat ada riwayat keganasan dalam keluarga

28
f. Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga
- Selalu menjaga kebersihan daerah kemaluan dengan mencuci secara benar
dan menjaga agar tetap kering
- menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat dan ridak ketat.
- Tidak menggunakan barang pribadi seperti celana dalam dan handuk secara
bersama-sama
- Biasakan untuk mengganti pembalut pada waktunya untuk mencegah
perkembang biakan organisme penyebab infeksi.
- Menjaga pola hidup sehat dan mencapai berat badan ideal dengan
mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, olahraga teratur
- Menghindari penggunaan bahan karsinogenik dan rutin memeriksakan
kesehatan pasien, mengingat ada riwayat keganasan dalam keluarga
- mengiinformasikan pula pentingnya pasangan seks (suami) untuk dilakukan
juga pemeriksaan dan terapi guna pengobatan secara keseluruhan antara
suami-istri dan mencegah terjadinya kondisi yang berulang. Mengikuti
pengobatan dengan baik dn teratur
- Kontrol kembali ke puskesmas setelah obat habis

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri, R, Wardhani,W.I, Setiowulan, W. Keputihan

In. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. 2001. Media Aesculapius : Jakarta

2. Cunningham G, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Rouse D, Spong C. Obstetri


Williams. Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2012.
3. Robbins SL, Kumar V. Buku ajar Patologi II. Edisi Ke-4. Jakarta : EGC, 1995.
386-387.
4. Merrill, J.A., Gusberg, S.B., Deppe, G., Lession of The Corpus Uteri, Obstetrik
and Gynecologic, 4th ed. Harper & Row Publisher, Philadelphia, 1982, p :
1081-91.
5. Victory R, Romano W, Bennett J, Diamond M. Clinical Gynecology. Churchill
Livingstone, an imprint of Elsevier Inc. 2006. 179-205.
6. Ran Ok L, Gyung Il P, Jong Chul K, et-al. Clinic Statistical Observation of
Uterine. Korean Medical Database. Diunduh dari: Http://www.Medric.or.kr,
diakses tanggal 25 Maret 2013
7. Sutoto, M.S.J. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, Ilmu Kandungan, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1994, p : 328-65.
8. Joedosapoetro MS. Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB,
Rachimhadi T. Editor. Edisi Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, 2005. 338-
345.
9. Manuaba IBG. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi. Edisi
2. Jakarta : EGC, 2003. 309-312.

30

Anda mungkin juga menyukai