Pendahuluan
Tumbuhan merupakan organisme aerob yang memerlukan oksigen untuk dapat
melakukan respirasi. Ketika tumbuhan berada dalam kondisi lingkungan tergenang air, maka
ketersediaan oksigen didalam tanah tidak dapat mencukupi kebutuhan tumbuhan. Sesaat
tanah mengalami genangan air, respirasi akar dan mikroorganisme akan menghabiskan sisa
oksigen didalam tanah dan kondisi lingkungan tanah akan menjadi hipoksi dan selanjutnya
masuk dalam kondisi anoksik. Dengan kondisi tersebut, keterbatasan oksigen menjadi
kendala utama tumbuhan untuk tetap dapat mempertahankan respirasi aerobik dari jaringan
yang tergenang sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Secara alami tanaman akan melakukan mekanisme toleransi untuk dapat mengembalikan
suplai oksigen kedalam jaringannya. Mekanisme yang terjadi dapat berupa mekanisme
biokimia, fisiologi ataupun perubahan anatomi. Pembentukan aerenkim, akar adventif dan
lentisel dapat membantu untuk memulihkan suplai oksigen kedalam jaringan yang tergenang
air. Sedangkan bentuk mekanisme biokimia berupa peningkatan gula pereduksi, aktivitas
enzim yang digunakan dalam proses glikolisis dan fermentasi serta partisipasi antioksidan
dalam bentuk enzimatik ataupun non-enzimatik.
Tanaman yang mengalami cekaman genangan akan mengalami kondisi hipoksia dan
selanjutnya akan menjadi anoksia (Smith et al., 2010). Tanaman yang tergenang dalam waktu
singkat akan mengalami kondisi hipoksia yaitu kondisi kekurangan O2. Hipoksia biasanya
terjadi jika hanya bagian akar tanaman yang tergenang (bagian tajuk tidak tergenang) atau
tanaman tergenang dalam periode yang panjang tetapi akar berada dekat permukaan tanah. Jika
tanaman tergenang seluruhnya, akar tanaman berada jauh di dalam permukaan tanah dan
mengalami penggenangan lebih panjang sehingga tanaman berada pada kondisi anoksia yakni
keadaan lingkungan perakaran tanpa O2. Kondisi anoksia terjadi pada 6-8 jam setelah
penggenangan, karena O2 terdesak oleh air dan sisa O2 dimanfaatkan oleh mikroorganisme lain.
Pada kondisi tergenang, kandungan O2 yang tersisa dalam tanah lebih cepat habis bila terdapat
tanaman karena laju difusi O2 di tanah basah 10.000 kali lebih lambat dibandingkan dengan di
udara (Dennis et al., 2000). Kondisi hipoksia atau anoksia tidak hanya menghalangi fiksasi N,
tetapi juga distribusi N dan mineral lain sehingga menghambat pertumbuhan akar dan nodulasi.
Akibat transportasi N dan mineral ke bagian tajuk tidak mencukupi, daun akan menguning yang
akan diikuti oleh pengguguran daun.
Mekanisme Adaptasi
Secara alami setiap makhluk hidup akan memiliki mekanisme terhadap sebuah kondisi
lingkungan yang kurang menguntungkan agar segera bisa beradaptasi dan melanjutkan siklus
hidup. Tanaman yang mengalami cekaman genangan akan membentuk beberapa jenis
mekanisme adaptasi untuk bisa bertahan, diantaranya adalah mekanisme fisiologi, mekanisme
biokimia dan mekanisme anatomi.
Mekanisme Fisiologi
Respon pertama dari tanaman yang berada dalam kondisi tercekam genangan air adalah
menurunkan kondiktifitas stomata (Folzer et al., 2006). Hal ini berkaitan erat dengan
menurunnya kemampuan akar dalam menyerap air dalam kondisi tergenang sehingga dapat
menyebabkan defisit air internal. Kadar O2 yang rendah dapat menurunkan konduktivitas
hidraulik karena permeabilitas akar yang terhambat. Kondisi ini berdampak secara langsung pada
penurunan laju fotosintesis dan transpirasi. Penurunan laju fotosintesis tidak hanya disebabkan
karena menurunnya permeabilitas akar, tetapi juga didukung oleh kondisi berkurangnya
kandungan klorofil, disefisiensi unsur N yang menyebabkan penuaan daun serta berkurangnya
luas daun menjadi faktor utama dalam penurunan laju fotosintesis (Malik et al., 2001).
Mekanisme Biokimia
Kekurangan oksigen menjadi faktor utama yang menyebabkan tanaman menjadi tercekam
ketika berada dalam kondisi tergenang. Peningkatan reactive oxygen species (ROS) pada kondisi
tergenang dapat menyebabkan peroksidasi protein, asam nukleat dan lipid yang pada akhirnya
akan mengakibatkan gangguan di membran sel tanaman. Untuk mengatasi situasi tidak
menguntungkan ini, tanaman toleran mengalami beberapa adaptasi biokimia yang meliputi
respirasi anaerobik, pencapaian kebutuhan karbohidrat untuk respirasi anaerobik, dan
pengembangan sistem pertahanan antioksidan.
A. Antioksidan Enzimatis
Superoxide Dismutase
Di bawah tekanan genangan air, enzim SOD bertindak sebagai garis pertahanan pertama
atau garis depan pertahanan karena dapat melepaskan radikal superoksida menjadi
oksigen dan hidrogen peroksida yang secara komparatif kurang reaktif. Diidentifikasi
terdapat tiga jenis isoform SOD yang diproduksi sesuai pada logam yang mengikat situs
aktif katalitik. Pertama adalah SOD mangan (Mn-SOD), Isoform kedua adalah tembaga /
seng SOD (Cu / Zn-SOD dan yang terlokalisasi di mitokondria dan Isofom ketiga adalah
besi SOD (Fe-SOD), yang diidentifikasi sebagai enzim kloroplastik (Asada 2006 ).
Ascorbate Peroxidase
Peroksidase askorbat adalah enzim pengikat hidrogen peroksida . Katalase melakukan
fungsi ini di peroksisom dan mitokondria, sedangkan di kloroplas dan sitoplasma, H2O2
didegradasi oleh APX. APX mendetoksifikasi sel dengan menggunakan asam askorbat
dan menghasilkan air dan DHA.
Peroxidases
Peroksidase adalah sekelompok besar protein yang mengandung heme, yang
mengoksidasi H2O2 dengan mengkonsumsi beberapa substrat fenolik dan non-fenolik.
Vakuolar H2O2 terutama dikonsumsi oleh enzim peroksidase.
Glutathione Reductase
Enzim GR membantu dalam mempertahankan rasio GSH / GSSG seluler yang tinggi
dengan mengkatalisis pengurangan GSSG dan memproduksi GSH yang bertindak
sebagai substrat untuk enzim DHAR. GR adalah salah satu enzim terpenting dalam jalur
FoyerHalliwell-Asada karena menghasilkan substrat GSH untuk DHAR yang selanjutnya
menghasilkan askorbat yang bertindak sebagai substrat untuk APX dan berperan
langsung dalam pengikatan dari H2O2 ( Karuppanapandian et al. 2011 ).
B. Antioksidan Non-Enzimatis
Glutathione Content
Glutathione adalah tripeptida yang berlimpah ( γ- glutamylcysteineglycine) ditemukan di
hampir semua komponen seluler seperti kloroplas, mitokondria, retikulum endoplasma,
vakuola dan sitosol serta memiliki banyak fungsi (Sharma et al. 2012 ). Glutathione
memainkan peran yang sangat penting dalam sistem pertahanan antioksidan karena ia
bertindak sebagai substrat untuk DHAR dalam bentuk tereduksi, yaitu GSH, dan GR
dalam bentuk teroksidasi, yaitu GSSG. Anoksia atau kekurangan oksigen adalah kondisi
utama yang terjadi akibat tekanan genangan air; tanaman dapat menurunkan kebutuhan
oksigennya dengan menurunkan laju respirasi dan mencoba bertahan dengan
meningkatkan perlindungan antioksidan melalui sintesis senyawa fenolik dan glutathione
(Kurutas 2016 ).
Mekanisme Anatomi
Rongga Aerenkim
Dalam kondisi tergenang air, akar tidak dapat bernafas secara aerobik karena dikelilingi
oleh air dan tidak dapat mengambil oksigen dari lingkungan sehingga tanaman
mengembangkan rongga di korteks akar yang membuat pergerakan oksigen dari sel ke sel
menjadi mudah dan melalui rongga ini oksigen ditransfer (Nishiuchi et al. 2012).
Jaringan aerenkim di akar memulihkan suplai oksigen, dan akibatnya, akar mulai
bernapas secara aerob. Selain itu, melalui aerenkim, sebagian oksigen ditransfer ke tanah
di sekitar akar yang memungkinkan pertumbuhan beberapa mikroorganisme berguna
yang menghalangi masuknya zat beracun ke akar (Visser et al. 1997 ; Colmer 2003 ).
Akar Adventif
Pada tanaman dalam keadaan terendam, jaringan akarnya akan merespon terhadap
kelebihan air dengan membentuk jaringan akar adventif. Terbentuknya akar adventif
berfungsi menggantikan akar utama yang terendam oleh air. Akar adventif berfungsi
sebagai tempat masuknya oksigen sehingga dalam kondisi tergenang tanaman masih bisa
mengambil oksigen yang ada di udara. Selain itu, akar adventif dapat memperbaiki
tingkat difusi oksigen pada titik tumbuh dan juga untuk membantu meringankan
kekurangan air dan unsur hara.
Kesimpulan
Cekaman genangan (waterlogging stress) menyebabkan tanaman berada dalam kondisi
hipoksia dan anoksia disekitar perakaran tanaman. Keadaan ini diidentifikasi sebagai
penyebab utama kerusakan tanaman karena dapat mepengaruhi respirasi yang
menyebabkan krisis energi. Jika tanaman melakukan respirasi normal secara aerob maka
akan menghasilkan energi berupa ATP sebanyak 38 ATP. Tetapi jika tanaman harus
melakukan respirasi dalam keadaan anaerob, maka hanya akan menghasilkan energi
berupa ATP sebanyak 2 ATP per molekul glukosa.
Nitrogen diserap dalam bentuk ion NO3–dan NH4+ dan merupakan unsur
yang sangat mobile (mudah ditranslokasikan) dalam tanaman. Oleh karena
itu, gejala kekahatan (kekurangan) N akan nampak pada daun tua karena
terjadi relokasi N ke daun yang muda.
Akar pada tanaman dapat menyerap N dengan lebih baik, hal ini
kemungkinan didukung oleh kondisi permeabilitas akar yang tidak terganggu,
sedangkan pada perlakuan genangan, permeabilitas akar menurun akibat
penuruan konduktifitas hidrolik akar, sehingga penyerapan unsur hara N
cenderung menurun.