PENDAHULUAN
dalam strategi pembangunan daerah Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal ini, karena
sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sub sektor ini. Salah satu
komoditi dari beberapa macam komoditi sub sektor peternakan yang memiliki
penting sebagai sumber pendapatan, tenaga kerja, sebagai komoditi adat atau
status sosial seseorang dalam masyarakat. Selain itu, sebagai penghasil pupuk
organik dan produk utama penghasil bahan pangan sumber protein hewani bagi
konsumen. Oleh karena itu, ternak sapi sangat berperan dalam memberi
satu Kabupaten di Propinsi NTT yang berbatasan langsung dengan daerah Distrik
populasi ternak sapi yang cukup banyak di NTT. Selama beberapa tahun
1
Tabel 1. Populasi ternak potong di Kabupaten TTU, 2013 - 2015 (ekor)
oleh permintaan pasar sapi yang semakin hari semakin meningkat. Peningkatan
Tabel 2. Banyaknya Ternak yang Dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH) dan
di Luar RPH serta Ternak yang Dikirim/ Diperdagangkan ke Luar Daerah
Menurut Jenis Ternak dan Status Kepemilikan di Kabupaten TTU Tahun
2015.
No Jumlah Pemotongan Jumlah Penjualan
Jenis Ternak RPH Melalui
Pelabuhan
Luar RPH Transportasi
Wini
Darat
1 Sapi 1647 6 3123 7100
2 Kerbau 3 - 25 23
3 Kuda - - 9 -
4 Kambing/Domba 191 - - -
5 Babi 251 - - 30
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Timor Tengah Utara
Dari Tabel 2 dapat dilihat pula bahwa jumlah ternak sapi yang dipotong di
Rumah Potong Hewan (RPH) di Kabupaten TTU pada tahun 2015 adalah
2
sebanyak 1.653 ekor (1,40%). Sedangkan ternak sapi yang dikirim atau
diperdagangkan ke luar daerah Kabupaten TTU pada tahun 2015 adalah sebanyak
10.223 ekor (8,67%). Hal ini mengindikasikan bahwa ternak sapi masih menjadi
masih bersifat ekstensif tradisional. Perlu diketahui bahwa setiap usaha yang
dijalankan tentu akan berujung pada pemasaran. Sebab tanpa pemasaran pelaku
bisnis akan rugi karena barang hasil produksinya tidak dapat dijual. Mosher
peternakan, maka usaha peternakan akan bersifat statis dan usaha tersebut hanya
menjual ternak sapinya dalam dua bentuk yaitu menjual dengan cara melihat
tampilan ternak dan menjual dalam cara ditimbang. Pemasaran ini dilakukan oleh
pemasaran ternak sapi lebih banyak dikuasai oleh pedagang perantara atau blantik.
Biasanya pedagang pengumpul atau blantik ini akan mendatangi para peternak
untuk membeli ternak sapi, selanjutnya para pedagang pengumpul tersebut akan
3
menjual ternak sapi yang telah dibeli pada pedagang lokal lainnya, RPH maupun
luar daerah.
pemasaran yang berat untuk membayar dengan harga yang tinggi. Sedangkan bagi
pedagang, jalur atau rantai pemasaran, kondisi wilayah dan banyaknya perantara
(lembaga) yang terlibat dalam menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke
konsumen. Oleh karena itu, upaya yang dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor
di atas, maka dilakukan suatu penelitian tentang “Studi Pemasaran ternak Sapi
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4 Kegunaan
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
5
2. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan
3. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terutama sapi potong, mengalami pasang surut yang fluktuatif. Hal ini dipengaruhi
global. Sejak zaman kolonial Belanda, terutama sejak didirikan pabrik-pabrik gula
sumber tenaga kerja untuk menggarap lahan pertanian dan penarik kendaraan
pengangkut tebu. Sapi potong merupakan sapi yang khusus dipelihara untuk
dan kualitas daging yang baik. Sapi-sapi inilah yang umumnya dijadikan sebagai
sapi bakalan yang dipelihara secara intensif selama beberapa bulan, sehingga
diperoleh pertambahan berat badan yang ideal untuk dipotong. Pemilihan bakalan
yang baik menjadi langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan usaha.
Salah satu tolak ukur penampilan produksi ternak sapi adalah pertambahan berat
yang sangat padat, ada yang sedang, tetapi ada yang sangat jarang atau terbatas
populasinya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pertanian
kepadatan penduduk, iklim, daya aklimitasi dan adat istiadat (Sugeng, 2008).
7
Ternak sapi merupakan salah satu sumber penghasil daging yang memiliki
nilai ekonomi yang cukup tinggi dan penting dalam kehidupan masyarakat.
Seekor atau sekelompok ternak sapi bisa memenuhi berbagai macam kebutuhan
terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainya
pengumpul bahan bergizi rendah yang berubah menjadi bahan bergizi tinggi,
mengkonsumsi protein hewani. Konsumsi protein hewani yang rendah pada anak-
anak pra sekolah dapat menyebabkan anak-anak yang berbakat normal menjadi
2.2 Pemasaran
Istilah pemasaran dalam bahasa inggris dikenal dengan nama marketing.
dapat pula dikatakan sebagai tataniaga (marketing) yang diartikan sebagai suatu
proses pertukaran yang meliputi kegiatan untuk memindahkan barang atau jasa
bahwa tataniaga pertanian mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan
dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dari
8
yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang dimaksud untuk lebih
kepada konsumenya.
yakni defenisi pemasaran secara sosial dan defenisi pasar secara manajerial.
Definisi pemasaran secara sosial merupakan suatu proses sosial yang didalamnya
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Anindita
(2004) menyatakan bahwa ada tiga hal yang perlu menjadi tekanan dalam definisi
tersebut yaitu: 1). Kegiatan yang dimaksud sebagai jasa adalah suatu fungsi yang
(Possession). Jasa menambah nilai dari suatu produk dan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen; 2). Titik produsen adalah asal dari produk itu
dijual pertama kali oleh produsen atau peternak; 3). Titik konsumen. Dimana
9
Pemasaran dapat dikatakan produktif apabila menciptakan kegunaan
(utility), yaitu proses menciptakan barang dan jasa yang lebih berguna. Ada empat
jenis kegunaan yang dilakukan dalam pemasaran (Anindita, 2004): 1). Kegunaan
bentuk (Form Utility), yakni apabila suatu barang memiliki persyaratan yang
dibutuhkan untuk menjadi berguna; 2). Kegunaan tempat (Place Utility), yaitu
dalam pemasaran ketika produk tersedia pada saat yang diinginkan; 4). Kegunaan
Tiga tipe fungsi pemasaran Sudiyono (2004) yaitu: 1). Fungsi pertukaran
kegiatan pengalihan hak pemilikan atas produk. Fungsi pertukaran ini terdiri dari
konsumen atau partisipan pasar dari rantai konsumen berikutnya. Selain itu,
fungsi pertukaran juga menjadi penentuan titik harga pasar. Sesuai dengan
penyimpanan dan perubahan fisik produk sebagai berikut: a). Storage Function:
10
dalam volume transaksi yang memadai pada waktu yang diinginkan. Kegiatan
dengan penyediaan barang pada tempat yang sesuai. Fungsi ini dapat berjalan
dengan baik dengan melakukan pemilihan alternatif rute dan jenis transportasi
yang digunakan. Fungsi ini termasuk kegiatan bongkar dan muat barang. c).
Processing Function: fungsi ini merupakan kegiatan dari suatu pabrik yang
bertujuan untuk merubah wujud fisik produk, seperti pemotongan hewan, gabah
menjadi beras, dan lain-lain ; 3). Fungsi fasilitas (Facilitating Function). Pada
dasarnya fungsi fasilitas adalah segala hal yang bertujuan untuk memperlancar
fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi ini dimaksudkan agar dapat menjadi
harga jual dapat tercapai. Yang termasuk dalam Fungsi fasilitas adalah
pasar, riset pemasaran dan penciptaan permintaan. a). Standar dization and
grading function. Penetapan dan perlakuan terhadap suatu produk agar seragam
adalah penyortiran produk-produk ke dalam kesatuan atau unit menurut salah satu
atau lebih sifat kualitas mereka. b). Financing function. Fungsi pendanaan akan
11
menjadi penting apabila terjadi perbedaan waktu antara pembelian suatu produk
dengan penjualan. Semakin lama dan semakin banyak barang yang disimpan
maka dana yang dibutuhkan semakin besar. Dalam hal ini, peranan lemabaga
pendanaan ini perlu diperhitungkan. c). Risk bearing function. Dalam proses
pemasaran komoditi pertanian, resiko merupakan salah satu faktor yang perlu
diperhitungkan dalam proses pemasaran. Ada dua macam resiko yaitu resiko fisik
dan resiko pasar. Resiko fisik terjadi akibat kerusakan atau penyusutan komoditi
karena sifat dari gempa bumi dan lain-lain. Dalam pengiriman produk pertanian
resiko pasar disebabkan karena perubahan harga yang tidak diinginkan ataupun
teori efisiensi pasar (bukan pemasaran), bahwa seseorang dapat kaya apabila dia
interprestasi dan diseminasi informasi dari berbagai macam data yang diperlukan
agar proses pemasaran dapat berjalan dengan baik. Pekerjaan ini sering dilakukan
dengan baik, seperti penyimpanan, transportasi dan lain-lain. e). Market research.
Penelitian pasar seringkali perlu dilkakukan agar pemasaran dapat berjalan secara
12
bagaimana melakukan persaingan di pasar dan sebagainya. f). Demand creation.
maka salah satu faktor penting yang tidak boleh diabaikan adalah memilih secara
tepat saluran pemasaran yang akan digunakan dalam rangka usaha pemasaran
barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Yang disebut dengan saluran
perpindahan bukan hanya secara fisik tetapi dalam arti agar barang-barang
lembaga yang mengadakan kerja sama untuk mencapai satu tujuan. Tujuan dari
saluran pemasaran adalah untuk mencapai pasar-pasar tertentu. Atau dengan kata
lain pasar merupakan tujuan akhir dari kegiatan saluran pemasaran (Swastha,
1991).
Saluran pemasaran dapat berbentuk sederhan dan dapat pula rumit. Hal ini
tergantung dari macam komoditi, lembaga pemasaran dan sistem pasar. Sistem
13
konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu
memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran.
Lembaga pemasaran adalah orang atau badan usaha yang terlibat dalam
perantara. Pedagang perantara menurut Rahardi (2000) antara lain: a). Pedagang
besar kepada pedagang lain; b). Pedagang Besar. Pedagang besar merupakan
pedagang yang membeli barang dari pedagang pegumpul atau langsung dari
produsen serta menjual kembali pada pengecer dan pedagang lain atau kepada
pembeli untuk industri, lembaga dan pemakaian komersial yang tidak menjual
dalam volume yang sama pada konsumen akhir; c). Pedagang Pengecer. Pedagang
14
2.4 Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses
transfer barang (produk) dari tangan produsen sampai ke tangan konsumen akhir.
Besar kecilnya biaya tataniaga hasil peternakan tergantung dari volume (besar
akan semakin tinggi biaya pemasaran komoditi tersebut, karena semua lembaga
tataniaga yang terlibat tersebut akan mengambil balas jasa berupa keuntungan
(Profit) dari kegiatan tataniaga yang dilakukan, dan biaya ini akan dibebankan
suatu komoditi tidak efisien. Jika peningkatan biaya tataniaga yang diikuti oleh
efisien. Tetapi peningkatan biaya tataniaga yang tidak diikuti oleh peningkatan
efisien. Jenis-jenis biaya tataniaga (Kamaludin, 2008): 1). Biaya persiapan dan
tercakup dalam komponen ini adalah pembersihan, sortasi dan grading serta
bongkar dan muat produk dari alat angkut, sortasi dan dan grading ulang oleh
15
pedagang; 3). Biaya pengangkutan (Transportation cost), mencakup biaya angkut,
per unit produk (jika menggunakan angkutan umum), biaya bahan bakar,
perbaikan alat angkutan, asuransi dan pajak yang harus dibayar dari angkutan,
biaya lain-lain selama produk dalam perjalanan; 4). Kehilangan Produk (Product
handling, sortasi dan grading yang dilakukan. Biaya kehilangan produk dihitung
produk; biaya finansial (Financial cost) yang harus diterima produk selama
cost), mencakup seluruh biaya yang digunakan dalam proses transportasi produk
primer menjadi produk olahan, seperti bahan bakar, tenaga kerja dan penyusutan
alat. Hal penting yang harus harus diperhatikan dalam biaya pengolahan adalah
faktor konversi produk primer menjadi produk olahan; 7). Fees, commissions and
pemasaran, seperti biaya-biaya pengurusan izin usaha, biaya komisi yang harus
dibayarkan kepada agen dan pedagang besar serta biaya-biaya tidak resmi lain
16
2.5 Keuntungan Pemasaran
Menurut Soemarso (2004) laba adalah selisih lebih beban atas pendapatan
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan laba sejauh mana suatu
keseluruhan usaha yang di dalam usaha itu terdapat biaya yang dikeluarkan untuk
penerimaan total dan biaya-biaya. Biaya ini dalam banyak kenyataan, dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (seperti sewa tanah, pembelian alat)
dan biaya tidak tetap (seperti biaya transportasi, upah tenaga kerja).
yang mempengaruhi laba menurut Mulyadi (2001), yaitu:1). Biaya. Biaya yang
timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk atau jasa yang akan
mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan; 2). Harga jual. Harga jual
produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk atau
jasa; 3). Volume penjualan dan produksi. Besarnya volume penjualan berpengaruh
terhadap volume produksi produk atau jasa tersebut, selanjutnya volume produksi
bisnis, keuntungan ini bersifat semu karena ada unsur-unsur biaya yang tidak
17
2.6 Margin Pemasaran
Saluran pemasaran ditinjau sebagai satu kelompok atau satu tim operasi,
imbalan, atau harga hasil suatu kerja. Apabila ditinjau sebagai pembayaran atas
jasa-jasa, margin menjadi suatu elemen yang penting dalam strategi pemasaran.
Konsep margin sebagai suatu pembayaran pada penyalur mempunyai dasar logis
2008): a). Margin pemasaran merupakan selisih antara harga yang dibayar
konsumen akhir dengan harga yang diterima oleh produsen (petani, peternak),
Margin pemasaran adalah selisih harga dua tingkat rantai pemasaran atau
selisih harga yang dibayarkan di tingkat pengecer dengan harga yang diterima
perbedaan harga diantara tingkat lembaga dalam sistem pemasaran. Ada beberapa
transportasi, biaya input produksi, bentuk produk dan volume produk yang dijual
petani, jarak petani dengan pasar, dan jumlah pedagang yang dikenal petani
(informasi pasar).
18
2.7 Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran adalah seberapa pengorbanan yang harus dikeluarkan
dalam kegiatan pemasaran untuk menunjang hasil yang bisa didapatkan dari
rasio input-output dalam kegiatan pemasaran yang dilakukan. Semakin tinggi nilai
2010).
mengadakan pembagian keutungan yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar
konsumen kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan
didefenisikan sebagai besarnya keutungan yang diterima atas biaya tataniaga yang
maka dari segi operasional sistem tataniaga semakin efisien (Purba, 2008).
hal-hal prosedur teknis dan besarnya (skala) operasi, dengan tujuan penghematan
19
yang ada dapat bekerja atas dasar biaya rendah dan memperoleh keuntungan.
adalah sebagai berikut (Widiarti, 2010): a). Keuntungan pemasaran; b). Harga
yang diterima konsumen; c). Tersedianya fasilitas fisik pemasaran yang memadai
untuk melancarkan transaksi jual beli barang, penyimpanan dan transportasi, d).
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Pengembangan usaha ternak sapi di Daerah Perbatasan sebagian besar
diketahui bahwa setiap usaha yang dijalankan tentu akan berujung pada
biaya pernikahan, biaya adat istiadat dan lain sebagainya. Hal ini karena sapi
Di samping itu ketersediaan lahan yang luas dan pakan yang cukup menjadi faktor
pemilikan dan bentuk. Namun sistem pemasaran yang terjadi di wilayah tersebut
lembaga pemasaran yang tidak merata. Akibatnya harga tawar para petani
peternak menjadi lemah dan akhirnnya bagian harga yang diterima petani
21
peternak (farmers share) juga rendah. Di sisi lain margin dan keuntungan
peternakan sapi umumnya panjang. Hal ini karena saluran pemasaran dimulai dari
diperpendek untuk memperkecil selisih harga yang terjadi di tingkat peternak dan
di tingkat konsumen.
Tujuan akhir yang ingin dicapai dalam suatu sistem pemasaran adalah
system pemasaran yang efisien. Efisiensi pemasaran tercapai jika sistem tersebut
1987 dalam Anita, 2012). Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis pemasaran
dengan tujuan untuk mengetahui pola saluran pemasaran, margin pemasaran dan
Kerangka penelitian secara ringkas dapat dilihat pada bagan berikut ini
22
Skema aliran pemasaran ternak sapi di kawasan perbatasan:
Peternak
Konsumen
Margin pemasaran
Efisiensi Pemasaran
Kesimpulan
23
3.2 Hipotesis
Mengacu pada kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dapat
dengan tahap persiapan, pengumpulan data, analisis data, penulisan draft skripsi
dan ujian. Tahap pengumpulam data dalam penelitian ini dilaksanakan selama dua
Kecamatan Bikomi Utara. Selanjutnya dari ketiga Kecamatan tersebut dipilih lima
berbatasan langsung dengan RDTL. Sehingga diperoleh lima desa contoh yakni
24
Desa Naekake A, Naekake B, Tasinifu, Manusasi dan Napan. Tahap ke dua
adalah penentuan peternak contoh. Peternak contoh dalam penelitian ini terdiri
dari peternak dan pedagang. Pemilihan responden peternak dilakukan secara acak
pertimbangan bahwa memiliki pengalaman usaha di atas tiga tahun, masih aktif
menjual ternak sapi dalam tiga tahun terakhir (2016 sampai dengan 2018) dan
cara pemeliharaan yang dilakukan juga sama yakni secara semi intensif, sehingga
dengan 18 orang responden representatif pada setiap desa contoh dianggap sudah
mana sampel tersebut ditentukan mengikuti jalur pemasaran yang didapat dari
Jenis data primer yang diambil meliputi: identitas peternak dan pedagang (umur,
jenis kelamin, pendidikan, lama usaha, status pekerjaan), biaya, keuntungan dan
25
dokumentasi dan data diperoleh melalui buku statistik dan berbagai sumber dari
penelitian; c). Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data yang diperoleh dari
menghitung besarnya biaya, keuntungan dan margin pemasaran pada tiap lembaga
a. Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan ternak
26
BP = BP1 + BP2 + BP3 + ... + BPn
Keterangan:
BP = Biaya pemasaran ternak sapi
BP1, BP2, BPn = Biaya pemasaran tiap lembaga pemasaran ternak sapi
b. Keuntungan Pemasaran
Keuntungan bagi lembaga pemasaran dalam menyalurkan ternak sapi
merupakan imbalan atas jasa yang dilakukan selama kegiatan pemasaran ternak
c. Margin Pemasaran
Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayarkan pedagang
dengan harga yang diterima oleh peternak. Menurut Tomek dan Robinson (1977)
MP = Pr – Pf
Keterangan:
MP = Margin pemasaran ternak sapi
Pr = Harga ternak sapi ditingkat pedagang
Pf = Harga ternak sapi ditingkat peternak
27
yang diperoleh lembaga pemasaran, yang dirumuskan menurut Widiastuti dan
MP = BP + KP
Keternagan:
MP = Margin pemasaran ternak sapi
BP = Biaya pemasaran ternak sapi
KP = Keuntungan pemasaran ternak sapi
a. Efisiensi Teknis
ET = x 100%
b. Efisiensi Ekonomis
Efisiensi ekonomis dihitung dengan nilai persentase dari margin
MP = x 100%
F = [ 1- ] x 100%
Keteranga:
28
Pf = Harga di tingkat petani/peternak
persentase yang efisien teknis rendah, persentase margin pemasaran terendah dan
indeks efisiensi yaitu indeks efisiensi teknis dan indeks efisiensi ekonomis yang
dirumuskan menurut Hanafiah dan Saefudin (1983) yang dikutip Widiarti (2010)
29
pada efisiensi pemasaran adalah: a). 0-33% = Efisien; b). 34-67% =
konsumen.
konsumen.
5. Pedagang pengepul desa atau blantik desa adalah orang atau lembaga
30
dari peternak dan kenudian memasarkanya kembali kepada pedagang
lain.
9. Harga ternak sapi ditingkat produsen adalah harga jual sapi yang
10. Harga sapi pada suatu lembaga pemasaran adalah harga yang diterima
rupiah (Rp).
(Rp).
31
14. Efisiensi pemasaran ternak sapi secara teknis diukur dengan
melihat nilai persentase margin pemasaran sapi dan nilai Farmer share
16. Farmer share adalah salah satu indikator untuk mengetahui efisiensi
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Negara tersebut di sebelah Utara dan sebelah Barat. Kabupaten TTU berada pada
ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut. Seperti halnya di wilayah lain
diIndonesia, Kabupaten TTU juga hanya dikenal dua musim yaitu kemarau dan
perubahan periode musim yang cukup signifikan. Waktu hujan menjadi lebih
wilayah ini yakni umumnya bertani tanaman pangan mengolah lahan kering dan
33
lahan basah (sawah), sedangkan beternak masih merupakan pekerjaan sambilan.
Sistem pemeliharaan ternak masih bersifat ekstensif dimana ternak sapi tidak
samping itu apabila melalui jalur legal maka peternak atapun pedagang
dihadapkan pada aturan yang rumit seperti pengurusan surat dan aturan-aturan
umur peternak adalah 49±7,54 tahun dan koefisien variasi (KV) 15,38% dengan
34
kisaran umur 41-57 tahun; Dari kisaran umur tersebut 100% peternak termasuk
usia produktif yaitu 15-65 tahun. Menurut Chamdi (2003), pada kondisi umur
kemampuan fisik yang lebih besar dan lebih cepat menerima hal-hal baru
misalnya teknologi pakan dan lain-lain, yang mana dapat bermanfaat bagi
pengetahuan, teknologi dan seni, akses terhadap informasi dan pengetahuan baru
tentang pola-pola usaha beternak sapi yang baik dan benar. Di sisi lain tingkat
sebagai peternak dan sisanya 14% responden bermata pencaharian sebagai PNS.
35
dijadikan sumber pendapatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten TTU. Hal ini didukung oleh adanya ketersediaan lahan yang
jumlah anggota keluarga peternak adalah 5±1,50 orang dan KV 29,40% dengan
kisaran 5±2 orang. Banyaknya anggota keluarga dari satu sisi akan
usaha yang dijalankan; sedangkan dari sisi lain banyaknya anggota keluarga
kepemilikan ternak sapi peternak adalah dewasa 20 ST, muda 7 ST dan anak 3
Sostroamidjojo dan Soeradji (1990) dalam Krisna et al, (2014) yang menyatakan
bahwa skala usaha peternakan sapi rakyat digambarkan oleh jumlah kepemilikan
ternak yang kecil, ternak yang dimiliki petani hanya satu sampai beberapa ekor.
lama usaha peternak adalah 13±27 tahun dan KV 37,60% dengan kisaran 7-36
hasil yang diperolehnya. Peternak yang berpengalaman dalam usaha ternak sapi
36
usahanya, namun di sisi lain memiliki banyak pengalaman membuat peternak
Sebaliknya peternak yang sedikit berpengalaman dalam usaha ternak sapi lebih
pedagang adalah 46±6,45 tahun dan KV 14,06% dengan kisaran umur 39-53
tahun. Dari kisaran umur tersebut 100% pedagang termasuk usia produktif yaitu
15-65 tahun. Menurut Chamdi (2003), pada kondisi umur 15-65 tahun seseorang
pedagang.
37
Jumlah Anggota Keluarga.-- Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-
rata jumlah anggota keluarga pedagang adalah 5±1,22 orang dan KV 26,24%
Kabupaten TTU masih bersifat ekstensif tradisional dan belum adanya penerapan
cenderung hanya sebagai usaha sambilan di samping usaha tani tanaman pangan
dan usaha sambilan lain yakni memelihara ternak skala kecil seperti ayam
kampung, babi dan kambing. Sistem usaha yang masih ekstensif tradisional yang
pasar.
38
cost) dan keuntungan pemasaran (marketing profit) menjadi berbeda di setiap
tingkat lembaga pemasaran. Dari pihak konsumen akan memberikan jasa berupa
jualnya masih dikuasai oleh pedagang perantara. Hal ini disebabkan oleh berbagai
keterbatasan yang dimiliki peternak antara lain; kurangnya modal dan rendahnya
pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang antar pulau. Adapun skema
PETERNAK
PEDAGANGPENGUMPUL
PEDAGANG ANTAR 1. 2.
PULAU
PEDAGANG BESAR
3.
KONSUMEN
39
Berdasarkan Gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa terdapat tiga macam
1. Peternak Konsumen
dengan Peternak. Tempat transaksi yang terjadi pada saluran yang pertama
sapi pada saluran pemasaran yang kedua ini biasanya terjadi di rumah
40
bawahnya dapat melakukan kegiatan pemasaran secara rutin dan
Ketiga saluran pemasaran sapi yang ada di Kabupaten TTU dapat dilihat
bahwa pada saluran tataniaga kedua dan ketiga memerlukan biaya lebih tinggi
dalam proses pemasaran sapi dari tangan produsen ke konsumen. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 3 bahwa pada saluran I biaya pemasaran yang dikeluarkan
sebesar Rp0 karena tidak ada pedagang perantara yang terlibat. Pada saluran II
margin pemasaran yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran. Pada saluran III
1. Fungsi Pertukaran
41
Fungsi pertukaran adalah semua tindakan yang memperlancar
dengan bentuk, jumlah dan mutu serta macam produk yang diperjual
belikan.
di rumah peternak. Transaksi jual beli sapi dapat terjadi apabila ada
2. Fungsi Fisik
a. Fungsi Penyimpanan
42
dilakukan oleh pedagang perantara untuk mengumpulkan sapi dalam
jumlah tertentu sebelum dijual ke konsumen. Selain itu juga sapi yang
b. Fungsi Pengangkutan
tempat ke tempat yang lain secara cepat, tepat dan teratur, sesuai
3. Fungsi Fasilitas
43
konsumen. Fungsi ini meliputi fungsi pembiayaan, fungsi penanggungan
a. Fungsi Pembiayaan
Selain itu juga karena urgensi kebutuhan uang tunai di tingkat peternak
badan. Hal tersebut dapat diatasi dengan pakan yang cukup selama
perjalanan.
44
Dari hasil wawancara dengan peternak dan para pedagang
farmer share dan efisiensi pemasaran dari setiap lembaga pemasaran. Besaran
biaya dan margin pemasaran yang pada setiap saluran pemasaran ternak sapi
dipengaruhi oleh masing-masing harga yang berlaku di tiap peternak dan pelaku
pemasaran.
1. Saluran I
45
2 Konsumen 9.500.000
Sumber: Data Primer, 2018 (Diolah)
Saluran pemasaran sapi yang pertama seperti pada Tabel 3 terlihat bahwa
konsumen membeli langsung sapi dari peternak sehingga tidak ada biaya
pemasaran yang dikeluarkan oleh peternak. Harga jual peternak dan harga beli
konsumen yang diperoleh merupakan harga kesepakatan antara kedua pihak yang
100% karena rantai pemasaran tergolong pendek dan tidak melibatkan lembaga
perantara. Hal ini sesuai pendapat Saliem (2004) menyatakan bahwa semakin
pemasaran adalah persentase antara biaya pemasaran dengan nilai produk yang
dipasarkan dan pemasaran tidak akan efisien jika biaya pemasaran semakin besar
dari nilai produk yang dipasarkan atau pemasaran yang efisien jika biaya
46
2. Saluran II
a. Farmer share
47
Nilai Farmer share yang diperoleh pada saluran kedua menurut klasifikasi
umum ternak sapi yang dijual sebesar 76% dari harga yang dibayar oleh pedagang
besar. Hal ini mengindikasikan bahwa peternak di daerah ini sudah menerima
harga yang layak, namun share yang diterima peternak tersebut bukanlah share
yang sebenarnya. Sebab masih ada banyak biaya-biaya yang tidak terhitung pada
saat ternak sapi masih berada di tangan peternak sebelum terjadi kesepakatan
kedua ini sudah efisien. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Azzaino
(1983) bahwa sistem pemasaran dikatakan efisien apabila dapat memberikan suatu
balas jasa yang seimbang kepada semua pelaku pemasaran yang terlibat yaitu
peternak, pedagang perantara dan konsumen akhir. Farmer share yang diperoleh
pada saluran ini lebih kecil dibandingkan pada saluran I karena pada saluran II
untuk menekan harga di tingkat peternak dan meningkatkan harga jual di tingkat
b. Biaya.
Saluran ini terdapat biaya pemasaran yakni sebesar Rp105.000/ST yang dikel
48
sapi ke konsumen sebesar Rp175.000 atau meningkat hingga 1,4% dibandingkan
c. Keuntungan.
sebesar nilai tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya biaya yang dikeluarkan
oleh pedagang besar lebih tinggi dibandingkan blantik, sehingga untuk menutupi
Kondisi tersebut sesuai dengan yang dilaporkan oleh Rum (2011) bahwa
pedagang yang terlibat dalam proses pemasaran memiliki informasi yang cukup
mengenai situasi permintaan dan penawaran, sehingga dua kekuatan inilah yang
3. Saluran III
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada saluran III pemasaran sapi dari peternak
yakni pedagang antar pulau yang membeli sapi dari peternak lalu dijual ke
konsumen.
49
Tabel 5. Rata-Rata Biaya, keuntungan dan Farmer share pada saluran III
pemasaran ternak sapi di Kabupaten TTU.
a. Farmer share.
50
Pada pada saluran III nilai farmer share sebesar 63,33% dari harga yang
dibayar oleh pedagang antar pulau. Hal ini mengindikasikan bahwa peternak di
daerah ini sudah menerima harga yang layak. Kondisi ini menunjukkan bahwa
b. Biaya.
Saluran pemasaran ini tergolong pendek, namun biaya pemasaran tinggi yakni
ini dipengaruhi oleh jarak pasar dan produsen yang jauh sehingga untuk proses
pendistribusian ternak membutuhkan biaya operasional yang lebih besar. Hal ini
pemasaran berbeda satu sama lain disebabkan karena, macam komoditas, lokasi
c. Keuntungan
Keuntungan yang diperoleh pedagang antar pulau pada saluran ini tergolong
diperoleh pada saluran pemasaran II. Hal tersebut menggambarkan bahwa dengan
51
korbanan biaya sejumlah nilai tersebut memberikan keuntungan yang besar bagi
dijalani bagi pedagang antar pulau. Kondisi ini diduga dipengaruhi oleh
penguasaan informasi pasar yang lebih baik oleh pedagang antar pulau
= 2,24%
sebesar 2,24% tergolong rendah, sehingga secara teknis saluran II efisien karena
52
ET ≤ 33%. Hal ini berdasarkan kaidah keputusan efisiensi pemasaran menurut
Putri et.al, (2014) yang menyatakan bahwa jika efisiensi pemasaran: a). 0-33% =
Efisien; b). 34-67% = Kurang efisien; c). 68-100% = Tidak efisien. Walaupun
secara ekonomis saluran II tidak efisien. Hal ini berdasarkan kaidah keputusan
efisiensi pemasaran menurut Putri et.al, (2014) yang menyatakan bahwa jika
efisiensi pemasaran: a). 0-33% = Efisien; b). 34-67% = Kurang efisien; c). 68-
= 23,36%
sebesar 23,36% tergolong rendah, sehingga secara teknis saluran II efisien karena
Putri et.al, (2014) yang menyatakan bahwa jika efisiensi pemasaran: a). 0-33% =
53
Efisien; b). 34-67% = Kurang efisien; c). 68-100% = Tidak efisien. Nilai ini lebih
ekonomis saluran III kurang efisien. Hal ini berdasarkan kaidah keputusan
efisiensi pemasaran menurut Putri et.al, (2014) yang menyatakan bahwa jika
efisiensi pemasaran: a). 0-33% = Efisien; b). 34-67% = Kurang efisien; c). 68-
100% = Tidak efisien. Pada saluran III keuntungan yang diperoleh masing-masing
BAB V
5.1. Kesimpulan
antara satu dengan yang lainya. Keuntungan tertinggi terjadi pada saluran
54
3. Saluran II: Secara efisiensi teknis adalah efisien karena memiliki nilai ET
5.2. Saran
1. Bagi Pemerintah yang terkait dalam bidang peternakan terutama Mitra Tani;
tambahan informasi.
55
DAFTAR PUSTAKA
Anita. Muani, A., dan Suyatno A., 2012. Analisis Efisiensi Pemasaran Jeruk Siam
Di Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas. Jurnal Sains Mahasiswa
Pertanian Vol 1, No 1, Desember 2012, hal 22-31 Fakultas Pertanian
UNTAN diunduh pada tanggal 19 Mei 2015
Badan Pusat Statistik. 2016. TTU dalam angka 2016. BPS Kabupaten Timor
Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur.
56
Chamdi, A.N., 2003.Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing di Kecamatan
Kradenan Kabupaten Grobogan. Prosiding seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner, Bogor. Hal. 312-317
Fandari, A. F., 2015. Analisis Margin dan Efisiensi Pemasaran Day Old Duck
(DOD) pada Beberapa Lembaga Pemasaran di Kabupaten Sidrap. Skripsi.
Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin. Makassar.
Kotler, P dan Amstrong, G. 2004. Dasar-dasar Pemasaran. Jilid ke-2 edisi ke-9.
PT: Indeks. Jakarta.
Krisna, R., Harry. 2014. Hubungan Tingkat Kepemilikan dan Biaya Usaha dengan
Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa
Barat (Studi Korelasi). Jurnal Aplikasi Manajemen. 12(2): 295-305.
Krova, M., dan D. Ratu. 2010. Manajemen Agribisnis. Bahan Ajar Mandiri.
Fakultas Peternakan, Universitas Nusa Cendana. Kupang.
Limbong, S., 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian (Bahan Kuliah Jurusan Ilmu-
ilmu Sosial Ekonomi Pertanian). Institut Pertanian Bogor. Bogor.
57
Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Perternakan. Lembaga Penelitian,
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial,Yogyakarta.
Muflihah, A. L. 2006. Analisis Margin Pemasaran Cabe Rawit Hijau (mata rantai
lahan budidaya di Karawang dan Pasar Induk Keramat Jati Pasar Rebo
Jakarta Timur). Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi. Jilid 3 cetakan ke-3. Selemba Empat. Jakarta.
Ningsih, U. W., dan B. Hartono. 2017. Analisis Pemasaran Sapi Potong Melalui
analisis Margin, Transmisi Harga, Struktur Pemasaran, Perilaku
Pemasaran dan Kinerja Pemasaran. Jurnal-Jurnal Peternakan. Volume 27
(1): 1-11.
Putri, Y. R., S. I. Santoso, dan W. Roessali. 2014. Farmer Share Dan Efisiensi
Saluran Pemasaran Kacang Hijau(Vigna radiata, L.) Di Kecamatan
Godong Kabupaten Grobogan. Agri Wilasodra. 6 (2) September 2014.
Saliem, H.P. 2004. Analisis Margin Pemasaran: Salah Satu Pendekatan dalam
Sistem Distribusi Pangan. Dalam: prosiding Prospek Usaha dan
Pemasaran Beberapa Komoditas Perternakan. Monograph Series No. 24.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Perternakan, Bogor.
Singarimbun, M dan S. Effendi. 2011. Metode Penelitian Survei. Edisi Revisi. PT.
Pustaka LP3ES. Jakarta.
58
Soekartawi. 2006. Analisis Usaha Tani. Jakarta: UI Press.
Yusuf dan J. Nulik. 2008. Kelembagaan Pemasaran Ternak Sapi Potong di Timor
Barat, NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur.
59
LAMPIRAN
1. IDENTITAS PETERNAK
JUMLAH
LAMA
UMUR ANGGOTA
RESPONDEN PEKERJAAN PENDIDIKAN BETERNAK
(TAHUN) KELUARGA
(TAHUN)
(JIWA)
1 43 PETANI SD 5 15
2 32 PETANI SD 2 8
3 44 PETANI SD 6 15
4 56 PETANI SD 6 20
5 45 PETANI SMA 4 16
6 65 PNS SMA 7 35
7 57 PETANI SD 6 30
8 40 PETANI SD 4 10
9 45 PNS S1 6 17
10 50 PETANI SD 7 25
11 48 PETANI SD 5 23
12 32 PETANI SMP 5 8
13 42 PETANI SD 6 15
60
14 54 PETANI SD 7 30
15 39 PETANI SMP 4 13
16 55 PETANI SD 8 25
17 45 PETANI SMA 5 15
18 52 PNS S1 6 20
19 54 PETANI SD 6 22
20 35 PETANI SD 1 8
21 56 PNS S1 8 26
22 48 PETANI SD 5 17
23 37 PETANI SD 4 8
24 42 PETANI SD 2 10
25 42 PETANI SMP 4 11
26 37 PETANI SD 2 7
27 48 PETANI SMA 6 13
28 45 PETANI SD 5 12
29 43 PETANI SMP 6 13
30 60 PETANI SMA 8 30
31 44 PNS SMA 6 12
32 45 PETANI SMP 4 15
33 50 PETANI SD 5 20
34 44 PETANI SD 4 14
35 60 PETANI SMP 3 30
36 40 PETANI SMP 5 8
37 50 PETANI SD 7 20
38 58 PETANI SD 2 28
39 45 PETANI SD 6 15
40 61 PETANI SD 5 32
41 38 PETANI SD 5 11
42 50 PETANI SMA 6 20
43 65 PETANI SD 7 35
44 62 PETANI SD 6 35
45 56 PNS SMA 8 26
46 40 PETANI SMA 4 10
47 41 PETANI SMA 2 11
48 58 PETANI SD 6 28
49 47 PETANI SMP 5 20
50 52 PETANI SMP 5 22
51 43 PETANI SD 4 12
52 52 PETANI SMA 4 21
53 58 PNS S1 2 28
54 49 PETANI SD 5 19
55 39 PETANI SD 4 10
61
56 50 PETANI SD 6 20
57 43 PETANI SMP 5 15
58 47 PETANI SD 6 19
59 42 PETANI SD 5 12
60 52 PNS S1 5 23
61 48 PETANI SD 5 19
62 51 PETANI SMP 8 21
63 51 PNS S1 8 21
64 65 PETANI SD 6 36
65 45 PETANI SD 4 15
66 60 PNS D3 5 29
67 55 PETANI SD 6 30
68 47 PNS S1 5 20
69 50 PETANI SMP 4 22
70 45 PNS S1 4 16
71 55 PETANI SD 7 25
72 40 PNS S1 5 12
73 61 PETANI SD 6 32
74 49 PETANI SMA 4 19
75 50 PETANI SD 5 22
76 52 PETANI SMP 7 20
77 50 PETANI SD 5 20
78 48 PETANI SD 4 18
79 49 PETANI SMP 3 17
80 55 PETANI SD 5 25
81 48 PETANI SD 5 18
82 55 PETANI SD 4 25
83 50 PETANI SD 5 21
84 60 PETANI SD 6 29
85 48 PETANI SD 5 18
86 40 PETANI SD 4 12
87 56 PETANI SMP 6 26
88 50 PETANI SMA 4 19
89 45 PETANI SMP 5 16
90 60 PETANI SD 6 30
JUMLAH 4410 PNS = 14% SD = 56% 459 1761
62
JUMLAH KEPEMILIKAN
RESPONDE
TERNAK (ST)
N
DEWASA MUDA ANAK
1 6 3,5 1,25
2 11 5,5 1,75
3 8 4 1,75
4 8 3 1
5 9 4,5 1,75
6 16 7 2,5
7 14 4,5 2
8 11 4,5 1,5
9 32 11 3,75
10 45 13,5 5,75
11 36 12 3,75
12 12 3 1,25
13 13 4 1,5
14 12 3,5 1,25
15 14 3,5 1,25
16 17 4 1,75
17 28 8 3,5
18 9 2,5 0,75
19 14 4 1,75
20 15 5 2
21 22 5,5 2,75
22 17 6 2,25
23 14 3,5 1,5
24 13 4 1,5
25 14 3,5 1,5
26 22 6,5 3,5
27 16 5,5 2
28 15 4 1,75
29 13 3,5 1,5
30 20 6,5 2,5
31 17 3,5 2
32 17 4 1,75
33 13 3,5 1,5
34 14 4 1,75
35 18 7,5 2,25
36 16 4 2
37 19 7 3,25
38 28 9 4,75
63
39 23 11 4
40 23 8 4,25
41 11 4 2
42 14 6 2,25
43 21 6,5 3,5
44 28 9 4,75
45 40 16,5 8,75
46 21 7,5 3,5
47 16 7 2,75
48 17 5,5 2,75
49 17 5,5 2,5
50 32 11 6
51 18 5,5 2,75
52 16 7 3,25
53 35 14 6
54 23 8,5 4,25
55 22 8 4
56 20 7,5 3,5
57 24 7,5 4,5
58 21 7,5 3,75
59 19 6,5 3,75
60 24 8 4,25
61 24 8,5 4
62 24 7,5 3,75
63 22 5 3,5
64 24 9 3,5
65 24 8,5 4
66 24 8 4,25
67 30 8,5 4,5
68 28 9,5 4
69 26 9 3,75
70 22 8 4,25
71 24 8,5 3,5
72 27 8,5 4,25
73 22 8,5 3,25
74 20 7 3
75 21 7 3,75
76 21 6,5 2,75
77 22 6 3,25
78 23 7,5 3,75
79 23 8,5 4
80 23 8 3,75
64
81 22 8,5 3,5
82 25 9 4,25
83 28 9 4,25
84 22 7,5 3,5
85 22 7,5 3,5
86 25 9 3,5
87 22 6,5 4
88 24 9 4
89 22 8,5 4
90 22 8,5 3,5
JUMLAH 1831 619,5 281,5
RATA-
RATA 20,34 6,88 3,13
SD 6,98 2,62 1,32
KV (%) 34,29 38,05 42,35
65
22 10.000.000
23 9.000.000
24 10.000.000
25 10.000.000
26 10.000.000
27 9.000.000
28 10.000.000
29 9.000.000
30 10.000.000
31 9.000.000
32 10.000.000
33 10.000.000
34 10.000.000
35 10.000.000
36 10.000.000
37 10.000.000
38 9.000.000
39 10.000.000
40 9.000.000
41 10.000.000
42 9.000.000
43 10.000.000
44 9.000.000
45 10.000.000
46 9.000.000
47 10.000.000
48 9.000.000
49 10.000.000
50 9.000.000
51 10.000.000
52 9.000.000
53 10.000.000
54 9.000.000
55 10.000.000
56 9.000.000
57 10.000.000
58 9.000.000
59 10.000.000
60 10.000.000
61 9.000.000
62 10.000.000
63 9.000.000
66
64 10.000.000
65 9.000.000
66 10.000.000
67 9.000.000
68 10.000.000
69 9.000.000
70 10.000.000
71 9.000.000
72 10.000.000
73 9.000.000
74 10.000.000
75 9.000.000
76 9.000.000
77 10.000.000
78 9.000.000
79 9.000.000
80 9.000.000
81 10.000.000
82 9.000.000
83 9.000.000
84 9.000.000
85 9.000.000
86 10.000.000
87 9.000.000
88 9.000.000
89 9.000.000
90 9.000.000
JUMLAH 855000000
RATA-
RATA 9.500.000
SD 502801,14
KV (%) 5,29
4. IDENTITAS BLANTIK
JUMLAH
LAMA VOLUME
RESPONDEN UMUR PEKERJAAN PENDIDIKAN ANGGOTA
USAHA PEMBELIAN
KELUARGA
1 39 PETANI SD 4 10 7
2 47 PETANI SD 5 15 15
3 40 PETANI SMA 5 8 8
4 42 PETANI SD 5 10 8
5 46 PETANI SD 2 15 10
67
6 45 PETANI SMP 6 12 12
7 61 PETANI SD 6 30 10
JUMLAH 364 38 104 100
Pedagang
1 45 Antar Kota SMP 4 25 100
Pedagang
Antar
2 48 Pulau SMA 5 23 200
JUMLAH 93 9 48 300
RATA-
RATA 46.5 4.5 24 150
SD 2.12 0.71 1.41 70.71
KV 4.56 15.71 5.89 47.14
68
7. RATA_RATA HARGA BELI DAN HARGA JUAL SAPI DI TINGKAT
PEDAGANG BESAR DAN PEDAGANG ANTAR PULAU
RESPONDEN HARGA BELI TERNAK (Rp/ST) HARGA JUAL (Rp/ST)
1 10,500,000 12,500,000
2 9,500,000 15,000,000
69
13 Biaya penyusutan 3% Rp.600.000/ST
Rp.500.000
Biaya makan dan minum untuk 5 orang Penjaga
14 /sekalijalan
15 Tiket pesawat pedagang PP Rp.1.600.000
70
Gambar 3. Pengambilan data dari salah pedagang
71
Gambar 6. Kapal angkut ternak sapi di pelabuhan Wini
RIWAYAT HIDUP
2007.
Menengah Pertama Negeri Oemofa dan tamat berijasah pada tahun 2010. Pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada Sekolah Menengah Atas
Negeri Mutis Naekake dan tamat berijasah pada tahun 2013. Dengan berbagai
Menengah Atas. Pada tahun 2014 penulis diterima sebagai mahasiswa melalui
72
Nusa Cendana Kupang hingga akhir penulisan skripsi ini.
Romandus Abi
73