Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir By.
Ny.W di RSUD Dr.Tjitrowardojo Purworejo dengan asfiksia berat. Pada
pengkajian bayi Ny.W didapatkan data obyektif melalui penilaian sepintas pada 1
menit pertama dengan hasil bayi lahir tidak langsung menangis atau bernafas
megap-megap, seluruh tubuh dan ekstremitas berwarna kebiruan dan tonus otot
lemah, artinya bayi tersebut mengalami kegawatdaruratan yang disebut asfiksia
neonatorum. Menurut teori Asfiksia neonatorum adalah kondisi bayi tidak dapat
bernafas spontan dan teratur dalam 1 menit setelah lahir. Asfiksia neonatorum
terjadi ketika bayi tidak cukup menerima oksigen sebelumnya, selama atau setelah
kelahiran (Wiknjosastro, 2007). Pengertian lain asfiksia pada bayi baru lahir
(BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak Indonesia) adalah kegagalan nafas
secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir
(Prambudi, 2013).
Banyak faktor yang menyebabkan asfiksia neonatorum, diantaranya yaitu
faktor maternal dan fetal. Penulis melakukan analisis asfiksia neonatorum yang
terjadi pada By. Ny.W menggunakan fishbone:

Method Man

adanya tindakan pada proses


Ibu kelelahan dan tidak kuat
persalinan (vakum ekstraksi)
meneran

ASFIKSIA BERAT

Ketersediaan alat dan


His tidak adekuat, tali pusat pendek keterampilan tenaga
kesehatan dalam penangan

Material Machine
Berdasarkan fishbone diatas, bahwa salah satu kasus kegawatdaruratan pada
neonatus adalah asfiksia. Faktor yang menyebabkan asfiksia neonatorum antara
lain faktor keadaan maternal yaitu his tidak adekuat dan teknik mengejan ibu kurang
tepat sehingga menyebabkan tidak adanya kemajuan persalinan. Dilihat dari
faktor janin yaitu tali pusat yang pendek dan sehingga diputuskan oleh dokter
bahwa akan dilakukannya tindakan pada proses persalinan yaitu dengan vakum
ekstraksi.
Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa asfiksia neonatorum
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor maternal dapat disebabkan oleh
hipotensi, syok dengan sebab apapun, anemia maternal, penekanan respirasi atau
penyakit paru, malnutrisi, asidosis, dehidrasidan supin hipotensi. Faktor uterus
antara lain aktifitas kontraksi uterus yang memanjang, hiperaktivitas dan
gangguan vaskuler. Faktor plasenta antara lain degenerasi vaskuler plasenta,
sulosio plasenta dan pertumbuhan hipoplasia primer. Faktor tali pusat dapat
berupa kompresi tali pusat, simpul mati, lilitan tali pusat dan hilangnya jelly
Wharton. Faktor janin misalnya infeksi, anemia janin dan perdarahan pada janin.
Malformasi yang dapat digolongkan dalam hal ini adalah kelainan jantung
kongenital, kehamilan ganda atau salah satunya mengalami gangguan nutrisi dan
oksigen. Faktor persalinan misalnya karena persalinan lama, persalinan dengan
tindakan vakum dan forcep, persalinan dengan seksio sesarea, infeksi selama
persalinan, dan lain sebagainya (Manuaba,2007).
Dilihat dari riwayat persalinan bahwasannya Ny.W melahirkan dengan
bantuan alat vakum ekstraksi yang disebut juga suatu persalinan tindakan, janin
dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vacum) di kepala bayi. Menurut teori
Cunningham (2005) persalinan tindakan dapat menimbulkan asfiksia neonatorum
disebabkan oleh tekanan langsung pada kepala yang menekan pusat vital pada
medulla oblongata dan aspirasi. Persalinan tindakan .juga dapat mengakibatkan
pengeluaran mekonium, pengeluaran cairan lambung dan perdarahan atau oedema
jaringan saraf pusat.
Asuhan kebidanan yang diberikan pada By.Ny.W mencakup tentang
penanganan awal, penilaian selintas, hingga pemberian Ventilasi Tekanan Positif
dan berakhir pada asuhan pascaresusitasi. Penatalaksanaan telah dilakukan sesuai
dengan diagnosa, masalah, dan kebutuhan yang telah dibuat yaitu saat bayi lahir
dan didapatkan tanda-tanda asfiksia berupa bayi tidak segera menangis, seluruh
tubuh dan ekstremitas kebiruan dan tonus otot lemah, APGAR skor berada di
angka 3. Kami melakukan penatalaksanaan dengan menjaga kehangatan, atur
posisi bayi, isap lendir, berikan oksigen 2 liter per menit, lalu keringkan dan
rangsang taktil serta muscle pumping, caranya dengan menggosok bagian
belakang, menggosok telapak kaki kemudian menggerakan kedua kaki bayi,
posisi kedua lutut dilipat menuju kearah dada bayi, kemudian atur posisi kembali,
dan nilai. Hal ini sesuai dengan teori Hidayat (2011), Asfiksia cara mengatasinya
yaitu bersihkan jalan napas, berikan oksigen 2 liter per menit, dan rangsang
pernapasan dengan menepuk telapak kaki.
Evaluasi yang didapatkan yaitu di menit ke 5 Bayi Ny.W sudah bisa
menangis meskipun nafasnya masih megap-megap, kulit badan dan ekstremitas
mulai kemerahan, denyut jantung dalam batas normal, namun tonus ototnya masih
lemah dan APGAR skor nya 5 pada menit ke 5 dan pada menit ke 10 APGAR
skornya menjadi 7, serta keadaan bayi masih kurang stabil. Selanjutnya dilakukan
konsul dokter spesialis anak dan mendapatkan advis untuk dirawat di ruang
peristi.
Muscle pumping yang dilakukan kepada By Ny.W bermanfaat membantu
adaptasi bayi baru lahir dengan cara memperlancar aliran darah vena yang ada di
ekstremitas bawah menuju ke jantung, dimana darah yang rendah kandungan
oksigen dan tinggi karbondioksida yang berasal dari sirkulasi sistemik
dihantarkan melalui vena kava inferior menuju atrium kanan melalui katup
trikuspidalis masuk ke ventrikel kanan lalu dihantarkan melalui arteri pulmonalis
menuju ke paru-paru untuk di oksigenasi kembali. Selanjutnya darah yang telah
kaya oksigen akan masuk melalui vena pulmonalis menuju atrium kiri melalui
katup bikuspidalis masuk ke ventrikel kiri untuk dihantarkan menuju sirkulasi
sistemik pembuluh aorta, dan dialirkan ke seluruh tubuh untuk kontraksi otot
pernafasan, gerakan perut, dan metabolisme bayi baru lahir lainnya.
Hal ini sejalan dengan jurnal penelitian yang berjudul “Efektifitaas Muscle
Pumping dalam Meningkatkan Score APGAR pada Bayi Baru Lahir dengan
Asfiksia” menunjukkan hasil yaitu nilai Z hitung 4,508 dan Z tabel 2,021. Nilai p-
value= 0,001. Sehingga Z hitung > Z tabel dan p-value < 0,05. Kesimpulan
penelitian yaitu muscle pumping efektif dalam meningkatkan skor APGAR pada
20 bayi baru lahir dengan asfiksia.

Anda mungkin juga menyukai