PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir By.
Ny. R di RSUD Dr. Tjitrowardojo Kabupaten Purworejo dengan BBLR dan
Respiratory Distress Syndrome, penulis melakukan penilaian prioritas masalah
dengan menggunakan USG (Urgency, Seriousness, Growth). Metode USG
merupakan salah satu cara menentukan urutan prioritas masalah dengan teknik
scoring 1-5 dan dengan mempertimbangkan tiga komponen dalam metode USG.
Dalam menentukan masalah dengan menggunakan metode USG ini, kami
lakukan dalam diskusi penentuan prioritas masalah sesuai kasus yang dikaji yakni
asuhan kebidanan pada BBL By Ny. R dengan BBLR dan Respiratory Distress
Syndrome.
PRIORITAS USG
U S G
NO MASALAH TOTAL
1 BBLR 4 5 5 14
2 Respiratory 5 5 5 15
Distress Syndrome
Keterangan :
5= sangat besar
4= besar
3=sedang
2=kecil
1=sangat kecil
Dari matriks di atas, kami dapat mengambil kesimpulan bahwa, masalah yang
akan diselesaikan diambil peringkat satu yaitu Respiratory Distress Syndrome.
Setelah menentukan prioritas masalah, kami menentukan faktor-faktor
penyebab munculnya masalah yang tentunya sudah kami diskusikan berdasarkan
kasus yang diambil menggunakan fish bone
Method Man
Perubahan - BBLR
- Premature
fisiologis paru
- Alveoli masih kecil
belum berkembang
- Produksi surfaktan
kurang sempurna
- Kelainan didalam
dan diluar paru
Respiratory
Distress
Syndrome
Menurut Leonardo, 2008 yaitu kematian bayi baru lahir lebih banyak
disebabkan oleh manajemen persalinan yang tidak sesuai dengan standar dan
kurangnya kesadaran ibu untuk menurunkan kematian bayi baru lahir dengan
gangguan pernafasan, persalinan harus dilakukan tenaga kesehatan yang memiliki
kemampuan dan ketrampilan manajemen asuhan pada bayi baru lahir karena
kemampuan dan ketrampilan ini digunakan setiap kali menolong persalinan. Hal
ini karena tenaga kesehatan akan bekerja sama dengan tim dan temannya untuk
menangani gangguan pernafasan dengan cara bersama-sama. Faktor lain yang
mendukung adalah dari alat yang kurang memadai. Menurut novita (2011) alat
yang digunakan dalam penanganan asfiksia yang kurang lengkap dapat
menghambat tenaga kesehatan saat melakukan penanganan gangguan pernafasan.
Berdasarkan kasus yang dikaji, penatalaksanaan yang dilaksanakan pada
Bayi Ny. R dengan BBLR dan Respiratory Distress Syndrome yakni penggunaan
CPAP sebagai alat bantu nafas. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Suriadi
dan Yulianni tahun 2010, yang menyebutkan bahwa tindakan untuk mengatasi
masalah kegawatan pernafasan salah satunya adalah: