A DENGAN DIAGNOSA
MEDIS HEMOROID DI RUANG BEDAH RSUD Dr. DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA
Disusun Oleh :
Mia Yohana
(2017.C.09a.0899)
Pembimbing Akademik
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga “Asuhan Keperawatan Hemoroid “ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa
Hemoroid dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Hemoroid
agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penulisan
Asuhan Keperawatan ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan Asuhan Keperawatan
ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Dasar Penyakit ......................................................................................
1.1.1 Pengertian .....................................................................................................
1.1.2 Anatomi Fisiologi .........................................................................................
1.1.3 Etiologi .........................................................................................................
1.1.4 Klasifikasi ....................................................................................................
1.1.5 Patofisiologi ..................................................................................................
1.1.6 Manifestasi Klinis .........................................................................................
1.1.7 Komplikasi ...................................................................................................
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis ................................................................................
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan........................................................................
1.2.1 Pengkajian Keperawatan ................................................................................
1.2.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................................
1.2.3 Intervensi Keperawatan .................................................................................
1.2.4 Implementasi Keperawatan ............................................................................
1.2.5 Evaluasi Keperawatan ....................................................................................
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian ............................................................................................................
2.2 Diagnosa..............................................................................................................
2.3 Intervensi ..............................................................................................................
2.4 Implementasi ........................................................................................................
2.5 Eveluasi ................................................................................................................
BAB 3
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................
3.2 Saran .....................................................................................................................
DAPTAR PUSTAKA
BAB 1
TINJAU PUSTAKA
1
2
belahan kiri yaitu sepertiga distal colon transversum, colon desendens, sigmoid
dan bagian proksimal rectum. Suplai darah tambahan untuk rectum adalah melalui
arteria sakralis media dan arteria hemoroidalis inferior dan media yang
dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.
Alir balik vena dari colon dan rectum superior melalui vena mesentrika
superior dan inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari sistem
portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan inferior
mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistematik.
Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media dan inferior,
sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran darah balik ke
dalam vena-vena ini.
1.1.5 Patofisiogi
Menurut Nugroho (2011) hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan
abdominal yang mampu menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan
dilatasi pada vena. dilatasi tersebut dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Interna (dilatasi sebelum spinter)
1) Bila membesar baru nyeri
2) Bila vena pecah, BAB
berdarah anemia
2. Eksterna (dilatasi sesudah
spingter)
1) Nyeri
2) Bila vena pecah, BAB berdarah-trombosit-inflamasi
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya
menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan, atau
prollaps. Diet rendah serat menyebabkan bentuk feses menjadi kecil, yang
bias, mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan tekanan ini
menyebabkan pembengkakan dari hemoroid., kemungkinan gengguan oleh
venous return (Muttaqin, 2011).
6
Patway Hemoroid
7
setelah tiga hari post operasi pasien belum BAB diberi laxantia. Berikan
rendaman duduk dengan larutan PK hangat (37oC), perbandingan 1:4000 selama
15-20 menit sampai dengan 1-2 minggu post operasi.
Pada penatalaksanaan hemoroid tingkat IV dapat dilakukan dengan istirahat
baring dan juga operasi. Bila ada peradangan diobati dahulu..
1.2 Manajemen Keperawatan
1.2.1 Pengkajiaan
1.2.1.1 Identitas
1. Pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku/bangsa, tanggal
mrs, tanggal pengkajian, ruangan, diagnosa medis no. rekam medik).
2. Identitas penanggung jawab (nama orang tua, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, umur)
1.2.1.2 Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan utama
Suhu tubuh pasien terlalu dingin.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji riwayat kehamilan/persalinan (prenatal, natal, neonatal,
posnatal)
c) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah dalam keluarga pernah mengalami penyakit yang sama
atau penyakit lainnya.
d) Pemeriksaan Fisik
Bentuk dada (barrel atau cembung), kesimetrisan, adanya insisi,
selang dada atau penyimpangan lain. Pada klien dengan asfiksia akan
mengalami usaha bernapas yang lambat sehingga gerakan cuping
hidung mudah terlihat. Terkadang pernapsannya tak teratur bahkan
henti napas. Palpasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan paru
yang adekuat. Bayi dengan penyakit congenital/bawaan perkembangan
paru tidak baik atau hipoplasia. Sering terjadi di paru bagian kiri. Suara
perkusi di area dada kiri terdengar lebih redup dan pekak. Suara napas
menurun sampai menghilang. Bunyi napas tak teratur bahkan lambat.
11
1. Blood/B2
Pada saat dilakukan inspeksi, perlu diperhatikan letak ictus cordis normal
yang berada pada ICS 5 pada linea medio calviculaus kiri selebar 1 cm.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada/tidaknya pergeseran jantung.
Palpasi dilakukan dengan menghitung denyut jantung (heart rate) dan harus
memperhatikan kedalaman dan teratur atau tidaknya denyut jantung. Selain itu,
perlu juga memperhatikan adanya thrill (getaran ictus cordis). Memeriksa nadi
lengan dengan meletakkan telunjuk dan jari tengah anda di bagian dalam siku bayi
di sisi yang paling dekat dengan tubuh. Tindakan perkusi dilakukan untuk
menentukan batas jantung (area yang bersuara pekak). Hal ini untuk menentukan
adanya pergeseran jantung karena desakan diafragma bila terjadi kasus hernia
diafragmatika. Auskultasi dilakukan dengan menentukan bunyi jantung I dan II
tunggal atau gallop, bunyi jantung III merupakan gejala payah jantung, murmur
yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah. Penderita asfiksia
neonatal denyut jantung kurang dari 100/menit atau tidak terdengar sama sekali.
2. Brain/B3
Ketika melakukan inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji dengan skala
GCS. Fungsi sensorik seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan
dan pengecapan. Penderita asfiksia berat tidak akan menunjukkan respon GCS
3. Bladder/B4
Pengukuran volume input/output urine dilakukan dalam hubungannya
dengan intake cairan. Oleh karena itu perlu ditinjau adanya oliguria atau tidak
karena dapat menjadi pertanda awal adanya syok.
4. Bowel /B5
Ketika inspeksi dilihat bentuk abdomen yang membuncit/datar, tepi perut
menonjol/tidak, umbilicus menonjol/tidak, ada benjolan massa/tidak. Pada
klien biasanya didapatkan indikasi mual, muntah, penurunan nafsu makan,
penurunan berat badan.
5. Bone/ B6
Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya edema peritibial, pemeriksaan
capillary refill time, feel pada kedua ekstremitas untuk mengetahui tingkat
12
1.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait
dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan
untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang
muncul dikemudian hari.Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi
keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai
kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal,
dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi
harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan
komunikasi.
1.1.4 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yg menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat dapat memonitor kealpaan yg
terjadi selama tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, dan pelaksanaan
tindakan.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Ny.A tiba diruang IGD RSUD Dr.Doris Sylvanus dengan keluhan nyeri
dibagian Anus. Pasien mengatakan nyeri nya sangat sakit sekali sampai pasien
tidak dapat tidur dengan tenang. 2 bulan yang lalu Ny.A di diagnosa terkena
hemoroid. Hasil lab menunjukan : Hb: 9,7 gula sewaktu :8,5. Hasil TTV
didapatkan hasil TD :120/80 mmHg,N: 90x/menit,S:37,50 C,RR :24X/menit.
2.1 Pengkajian
2.1.1 Pre Operasi/Pre Medikasi
1. Serah terima pasien
Ny.A mengeluh nyeri dibagian anus dan mengatakan nyeri nya sangat sakit sekali
sampai tidak dapat tidur dengan tenang. Dari hasil pengkajian nyeri dengan PQRST
didapatkan hasil P (karena ada benjolan pada anus),Q (nyeri seperti terbakar), R(nyeri
pada bagian anus dan tidak menyebar), S(skala nyeri 5), T(nyeri hilang timbul). Ny.A
mengatakan merasa khawatir karena akan menjalani operasi dan pasien tidak mengerti
tentang prosedur operasi, pasien menanyakan tentang tindakan yang akan dilakukan.
Keadaan pasien composmentis GCS 15 (normal) , E : 4 (Pasien dapat membuka
mata dengan spontan), V : 5 (pasien dapat berbicara dengan jelas), M : 6 (pasien
dapat mengerakan tubuhnya dengan bebas), pasien terpasang infus RL disebalah
tangan kiri (20 tpm ), gelang pasien Sebelah kiri (berwarna merah).
2. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 50 Tahun
Alamat : Jl. Borneo 2
Diagnosa Medis : Hemoroid
Tindakan Op : Hemoroidektomi
3. Pemeriksaan Fisik/Psikologi
TTV : Tekanan Darah : 120/80mmhg, suhu: 37,5 derajat celcius,
Respirasi Rate : 24x/menit, Nadi: 90x/menit.
Reaksi Fisik : Pasien tampak lemas dan lapar (pasien puasa jam 12 malam)
Reaksi Psikologi : Pasien tampak gelisah
Persiapan Operasi :
Informed Concent/Ijin : Anestesi Puasa Cukur
Pemeriksaan Penunjang : Lab Radiologi EKG
Pre Medikasi :
Jenis Obat Dosis Rute Indikasi
Nacl 500 ml Intravena Untuk pemenuhan
kebutuhan cairan
dalam tubuh.
Ketorolac 30 mg/ml Intraven Golongan obat
antiinflamasi
nonsteroid untuk
meredakan nyeri dan
perdangan
Asam 3x500 mg Oral Untuk
Tranexamat mengatasi/meredakan
pendaraaha
lendir/dahak menutupi jalan nafas dan tidak ada secret, tidak ada polip,
penciuman tidak terganggu, terpasang O2 nasal kanul 3 liter/menit lidah
tidak menutupi jalan nafas.
2. Breathing:
Pasien tidak tampak sesak Respiration rate : 24x/menit, irama pernapasan
teratur, tidak ada suara nafas tambahan, tipe pernafasan dada dan perut.
3. Cirkulasi: Tekanan Darah: 110/70 mmHg, Frekuensi Nadi: 90x/menit,
Suhu : 36 C, CRT <2 detik.
4. Observasi RR ( Recovery Room )
Steward Scor Aldrete Scor Bromage Scor
Pasien masih tampak lemah, pucat, karena pengaruh anestesi, kesadaran
pasien composmenthis, Eye: 4 (membuka mata dengan spoontan), verbal:
5 (berbicara dengan jellas dan baik ), motorik: 2 (tidak dmampu fleksi
lutut). Total nilai GCS: 11 ( somnolen), TTV terakhir setelah observasi
Tekanan Darah: 110/70mmHg, N: 98x/menit, RR : 21x/menit, S : 36 C,
terpasang infus RL 20 tpm pasien terpasang oksigen nasal 3lpm, terpasang
infu RL 20 tpm, terpasang selang kateter, ,terdapat luka post op
Hemoroidektomi..
5. Serah terima pasien :
Pasien masih tampak lemah, pucat karena pengaruh anestesi,
kesadaran pasien cmposmentis, Eye: 4 (membuka mata dengan spontan),
verbal: 5 (dapat berbicara dengan jela ), motorik: 6(pasien dapat
mengerakan tubuhnya dengan bebas). Total nilai GCS: 15 ( normal), TTV
terakhir setelah observasi, Tekanan Darah: 120/90mmHg, N: 95x/menit,
RR : 22x/menit, S : 36,5 C, terpasang infus RL 20 tpm pasien terpasang
oksigen nasal 3lpm, terpasang infu RL 20 tpm, terpasang selang kateter,
terdapat luka post op Hemoroidektomi
19
Ketakutan
DO:
- Pasien tampak diam dan Ansietas
tegang.
- Pasien tampak pucat.
- TTV:
S : 37,50C
N : 90x/mt
RR : 24x/mt
TD :120/80mmHg
Intra Operatif
DO : Dihantarkan ke hipotalamus
- Klien tampak meringis
- Klien tampak lemas Dikembalikan lagi ke
- Klien hanya berbaring syaraf afferent
- TTV:
TD : 110/70 mmHg Nyeri akut
N : 90 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 350C
SpO2 : 100%
20
3.1 Kesimpulan
Adalah pelebaran varises satu segmen / lebih pembuluh darah vena
hemoroidales (bacon) pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot &
pembuluh darah sekitar anus / dubur kurang elastis sehingga cairan darah
terhambat dan membesar (Daldiyono).
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran
balik dari vena hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah digunakan, termasuk
konstipasi/diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran
prosfat; fibroma arteri dan tumor rectum.
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan
perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal
dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan
oleh trombosis.
3.2 Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit
Hemoroid. Dalam menyusun Asuhan Keperawatan ini, penulis berharap pembaca
dapat mengetahui tentang penyakit hemoroid, dan untuk para mahasiswa
keperawatan semoga dapat menjadi penuntun dalam membuat askep-askep sesuai
dengan proses keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Moyet dan Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih
Bahasa
Yasmin Asih. Editor Monika Ester. Edisi 10. Jakarta: EGC, 2006.
Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah . Alih Bahasa dr.
Vidia
Umami. Editor Amalia S. Edisi 3. Jakarta: Erlangga, 2006.
Kurnia, Hendrawan. Kiat Jitu Tangkal Penyakit Orang Kantoran. Yogyakarta :
Best Publisher, 2009.
Lumenta, Nico A., Kenali Jenis Penyakit dan Cara Penyembuhannya :
Manajemen
Hidup Sehat. Jakarta : Gramedia, 2006
Mitchell, Kumar,Abbas,Fausto. buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Alih
Bahasa
Andry Harsono. Editor Inggrid Tania, et al. Edisi 7. Jakarta: EGC, 2008.
Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi
Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika, 2011.
NANDA, 2007 Diagnosa Nanda ( NIC dan NOC ). Jakarta: Perima
Medika.
Nugroho, Taufan. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit
Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika, 2011.
Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC, 2010.