Menimbang
Mengingat
BUPATI TIMOR TENGAH SELATAN
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
PERATURAN BUPATI TIMOR TENGAH SELATAN
NOMOR 49 TAHUN 2020
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN
BUPATI TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016
TENTANG PEDOMAN KETERSEDIAAN TENAGA KESEHATAN DI DESA.
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA.
BUPATI TIMOR TENGAH SELATAN,
ia.
bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan Gizi
dan kesehatan —_lingkungan —masyarakat
dibutuhkan ketersediaan tenaga__kesehatan
Nutrisionis dan Sanitarian yang dapat menjangkau
pelayanan kesehatan sampai pada tingkat Desa;
bahwa untuk mengakomodir Tenaga Kesehatan
Nutrisionis dan Sanitarian sebagaimana dimaksud
pada hurufa, perlu dilakukan perubahan terhadap
Peraturan Bupati Kabupaten Timor Tengah Selatan
Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pedoman
Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Desa
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Bupati Timor Tengah Selatan Nomor 13 Tahun
2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati
Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pedoman
Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Desa;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, _perlu
menetapkan Peraturan Bupati tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Bupati Timor Tengah
Selatan Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pedoman
Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Desa;
Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam
Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa
‘Tenggara Barat dan Nusa ‘Tenggara Timur
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958
Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1655);
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) qsebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemeritahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
3 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5607};
4. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2019
tentang Pengelolaan Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 173
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6391);
5. Peraturan Bupati Timor Tengah Selatan Nomor 1
tahun 2016 tentang Pedoman Ketersediaan Tenaga
Kesehatan di Desa (Berita Daerah Kabupaten
Timor Tengah Selatan Tahun 2016 Nomor 1,
‘Tambahan Berita Daerah Kabupaten Timor Tengah
Selatan Nomor 1) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Bupati Timor Tengah Selatan
Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Bupati Timor Tengah Selatan Nomor 1
‘Tahun 2016 tentang Pedoman Ketersediaan Tenaga
Kesehatan di Desa (Berita Daerah Kabupaten
Timor Tengah Selatan Tahun 2017 Nomor 13,
Tambahan Berita Daerah Kabupaten Timor Tengah
Selatan Nomor 13};
MEMUTUSKAN:
Menetapkan = PERATURAN BUPATI TENTANG PERUBAHAN KEDUA
ATAS PERATURAN BUPATI TIMOR TENGAH SELATAN
NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG KETERSEDIAAN
TENAGA KESEHATAN DI DESA.
Pasal |
Beberapa Ketentuan dalam Peraturan Bupati Timor Tengah Selatan Nomor 1
Tahun 2016 tentang Pedoman Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Desa (Berita
Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2016 Nomor 1, (Berita
Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 1) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Bupati Timor Tengah Selatan Nomor 13 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Bupati Timor Tengah Selatan Nomor 1 Tahun 2016
tentang Pedoman Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Desa (Berita Daerah
Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2017 Nomor 13, Tambahan Berita
Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 13) diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Timor Tengah
Selatan.10.
ql
12.
13.
14,
15.
Bupati adalah Bupati Timor Tengah Selatan.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara yang diperuntukan bagi desa yang ditransfer
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota
dan digunakan untuk mendanai penyelenggaraan _pemerintah,
pelaksanaan pembagunan, pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APBDes
adalah rencana keuangan tahunan pemerintah Desa.
Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama
lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintah
Desa.
Musyawarah Desa yang selanjutnya disebut Musdes adalah forum
musyawarah utusan dusun dan kelompok masyarakat desa yang
dilaksanakan di tingkat Desa.
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan di desa yang meliputi Pos
Kesehatan Desa (POSKESDES) dan Puskesmas Pembantu (PUSTU).
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan, memiliki kemampuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang memerlukan
kewenangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan
Bidan adalah tenaga Professional yang bertanggung jawab dan
akuntabel yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan
dukungan, usaha dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan,
dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri
dan memberikan asuhan kepada bayi.
Perawat adalah tenaga Profesional yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan pelayanan keperawatan kepada masyarakat pada
sarana kesehatan.
Sanitarian adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang
kesehatan lingkungan sesuai ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
Nutrisionis adalah tenaga profesional yang diberi tugas, tanggung
jawab wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk
melakukan kegiatan teknis fungsional dibidang pelayanan gizi,
makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun rumah sakit dan
unit pelaksana kesehatan lain.
Obat Esensial adalah obat yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat terbanyak dan merupakan obat pilihan utama
untuk wilayah atau tempat pelayanan kesehatan tertentu dan terbukti
memberi manfaat klinik paling besar, paling aman, paling ekonomis,
dan sesuai dengan sistem pelayanan serta terdapat dalam Daftar data
Obat Esensial Nasional (DOEN)2. Ketentuan ayat (1) Pasal 4 diubah sehingga Pasal 4 berbunyi sebagai
berikut:
()
(2)
Pasal 4
‘Tenaga kesehatan yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan dasar
di desa terdiri dari:
a. Bidan;
b. Perawat;
c. Sanitarian; dan
d. Nutrisionis.
‘Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pengadaannya
disesuaikan dengan kondisi kebutuhan desa dan kemampuan
keuangan desa.
3. Ketentuan Pasal 8 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 8
‘Tenaga Kesehatan di desa mempunyai tugas pokok:
a,
Bidan:
1. melaksanakan asuhan kebidanan kepada ibu hamil (antenatal
care};
2. melakukan pertolongan persalinan fisiologis kepada ibu bersalin
(post natal care) untuk persalinan, semua ketentuan mengikuti
ketentuan Revolusi KIA yakni semua ibu hamil harus melahirkan
di fasilitas kesehatan yang memadai (Puskesmas);
3. menyelenggarakan pelayanan terhadap bayi baru lahir (kunjungan
Neonatal care);
4. mengupayakan kerjasama kemitraan dengan dukun bersalin di
wilayah kerjanya;
5. memberikan edukasi melalui penyuluhan kesehatan reproduksi
dan kebidanan;
6. melaksanakan pelayanan Keluarga Berencana (KB) kepada wanita
usia subur;
7. melakukan pelacakan dan pelayanan rujukan kepada ibu hamil
resiko tinggi;
8. melaksanakan diskusi Audit Maternal Perinatal (AMP) bila ada
kasus kematian ibu dan bayi; dan
9. melaksanakan mekanis pencatatan dan pelaporan.
Perawat
1. memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan
kesehatan; dan
2. memberikan pembinaan peranserta masyarakat dalam rangka
kemandirian keperawatan, bidang keperawatan dan penunjang non
kesehatan.
Sanitarian
1. mempersiapkan pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan;
2. melakukan pengamatan kesehatan lingkungan;
3. melakukan pengawasan kesehatan lingkungan;
4. melakukan pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan
kualitas kesehatan lingkungan;
Q5. mengembangkan teknologi tepat guna di bidang kesehatan
lingkungan; dan
6. mengajar atau melatih yang berkaitan dengan bidang kesehatan
lingkungan.
d. Nutrisionis
1, melaksanakan pelayanan di bidang gizi, makanan, dan dietetik
yang meliputi pengamatan, penyusunan program, pelaksanaan,
penilaian gizi bagi perorangan, kelompok di masyarakat; dan
2. _memberikan pembinaan peran serta masyarakat dalam upaya
pemenuhan gizi masyarakat.
4. Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 9
Tenaga kesehatan di desa mempunyai fungsi:
a. Bidan
1. melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga,
serta masyarakat (khususnya kaum remaja) pada masa pra
perkawinan;
2. melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal,
kehamilan dengan kasus patologis tertentu dan kehamilan dengan
resiko tinggi;
3. menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis
tertentu;
4. merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan resiko
tinggi;
5. melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas;
6. memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui;
7. melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pasca
sekolah;
8. memberi pelayanan keluarga berencana_ sesuai dengan
wewenangnya; dan
9. memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus
gangguan sistem reproduksi, termasuk wanita pada masa
klimakterium internal dan menopause sesuai dengan wewenangnya.
b. Perawat
pemberi asuhan keperawatan;
penyuluh dan konselor bagi kien;
pengelola pelayanan keperawatan;
peneliti keperawatan;
pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan
pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu (perawat
dapat melaksanakan tugas bidan apabila tenaga-tenaga tersebut
tidak berada ditempat).
c. Sanitarian
1. menyusun rencana kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan
berdasarkan data program dan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja;
2. melaksanakan kegiatan penyehatan lingkungan meliputi pendataan,
pengawasan dan pembinaan Sarana Air Bersih (SAB), Jamban
Keluarga (JAGA), Tempat-tempat Umum (TTU), Tempat Pengolahan
Makanan (TPM), Pestisida, Penyuluhan Kesehatan Lingkungan,
mengawasi upaya kebersihan di desa, koordinasi dan kegiatan tintas
program sesuai ketentuan yang berlaku;
Pason=a.
NOU SON Ze
tl
mengevaluasi hasil kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan secara
keseluruhan;
membuat catatan dan laporan kegiatan di bidang tugasnya sebagai
bahan informasi dan pertanggungjawaban; dan
melaksanakan kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
jutrisionis
menyiapkan perangkat lunak pelayanan gizi, makanan dan dietetik;
melaksanakan pengamatan masalah gizi, makanan dan dietetik;
menyiapkan penaggulangan masalah gizi, makanan dan dietetik;
melaksanakan pelayanan gizi, makanan dan dietetik;
memantau pelaksanaan pelayanan gizi, makanan dan dietetik;
melakukan evaluasi dibidang giz, makanan dan dietetik;
melakukan bimbingan teknis dibidang gizi, makanan dan dietetik;
dan
Mengajar atau melatih yang berkaitan dibidang gizi, makanan dan
dietetik.
5. Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga Pasal 13 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 13
(1) Persyaratan umum tenaga kesehatan di desa meliputi :
a.
b.
c
re
i.
WNI berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun;
berdomisili atau bertempat tinggal di Desa setempat;
apabila tenaga kesehatan di desa tersebut tidak tersedia maka
dapat diadakan dari desa lain dalam wilayah Kabupaten Timor
‘Tengah Selatan;
berpendidikan paling rendah Diploma III (tiga);
berbadan sehat dan bebas narkoba yang dibuktikan dengan hasil
pemeriksaan dokter;
memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) yang diterbitkan oleh Majelis
‘Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI);
dihapus;
Bidan, Perawat, Sanitarian dan Nutrisionis wajib memiliki Surat Ijin
Praktek;
surat peryataan bersedia menjadi tenaga kesehatan desa dan
tinggal di desa tempat melaksanakan tugas sebagai tenaga
kesehatan di desa; dan
dihapus.
(2) Persyaratan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi
dengan lamaran yang dibuat dalam rangkap 2 (dua) dengan
melampirkan dokumen administrasi yang meliputi:
a.
b.
c
92
roprga ra
i
fotocopy ijazah;
fotocopy transkip nilai;
fotocopy Surat Tenaga Registrasi yang diterbitkan oleh Majelis
‘Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI);
fotocopy Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku;
fotocopy Surat Ijin Praktek += Bidan/Perawat/Tenaga
Sanitarian /Nutrisionis;
surat Keterangan Kelakuan Baik (SKCK) dari Kepolisian;
surat keterangan sehat dan surat keterangan bebas narkoba;
dihapus;
surat pernyataan bersedia tinggal menetap di desa tempat
melaksanakan tugas; dan
surat lamaran menyebutkan nama desa yang dituju.
6. Ketentuan huruf b ayat (2) Pasal 14 di ubah sehingga Pasal 14 berbuny
sebagai berikut:
3Pasal 14
(1) Masa kerja Tenaga Kesehatan di desa adalah selama 1 (satu) tahun
anggaran dan dapat diperpanjang kembali
(2) Masa kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperpanjang apabila:
a. tenaganya masih dibutuhkan;
b.memiliki kinerja baik dan sesuai dengan standar pelayanan
minimal;dan
c. menandatangani Surat Perjanjian Kerja (SPK).
(3) Permohonan Perpanjangan masa kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum masa perjanjian
kerja beralchir.
7. Ketentuan huruf a, huruf b dan huruf e Pasal 19 diubah sehingga Pasal
19 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 19
‘Tenaga kesehatan di desa berhak:
a. memperoleh penghasilan berdasarkan isi perjanjian kerja sesuai dengan
kemampuan keuangan pemerintah desa dan paling rendah sesuai
dengan Upah Minimum Regional (UMR) yang disesuaikan setiap tahun;
b. memperoleh penghasilan lain yang sah sebagai imbalan atas jasa
pelayanannya;
c. memperoleh hak cuti sesuai dengan yang tercantum dalam perjanjian
kerja;
d. hak cuti sebagaimana dimaksud pada huruf c ditetapkan oleh Kepala
Desa; dan
e. dapat mengajukan surat pengunduran diri kepada Kepala Desa disertai
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal Il
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Timor
Tengah Selatan.
Ditetapkan di SoE
pada tanggal 15 September 2020
b BUPATI TIMOR TENGAH SELATAN, {
. P. TAHUN
Diundangkan di SoE
pada tanggal 15 September 2020
SEKRETARIS DAERAH
ip MABUPATEN IMR TENGAH seatan, fy
MARTHEN SELAN
BERITA DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2020
NOMOR 49PENJELASAN
ATAS
PERATURAN BUPATI TIMOR TENGAH SELATAN
NOMOR 49 TAHUN 2020
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI TIMOR TENGAH SELATAN
NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN KETERSEDIAAN TENAGA,
KESEHATAN DI DESA
1. UMUM
1. Nutrisionis
Masih tingginya masalah gizi di Kabupaten Timor Tengah Selatan
yg terlihat pada hasil Riskesdas, angka stunting 3 tahun ( 2010
sebesar 40,2 %, 2013 sebesar 70,0%, dan 2018 sebesar 56,0%),
angka tersebut lebih tinggi dari angka nasional sebesar 28 %. Hal
tersebut menunjukan kabupaten TTS masih mengalami masalah
gizi yang salah satunya disebabkan karena keterbatasan tenaga
ahli (Nutrisionis) dalam memberikan pelayanan secara maksimal
dan kontinyu yang menyentuh langsung kepada masyarakat.
Selain itu bahwa persebaran tenaga gizi (nustrisionis) masih belum
merata di semua puskesmas sehingga upaya pelayanan gizi
kepada masyarakat perlu maksimal.
2. Sanitarian.
Untuk mendukung kegiatan penanganan stunting sebagai
intervensi spesifik dimana salah satu penyebab karena kondisi
lingkungan yang tidak memenuhi syarat sehingga menjadi
penyebab ibu hamil serta bayi menderita penyakit berbasis
lingkungan (diare dil) yang dapat mempengaruhi status gizi maka
perlu dilakukan kegiatan pemberdayaan melalui pemicuan STBM
dan monitoring STBM yang diharapkan dapat mengurangi faktor
resiko lingkungan yang dapat menyebabkan penyakit berbasis
lingkungan. Untuk melakukan monitoring STBM diharapkan
tenaga yang berkompeten (Sanitarian) sehingga hasil monitoring
sesuai yang diharapkan. Karena wilayah binaan sanitarian yang
sangat luas sehingga tidak bisa dijangkau seluruhnya.
Il, PASAL DEMI PASAL
Pasal I
angka 1
angka 2
Cukup jelas,
Cukup jelas
angka 3
Cukup jelas
angka 4
Cukup jelas
angka 5
Pasal 13
ayat (1)
Hurufa
Cukup jelas }Huruf b
Cukup jelas
Hurufc
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Hurufe
Cukup jelas
Huruff
Cukup jelas
Huruf g
‘Cukup jelas
Hurufh
yang dimaksud dengan Surat Ijin Praktek
adalah Surat Ijin Praktek di Desa yang
dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan.
Hurufi
Cukup jelas
Hurufj
Cukup jelas
ayat (2)
Pasal 14
ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
angka 6
Pasal 19
Hurufa
Huruf b
Hurufc
Hurufc
Huruf d
Huruf d
Hurufe
Hurufe
Huruf f
Pasal II
Cukup jelas
TAMBAHAN BERITA DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
NOMOR 49 QLAMPIRAN
PERATURAN BUPATI TIMOR TENGAH SELATAN
NOMOR 1 TAHUN 2016
TENTANG
PEDOMAN KETERSEDIAAN TENAGA
KESEHATAN DI DESA
PERJANJIAN KERJA SAMA
NOMOR.........000
Perjanjian Kerja Sarna (selanjutnya disebut Perjanjian) ini ditadatangani
pada hari ini.......tanggal......... bulan........ tahun........ oleh dan antara:
1. Nama
Jabatan
Bertindak selaku
Alamat
(selanjutnya disebut PIHAK KE 1); dan
2. Nama
‘Tempat/Tanggal Lahir
Nomor KTP/NIK
Pendidikan
Alamat
Bertindak untuk dan atas nama sendiri
(selanjutnya disebut PIHAK KE Il).
PIHAK KE I dan PIHAK KE Il secara bersama-sama disebut PARA PIHAK,
sepakat untuk membuat perjanjian ini dengan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
Pasal 1
Jangka Waktu Kerja
Pihak KE I bersedia menerima dan mempekerjakan PIHAK KE II sebagai
Tenaga Kesehatan Desa (............/Profesi) pada Desa e.e.scsuse.
Kecamatan. . Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk jangka waktu a
selama 1 (satu) tahun.