SKRIPSI
Oleh:
Romandus Abi
NIM. 1405030025
1
STUDI PEMASARAN TERNAK SAPI
PADA KAWASAN PERBATASAN INDONESIA DAN
REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR LESTE
DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA
SKRIPSI
Oleh:
Romandus Abi
NIM. 1405030025
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana
2
3
4
MOTTO
DAN
PERSEMBAHAN
(Kolose 3:23)
5
6
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
penelitian sampai penulisan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun
berdasarkan hasil penelitian yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
Utara. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu dengan tulus penulis mengucapkan terimakasih disertai
dengan doa yang tulus kiranya Tuhan dengan kasih setia-Nya melimpahkan berkat
penguji yang telah meluangkan waktu, pemikiran, dan tenaga dalam memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta Ir.
7
3. Bapak dan Ibu dosen pada berbagai bidang ilmu yang senantiasa
4. Bapak Yoseph Abi dan Mama Balbina Efi tercinta yang telah memberikan
5. Kakak Gregorius dan keluarga, Kakak Emanuel dan istri, Kakak Katharina
dan anak-anak, Kakak Leonardus dan Istri, Om Vinsen Bais dan Keluarga
serta Kakak Echa yang telah memberikan motivasi dan dukungan doa bagi
penulis.
Englin, Nehe, Dedox, Erik dan Anis yang telah memberikan motivasi dan
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
Penulis
8
ABSTRAK
9
ABSTRACT
A research has been conducted at Regency of Timor Tengah Utara for six
months. The research objectives are: to identify the marketing beef cattle
channels, margin distribution and marketing efficiency of beef cattle in Indonesia
and Timor Leste border area. Sampling is done in multi stage sampling. The first
stage is the determination of the three sub-district and five villages purposively.
The second stage is the selection of 90 farmers as respondents by performing non-
proportionally random sampling, while the marketing agencies respondents are
chosen based on snowball sampling technique. Data, then analyzed by applying
analysis of margin and marketing efficiency. The result shows that beef cattle
marketing in this border area has three channel is 1) farmer-consumer, 2) farmer-
broker-whole saler-consumer, and 3) farmer-island saler-consumer. On channel I:
margin and marketing cost gained is Rp.0 and farmer share is 100%. On channel
II: marketing cost of broker gained is Rp105.000/AU, whole saler gained is
Rp175.000/AU, marketing profit of broker gained is Rp895.000/AU, whole saler
gained is Rp1.825.000/AU and Farmer Share 76%. On channel III: marketing
cost gained is Rp3.505.000/AU, marketing profit gained is Rp1.995.000/AU and
Farmer Share is 63%. The efficiency of marketing chanels II and III called
efficiently with EP value 2,24% and 23,36%.
10
DAFTAR ISI
Bab
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL.......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. . 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 5
1.3 Tujuan........................................................................................... 5
1.4 Kegunaan...................................................................................... 5
11
2.7 Efisiensi Pemasaran...................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 54
LAMPIRAN................................................................................................... 58
RIWAYAT HIDUP........................................................................................ 72
12
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
5. Rata-Rata Harga Beli Dan Harga Jual Sapi Di Tingakat Blantik ............. 67
15
BAB I
PENDAHULUAN
dalam strategi pembangunan daerah Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal ini, karena
sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sub sektor ini. Salah satu
komoditi dari beberapa macam komoditi sub sektor peternakan yang memiliki
penting sebagai sumber pendapatan, tenaga kerja, sebagai komoditi adat (status
sosial) seseorang dalam masyarakat. Selain itu, sebagai penghasil pupuk organik
dan produk utama penghasil bahan pangan sumber protein hewani bagi
konsumen. Oleh karena itu, ternak sapi berperan dalam memberi sumbangan atau
satu Kabupaten di Propinsi NTT yang berbatasan langsung dengan daerah Distrik
populasi ternak sapi yang cukup banyak di NTT. Selama beberapa tahun
16
Tabel 1. Populasi ternak potong di Kabupaten TTU, 2013 - 2015 (ekor).
Jenis Ternak 2013 2014 2015
Sapi Bali 106 576 115 084 117 784
Kerbau 558 720 720
Kuda 1 138 834 872
Kambing/Domba 34 431 41 017 44 655
Babi 77 575 87 007 90 487
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Timor Tengah Utara 2016
oleh permintaan pasar sapi yang semakin hari semakin meningkat. Peningkatan
dan juga ekspor ke daerah lain. Permintaan ternak sapi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Banyaknya Ternak yang Dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH) dan
di Luar RPH serta Ternak yang Dikirim/ Diperdagangkan ke Luar Daerah
Menurut Jenis Ternak dan Status Kepemilikan di Kabupaten TTU Tahun
2015.
No Jumlah Pemotongan Jumlah Penjualan
Jenis Ternak RPH Melalui
Pelabuhan
Luar RPH Transportasi
Wini
Darat
1 Sapi 1647 6 3123 7100
2 Kerbau 3 - 25 23
3 Kuda - - 9 -
4 Kambing/Domba 191 - - -
5 Babi 251 - - 30
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Timor Tengah Utara
17
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat pula bahwa jumlah ternak sapi yang
dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH) di Kabupaten TTU pada tahun 2015
adalah sebanyak 1.653 ekor (1,40%). Sedangkan ternak sapi yang dikirim atau
diperdagangkan ke luar daerah Kabupaten TTU pada tahun 2015 adalah sebanyak
10.223 ekor (8,67%). Hal ini mengindikasikan bahwa ternak sapi masih menjadi
masih bersifat ekstensif tradisional. Perlu diketahui bahwa setiap usaha yang
dijalankan tentu akan berujung pada pemasaran. Sebab tanpa pemasaran pelaku
bisnis akan rugi karena barang hasil produksinya tidak dapat dijual. Mosher
peternakan, maka usaha peternakan akan bersifat statis dan usaha tersebut hanya
menjual ternak sapinya dalam dua bentuk yaitu menjual dengan cara melihat
tampilan ternak dan menjual dalam cara ditimbang. Pemasaran ini dilakukan oleh
pemasaran ternak sapi lebih banyak dikuasai oleh pedagang perantara atau blantik.
Biasanya pedagang pengumpul atau blantik ini akan mendatangi para peternak
18
untuk membeli ternak sapi, selanjutnya para pedagang pengumpul tersebut akan
menjual ternak sapi yang telah dibeli pada pedagang lokal lainnya, RPH maupun
luar daerah.
berat untuk membayar dengan harga yang tinggi. Sedangkan bagi peternak,
perolehan pendapatan menjadi lebih rendah karena harga penjualan yang diterima
pedagang, jalur atau rantai pemasaran, kondisi wilayah dan banyaknya perantara
(lembaga) yang terlibat dalam menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke
19
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4 Kegunaan
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
20
2. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan
3. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terutama sapi potong, mengalami pasang surut yang fluktuatif. Hal ini dipengaruhi
global. Sejak zaman kolonial Belanda, terutama sejak didirikan pabrik-pabrik gula
sumber tenaga kerja untuk menggarap lahan pertanian dan penarik kendaraan
pengangkut tebu. Sapi potong merupakan sapi yang khusus dipelihara untuk
dan kualitas daging yang baik. Sapi-sapi inilah yang umumnya dijadikan sebagai
sapi bakalan yang dipelihara secara intensif selama beberapa bulan, sehingga
diperoleh pertambahan berat badan yang ideal untuk dipotong. Pemilihan bakalan
yang baik menjadi langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan usaha.
Salah satu tolak ukur penampilan produksi ternak sapi adalah pertambahan berat
yang sangat padat, ada yang sedang, tetapi ada yang sangat jarang atau terbatas
populasinya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pertanian
kepadatan penduduk, iklim, daya aklimitasi dan adat istiadat (Sugeng, 2008).
22
Ternak sapi merupakan salah satu sumber penghasil daging yang memiliki
nilai ekonomi yang cukup tinggi dan penting dalam kehidupan masyarakat.
Seekor atau sekelompok ternak sapi bisa memenuhi berbagai macam kebutuhan
terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainya
pengumpul bahan bergizi rendah yang berubah menjadi bahan bergizi tinggi,
mengkonsumsi protein hewani. Konsumsi protein hewani yang rendah pada anak-
anak pra sekolah dapat menyebabkan anak-anak yang berbakat normal menjadi
2.2 Pemasaran
Istilah pemasaran dalam bahasa inggris dikenal dengan nama marketing.
dapat pula dikatakan sebagai tataniaga (marketing) yang diartikan sebagai suatu
proses pertukaran yang meliputi kegiatan untuk memindahkan barang atau jasa
bahwa tataniaga pertanian mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan
dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dari
yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang dimaksud untuk lebih
23
memudahkan penyaluranya dan mudah memberikan kepuasan yang lebih tinggi
kepada konsumenya.
yakni defenisi pemasaran secara sosial dan defenisi pasar secara manajerial.
Definisi pemasaran secara sosial merupakan suatu proses sosial yang didalamnya
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Anindita
(2004) menyatakan bahwa ada tiga hal yang perlu menjadi tekanan dalam definisi
tersebut yaitu: 1) Kegiatan yang dimaksud sebagai jasa adalah suatu fungsi yang
(Possession). Jasa menambah nilai dari suatu produk dan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen; 2) Titik produsen adalah asal dari produk itu
dijual pertama kali oleh produsen atau peternak; 3) Titik konsumen. Dimana
24
Pemasaran dapat dikatakan produktif apabila menciptakan kegunaan
(utility), yaitu proses menciptakan barang dan jasa yang lebih berguna. Ada empat
bentuk (Form Utility), yakni apabila suatu barang memiliki persyaratan yang
pemasaran ketika produk tersedia pada saat yang diinginkan; 4) Kegunaan milik
kegiatan pengalihan hak pemilikan atas produk. Fungsi pertukaran ini terdiri dari
konsumen atau partisipan pasar dari rantai konsumen berikutnya. Selain itu,
fungsi pertukaran juga menjadi penentuan titik harga pasar. Sesuai dengan
25
dalam volume transaksi yang memadai pada waktu yang diinginkan. Kegiatan
dengan penyediaan barang pada tempat yang sesuai. Fungsi ini dapat berjalan
dengan baik dengan melakukan pemilihan alternatif rute dan jenis transportasi
yang digunakan. Fungsi ini termasuk kegiatan bongkar dan muat barang.
c) Processing Function: fungsi ini merupakan kegiatan dari suatu pabrik yang
bertujuan untuk merubah wujud fisik produk, seperti pemotongan hewan, gabah
dasarnya fungsi fasilitas adalah segala hal yang bertujuan untuk memperlancar
fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi ini dimaksudkan agar dapat menjadi
harga jual dapat tercapai. Yang termasuk dalam Fungsi fasilitas adalah
adalah penyortiran produk-produk ke dalam kesatuan atau unit menurut salah satu
atau lebih sifat kualitas mereka. b) Financing function. Fungsi pendanaan akan
26
menjadi penting apabila terjadi perbedaan waktu antara pembelian suatu produk
dengan penjualan. Semakin lama dan semakin banyak barang yang disimpan
maka dana yang dibutuhkan semakin besar. Dalam hal ini, peranan lemabaga
pemasaran komoditi pertanian, resiko merupakan salah satu faktor yang perlu
diperhitungkan dalam proses pemasaran. Ada dua macam resiko yaitu resiko fisik
dan resiko pasar. Resiko fisik terjadi akibat kerusakan atau penyusutan komoditi
karena sifat dari gempa bumi dan lain-lain. Dalam pengiriman produk pertanian
resiko pasar disebabkan karena perubahan harga yang tidak diinginkan ataupun
teori efisiensi pasar (bukan pemasaran), bahwa seseorang dapat kaya apabila dia
interprestasi dan diseminasi informasi dari berbagai macam data yang diperlukan
agar proses pemasaran dapat berjalan dengan baik. Pekerjaan ini sering dilakukan
Penelitian pasar seringkali perlu dilkakukan agar pemasaran dapat berjalan secara
27
bagaimana melakukan persaingan di pasar dan sebagainya. f) Demand creation.
maka salah satu faktor penting yang tidak boleh diabaikan adalah memilih secara
tepat saluran pemasaran yang akan digunakan dalam rangka usaha pemasaran
barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Yang disebut dengan saluran
perpindahan bukan hanya secara fisik tetapi dalam arti agar barang-barang
lembaga yang mengadakan kerja sama untuk mencapai satu tujuan. Tujuan dari
saluran pemasaran adalah untuk mencapai pasar-pasar tertentu. Atau dengan kata
lain pasar merupakan tujuan akhir dari kegiatan saluran pemasaran (Swastha,
1991).
Saluran pemasaran dapat berbentuk sederhana dan dapat pula rumit. Hal ini
tergantung dari macam komoditi, lembaga pemasaran dan sistem pasar. Sistem
28
konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu
memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran.
Lembaga pemasaran adalah orang atau badan usaha yang terlibat dalam
pedagang yang membeli barang dari pedagang pegumpul atau langsung dari
produsen serta menjual kembali pada pengecer dan pedagang lain atau kepada
pembeli untuk industri, lembaga dan pemakaian komersial yang tidak menjual
dalam volume yang sama pada konsumen akhir; c) Pedagang Pengecer. Pedagang
29
2.4 Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses
transfer barang (produk) dari tangan produsen sampai ke tangan konsumen akhir.
Besar kecilnya biaya tataniaga hasil peternakan tergantung dari volume (besar
akan semakin tinggi biaya pemasaran komoditi tersebut, karena semua lembaga
tataniaga yang terlibat tersebut akan mengambil balas jasa berupa keuntungan
(profit) dari kegiatan tataniaga yang dilakukan, dan biaya ini akan dibebankan
suatu komoditi tidak efisien. Jika peningkatan biaya tataniaga yang diikuti oleh
efisien. Tetapi peningkatan biaya tataniaga yang tidak diikuti oleh peningkatan
tercakup dalam komponen ini adalah pembersihan, sortasi dan grading serta
bongkar dan muat produk dari alat angkut, sortasi dan dan grading ulang oleh
30
pedagang; 3) Biaya pengangkutan (Transportation cost), mencakup biaya angkut,
per unit produk (jika menggunakan angkutan umum), biaya bahan bakar,
perbaikan alat angkutan, asuransi dan pajak yang harus dibayar dari angkutan,
handling, sortasi dan grading yang dilakukan. Biaya kehilangan produk dihitung
produk; biaya finansial (Financial cost) yang harus diterima produk selama
cost), mencakup seluruh biaya yang digunakan dalam proses transportasi produk
primer menjadi produk olahan, seperti bahan bakar, tenaga kerja dan penyusutan
alat. Hal penting yang harus harus diperhatikan dalam biaya pengolahan adalah
faktor konversi produk primer menjadi produk olahan; 7) Fees, commissions and
pemasaran, seperti biaya-biaya pengurusan izin usaha, biaya komisi yang harus
dibayarkan kepada agen dan pedagang besar serta biaya-biaya tidak resmi lain
31
2.5 Keuntungan Pemasaran
Menurut Soemarso (2004) laba adalah selisih lebih beban atas pendapatan
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan laba sejauh mana suatu
keseluruhan usaha yang di dalam usaha itu terdapat biaya yang dikeluarkan untuk
penerimaan total dan biaya-biaya. Biaya ini dalam banyak kenyataan, dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (seperti sewa tanah, pembelian alat)
dan biaya tidak tetap (seperti biaya transportasi, upah tenaga kerja).
yang mempengaruhi laba menurut Mulyadi (2001), yaitu:1) Biaya. Biaya yang
timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk atau jasa yang akan
mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan; 2) Harga jual. Harga jual
produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk atau
terhadap volume produksi produk atau jasa tersebut, selanjutnya volume produksi
bisnis, keuntungan ini bersifat semu karena ada unsur-unsur biaya yang tidak
32
2.6 Margin Pemasaran
Saluran pemasaran ditinjau sebagai satu kelompok atau satu tim operasi,
imbalan, atau harga hasil suatu kerja. Apabila ditinjau sebagai pembayaran atas
jasa-jasa, margin menjadi suatu elemen yang penting dalam strategi pemasaran.
Konsep margin sebagai suatu pembayaran pada penyalur mempunyai dasar logis
konsumen akhir dengan harga yang diterima oleh produsen (petani, peternak),
Margin pemasaran adalah selisih harga dua tingkat rantai pemasaran atau selisih
harga yang dibayarkan di tingkat pengecer dengan harga yang diterima oleh
harga diantara tingkat lembaga dalam sistem pemasaran. Ada beberapa faktor
transportasi, biaya input produksi, bentuk produk dan volume produk yang dijual
petani, jarak petani dengan pasar, dan jumlah pedagang yang dikenal petani
(informasi pasar).
33
2.7 Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran adalah seberapa pengorbanan yang harus dikeluarkan
dalam kegiatan pemasaran untuk menunjang hasil yang bisa didapatkan dari
rasio input-output dalam kegiatan pemasaran yang dilakukan. Semakin tinggi nilai
2010).
mengadakan pembagian keutungan yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar
konsumen kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan
didefenisikan sebagai besarnya keutungan yang diterima atas biaya tataniaga yang
hal-hal prosedur teknis dan besarnya (skala) operasi, dengan tujuan penghematan
34
yang ada dapat bekerja atas dasar biaya rendah dan memperoleh keuntungan.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
diketahui bahwa setiap usaha yang dijalankan tentu akan berujung pada
biaya pernikahan, biaya adat istiadat dan lain sebagainya. Hal ini karena sapi
Di samping itu ketersediaan lahan yang luas dan pakan yang cukup menjadi faktor
pemilikan dan bentuk. Namun sistem pemasaran yang terjadi di wilayah tersebut
dapat diduga belum efisien, dapat dilihat dari keuntungan yang diperoleh masing-
masing lembaga pemasaran yang tidak merata. Akibatnya harga tawar para petani
peternak menjadi lemah dan akhirnnya bagian harga yang diterima petani
36
peternak (farmers share) juga rendah. Di sisi lain margin dan keuntungan
peternakan sapi umumnya panjang. Hal ini karena saluran pemasaran dimulai dari
diperpendek untuk memperkecil selisih harga yang terjadi di tingkat peternak dan
di tingkat konsumen.
Tujuan akhir yang ingin dicapai dalam suatu sistem pemasaran adalah
system pemasaran yang efisien. Efisiensi pemasaran tercapai jika sistem tersebut
1987 dalam Anita, 2012). Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis pemasaran
dengan tujuan untuk mengetahui pola saluran pemasaran, margin pemasaran dan
Kerangka penelitian secara ringkas dapat dilihat pada bagan berikut ini
37
Skema aliran pemasaran ternak sapi di kawasan perbatasan:
Peternak
Konsumen
Margin pemasaran
Efisiensi Pemasaran
Kesimpulan
38
3.2 Hipotesis
Mengacu pada kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dapat
besar.
dengan tahap persiapan, pengumpulan data, analisis data, penulisan draft skripsi
dan ujian. Tahap pengumpulam data dalam penelitian ini dilaksanakan selama dua
Kecamatan Bikomi Utara. Selanjutnya dari ketiga Kecamatan tersebut dipilih lima
39
berbatasan langsung dengan RDTL. Sehingga diperoleh lima desa contoh yakni
penentuan peternak contoh. Peternak contoh dalam penelitian ini terdiri dari
pertimbangan bahwa memiliki pengalaman usaha di atas tiga tahun, masih aktif
menjual ternak sapi dalam tiga tahun terakhir (2016 sampai dengan 2018) dan
cara pemeliharaan yang dilakukan juga sama yakni secara semi intensif, sehingga
dengan 18 orang responden representatif pada setiap desa contoh dianggap sudah
mana sampel tersebut ditentukan mengikuti jalur pemasaran yang didapat dari
Jenis data primer yang diambil meliputi: identitas peternak dan pedagang (umur,
jenis kelamin, pendidikan, lama usaha, status pekerjaan), biaya, keuntungan dan
40
dokumentasi dan data diperoleh melalui buku statistik dan berbagai sumber dari
pedagang.
besarnya biaya, keuntungan dan margin pemasaran pada tiap lembaga pemasaran
a. Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan ternak
41
Keterangan:
BP = Biaya pemasaran ternak sapi
BP1, BP2, BPn = Biaya pemasaran tiap lembaga pemasaran ternak sapi
b. Keuntungan Pemasaran
Keuntungan bagi lembaga pemasaran dalam menyalurkan ternak sapi
merupakan imbalan atas jasa yang dilakukan selama kegiatan pemasaran ternak
c. Margin Pemasaran
Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayarkan pedagang
dengan harga yang diterima oleh peternak. Menurut Tomek dan Robinson (1977)
MP = Pr – Pf
Keterangan:
MP = Margin pemasaran ternak sapi
Pr = Harga ternak sapi ditingkat pedagang
Pf = Harga ternak sapi ditingkat peternak
42
MP = BP + KP
Keternagan:
MP = Margin pemasaran ternak sapi
BP = Biaya pemasaran ternak sapi
KP = Keuntungan pemasaran ternak sapi
dengan menghitung total biaya pemasaran dengan total nilai produk yang
TB
EP= x 100%
TNP
Keteranga:
EP = Efisiensi Pemasaran
TB = Total biaya pemasaran
TNP = Total Nilai Produk
43
1.8 Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran
konsumen.
5. Pedagang pengepul desa atau blantik desa adalah orang atau lembaga yang
membeli ternak sapi baik dari peternak maupun dari pedagang pengepul
44
8. Konsumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang
9. Harga ternak sapi ditingkat produsen adalah harga jual sapi yang diterima
10. Harga sapi pada suatu lembaga pemasaran adalah harga yang diterima oleh
(Rp).
13. Margin pemasaran adalah selisih atau perbedaan harga yang dibayarkan
rupiah (Rp).
pemasan dan nilai produk yang dipasarkan yang dinyatakan dalam persen
(%).
15. Farmer’s share adalah salah satu indikator untuk mengetahui efisiensi
persen (%).
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Negara tersebut di sebelah Utara dan sebelah Barat. Kabupaten TTU berada pada
ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut. Seperti halnya di wilayah lain
diIndonesia, Kabupaten TTU juga hanya dikenal dua musim yaitu kemarau dan
perubahan periode musim yang cukup signifikan. Waktu hujan menjadi lebih
wilayah ini yakni umumnya bertani tanaman pangan mengolah lahan kering dan
Sistem pemeliharaan ternak masih bersifat ekstensif dimana ternak sapi tidak
46
pengembalaan dan di sawah dengan pakan tambahan berupa limbah pertanian di
samping itu apabila melalui jalur legal maka peternak atapun pedagang
dihadapkan pada aturan yang rumit seperti pengurusan surat dan aturan-aturan
adalah 49±7,54 tahun dan koefisien variasi (KV) 15,38% dengan kisaran umur
41-57 tahun. Artinya umur peternak terendah dalam penelitian ini adalah
dibawah 41 tahun dan umur paling atas adalah 56 tahun; Dari kisaran umur
tersebut 100% peternak termasuk usia produktif yaitu 15-65 tahun. Menurut
47
Chamdi (2003), pada kondisi umur 15-65 tahun seseorang termasuk dalam
tergolong masih baik, sehingga dapat menjalankan dan melanjutkan usaha ternak
sapi.
kemampuan fisik yang lebih besar dan lebih cepat menerima hal-hal baru
misalnya teknologi pakan dan lain-lain, yang mana dapat bermanfaat bagi
dan sisanya 10% berpendidikan Sarjana; Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat
pengetahuan, teknologi dan seni, akses terhadap informasi dan pengetahuan baru
tentang pola-pola usaha beternak sapi yang baik dan benar. Di sisi lain tingkat
peternak dan sisanya 14% responden bermata pencaharian sebagai PNS. Sektor
48
Kabupaten TTU. Hal ini didukung oleh adanya ketersediaan lahan yang
jumlah anggota keluarga peternak adalah 5±1,50 orang dan KV 29,40% dengan
kisaran 5±2 orang. Banyaknya anggota keluarga dari satu sisi akan
usaha yang dijalankan; sedangkan dari sisi lain banyaknya anggota keluarga
kepemilikan ternak sapi peternak adalah dewasa 20 ST, muda 7 ST dan anak 3
Sostroamidjojo dan Soeradji (1990) dalam Krisna et al, (2014) yang menyatakan
bahwa skala usaha peternakan sapi rakyat digambarkan oleh jumlah kepemilikan
ternak yang kecil, ternak yang dimiliki petani hanya satu sampai beberapa ekor.
lama usaha peternak adalah 13±27 tahun dan KV 37,60% dengan kisaran 7-36
hasil yang diperolehnya. Peternak yang berpengalaman dalam usaha ternak sapi
49
lebih berhati-hati dalam bertindak terutama dalam menerima hal-hal baru.
Sebaliknya peternak yang sedikit berpengalaman dalam usaha ternak sapi lebih
pedagang adalah 46±6,45 tahun dan KV 14,06% dengan kisaran umur 39-53
tahun. Artinya umur pedagang terendah dalam penelitian ini adalah dibawah 38
tahun dan umur paling atas adalah 52 tahun. Dari kisaran umur tersebut 100%
pedagang termasuk usia produktif yaitu 15-65 tahun. Menurut Chamdi (2003),
pada kondisi umur 15-65 tahun seseorang termasuk dalam kategori umur
baik, sehingga dapat menjalankan dan melanjutkan usaha dagang ternak sapi.
pedagang.
50
Jumlah Anggota Keluarga.-- Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-
rata jumlah anggota keluarga pedagang adalah 5±1,22 orang dan KV 26,24%
Kabupaten TTU masih bersifat ekstensif tradisional dan belum adanya penerapan
cenderung hanya sebagai usaha sambilan di samping usaha tani tanaman pangan
dan usaha sambilan lain yakni memelihara ternak skala kecil seperti ayam
kampung, babi dan kambing. Sistem usaha yang masih ekstensif tradisional yang
pasar.
Agar hasil ternaknya sampai ke tangan konsumen maka harus dilibatkan lembaga
51
cost) dan keuntungan pemasaran (marketing profit) menjadi berbeda di setiap
tingkat lembaga pemasaran. Dari pihak konsumen akan memberikan jasa berupa
jualnya masih dikuasai oleh pedagang perantara. Hal ini disebabkan oleh berbagai
keterbatasan yang dimiliki peternak antara lain; kurangnya modal dan rendahnya
pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang antar pulau. Adapun skema
PETERNAK
PEDAGANGPENGUMPUL
PEDAGANG ANTAR 1. 2.
PULAU
PEDAGANG BESAR
3.
KONSUMEN
52
1. Peternak Konsumen
dengan Peternak. Tempat transaksi yang terjadi pada saluran yang pertama ini
saluran pemasaran yang kedua ini biasanya terjadi di rumah peternak dan
5).
Ketiga saluran pemasaran sapi yang ada di Kabupaten TTU dapat dilihat
bahwa pada saluran tataniaga kedua dan ketiga memerlukan biaya lebih tinggi
dalam proses pemasaran sapi dari tangan produsen ke konsumen. Hal ini dapat
53
dilihat pada Tabel 3 bahwa pada saluran I biaya pemasaran yang dikeluarkan
sebesar Rp0 karena tidak ada pedagang perantara yang terlibat. Pada saluran II
margin pemasaran yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran. Pada saluran III
1. Fungsi Pertukaran
perpindahan hak milik dari produsen ke konsumen. Fungsi ini meliputi fungsi
54
konsumen pada tempat dan waktu yang diinginkan sesuai dengan bentuk,
Dari hasil penelitian diketahui bahwa penjualan dan pembelian sapi dari
peternak. Transaksi jual beli sapi dapat terjadi apabila ada kesepakatan harga
2. Fungsi Fisik
sehingga memperoleh kegunaan tempat dan waktu. Fungsi ini meliputi fungsi
a. Fungsi Penyimpanan
jumlah tertentu sebelum dijual ke konsumen. Selain itu juga sapi yang
55
b. Fungsi Pengangkutan
tempat ke tempat yang lain secara cepat, tepat dan teratur, sesuai dengan
waktu agar barang yang dibutuhkan oleh konsumen selalu tersedia sesuai
3. Fungsi Fasilitas
a. Fungsi Pembiayaan
56
menjadi tanggungan lembaga perantara. Hal ini terjadi karena kelemahan
kebutuhannya.
kerugian selama barang itu dalam proses pemasaran. Resiko yang sering
57
informasi pasar. Dipihak lain terdapat beberapa pedagang perantara yang
Farmer’s share dan efisiensi pemasaran dari setiap lembaga pemasaran. Besaran
biaya dan margin pemasaran yang pada setiap saluran pemasaran ternak sapi
dipengaruhi oleh masing-masing harga yang berlaku di tiap peternak dan pelaku
pemasaran.
1. Saluran I
Saluran pemasaran sapi yang pertama seperti pada Tabel 3 terlihat bahwa
konsumen membeli langsung sapi dari peternak sehingga tidak ada biaya
pemasaran yang dikeluarkan oleh peternak. Harga jual peternak dan harga beli
konsumen yang diperoleh merupakan harga kesepakatan antara kedua pihak yang
100% karena rantai pemasaran tergolong pendek dan tidak melibatkan lembaga
58
perantara. Hal ini sesuai pendapat Saliem (2004) menyatakan bahwa semakin
pemasaran adalah persentase antara biaya pemasaran dengan nilai produk yang
dipasarkan dan pemasaran tidak akan efisien jika biaya pemasaran semakin besar
dari nilai produk yang dipasarkan atau pemasaran yang efisien jika biaya
2. Saluran II
Pada saluran II pemasaran sapi tidak langsung dari peternak ke konsumen
1 Peternak 9.500.000 76
2 Blantik Desa 10. 500.000 84
Biaya:
a) Kesehatan 15.000 0,12
b) Retribusi 10.000 0,08
c) Pakan 80.000 0,64
59
a. Farmer’s share
Nilai Farmer’s share yang diperoleh pada saluran kedua menurut klasifikasi
umum ternak sapi yang dijual sebesar 76% dari harga yang dibayar oleh pedagang
besar. Hal ini mengindikasikan bahwa peternak di daerah ini sudah menerima
harga yang layak, namun share yang diterima peternak tersebut bukanlah share
yang sebenarnya. Sebab masih ada banyak biaya-biaya yang tidak terhitung pada
saat ternak sapi masih berada di tangan peternak sebelum terjadi kesepakatan
kedua ini sudah efisien. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Azzaino
suatu balas jasa yang seimbang kepada semua pelaku pemasaran yang terlibat
yaitu peternak, pedagang perantara dan konsumen akhir. Farmer’s share yang
diperoleh pada saluran ini lebih kecil dibandingkan pada saluran I karena pada
b. Biaya.
60
mendistribusikan sapi ke konsumen sebesar Rp175.000 atau meningkat hingga
c. Keuntungan.
sebesar nilai tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya biaya yang dikeluarkan
oleh pedagang besar lebih tinggi dibandingkan blantik, sehingga untuk menutupi
Kondisi tersebut sesuai dengan yang dilaporkan oleh Rum (2011) bahwa
pedagang yang terlibat dalam proses pemasaran memiliki informasi yang cukup
mengenai situasi permintaan dan penawaran, sehingga dua kekuatan inilah yang
3. Saluran III
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada saluran III pemasaran sapi dari peternak
yakni pedagang antar pulau yang membeli sapi dari peternak lalu dijual ke
konsumen.
61
Tabel 5. Rata-Rata Biaya, keuntungan dan Farmer’s share pada saluran III
pemasaran ternak sapi di Kabupaten TTU.
a. Farmer’s share.
Pada pada saluran III nilai Farmer’s share sebesar 63,33% dari harga yang
dibayar oleh pedagang antar pulau. Hal ini mengindikasikan bahwa peternak di
daerah ini sudah menerima harga yang layak. Kondisi ini menunjukkan bahwa
62
efisien apabila mampu menyampaikan hasil dari produsen ke konsumen dengan
b. Biaya.
Kondisi ini dipengaruhi oleh jarak pasar dan produsen yang jauh sehingga untuk
Hal ini sesuai pendapat Soekartawi (1993) yang menyatakan bahwa biaya
biaya pemasaran berbeda satu sama lain disebabkan karena, macam komoditas,
lokasi pemasaran, dan efektivitas pemasaran yang dilakukan. Semakin kecil biaya
c. Keuntungan
Keuntungan yang diperoleh pedagang antar pulau pada saluran ini tergolong
diperoleh pada saluran pemasaran II. Hal tersebut menggambarkan bahwa dengan
korbanan biaya sejumlah nilai tersebut memberikan keuntungan yang besar bagi
dijalani bagi pedagang antar pulau. Kondisi ini diduga dipengaruhi oleh
63
penguasaan informasi pasar yang lebih baik oleh pedagang antar pulau
TB
EP = x 100%
TNP
105.000 + 175.000
= x 100%
12.500.000
280.000
= x 100% = 2,24%
12.500.000
sebesar 2,24% dan tergolong rendah, sehingga EP saluran II efisien karena nilai
tergolong rendah.
64
4.6.2. Efisiensi Pemasaran Saluran III
TB
EP = x 100%
TNP
3.505.000
= x 100% = 23,36%
15.000.000.
sebesar 23,36% tergolong rendah, sehingga secara teknis saluran III efisien karena
Efisien; b) 34-67% = Kurang efisien; c) 68-100% = Tidak efisien. Nilai ini lebih
namun besaran biaya pemasaran yang dikeluarkan tergolong tinggi. Pada saluran
65
BAB V
5.1. Kesimpulan
antara satu dengan yang lainnya. Total keuntungan tertinggi terjadi pada
66
5.2. Saran
1. Bagi Pemerintah yang terkait dalam bidang peternakan terutama Mitra Tani;
tambahan informasi.
67
DAFTAR PUSTAKA
Anita. Muani, A., dan Suyatno A., 2012. Analisis Efisiensi Pemasaran Jeruk Siam
Di Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas. Jurnal Sains Mahasiswa
Pertanian Vol 1, No 1, Desember 2012, hal 22-31 Fakultas Pertanian
UNTAN diunduh pada tanggal 19 Mei 2015
Badan Pusat Statistik. 2016. TTU dalam angka 2016. BPS Kabupaten Timor
Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur.
Fandari, A. F., 2015. Analisis Margin dan Efisiensi Pemasaran Day Old Duck
(DOD) pada Beberapa Lembaga Pemasaran di Kabupaten Sidrap. Skripsi.
Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin. Makassar.
68
Kabupaten TTU dalam Angka. 2018. BPS Kabupaten TTU, Kefamenanu
Kamaludin, 2008. Lembaga dan saluran pemasaran. www. Jurnalistik.co.id.
Diakses pada tanggal 25 Maret 2018.
Kotler, P dan Amstrong, G. 2004. Dasar-dasar Pemasaran. Jilid ke-2 edisi ke-9.
PT: Indeks. Jakarta.
Krisna, R., Harry. 2014. Hubungan Tingkat Kepemilikan dan Biaya Usaha dengan
Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa
Barat (Studi Korelasi). Jurnal Aplikasi Manajemen. 12(2): 295-305.
Krova, M., dan D. Ratu. 2010. Manajemen Agribisnis. Bahan Ajar Mandiri.
Fakultas Peternakan, Universitas Nusa Cendana. Kupang.
Limbong, S., 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian (Bahan Kuliah Jurusan Ilmu-
ilmu Sosial Ekonomi Pertanian). Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi. Jilid 3 cetakan ke-3. Selemba Empat. Jakarta.
Ningsih, U. W., dan B. Hartono. 2017. Analisis Pemasaran Sapi Potong Melalui
analisis Margin, Transmisi Harga, Struktur Pemasaran, Perilaku
Pemasaran dan Kinerja Pemasaran. Jurnal-Jurnal Peternakan. Volume 27
(1): 1-11.
69
Roesmawaty, H. 2011. Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang di Kecamatan
Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jurnal Agribisnis. 3(5) : 1-9
Saliem, H.P. 2004. Analisis Margin Pemasaran: Salah Satu Pendekatan dalam
Sistem Distribusi Pangan. Dalam: prosiding Prospek Usaha dan
Pemasaran Beberapa Komoditas Perternakan. Monograph Series No. 24.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Perternakan, Bogor.
Sheperd, G.S. 1962. Marketing Farm Products. Iowa University Press. Ames.
Singarimbun, M dan S. Effendi. 2011. Metode Penelitian Survei. Edisi Revisi. PT.
Pustaka LP3ES. Jakarta.
Jakarta.
70
Widyasindy, P. 2010. Strategi Pemasaran Ayam Pedaging dengan Menggunakan
Analisis Scorpio di KUD “Sari Bumi” Buluwalang Kabupaten Malang.
Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Yusuf dan J. Nulik. 2008. Kelembagaan Pemasaran Ternak Sapi Potong di Timor
Barat, NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur.
71
LAMPIRAN
JUMLAH
LAMA
UMUR ANGGOTA
RESPONDEN PEKERJAAN PENDIDIKAN BETERNAK
(TAHUN) KELUARGA
(TAHUN)
(JIWA)
1 43 PETANI SD 5 15
2 32 PETANI SD 2 8
3 44 PETANI SD 6 15
4 56 PETANI SD 6 20
5 45 PETANI SMA 4 16
6 65 PNS SMA 7 35
7 57 PETANI SD 6 30
8 40 PETANI SD 4 10
9 45 PNS S1 6 17
10 50 PETANI SD 7 25
11 48 PETANI SD 5 23
12 32 PETANI SMP 5 8
13 42 PETANI SD 6 15
14 54 PETANI SD 7 30
15 39 PETANI SMP 4 13
16 55 PETANI SD 8 25
17 45 PETANI SMA 5 15
18 52 PNS S1 6 20
19 54 PETANI SD 6 22
20 35 PETANI SD 1 8
21 56 PNS S1 8 26
22 48 PETANI SD 5 17
23 37 PETANI SD 4 8
24 42 PETANI SD 2 10
25 42 PETANI SMP 4 11
26 37 PETANI SD 2 7
27 48 PETANI SMA 6 13
28 45 PETANI SD 5 12
29 43 PETANI SMP 6 13
30 60 PETANI SMA 8 30
31 44 PNS SMA 6 12
32 45 PETANI SMP 4 15
33 50 PETANI SD 5 20
72
34 44 PETANI SD 4 14
35 60 PETANI SMP 3 30
36 40 PETANI SMP 5 8
37 50 PETANI SD 7 20
38 58 PETANI SD 2 28
39 45 PETANI SD 6 15
40 61 PETANI SD 5 32
41 38 PETANI SD 5 11
42 50 PETANI SMA 6 20
43 65 PETANI SD 7 35
44 62 PETANI SD 6 35
45 56 PNS SMA 8 26
46 40 PETANI SMA 4 10
47 41 PETANI SMA 2 11
48 58 PETANI SD 6 28
49 47 PETANI SMP 5 20
50 52 PETANI SMP 5 22
51 43 PETANI SD 4 12
52 52 PETANI SMA 4 21
53 58 PNS S1 2 28
54 49 PETANI SD 5 19
55 39 PETANI SD 4 10
56 50 PETANI SD 6 20
57 43 PETANI SMP 5 15
58 47 PETANI SD 6 19
59 42 PETANI SD 5 12
60 52 PNS S1 5 23
61 48 PETANI SD 5 19
62 51 PETANI SMP 8 21
63 51 PNS S1 8 21
64 65 PETANI SD 6 36
65 45 PETANI SD 4 15
66 60 PNS D3 5 29
67 55 PETANI SD 6 30
68 47 PNS S1 5 20
69 50 PETANI SMP 4 22
70 45 PNS S1 4 16
71 55 PETANI SD 7 25
72 40 PNS S1 5 12
73 61 PETANI SD 6 32
74 49 PETANI SMA 4 19
73
75 50 PETANI SD 5 22
76 52 PETANI SMP 7 20
77 50 PETANI SD 5 20
78 48 PETANI SD 4 18
79 49 PETANI SMP 3 17
80 55 PETANI SD 5 25
81 48 PETANI SD 5 18
82 55 PETANI SD 4 25
83 50 PETANI SD 5 21
84 60 PETANI SD 6 29
85 48 PETANI SD 5 18
86 40 PETANI SD 4 12
87 56 PETANI SMP 6 26
88 50 PETANI SMA 4 19
89 45 PETANI SMP 5 16
90 60 PETANI SD 6 30
JUMLAH 4410 PNS = 14% SD = 56% 459 1761
74
2. RATA-RATA KEPEMILIKAN TERNAK DI KABUPATEN TTU
JUMLAH KEPEMILIKAN
TERNAK (ST)
RESPONDEN
DEWAS
A MUDA ANAK
1 6 3,5 1,25
2 11 5,5 1,75
3 8 4 1,75
4 8 3 1
5 9 4,5 1,75
6 16 7 2,5
7 14 4,5 2
8 11 4,5 1,5
9 32 11 3,75
10 45 13,5 5,75
11 36 12 3,75
12 12 3 1,25
13 13 4 1,5
14 12 3,5 1,25
15 14 3,5 1,25
16 17 4 1,75
17 28 8 3,5
18 9 2,5 0,75
19 14 4 1,75
20 15 5 2
21 22 5,5 2,75
22 17 6 2,25
23 14 3,5 1,5
24 13 4 1,5
25 14 3,5 1,5
26 22 6,5 3,5
27 16 5,5 2
28 15 4 1,75
29 13 3,5 1,5
30 20 6,5 2,5
31 17 3,5 2
32 17 4 1,75
33 13 3,5 1,5
34 14 4 1,75
35 18 7,5 2,25
75
36 16 4 2
37 19 7 3,25
38 28 9 4,75
39 23 11 4
40 23 8 4,25
41 11 4 2
42 14 6 2,25
43 21 6,5 3,5
44 28 9 4,75
45 40 16,5 8,75
46 21 7,5 3,5
47 16 7 2,75
48 17 5,5 2,75
49 17 5,5 2,5
50 32 11 6
51 18 5,5 2,75
52 16 7 3,25
53 35 14 6
54 23 8,5 4,25
55 22 8 4
56 20 7,5 3,5
57 24 7,5 4,5
58 21 7,5 3,75
59 19 6,5 3,75
60 24 8 4,25
61 24 8,5 4
62 24 7,5 3,75
63 22 5 3,5
64 24 9 3,5
65 24 8,5 4
66 24 8 4,25
67 30 8,5 4,5
68 28 9,5 4
69 26 9 3,75
70 22 8 4,25
71 24 8,5 3,5
72 27 8,5 4,25
73 22 8,5 3,25
74 20 7 3
75 21 7 3,75
76 21 6,5 2,75
76
77 22 6 3,25
78 23 7,5 3,75
79 23 8,5 4
80 23 8 3,75
81 22 8,5 3,5
82 25 9 4,25
83 28 9 4,25
84 22 7,5 3,5
85 22 7,5 3,5
86 25 9 3,5
87 22 6,5 4
88 24 9 4
89 22 8,5 4
90 22 8,5 3,5
JUMLAH 1831 619,5 281,5
RATA-RATA 20,34 6,88 3,13
SD 6,98 2,62 1,32
KV (%) 34,29 38,05 42,35
77
3. RATA-RATA HARGA SAPI DI KABUPATEN TTU
DEWASA
1 9.000.000
2 10.000.000
3 9.000.000
4 10.000.000
5 9.000.000
6 10.000.000
7 9.000.000
8 10.000.000
9 9.000.000
10 10.000.000
11 9.000.000
12 10.000.000
13 9.000.000
14 10.000.000
15 9.000.000
16 10.000.000
17 9.000.000
18 10.000.000
19 9.000.000
20 10.000.000
21 10.000.000
22 10.000.000
23 9.000.000
24 10.000.000
25 10.000.000
26 10.000.000
27 9.000.000
28 10.000.000
29 9.000.000
30 10.000.000
31 9.000.000
32 10.000.000
33 10.000.000
34 10.000.000
35 10.000.000
36 10.000.000
78
37 10.000.000
38 9.000.000
39 10.000.000
40 9.000.000
41 10.000.000
42 9.000.000
43 10.000.000
44 9.000.000
45 10.000.000
46 9.000.000
47 10.000.000
48 9.000.000
49 10.000.000
50 9.000.000
51 10.000.000
52 9.000.000
53 10.000.000
54 9.000.000
55 10.000.000
56 9.000.000
57 10.000.000
58 9.000.000
59 10.000.000
60 10.000.000
61 9.000.000
62 10.000.000
63 9.000.000
64 10.000.000
65 9.000.000
66 10.000.000
67 9.000.000
68 10.000.000
69 9.000.000
70 10.000.000
71 9.000.000
72 10.000.000
73 9.000.000
74 10.000.000
75 9.000.000
76 9.000.000
77 10.000.000
79
78 9.000.000
79 9.000.000
80 9.000.000
81 10.000.000
82 9.000.000
83 9.000.000
84 9.000.000
85 9.000.000
86 10.000.000
87 9.000.000
88 9.000.000
89 9.000.000
90 9.000.000
JUMLAH 855000000
RATA-RATA 9.500.000
SD 502801,14
KV (%) 5,29
80
4. IDENTITAS BLANTIK DI KABUPATEN TTU
JUMLAH
LAMA VOLUME
RESPONDEN UMUR PEKERJAAN PENDIDIKAN ANGGOTA
USAHA PEMBELIAN
KELUARGA
1 39 PETANI SD 4 10 7
2 47 PETANI SD 5 15 15
3 40 PETANI SMA 5 8 8
4 42 PETANI SD 5 10 8
5 46 PETANI SD 2 15 10
6 45 PETANI SMP 6 12 12
7 61 PETANI SD 6 30 10
JUMLAH 364 38 104 100
2 9,000,000 10,000,000
3 9,500,000 10,500,000
4 9,000,000 10,500,000
5 9,000,000 11,000,000
6 9,500,000 10,500,000
7 10,000,000 10,000,000
JUMLAH 66,500,000 73,500,000
RATA-RATA 9,500,000 10,500,000
SD 577350.27 408248.29
KV 6.08 3.89
81
6. IDENTITAS PEDAGANG BESAR DAN PEDAGANG ANTAR PULAU
JUMLAH
LAMA VOLUME
RESPONDEN UMUR PEKERJAAN PENDIDIKAN ANGGOTA
USAHA PEMBELIAN
KELUARGA
Pedagang
1 45 Antar Kota SMP 4 25 100
Pedagang
Antar
2 48 Pulau SMA 5 23 200
JUMLAH 93 9 48 300
RATA-
RATA 46.5 4.5 24 150
SD 2.12 0.71 1.41 70.71
KV 4.56 15.71 5.89 47.14
82
10. RINCIAN BIAYA PEDAGANG ANTAR PULAU
83
11. GAMBAR-GAMABAR PENELITIAN
84
Gambar 4. Penampungan ternak sapi
85
RIWAYAT HIDUP
2007.
Menengah Pertama Negeri Oemofa dan tamat berijasah pada tahun 2010. Pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada Sekolah Menengah Atas
Negeri Mutis Naekake dan tamat berijasah pada tahun 2013. Dengan berbagai
Menengah Atas. Pada tahun 2014 penulis diterima sebagai mahasiswa melalui
Romandus Abi
86