Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada
By.Ny.R bayi baru lahir bahwa berat badan bayi lahir rendah, hal ini
berdasarkan hasil pemeriksaan obyektif 2095 gram dan termasuk dalam
kategori bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR). Terkait hal tersebut,
penulis menemukan beberapa cara untuk penatalaksanaan yang dapat
digunakan pada By. Ny.R.menjaga kehangatan tubuh bayi dengan
menganjurkan keluarga dan perawat diruangan menggunakan nesting.
Menurut teori Sondakh (2013) menjelaskan bahwa bayi baru lahir
normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan
berat lahir 2500-4000 gram. Sedangkan menurut IDAI BBLR adalah
kondisi dimana bayi baru lahir berat badannya kurang dari 2500 gram
tanpa melihat usia gestasi. Berdasarkan berat lahirnya, dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: BBLR (Berat bayi lahir rendah) <2500
gram, BBLSR (Berat bayi lahir sangat rendah) 1000-1500 gram, BBALRS
(Berat bayi lahir amat sangat rendah) <1000gram. Kondisi bayi Ny.R
termasuk pada BBLR.
Bayi berat lahir rendah mengalami kesulitan dalam beradaptasi
dan melakukan pertahanan yang kuat dengan ekstra uteri setelah lahir. Hal
ini disebabkan karena imaturnya sistem organ tubuh bayi seperti paru-
paru, ginjal, jantung, imun tubuh serta sistem pencernaan (Deswita, 2010).
Sulitnya bayi berat lahir rendah beradaptasi dengan lingkungan dan rentan
terkena stres menjadi faktor resiko kesakitan dan kematian (Syahreni,
2010).
Beberapa faktor yang menyebabkan BBLR, Penulis melakukan
analisis beberapa faktor penyebab BBLR yang terjadi pada By. Ny.R
menggunakan fishbone:
Methods Man
Persalinan dengan
induksi Ibu memiliki riwayat
hipertensi/ PEB

BBLR
Berat Bayi Lahir
Rendah

Lingkungan sekitar ibu


Usia Gestasi, KEK merokok yaitu suami
(Kurang Energi Kronis)
Environmen
Material
t

Gambar 4.1 Fishbone


BBLR dengan faktor risiko paritas terjadi karena ibu memiliki
riwayat hipertensi atau preeklamsi berat (PEB). Berdasarkan penelitian
Lestariningsih (2013) Ibu hamil dengan preeklampsia kemungkinan
berisiko 12,69 kali lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan
ibu hamil yang tidak preeklampsia. Preeklampsia berperan dalam kematian
intra-uterin dan mortalitas perinatal. Preeklampsia merupakan salah satu
faktor risiko terjadinya pertumbuhan janin yang lambat, BBLR,
dismaturitas dan prematuritas janin dan bahkan terjadi intra uterine fetal
death (IUFD). Ibu yang menderita preeklampsia akan mengalami disfungsi
vaskuler plasenta, yang dapat menyebabkan aliran darah ke plasenta
terganggu, sehingga kebutuhan janin akan nutrisi dan oksigen tidak
terpenuhi secara optimal. Keadaan tersebut mengakibatkan pertumbuhan
janin terlambat (Prawirohardjo, 2014).
Penanganan BBLR yang dilakukan yaitu dengan menganjurkan
keluarga atau perawat dengan penggunaan nesting. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan meminimalkan
dampak negatif yang ditimbulkan selama perawatan. Salah satunya dengan
menerapkan developmental care atau asuhan perkembangan. Prinsip-
prinsip developmental care meliputi keterlibatan keluarga, posisi dan
pemberian nesting, perawatan kulit, meminimalkan stres dan nyeri,
mengoptimalkan nutrisi, dan meningkatkan kualitas tidur (Altimier, 2011).
Pemasangan nesting atau sarang merupakan salah satu metode pengelolaan
lingkungan dalam developmental care. Beberapa penelitian tentang
manfaat nesting telah dilakukan didalam maupun diluar negeri.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saprudin (2018) yang
berjudul “Pengaruh Penggunaan Nesting Terhadap Perubahan Suhu
Tubuh Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi pada Bayi Berat Badan Lahir
Rendah di Kota Cirebon” Hasil penelitian menunjukan terdapat
peningkatan rerata suhu tubuh, saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada
BBLR setelah penggunaan nesting. Hasil penelitian terdapat perbedaan
suhu tubuh, saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada BBLR dengan
masing – masing p value < 0,05. Hasil penelitian menunjukan terjadi
peningkatan frekuensi nadi pada BBLR setelah 30 menit penggunaan
nesting.
Nesting ini bertujuan untuk mencegah hipotermi pada BBLR,
sebab bayi dengan berat lahir rendah sangat rentan terjadi hipotermi
dikarenakan tipisnya cadangan lemak di bawah kulit dan masih belum
matangnya pusat pengatur panas di otak (Zaviera, 2008). Kondisi
hipotermi tersebut menyebabkan perubahan sistem saraf pusat permanen
hingga akhirnya menyebabkan mortalitas. Bayi yang kedinginan
menghabiskan kalori untuk menghangatkan tubuh dan sebaliknya
melakukan upaya untuk menstabilkan suhu tubuh hingga normal. Kondisi
hipotermi menyebabkan konsumsi oksigen meningkat dan apabila tidak
terpenuhi menyebabkan situasi hipoksia dan menimbulkan takikardi atau
bradikardi sebagai respon terhadap penurunan oksigenasi (Wilkinson &
Green, 2012).

Anda mungkin juga menyukai