Anda di halaman 1dari 9

MEDIAPSI

2017, Vol. 3, No. 1, 17-25

Bias Wawancara: Perbedaan Teknik Wawancara (Situational dan Behavioral)


dalam Hal Penilaian Wawancara Kerja
Primagitta Hermawati, Ika Rahma Susilawati, Selly Dian Widyasari
primagitta@gmail.com
Jurusan Psikologi, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil penilaian wawancara kerja antara
kandidat yang diwawancarai dengan teknik situational dengan behavioral. Penelitian ini
menggunakan desain between subject yang mana terdapat dua kelompok dan mendapatkan
perlakuan yang berbeda. Penelitian ini dilakukan kepada 110 partisipan mahasiswa psikologi
Universitas Brawijaya yang telah lulus mata kuliah Psikodiagnostik III (Wawancara).
Partisipan dalam eksperimen ini mendapat dua perlakuan, yaitu diberi tontonan video
wawancara dengan kandidat yang diwawancarai menggunakan teknik wawancara situational
dan video wawancara dengan kandidat yang diwawancarai menggunakan teknik wawancara
behavioral. Setelah menonton video, partisipan diminta untuk memberi penilaian terhadap
kandidat tersebut. Hasil analisis statistik menggunakan teknik independent sample t-test
menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil penilaian wawancara
kandidat yang diwawancarai dengan teknik wawancara situational dan behavioral, di mana
kandidat yang diwawancara dengan teknik situational memperoleh penilaian lebih rendah
secara signifikan daripada kandidat yang diwawancarai dengan teknik behavioral (F=0.001,
P<0.05).
Kata kunci: bias wawancara; penilaian wawancara; teknik wawancara

Pendahuluan atau tidaknya seorang pelamar dengan


percakapan langsung. Pewawancara yang
Organisasi dapat berjalan dengan baik
berpengalaman dan jeli akan dapat menggali
jika organisasi tersebut mempunyai sumber
kemampuan seorang pelamar. Wawancara
daya manusia yang sesuai dengan bidang
kerja telah menjadi salah satu metode seleksi
tugasnya (Safaria, Triantoro, & Nofrans,
yang paling banyak digunakan dalam 100
2009). Adanya proses rekrutmen dan seleksi
tahun terakhir (Macan, 2009). Menurut
yang sesuai dengan prosedur sangat
Huffcutt dan Culbertson (2010), wawancara
dibutuhkan agar perusahaan mendapatkan
kerja menjadi salah satu metode yang
karyawan yang sesuai dengan kriteria yang
digunakan untuk menilai pelamar kerja serta
diinginkan. Sementara itu, proses rekrutmen
langkah pengambilan keputusan dalam
dan seleksi dianggap memenuhi prosedur
mendapatkan calon karyawan yang akan
adalah ketika proses tersebut berjalan secara
diperkerjakan. Proses pengambilan keputusan
teratur dan bersifat objektif serta dapat
untuk mendapatkan calon karyawan dalam
membawa implikasi dalam pencapian tujuan
wawancara kerja ini mengarah pada penilaian
perusahaan (Handoko, 2008). Mangkuprawira
wawancara kerja yang dilakukan (Levashina,
(2002) menyatakan bahwa salah satu tahapan
Hartwell, Morgeson, & Campion, 2013).
seleksi dan rekrutmen yang selalu digunakan
Penilaian wawancara ini biasanya dilakukan
dalam perusahaan adalah tahapan seleksi
melalui pemeringkatan atau yang lebih dikenal
menggunakan metode wawancara.
dengan rating interviu. Rating interviu
Menurut Hasibuan (2001), wawancara merupakan pemeringkatan yang dilakukan
kerja digunakan untuk mengevaluasi diterima oleh pewawancara dalam menilai kandidat

17
BIAS WAWANCARA

dengan standar yang telah ditetapkan (Barrick, teknik wawancara behavioral (Klehee,
Shaffer, & Degrassi, 2009). Latham, Saari, Pursell, & Campion, 1980).
Teknik wawancara situational dan wawancara
Penilaian atau rating interviu dalam
behavioral telah muncul sebagai format utama
wawancara kerja mempunyai beberapa faktor
untuk melakukan wawancara terstruktur
kendala baik dari pewawancara maupun
modern (Arvey & Campion, 1982).
terwawancara. Eder dan Harris (2006)
menyatakan bahwa terdapat kelebihan dan Masing-masing teknik wawancara
kekurangan dalam melakukan penilaian memiliki tujuan tersendiri. Tujuan utama dari
wawancara kerja, di antaranya adanya bias teknik wawancara behavioral menurut Arvey
penilaian yang dilakukan tim penilai. Bias dan Campion (1982) adalah untuk
terjadi ketika seseorang mengungkapkan mengumpulkan informasi dari calon pelamar
gambaran yang salah atau keliru tentang tentang perilaku mereka yang sebenarnya
keadaan sebenarnya (Wirawan, 2012). Bias selama pengalaman masa lalu. Sementara
dalam wawancara bisa dilakukan oleh kedua menurut Campion, Campion dan Palmer
belah pihak, yaitu pihak terwawancara dan (1997), pertanyaan-pertanyaan dalam teknik
pewawancara. Bias yang bisa terjadi pada wawancara situational didasarkan pada
terwawancara adalah responden tidak perilaku yang berorientasi pada masa depan.
menjawab pertanyaan yang diberikan Tujuan dari teknik pertanyaan wawancara
pewawancara dengan jujur. Selain itu, situational adalah untuk memberikan
responden yang sebenarnya tidak memahami pertanyaan kepada individu ketika berada
isi pertanyaan tetapi enggan bertanya atau dalam situasi-situasi tertentu.
melakukan klarifikasi juga dapat Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari
menghasilkan bias pada suatu wawancara penelitian ini adalah ingin mengetahui
(Leary & Kowalski, 1990). perbedaan penilaian hasil kandidat yang
Bias wawancara yang timbul selain diwawancarai menggunakan teknik
karena faktor pewawancara dan terwawancara wawancara situational dengan behavioral.
dapat terjadi karena pengaruh faktor Peneliti berhipotesis bahwa ada perbedaan
situasional. Faktor situasional mencakup aspek hasil penilaian kandidat yang diwawancarai
tempat, waktu, dan teknik wawancara yang menggunakan teknik situational dengan
digunakan (Zajonc, 1984). Terkait aspek- behavioral.
aspek dalam faktor situasional tersebut,
Metode
peneliti akan menggunakan teknik wawancara
sebagai fokus dalam penelitian ini. Hal ini Desain penelitian
diperkuat oleh Huffcutt, Roth, Conway, dan Metode penelitian yang digunakan
Klehe (2004) yang menyatakan bahwa teknik dalam penelitian ini adalah metode penelitian
wawancara sangat berpengaruh dalam faktor eksperimen. Adapun jenis desain
situaional karena dapat melihat sikap dan eksperimental yang digunakan dalam
jawaban dari calon pelamar serta tidak jarang penelitian ini adalah desain between-subjects,
dapat menimbulkan bias (Hadi, 2004). Adapun di mana terdapat dua kelompok partisipan
teknik wawancara tersebut dibagi menjadi dua yang akan mendapatkan perlakuan yang
jenis, yaitu teknik wawancara situational dan berbeda.

MEDIAPSI 18
PRIMAGITTA DKK.

Partisipan Terdapat tiga pernyataan dalam rekomendasi


Partisipan yang digunakan dalam aksi, yaitu “disarankan”, “dipertimbangkan”,
penelitian ini merupakan mahasiswa Jurusan dan “tidak disarankan”.
Psikologi, Universitas Brawijaya dengan Video Wawancara
kriteria yaitu tergabung di angkatan 2013 atau Video wawancara berisi proses tanya
sebelumnya. Partisipan juga diharuskan telah jawab antara pewawancara dan pelamar fiktif.
lulus mata kuliah Psikodiagnostik III Terdapat dua video yang digunakan pada
(wawancara). Jumlah partisipan pada penelitian ini. Video pertama berisi
penelitian ini adalah 110 mahasiswa. pertanyaan-pertanyaan menggunakan teknik
Instrumen penelitian wawancara situational sedangkan pada video
Formulir penilaian wawancara kedua berisi pertanyaan-pertanyaan yang
menggunakan teknik wawancara behavioral.
Formulir penilaian wawancara berisi
Jawaban pertanyaan pada teknik wawancara
mengenai kompetensi-kompetensi yang
situational dan teknik wawancara behavioral
menjadi penilaian wawancara dan
pada intinya merupakan jawaban yang sama,
rekomendasi aksi sebagai bahan tambahan
hanya saja pada teknik wawancara situational
evaluasi setelah penilaian.
dibuat seolah-olah merupakan sesuatu yang
Penilaian wawancara berisi penilaian akan dilakukan oleh pelamar sedangkan pada
berdasarkan kompetensi yang telah ditetapkan teknik wawancara behavioral dibuat seolah-
dan dilakukan dengan cara memberikan olah merupakan pengalaman dari pelamar.
pemeringkatan (rating) untuk menilai Pada kedua video tersebut, hanya pemeran
kesesuaian kandidat dengan standar yang telah yang berperan sebagai pelamar yang
menjadi persyaratan. Penilaian tersebut diperlihatkan kepada partisipan, sedangkan
didasarkan pada delapan kompetensi yang untuk pewawancara akan diperdengarkan
digunakan yang mewakili kompetensi suaranya saja sehingga partisipan penelitian
pengelolaan kerja (conceptual thinking, dibuat seolah-olah sedang berhadapan
continuous improvement, dan managing langsung dengan pelamar saat melihat video
quality), kompetensi pengelolaan personalia tersebut.
(team work, communication, dan leadership
Manipulation check
skill), serta kompetensi pengelolaan diri
(integrity dan drive for excellent). Kompetensi Manipulation check dibutuhkan untuk
tersebut akan dinilai dengan rentang 6 poin mengetahui apakah perubahan perilaku atau
mulai dari poin 0 yang bermakna sangat sikap yang terjadi pada partisipan benar-benar
kurang sampai dengan poin 6 yang berarti dikarenakan perlakuan yang diberikan atau
sangat baik. terdapat faktor lain yang menyebabkan hal
tersebut terjadi. Manipulation check ini berisi
Selain itu, terdapat juga pilihan pernyataan, “Menurut saya, teknik yang
rekomendasi aksi pada lembar penilaian digunakan dalam wawancara ini adalah...”
wawancara kerja. Rekomendasi aksi adalah serta memiliki dua pilihan jawaban, yaitu “1”
rekomendasi mengenai keputusan akhir dari (teknik situational) dan “2” (teknik
pewawancara terhadap kandidat berdasarkan behavioral).
hasil evaluasi penilaian wawancara kerja.

MEDIAPSI 19
BIAS WAWANCARA

Standar Kompetensi Kunci kelompok teknik wawancara situational,


Standar Kompetensi Kunci (SKK) 76.36% partisipan memilih teknik wawancara
merupakan standar yang dibuat oleh peneliti situational dan sebanyak 23.64% mengatakan
yang didasarkan pada kriteria rekomendasi bahwa teknik wawancara tersebut adalah
perusahaan dan umumnya mengacu pada teknik wawancara behavioral. Pada kelompok
kamus kompetensi. SKK ini dibuat sebagai teknik wawancara behavioral, sebanyak
dasar setiap jawaban kandidat dari teknik 12.72% partisipan mengatakan bahwa teknik
situational maupun behavioral. SKK ini juga yang ditampilkan adalah teknik wawancara
digunakan dalam standar kompetensi situational dan sebanyak 87.27% partisipan
persyaratan minimal pada penialaian formulir mengatakan sebaliknya yaitu teknik
wawancara. behavioral. Hal ini menunjukkan bahwa
partisipan paham dengan teknik wawancara
Hasil apa yang sedang ditayangkan di hadapan
Gambaran umum partisipan mereka.
Partisipan penelitian adalah 110 Tabel 2
mahasiswa. Partisipan tersebut merupakan Analisis deskriptif hasil manipulation check

mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Teknik Teknik


Pernyataan
Situational Behavioral
Brawijaya angkatan 2012-2013 yang telah
lulus mata kuliah Psikodiagnostik III “Menurut 42 13
saya teknik KTS*
(wawancara). Usia partisipan memiliki rentang yang (76.36%) (23.64%)
dari 19-22 tahun. Partisipan kemudian dibagi digunakan
dalam 7 48
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok teknik wawancara KTB**
wawancara situational sebanyak 55 orang dan (12.72%) (87.7%)
ini adalah...”
kelompok teknik wawancara behavioral *Kelompok Teknik Situational
sebanyak 55 orang (selengkapnya di Tabel 1). **Kelompok Teknik Behavioral
Tabel 1 Hasil uji hipotesis
Karakteristik partisipan
Karakteristik Partisipan Jumlah Persentase
Pengujian hipotesis dilakukan dengan
cara membandingkan rata-rata penilaian hasil
Jenis Kelamin Laki-laki 20 18.18%
teknik wawancara pada kelompok teknik
Perempuan 90 81.81%
situational dan kelompok teknik wawancara
Usia 20 26 23.64% behavioral (Tabel 3). Dari hasil uji perbedaan
21 62 56.36% formulir penilaian wawancara kerja diketahui
22 19 17.27% bahwa terdapat nilai signifikasi sebesar 0.001
23 3 2.73% (p<0.05) menunjukan bahwa H0 ditolak.
Angkatan 2012 22 20 Kemudian, didapatkan nilai rerata KTS
sebesar 32.01 dan nilai rerata KTB sebesar
2013 88 80
35.67. Maka selanjutnya dapat disimpulkan
Total Partisipan 110
bahwa terdapat perbedaan penilaian
Manipulation check wawancara yang sangat signifikan antara KTS
dan KTB di mana KTS memperoleh penilaian
Berdasarkan hasil analisis deskriptif
lebih rendah secara signifikan dibanding KTB.
setelah dilakukan manipulation check, pada

MEDIAPSI 20
PRIMAGITTA DKK.

Tabel 3 dengan SKK sehingga dapat disimpulkan


Hasil uji perbedaan penilaian wawancara kerja
bahwa kedua teknik wawancara tersebut
KTS KTB menunjukkan perbedaan yang signifikan jika
Sig.
Mean SD Mean SD dibandingkan dengan Standar Kompetensi
Rating
0.001* 32. 01 4.16 35.67 4.00
Kunci (SKK).
interviu
Tabel 5
*sig<0.05; **sig<0.01; ***sig<0.0001 Perbandingan teknik wawancara dengan SKK
Hasil analisis rekomendasi ahli SKK
Sig.
Tabel 4 Mean SD Mean SD
Hasil rekomendasi ahli
Teknik
0.000 32. 18 4.13 27.00 0.00
RA Situational
Teknik Dipertim- Tidak Total Teknik
Disarankan 0.000 35.67 4.00 27. 00 0.00
bangkan disarankan Behavioral
Behavioral 50 4 1 55
Hasil analisis tambahan komponen
Situational 44 9 2 55 penilaian wawancara kerja
Total 94 13 3 110
Pengujian kompetensi penyelia
Setelah dilakukan uji Chi-Square maka (supervisor) HRD (Human Resources
didapatkan nilai Chi-Square sebesar 2.639 Department) dilakukan dengan cara
dengan tingkat signifikansi lebih besar dari membandingkan rerata delapan nilai
pada alpha (0.267>0.05). Kesimpulan dari kompetensi yang ada pada kelompok teknik
hasil ini adalah tidak ada perbedaan yang wawancara situational (KTS) dan kelompok
signifikan antara rekomendasi aksi kandidat teknik wawancara behavioral (KTB) seperti
yang diwawancarai menggunakan teknik yang dapat dilihat pada Tabel 6.
wawancara situational dengan behavioral Tabel 6
sebagaimana dapat dilihat selengkapnya pada Hasil uji beda komponen penilaian wawancara kerja

Tabel 4. KTS KTB


Sig.
Mean SD Mean SD
Hasil analisis perbandingan teknik
wawancara dengan SKK Conceptual
0.039* 3.94 0.91 4.34 1.09
Thinking
Pada analisis ini, teknik wawancara akan
Continuous
dibandingkan dengan Standar Kompetensi 0.01* 3.60 0.93 4.18 1.16
Improvement
Kunci (SKK). SKK merupakan standar yang Managing
digunakan dalam level kompetensi yang 0.055 4.10 0.85 4.43 0.91
Quality
terdapat dalam video wawancara. SKK juga Team Work 0.000* 4.25 0.77 4.83 0.89
dijadikan sebagai acuan pewawancara dalam Communication 0.131 4.01 0.87 4.30 1.12
memberikan penilaian pada formulir
Leadership
wawancara. Tabel 5 membandingkan antara 0.016* 4.07 0.83 4.49 0.95
Skill
kelompok situational dan kelompok Integrity 0.005* 3.98 0.97 4.47 0.83
behavioral dengan SKK. Perbandingan
Drive for
tersebut menunjukan bahwa teknik situational 0.000* 4.03 0.85 4.60 0.78
Excellent
memiliki selisih 7.18 dan teknik behavioral *sig<0.05; **sig<0.01; ***sig<0.001
memiliki selisih 8.67 jika dibandingkan

MEDIAPSI 21
BIAS WAWANCARA

Berdasarkan analisis perbandingan pada antara kedua teknik wawancara tersebut tidak
masing-masing kompetensi untuk HRD terpaut jauh. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
supervisor, terdapat perbedaan yang signifikan partisipan pada kedua teknik ini sama-sama
(p<0.05) antara hasil penilaian wawancara mampu untuk diajukan sebagai kandidat yang
teknik situational dan teknik wawancara “disarankan” berdasarkan hasil analisis
behavioral dalam kaitannya dengan menggunakan uji Chi-square yang menyatakan
kompetensi conceptual thinking, continuous bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
improvement, team work, leadership skill, antara rekomendasi aksi kandidat yang
integrity, dan drive for excellent. Sementara diwawancarai menggunakan teknik
itu, pada dua kompetensi lainnya, yaitu wawancara situational dengan teknik
managing quality dan communication, hasil wawancara behavioral.
yang ditunjukkan menyatakan bahwa tidak Teknik wawancara behavioral menurut
terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) Janz (Huffcut, dkk., 2001) merupakan jenis
antara hasil penilaian wawancara teknik teknik wawancara di mana pewawancara
situational dan teknik wawancara behavioral. berusaha untuk mencari informasi mengenai
Diskusi pengalaman di masa lalu (actual incidents)
dari kandidat. Berbeda dengan teknik
Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa
wawancara behavioral, Latham, dkk. (1980)
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
menjelaskan bahwa pada teknik wawancara
penilaian wawancara pada teknik wawancara
situational, pewawancara memberikan
situational dan teknik wawancara behavioral.
pertanyaan yang bersifat prediksi (Huffcut,
Hal ini berarti bahwa kandidat yang
dkk., 2001). Perbedaan tersebut tentunya dapat
diwawancara menggunakan teknik situational
menyebabkan lebih tingginya penilaian pada
mendapatkan nilai lebih rendah daripada
teknik wawancara behavioral karena
kandidat yang diwawancarai menggunakan
pewawancara lebih mempercayai kejadian
teknik behavioral. Hal ini dapat terjadi karena
yang sebenarnya (actual incidents) daripada
teknik wawancara behavioral memiliki
jawaban yang bersifat prediksi pada teknik
efektivitas yang lebih dalam mengungkap
wawancara situational. Hal ini bisa terlihat
kandidat dibandingkan teknik wawancara
bahwa adanya bias yang muncul pada teknik
situational (Huffcut, dkk., 2001). Pernyataan
behavioral lebih tinggi (Klehe & Latham,
tersebut didukung pula oleh hasil rekomendasi
2006).
aksi, di mana teknik wawancara behavioral
memang mendapat rekomendasi “disarankan” Tingginya bias pada teknik behavioral
lebih banyak daripada teknik wawancara ini terjadi karena teknik wawancara tersebut
situational. dapat menggali pengalaman masa lalu
kandidat sehinggga apa yang diceritakan
Berdasarkan hasil rekomendasi aksi,
tersebut merupakan apa yang pernah
diketahui bahwa pada partisipan yang
dialaminya (Klehe & Latham, 2006). Ketika
diwawancarai dengan teknik wawancara
seorang pewawancara dapat mengumpulkan
behavioral mendapatkan rekomendasi
informasi lebih banyak tentang pengalaman
“disarankan” lebih banyak daripada partisipan
masa lalu, maka tidak menutup kemungkinan
yang diwawancarai dengan teknik wawancara
akan terjadi keloggaran dalam memberikan
situational, namun selisih hasil penilaian

MEDIAPSI 22
PRIMAGITTA DKK.

penilaian. Hal ini dapat pula dikaitkan dengan kandidat didasarkan pada informasi yang
teori trustworthiness (Myers & Hansen, 2006) terbatas untuk dapat menilai pelamar kerja
yang mengatakan bahwa terdapat karakteristik yang merupakan orang asing, serta menuntut
penting untuk memahami kepercayaan terkait pengambilan keputusan yang cepat dalam
penggambaran atau pengambilan informasi waktu yang relatif singkat (Bendick & Nunes,
dari pengalaman sebelumnya. Pengalaman dan 2012). Pada pengambilan keputusan ini,
kinerja sebelumnya tersebut membuat penilai penilai biasanya akan mempertimbangkan
cenderung memberikan evaluasi yang lebih karakteristik seperti gender, etnis, jenis
positif atau lebih tinggi terhadap kompetensi kelamin, atau pengalaman masa lalu.
kandidat. Hal ini selaras dengan pernyataan Karakteristik tersebut digunakan untuk
Alarcon, Lyons, & Christensen (2016) bahwa mengambil informasi yang tersimpan di
adanya kepercayaan tersebut ditandai dengan memori otak manusia untuk
kecenderungan untuk melihat individu dari menyambungkannya dengan kemungkinan
segi kemampuan dan integritas, yang berkaitan perilaku yang sama terhadap orang asing atau
dengan menghadapi situasi atau tugas yang kandidat tersebut (MacGarty, Yzerbyt, &
diberikan sehingga dapat menimbulkan Spears, 2002).
kepercayaan dan kebenaran pada penilai dalam Penelitian selanjutnya diharapkan
individu tersebut. mampu untuk lebih mempertimbangkan
Perbandingan rerata penilaian SKK faktor-faktor lain terutama dari segi partisipan
(Standar Kompetensi Kunci) dengan kedua (yang bertindak seolah-olah menjadi
teknik wawancara menunjukkan bahwa pewawancara). Partisipan pada penelitian ini
keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. memiliki rentang usia antara 19-23 tahun.
Hal ini berarti bahwa rerata nilai teknik Partisipan seharusnya diberikan pembekalan
wawancara behavioral dan teknik wawancara metode atau pelatihan mengenai materi
situational memiliki selisih yang lebih besar wawancara dan kompetensi yang akan
dengan SKK (Standar Kompetensi Kunci), di digunakan dalam formulir penilaian
mana hasil penilaian terhadap kandidat dengan wawancara. Hal tersebut berguna agar
teknik wawancara behavioral memiliki selisih mahasiswa yang akan menjadi partisipan dapat
yang lebih tinggi dibanding hasil penilaian memiliki pemahaman dan kemampuan
terhadap kandidat dengan teknik wawancara wawancara yang lebih baik. Jika pada
situational. Teknik wawancara behavioral penelitian ini digunakan kategori partisipan
memiliki bias yang lebih besar jika yang sama, maka pada penelitian selanjutnya
dibandingkan dengan teknik wawancara sebaiknya mempertimbangkan karakteristik
situational, sehingga dari hasil penelitian ini partisipan semisal usia, jenis kelamin,
maka teknik wawancara yang rendah akan bias angkatan, dan nilai mata kuliah
dan baik digunakan dalam manfaat praktis Psikodiagnostik III (wawancara). Selain itu,
adalah teknik wawancara situational. akan lebih pula baik jika pada penelitian-
penelitian selanjutnya dilakukan analisis
Wawancara sendiri merupakan salah
terhadap faktor-faktor yang dapat
satu metode perekrutan yang memang sangat
mempengaruhi hasil penilaian wawancara dari
rentan terhadap bias. Hal tersebut dikarenakan
proses pengambilan keputusan untuk merekrut sisi situasi yaitu, informasi pekerjaan,
informasi pelamar, serta waktu pengambilan

MEDIAPSI 23
BIAS WAWANCARA

keputusan (Mangkuprawira, 2002). dengan SKK, di mana hasil penilaian terhadap


kandidat dengan teknik wawancara behavioral
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
memiliki selisih yang lebih tinggi dibanding
(H1) diterima. Hal ini dapat disimpulkan
hasil penilaian terhadap kandidat dengan
bahwa terdapat perbedaan dalam hasil
teknik wawancara situasional.
penilaian wawancara kerja kandidat yang
menggunakan teknik wawancara behavioral Hasil analisis kompetensi menunjukkan
dan teknik wawancara situational, di mana bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
kandidat yang diwawancarai dengan teknik antara hasil penilaian wawancara. Terdapat
behavioral memeroleh penilaian lebih tinggi enam kompetensi yaitu conceptual thinking,
daripada kandidat yang diwawancarai dengan continuous improvement, team work,
teknik situational. Hal ini dapat terjadi karena leadership skill, integrity, dan drive for
teknik wawancara behavioral dapat menggali excellent yang memiliki perbedaan yang
pengalaman masa lalu kandidat, sehinggga apa signifikan antara kelompok wawancara teknik
yang diceritakan tersebut merupakan apa yang behavioral daripada kelompok wawancara
pernah dialaminya sehingga memungkinkan teknik situational. Pada kompetensi managing
untuk timbulnya bias (Klehe & Latham, 2006). quality dan communication, tidak terdapat
Ketika seorang pewawancara dapat perbedaan nilai yang signifikan pada kedua
mengumpulkan informasi lebih banyak kelompok.
tentang pengalaman masa lalu, maka
kemungkinan akan terjadi keloggaran dalam
memberikan penilaian. Hal ini berkaitan Daftar Pustaka
dengan teori trustworthiness (Mayers, 1955) Alarcon, M. G., Lyons, B. J., & Christensen,
yang mengatakan bahwa penggambaran atau C. J. (2016). The effect of propensity to
pengambilan informasi dari pengalaman trust and familiarity on perceptions of
sebelumnya dapat menimbulkan kepercayaan. trustworthiness over time. Personality
Hasil uji rekomendasi aksidengan Indivudual Differences, 94, 309-315.
menggunakan uji Chi-Square menunjukan Arvey, R. D., & Campion, J. E. (1982). The
perolehan angka sebesar 2.639. Dengan taraf employment interview: a summary and
signifikansi (0.267>0.05), maka dapat review of recent research. Personnel
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang Psychology, 35.
signifikan antara rekomendasi aksi kandidat
Barrick, M. R., Shaffer, J. A., & Degrassi, S.
yang diwawancarai menggunakan teknik
W. (2009). What you see may not be
wawancara situational dengan teknik
what you get: relationships among self-
wawancara behavioral. Hasil analisis
presentation tactics and ratings of
perbandingan teknik wawancara dengan SKK
interview and job performance. Journal
(Standar Kompetensi Kunci) terdapat
of Applied Psychology, 94(6), 1394-
perbedaan hasil yang signifikan antara
1411.
penilaian teknik wawancara dengan SKK. Hal
ini menunjukkan bahwa rerata nilai teknik Bendick, M. J., & Nunes, A. P. (2012).
wawancara behavioral dan teknik wawancara Developing the research basis for
situational memiliki selisih yang lebih besar controlling bias in hiring. Journal of

MEDIAPSI 24
PRIMAGITTA DKK.

Social Issues, 68(2), 238-262. Introduction to Behavioral Research


Methods. Belmont, CA: Wadsworth.
Campion, M. A., Campion, J. E., & Palmer,
D. K. (1997). A review structure in the Levashina, J., Hartwell, C. J., Morgeson, F. P.,
selection interview. Personel & Campion, M. A (2013). The stuctured
Psychology, 50, 655-702 employment interview: narrative and
quantitative review of the research
Eder, R., & Haris, D. (2006). Managing
literature: Personel Psychology, 67(1),
Quality. Massachusetts: Addison-
241-293.
Wesley Publishing Company Inc.
Macan, T. (2009). The employment interview:
Handoko, T. (2008). Manajemen Personalia
a review of current studies and directions
dan Sumber Daya Manusia. BPFE:
for future research. Human Resources
Yogyakarta
Management Review, 19(3), 203-218.
Hasibuan, M. (2001). Manajemen Sumber
MacGarty, C., Yzerbyt, V. Y., & Spears, R.
Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
(2002). Stereotypes as Explanations:
Huffcut, A. I., Weekley, J. A., Wiesner, W. H., The Formation of Meaningful Beliefs
& Degroot, T. G. (2001). Comparison of about Social Groups. Cambridge:
situational and behavior description Cambridge University Press.
interview question for higher-level
Mangkuprawira, S. (2002). Manajemen
positions. Personnel Psychology, 54(3),
Sumber Daya Manusia Strategik.
619–644.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hufcutt, A. I., & Culbertson, T. A. (2010). The
Myers, A., & Hansen, C. H. (2006).
effect of applicant influence tactics on
Experimental Psychology 6th Edition.
recruiter perceptions of fit and hiring
Belmont, CA: Wadworth Inc.
recommendations: a field study. Journal
of Applied Psychology, 89(4), 622-632. Zajonc, R. B. (1984). On the primacy of affect.
American Psychologist, 39(2), 117-124.
Huffcutt, A. I., Roth, P. L., Conway, J. M., &
Klehe, U. C. (2004). The impact of job Wirawan. (2012). Evaluasi Kinerja sumber
complexity and study design on Daya Manusia: Teori Aplikasi dan
situational and behavior description Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.
interview validity. International Journal
of Selection and Assessment, 12(3), 262-
273.
Klehe, U. C., & Latham, G. (2006). What
would you do-really or ideally?
Contructs underlying the behavior
description interview and the situational
interview in predicting typical versus
maximum performnace. Human
performance, 19(4), 357-382.
Leary, M. R., & Kowalski, P. (1990).

MEDIAPSI 25

Anda mungkin juga menyukai