Anda di halaman 1dari 6

1.

Tgl Mulai : 08/09/2020


Tgl Selesai : 08/09/2020

Kode : F1 - Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.


Peserta hadir : Masyarakat dll
Judul : Penyuluhan Dalam Gedung - Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Latar Belakang :
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan akut yang meliputi
saluran pernapasan bagian atas seperti rongga hidung, sinus dan tenggorokan, serta saluran pernapasan
bagian bawah seperti laringitis, bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia yang dapat berlangsung selama
14 hari. Batas waktu 14 hari diambil untuk menentukan batas akut dari penyakit tersebut. Saluran
pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli.
ISPA merupakan penyakit yang banyak terjadi di negara berkembang serta salah satu penyebab
kunjungan pasien terbanyak ke puskesmas dan rumah sakit.
ISPA dapat disebabkan oleh beberapa macam golongan yaitu bakteri, virus, jamur dan parasit
ataupun campuran dari bakteri-virus. Sekitar 90-95% penyebab ISPA pada saluran pernafasan bagian
atas adalah virus. Pada sebagian besar kasus ISPA, mereka yang terinfeksi adalah anak-anak dikarenakan
sistem kekebalan tubuh yang mereka punya menurun atau memang masih rendah dibandingkan orang
dewasa.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ISPA, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Diantaranya yaitu sosio-ekonomi, status gizi, imunisasi tidak lengkap, tingkat
pengetahuan ibu dan faktor lingkungan.
Bedasarkan pantauan yang selama ini didapatkan di puskesmas Kuta Makmur, menunjukkan
bahwa ISPA merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemui dan diderita oleh masyarakat.
Oleh karena itu pentingnya sosialisasi tentang ISPA agar penyakit ini bisa dihindari.
Permasalahan :
Didapatkan bahwa tingginya angka kunjungan di puskesmas Kuta Makmur akibat ISPA dan masih
rendahnya pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi :
Memberikan informasi dan edukasi tentang penyebab ISPA, gejala ISPA, dan upaya pencegahan
ISPA dengan cara sosialisasi dan menunjukkan gambar tentang ISPA kepada masyarakat.
Pelaksanaan :
Pelaksanaan dilakukan di dalam gedung ruang tunggu poli bersama dengan petugas dari bagian
promkes. Memberikan informasi tentang ISPA dan memberikan brosur kepada masyarakat.
Monitoring dan Evaluasi :
Respon masyarakat terhadap pemberian informasi tentang ISPA masih kurang antusias. Saat
dilakukan sesi tanya jawab, masih banyak masyarakat yang tidak peduli. Kemungkinan karena sedang
menunggu di ruang tunggu poli, jadi masyarakat sedikit bosan. Sebaiknya promosi kesehatan harus lebih
sering dilakukan.

1.
Tgl Mulai : 14/09/2020
Tgl Selesai : 14/09/2020

Kode : F2 - Upaya Kesehatan Lingkungan


Peserta hadir : Masyarakat, dll
Judul : Sosialiasi Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Latar Belakang :
Cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu indikator output dari strategi Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM). STBM merupakan pendekatan untuk mengubah sesuatu perilaku hygiene
dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. STBM dikukuhkan sebagai
strategi nasional untuk peningkatan kesehatan masyarakat Indonesia. STBM sendiri terdiri dari 5 pilar
utama yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS), Cuci Tangan pakai Sabun (CTPS), Pengelolaan Air
Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAM-RT), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT), dan
Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT).
Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mencuci tangan pakai sabun hingga sekarang masih
tergolong sangat rendah, apalagi dengan munculnya penyakit baru yaitu covid-19, yang dapat menular
dengan kontak tangan, seharusnya cuci tangan pakai sabun menjadi suatu kebiasaan yang harus di
lakukan. Indikasi lain yang dapat terlihat dengan tingginya prevalensi penyakit diare. Sekitar lima juta
anak di seluruh dunia meninggal karena diare akut. Penyakit diare menjadi penyebab kematian nomor
dua pada balita. Nomor tiga pada bayi dan nomor lima pada semua umur.
Mencuci tangan pakai air saja tidaklah cukup, penggunaan sabun selain membantu singkatnya
waktu cuci tangan, dengan menggosok tangan menggunakan sabun dapat menghilangkan bakteri dan
virus yang melekat pada permukaan kulit.
Anak sekolah merupakan salah satu unsur yang sangat perlu menerapkan perilaku cuci tangan
pakai sabun. Karena anak sekolah lebih banyak melakukan aktifitas dengan menggunakan tangan, maka
CTPS menjadi salah satu kebiasaan yang baik apabila dilakukan. Dengan memberikan penyuluhan
tentang CTPS di sekolah, maka akan membentuk anak untuk memiliki kemampuan dan kemandirian
dalam mencegah penyakit. Promosi kesehatan tentang CTPS melalui komunitas sekolah merupakan
salah satu cara paling efektif yang dapat dilakukan. Karena anak sekolah merupakan kelompok yang
paling peka menerima perubahan dan kebiasaan baru.
Permasalahan :
Timbulnya penyakit baru yang menjadi pandemi di dunia yaitu covid-19, yang dapat menular
dengan kontank tangan, CTPS sangat penting diterapkan di kehidupan sehari-hari. Dan masih terdapat
anak yang menderita diare di area kerja puskesmas Kuta Makmur.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi :
1. Edukasi cara melakukan CTPS dengan 6 langkah.
2. Edukasi untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, beraktifitas, serta tidak
menyentuh area wajah bila belum mencuci tangan.
Pelaksanaan :
Pelaksanaan dilakukan di MIN 24 Blang Ara bersama petugas Kesling. Penyampaian materi
kepada anak-anak dilakukan saat upacara, dan praktek CTPS dilakukan setelah upacara.
Monitoring dan Evaluasi
Anak sekolah sangat antusias menerima materi yang disampaikan, saat dilakukan praktek CTPS
rata-rata anak sudah menghafal 6 langkah cuci tangan. Diharapkan dengan adanya perubahan ini, dapat
meningkatkan kesadaran pentingnya CTPS.

1.
Tgl Mulai : 07/09/2020
Tgl Selesai : 07/09/2020

Kode : F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
Peserta hadir : Masyarakat dll
Judul : Pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)

Latar Belakang :
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh
agar tubuh membuat zat antibodi untuk mencegah penyakit tertentu. Proses pembentukan antibodi
untuk melawan antigen secara alamiah disebut imunisasi alamiah, sedangkan program imunisasi melalui
pemberian vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi
dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan antigen yang telah dilemahkan yang berasal dari
vaksin. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan
zat antibodi yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin Hepatitis B, BCG, DPT,
Campak, dan melalui mulut seperti Polio. Tujan pemberian imunisasi adalah agar tubuh menjadi kebal
terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi sehingga dapat menurunkan angka morbiditas
dan mortalitas serta mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
Imunisasi yang telah diperoleh dari bayi belum cukup untuk melindungi terhadap penyakit, sejak
anak mulai memasuki usia sekolah dasar terjadi penurunan terhadap tingkat kekebalan yang diperoleh
saat imunisasi ketika bayi, pada usia sekolah anak-anak mulai berinteraksi dengan lingkungan baru dan
bertemu dengan lebih banyak orang sehingga beresiko tertular atau menularkan penyakit, maka
pemerintah mulai melaksanakan program imunisasi pada anak sekolah yang dikenal sebagai Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Salah satu program BIAS yaitu pemberian vaksin campak. Campak
merupakan penyakit infeksi virus akut serius yang sangat menular. Campak disebabkan oleh
paramyxovirus dan ditularkan terutama melalui udara. WHO melaporkan peningkatan kasus campak
empat kali lipat secara global dalam tiga bulan pertama tahun 2019 dibandingkan dengan waktu yang
sama tahun lalu. Peningkatan kejadian campak ini diperkirakan karena cakupan imunisasi yang kurang.
Permasalahan :
Masalah yang sering kali muncul terkait cakupan imunisasi pada anak antara lain kurangnya
informasi pada masyarakat mengenai perlunya imunisasi tambahan pada anak usia sekolah. Banyak
orang tua yang tidak tahu adanya program imunisasi pada anak usia sekolah. Selain itu, banyak orang
tua yang juga beralasan tidak dapat memberikan anaknya imunisasi karena tidak adanya waktu untuk
membawa anak ke tenaga kesehatan terdekat. Pada kondisi yang lain, dapat pula ditemukan adanya
ketakutan akan imunisasi. Hal ini disebabkan oleh penyebaran informasi yang salah ke masyarakat,
misalnya imunisasi menyebabkan penyakit dan imunisasi mengandung bahan-bahan kimia yang tidak
baik untuk tubuh. Oleh sebab itu, diadakan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) yang diharapkan dapat
memberikan cakupan imunisasi pada seluruh anak usia sekolah di kecamatan Kuta Makmur.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi :
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat dengan target siswa dan orang tua siswa.
Penyuluhan berupa materi mengenai definisi penyakit, penyebab, perjalanan penyakit, transmisi
penularan, gejala dan pencegahan. Sesi tanya jawab berlangsung untuk menjelaskan bagian yang masih
belum dipahami atau persepsi-persepsi di masyarakat yang salah. Setelah penyuluhan dilakukan
pemberian imunisasi campak kepada seluruh siswa yang datang.
Pelaksanaan :
Kegiatan BIAS yang dilakukan yaitu imunisasi campak pada anak kelas 1 di SD Negeri 17 Alue
Rambe pada hari Senin, 07 September 2020 pukul 09:00 WIB. Kegiatan dilakukan dengan 2 sesi yakni
sesi penyuluhan mengenai imunisasi campak dan dilanjutkan dengan kegiatan imunisasi.
Monitoring dan Evaluasi :
Dalam pelaksanaan target siswa tidak memenuhi 100% karena beberapa alasan diantaranya
sedang sakit dan tidak datang. Bagi siswa yang tidak datang bisa mendapatkan imunisasi susulan di
posyandu Alue Rambe. Harapan dari terlaksananya kegiatan ini mampu mencegah penyakit campak dan
mampu merubah pola pikir dan perilaku masyarakat mengenai imunisasi.

1.
Tgl Mulai : 16/11/2020
Tgl Selesai : 16/11/2020

Kode : F4 - Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat


Peserta hadir : Petugas Gizi, Guru, dll
Judul : Pemberian Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri di SMA Negeri 1 Syamtalira Bayu

Latar Belakang :
Bedasarkan data Depkes RI, prevalensi anemia defisiensi besi di Indonesia paling tinggi terjadi
pada kelompok remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1 %. Anemia pada remaja putri dapat
berdampak pada prestasi belajar siswi karena anemia pada remaja putri dapat menurunkan konsentrasi
siswi dalam belajar. Remaja putri yang mengalami anemia berisiko 1,5 kali lipat memperoleh prestasi
belajar lebih rendah dibandingkan remaja putri yang tidak mengalami anemia. Remaja putri diharuskan
mengkonsumsi Tablet Tambah Darah karena mengalami menstruasi setiap bulan. Tablet Tambah Darah
berguna untuk mengganti zat besi yang hilang karena menstruasi dan untuk memenuhi kebutuhan zat
besi yang belum tercukupi dari makanan. Zat besi pada remaja putri juga bermanfaat untuk
meningkatkan konsentrasi belajar, menjaga kebugaran dan mencegah terjadinya anemia pada calon ibu
di masa mendatang.
Kemenkes RI, mengeluarkan kebijakan yakni guna pembinaan perbaikan gizi masyarakat salah
satunya adalah pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri. Pelaksanaan pemberian TTD
adalah 1 tablet per minggu.
Permasalahan :
Permasalahan yang sering muncul yaitu masih ada remaja perempuan yang beranggapan bahwa
tablet tambah darah tidak perlu di konsumsi karena mereka tidak merasakan manfaat apapun. Ada
beberapa siswi yang sering mengalami gejala anemia, tapi mereka tidak mengetahui mengapa gejala itu
sering terjadi.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi :
Memberikan penyuluhan kepada siswi dan guru yaitu berupa materi mengenai definisi anemia,
penyebab, dan cara mengatasinya, serta mengapa tablet tambah darah perlu di konsumsi. Sesi tanya
jawab berlangsung untuk menjelaskan bagian yang masih belum dipahami atau persepsi-persepsi yang
salah. Setelah penyuluhan, dilakukan pemberian tablet tambah darah kepada seluruh siswi kelas 1 yang
datang, dan kepada siswi yang tidak hadir, tablet tambah darah dititipkan kepada guru agar dapat
diberikan saat siswi telah hadir.
Pelaksanaan :
Pemberian Tablet Tambah Darah di lakukan di SMA Negeri 1 Syamtalira Bayu pada hari Senin,
tanggal 16 November 2020. Kegiatan dilakukan dalam 2 sesi, yakni sesi penyuluhan dan pembagian
tablet tambah darah pada siswa kelas 1 SMA. Setiap siswi menerima 4 tablet tambah darah untuk
dikonsumsi dalam jangka waktu 1 bulan.
Monitoring dan Evaluasi :
Dalam pelaksanaan, target siswa tidak memenuhi 100% karena beberapa alasan diantaranya
sedang sakit dan jadwal kelas yang dibagi selang-seling setiap harinya. Bagi siswa yang tidak hadir bisa
mendapatkan tablet tambah darah yang sudah di titipkan kepada guru. Harapan dari terlaksananya
kegiatan ini mampu mencegah penyakit anemia dan mampu merubah pola pikir dan perilaku siswi
tentang tablet tambah darah.

1.
Tgl Mulai : 21/10/20
Tgl Selesai : 21/10/20

Kode : F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular


Peserta hadir : Masyarakat, dll
Judul : Penyuluhan Hipertensi di Posyandu Desa Punti Kecamatan Syamtalira Bayu

Latar Belakang :
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama yang
mengakibatkan kematian nomor satu secara global dan umum terjadi di masyarakat. Tidak jarang para
penderitanya tidak menyadarinya karena penyakit ini tidak mempunyai gejala khusus dan datang tiba-
tiba. Tekanan darah tinggi sering diberi gelar “The Silent Killer” karena hipertensi merupakan pembunuh
diam-diam. Kurangnya pengetahuan tentang hipertensi harus selalu diperhatikan karena pengertian dan
pemahaman yang salah tentang penyakit ini akan mengakibatkan berbagai dampak yang buruk pada
penderita hipertensi. Banyak mitos-mitos tentang hipertensi yang berkembang di masyarakt yang tidak
terbukti kebenarannya. Salah satu diantaranya banyak orang beranggapan bahwa hipertensi adalah
penyakit yang sering terjadi sebagai kondisi normal pada orang tua dan tidak berbahaya karena tidak
banyak yang meninggal dunia. Namun tidak demikian faktanya, hipertensi merupakan keadaan yang
tidak normal yang bukan hanya diderita oleh orang tua saja, akan tetapi pada usia muda dapat juga
menderita hipertensi dan sering mengakibatkan kematian.
Dikatakan hipertensi yaitu peningkatan abnormal tekanan darah, baik tekanan darah sistolik
maupun tekanan darah diastolik. Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan
darah sistolik/diastolik > 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Faktor risiko yang dapat
menyebabkan hipertensi diantaranya yaitu riwayat keluarga, individu dengan riwayat keluarga
hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
Salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman tentang hipertensi yaitu
dengan dilakukan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan merupakan suatu upaya yang direncanakan untuk
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti
tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang diharapkan untuk meningkatkan status
kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan,, memaksimalkan fungsi
dan peran penderita selama sakit, dan membantu penderita dan keluarga mengatasi masalah
kesehatan.
Permasalahan :
Masalah yang sering ditemukan pada pasien dengan hipertensi adalah kurangnya pemahaman
masyarakat tentang pencegahan dan pengobatan dini hipertensi. Sering kita temukan di masyarakat
dengan tekanan darah tinggi belum sadar bahwa dirinya menderita hipertensi. Padahal dengan tekanan
darah seperti itu, pasien harus segera berobat untuk menghindari komplikasi yang akan terjadi. Hal lain
yang menjadi masalah adalah kepatuhann pasien dalam berobat. Banyak pasien yang menghentikan
pengobatan secara langsung setelah tekanan darahnya terkontrol, sehingga pasien datang kembali ke
puskesmas dengan tekanan darah yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi :
Melakukan penyuluhan kesehatan dengan materi hipertensi, di mana dijelaskan tentang definisi,
penyebab, gejala, pencegahan mencakup pola hidup yang sehat, dan pengobatan secara dini terhadap
hipertensi. Selain itu, juga dijelaskan mengenai komplikasi penyakit yang dapat muncul akibat
hipertensi.
Pelaksanaan :
Kegiatan penyuluhan dilakukan di posyandu desa Punti pada hari Rabu tanggal 21/10/2020
pukul 10:00 wib. Dengan kegiatan dibagi dalam 2 sesi yaitu pemberian materi tentang hipertensi oleh
dokter internsip dan sesi berikutnya yaitu sesi tanya jawab dengan masyarakat yang hadir.
Monitoring dan Evaluasi :
Setelah penyuluhan telah diberikan, maka dilakukan sesi tanya jawab dengan masyarakat.
Banyak masyarakat yang sudah mengerti tentang hipertensi dan bagaimana pola hidup sehat untuk
mengatasi hipertensi. Di harapkan masyarakat menjadi lebih memahi tentang hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai