PENDAHULUAN
1. Fase mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas, fase ini dimulai
dengan guru mengambarkan kepada siswa tentang apa itu pemuaian, lalu
guru menanyakan kepada siswa pemuian terjadi pada berapa zat dan guru
menyampaikan cakupan materi yaitu tentang pemuiana yang meliputi zat
padat, cair dan gas.
2. Fase merumuskan masalah, fase ini dimulai dengan guru merumuskan
masalah tentang materi pemuaian zat padat, cair dan gas.
3. Fase menganalisa masalah, fase ini dimulai dengan guru membentuk
kelompok-kelompok dan yang terdiri dari .... orang perkelompok, anggota
kelompok diajak mengeluarkan pengetahuan contoh Pemuaian dan guru
membagikan LKS untuk melakukan diskusi yang membahas rumusan
pemuaian yang terjadi pada zar padat cair dan serta bentuk-bentuk
pemuaian yang terjadi.
4. Fase menata gagasan, fase ini dimulai dengan guru memberikan masing-
masing siswa satu lembar kertas kerja, untuk mengerjakan contoh soal
yang dihasilkan dari diskusi atau pengetahuan lainnya tentang pemuaian
5. Fase memformulasikan tujuan pembelajaran, fase ini dimulai dengan
menjelaskan tujuan pembelajaran yaitu..........
6. Fase mencari informasi tambahan dari..........
7. Fase mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, ........
2.9. Materi Ajar
1. Pemuaian.
Menurut Arisworo, dkk (2006:86) pemuaian adalah meregangnya jarak antar
partikel yang mengakibatkan ukuran zat bertambah. Lebih lanjut Arisworo, dkk
(2006:86) mengatakan bahwa pemuaian disebabkan oleh adanya pergeseran
partikel zat akibat pemanasan. Partikel-partikel zat selalu bergetar selama
memiliki energy panas. Getaran yang dialami setiap partikel dalam benda
bergantung pada suhu benda tersebut. Semakin tinggi suhu, semakin kuat getaran
partikel benda tersebut sehingga ruang yang dibutuhkan untuk bergetar semakin
besar, sebaliknya semakin rendah suhu benda, semakin lemah getaran partikel
sehingga ruang yang dibutuhkan untuk bergetar tidak terlalu besar.
Hal senada diungkapkan oleh Purwanto, (2004:32) bahwa gerakan molekul
akan semakin cepat jika suhunya dinaikan (dipanaskan), akibatnya ruang gerak
molekul akan semakin luas, itulah sebabnya zat berkurang kecepatanya jika suhu
turun (didinginkan) akibatnya ruang gerak molekul-molekul berkurang, itulah zat
akan menyusut jika didinginkan.
a. Pemuaian Zat Padat.
1. Muai panjang
Pemuaian yang terjadi pada zat padat menuju ke segala arah. Pemuaian
benda padat berbentuk batang, pemuaian yang terjadi dan dapat diamati
adalah kea rah panjang. Pemuaian panjang berbagai zat dapat diamati dengan
mengunakan alat Musschenbroek.
2. Muai Volume
Pemuaian volume adalah pertambahan ukuran volume suatu benda
karena menerima kalor. Pemuaian volume terjadi pada benda yang
mempunyai ukuran panjang, lebar dan tebal. Contoh benda yang
mempunya pemuaian volume adalah kubus, air dan udara.
b. Pemuaian Zat Cair.
Dalam pemuaian zat cair tidak terjadi muai panjang atau muai luas,
akan tetapi hanya mengalami muai volume atau ruang. Ketika suhu yang
dibrikan pada benda cair tersebut tinggi maka muai volumenya juga tinggi.
Pemuaian yang terjadi masing-masing benda cair berbeda-beda. Walaupun
pada awalnya volume benda cair tersebut ketika belum dipanaskan
volumenya sama akan tetapi ketika dipanaskan akan berbeda.
c. Pemuaian Gas
Pemuaian pada gas adalah pemuaian yang terjadi pada benda gas
karena kenaikan suhu. Pemuaian zat gas ini dapat dilihat pada saat motor
atau mobil yang sedang berjalan di jalan beraspal, kemudian ban
kendaraan meletus. Hal ini disebabkan karena terjadi suatu pemuaian gas
atau udara. Pemuian tersebut terjadi diakibatkan adanya kenaikan suhu
udara di dalam ban kendaraan tersebut yang diakibatkan karena
pergesekan antara roda dan aspal.
d. Koefisien Pemuaian Zat
Besar nilai pemuaian ditentukan oleh kenaikan suhu, panjang dan
volume awal serta jenis zat. Nilai pemuaian suatu zat dapat dilihat dari
koefisien muai panjang (α), koefisien muai luas (β) dan koefisien muai
ruang atau volume (γ).
1. Koefisien Muai Panjang
Koefisien muai panjang (α) suatu zat adalah besarnya pertambahan
panjang setiap satuan panjang zat jika suhunya dinaikan sebesar 1 0C.
Persamaan yang digunakan untuk mengetahui pertambahan panjang
suhu benda ketika dipanaskan adalah sebagai berikut:
lr - l0 = l0 . α . ΔT
Δl = l0 . α . ΔT
Keterangan:
lr = panjang benda setelah dipanaskan (m)
l0 = panjang benda mula-mula (m)
ΔT = kenaikan suhu (0C)
α = koefisien muai panjang (/ 0C )
Δl = pertambahan panjang
2. Koefisien Muai Luas
Koefisien muai luas (β) suatu zat adalah besarnya pertambahan
luas untuk setiap satuan zat jika suhunya dinaikan sebesar 1 0C.
Hubungan koefisien muai luas (β) dengan koefisien muai panjang (α)
adalah β = 2α.
Persamaan yang digunakan untuk mengetahui pertambahan suatu
benda ketika dipanaskan adalah sebahai berikut:
Ar – A0 = A0 . β. ΔT
ΔA = A0 . β . ΔT
Keterangan:
ΔA = pertambahan luas
Ar = luas akhir benda setelah dipanaskan (m3)
A0 = luas benda awal (m3)
ΔT = kenaikan suhu ( 0C )
β = koefisien muai luas (m3)
3. Koefisien Muai Ruang atau Volume
Koefisien muai ruang atau volume (γ) suatu zat adalah besarnya
pertambahan volume untuk setiap satuan volume zat jika suhunya
dinaikan sebesar 1 0C. Hubungan koefisien muai ruang atau volume (γ)
dengan koefisien muai panjang (α) adalah β = 3α.
Vr – V0 = V0 . γ . ΔT
ΔV = V0 . γ . ΔT
Keterangan:
ΔV = pertambahan volume
Vr = volume akhir benda setelah pemanasan (m3)
V0 = luas awal benda (m3)
ΔT = kenaikan suhu ( 0C )
γ = koefisien muai volume (/0C)
2. Prinsip Pemuaian dalam Teknologi
a. Bimetal
Bimetal adalah gabungan dua jenis batang logam yang
memiliki koefisien muai berbeda dan digabungkan menjadi satu.
Logam yang memiliki koefisien muai lebih besar akan lebih cepat
memuai. Logam yang umumnya digunakan diantaranya batang
tembaga dan besi yang digabungkan. Bimetal sangat peka terhadap
suhu, bila dipanaskan. Gabungan logam tersebut akan melengkung
kerah besi, karena tembaga akan cepat bertambah panjang bila
dibandingkan degan besi, sehingga pertambahan tembaga akan
mendorong besi hingga melengkung. Pada saat didinginkan,
gabungan kedua logam akan lurus kembali. Contoh penggunaan
Bimetal dalam kehidupan sehari-hari adalah thermometer
bimetal,alarm kebakaran,thermostat dan lampu tanda arah mobil.
b. Pengelingan
Pengelingan adalah proses penyambungan dua batang lobang
dengan menggunakan paku keeling. Cara pengelinganya dengan
memanaskan paku, kemudian dimasukan ke dalam lubang pelat.
Setelah dimasukan, ujung paku keeling dipukul hingga melebar
dan menjepit dua pelat tersebut. Setelah dingin, paku keeling
mengkerut dan menjepit pelat dengan sangat kuat. Pengelingan
biasanya digunakan pada pembuatan badan kapal, penyambungan
besi jembatan, pembuatan tengki, dan pembuatan badan pesawat.
c. Pemasangan Bingkai Besi Pada Roda
Untuk memudahkan pemasangan roda sado atau pedati pada
bingkainya, roda besi dipanaskan terlebih dahulu hingga lubangnya
agak membesar, dengan demikian roda akan mudah masuk
kedalam bingkainya.
3. Masalah-masalah Yang Ditimblkan Oleh Pemuaian
Salah satu masalah yang ditimbulkan oleh pemuaian zat adalah retaknya gelas
tebal ketika diisi air mendidih karena sisi dalam gelas memuai lebih dahulu dari
sisi luarnya.
Beberapa masalah yang ditibulkan oleh pemuaian adalah sebagai berikut:
a. Pemasangan Kaca Jendala.
Kaca jendela mobil dapat retak karena karena diparkir di bawah terik
matahari. Ketika suhu kaca naik, kaca memuai. Oleh karena kaca jendela
tertutup rapat dan tidak tersedia ruang celah yabg cukup pada bingkainya
menahan pemuaian kaca. Akibatnya kaca jendela picah. Peristiwa yang
sama terjadi pada kaca nako rumah.
Untuk mengatasi retaknya kaca jendela mobil, dianjurkan pemilik
mobil member sedikit ruang (jangan menutup kaca terlalu rapat) ketika
memarkir mobil cukup lama di bawah terik sinar matahari. Untuk
mengatasi retaknya kaca jendela atau kaca nako rumah, tukang kayu selalu
mendesain ukuran bingkai yang sedikit lebih besar dari pada kacanya pada
suhu normal.
b. Sambungan Rel Kerata Api
Rel kereta api memuia di hari yang panas. Oleh karena itu, di antara
sambungan dua batang rel selalu diberi celah, agar pemuaian rel tidak
menyebabkan rel melengkung. Pada hari yang sangat panas, celah yang
disiapkan dapat saja tidak cukup untuk menampung pemuaian rel yang
sangat besar. Jika ini terjadi, rel dapat melengkung.
Desain yang banyak digunakan pada saat ini adalah batang-batang rel
dilas membentuk rel panjang yang bersambungan. Dengan desain ini,
hanya 50 atau 100 m terakhir dari setiap rel panjang yang memuai. Untuk
mengatasi masalah ini, ujung rel diruncingkan dan disambung saling
bertautan.
c. Celah Pada Konstruksi Jembatan
Konstruksi jembatan khususnya jembatan panjang yang dibangun dari
bahan logam, selalu diberi celah pada salah satu ujung untuk member
ruang pemuaian. Ujung jembatan yang dibiarkan memuia ditopang oleh
roda-roda agar ujung ini bisa bergerak bebas sewaktu memuai atau
kembali menyusut.
d. Celah Pemuaian pada Sambutan Jembatan
Pada jalan layang sering kamu temui celah dari keping baja pada
sambungan antara dua jalan beton. Celah ini disediakan, pemuaian beton
dapat merusak jalan layang (jalan laying dapat melengkung).
e. Kawat Telepon atau Kawat Listrik
Kawat telepon atau kawat listrik dibiarkan kendor pada hari panas agar
ketika menyusut pada hari dingin kawat tersebut tidak dapat putus.
BAB III
METODE PENELITIAN
Identifikasi Masalah
Perencanaan
Siklus I
Refleksi
Tindakan
Observasi
Keterangan:
P = Persentase
ΣF = Frekuensi
ΣN = Jumlah sampel yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, dkk. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Kencana
Pradana. Jakarta.
Arends dan Richard. 2008. Learning to Teach (Penerjemah: Helly Prajitno dan Sri
Mulyani) McGraw Hill Company. New York.
Arikunto, S., dkk. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Rineke
Cipta. Jakarta.
Arisworo, Djoko., dkk. 2006. Fisika Dasar . Grafindo Media Pratama. Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineke Cipta. Jakarta.