Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir By.
Ny. R di RSUD Dr. Tjitrowardojo Kabupaten Purworejo  dengan BBLR dan
Respiratory Distress Syndrome, penulis melakukan penilaian prioritas masalah
dengan menggunakan USG (Urgency, Seriousness, Growth). Metode USG
merupakan salah satu cara menentukan urutan prioritas masalah dengan teknik
scoring 1-5 dan dengan mempertimbangkan tiga komponen dalam metode USG.
Dalam menentukan masalah dengan menggunakan metode USG ini, kami
lakukan dalam diskusi penentuan prioritas masalah sesuai kasus yang dikaji yakni
asuhan kebidanan pada BBL By Ny. R dengan BBLR dan Respiratory Distress
Syndrome.

PRIORITAS USG
U S G
NO MASALAH TOTAL
1 BBLR 4 5 5 14
2 Respiratory 5 5 5 15
Distress Syndrome

Keterangan :
5= sangat besar
4= besar
3=sedang
2=kecil
1=sangat kecil

Dari matriks di atas, kami dapat mengambil kesimpulan bahwa, masalah yang
akan diselesaikan diambil peringkat satu yaitu Respiratory Distress Syndrome.
Setelah menentukan prioritas masalah, kami menentukan faktor-faktor
penyebab munculnya masalah yang tentunya sudah kami diskusikan berdasarkan
kasus yang diambil menggunakan fish bone
Method Man

Perubahan - BBLR
- Premature
fisiologis paru
- Alveoli masih kecil
belum berkembang
- Produksi surfaktan
kurang sempurna
- Kelainan didalam
dan diluar paru

Respiratory
Distress
Syndrome

Masih minimnya Tidak lengkapnya


pengkajian riwayat sarana dan prasarana
baik kesehatan ibu
atau pemeriksaan
selama kehamilan
hamil, dll. Material Machine

Respirasi Distress Syndrome (RDS) atau Sindrom Distres Pernapasan


adalah sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada
bayi yang baru lahir dengan masa gestasi kurang (Malloy, 2009). Sindrom distres
pernapasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernapasan atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai hyalin
membrane diseaser (Suriadi & Yulianni, 2010).
Respiratory distress syndrome (RDS) merupakan kumpulan gejala yang
terdiri atas dispnea, frekuensi pernafasan yang lebih dari 60 kali permenit, adanya
sianosis, adanya rintihan pada saat ekspirasi (ekspiratory grunting), serta adanya
retraksi suprasternal, interkostal, dan epigastrium saat inspirasi. Penyakit ini
adalah penyakit membran hialin, dimana terjadi perubahan atau berkurangnya
komponen surfaktan pulmonal (zat aktif alveoli yang dapat mencegah kolaps paru
dan mampu menahan sisa udara pada akhir ekspirasi) (Hidayat, 2008).
Faktor predisposisi terjadinya sindrom gawat napas pada bayi prematur
disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga sulit berkembang. Pengembangan
kurang sempurna karena dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang
sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga
paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologis paru
sehingga daya pengembangan paru menurun 25% dari normal, pernapasan
menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat,
hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui bahwa
surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein, lipoprotein ini berfungsi
menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang
(Hasan, 2010).
Sindrom gawat napas biasanya terjadi jika tidak cukup terdapat suatu
substansi dalam paru-paru yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah suatu
substansi molekul yang aktif dipermukaan alveolus paru dan diproduksi oleh sel-
sel tipe II paru-paru. Surfaktan berguna untuk menurunkan tahanan permukaan
paru. Surfaktan terbentuk mulai pada usia kehamilan 24 minggu dan dapat
ditemukan pada cairan ketuban. Pada usia kehamilan 35 minggu, sebagian besar
bayi telah memiliki jumlah surfaktan yang cukup (Maryunani, 2009).
Menurut Suriadi dan Yulianni (2010) etiologi dari RDS yaitu:
1) Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka.
2) Alveoli masih kecil sehingga mengalami kesulitan berkembang dan
pengembangan kurang sempurna. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar
kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi
prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya
berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas.
3) Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkap dalam
proteinaceous filtrat serum (saringan serum protein), di fagosit oleh
makrofag.
4) Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram.
5) Adanya kelainan di dalam dan di luar paru. Kelainan dalam paru yang
menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks/pneumomediastinum,
penyakit membran hialin (PMH).
6) Bayi prematur atau kurang bulan. Diakibatkan oleh kurangnya produksi
surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22,
semakin muda usia kehamilan, maka semakin besar pula kemungkinan terjadi
RDS.

Menurut Leonardo, 2008 yaitu kematian bayi baru lahir lebih banyak
disebabkan oleh manajemen persalinan yang tidak sesuai dengan standar dan
kurangnya kesadaran ibu untuk menurunkan kematian bayi baru lahir dengan
gangguan pernafasan, persalinan harus dilakukan tenaga kesehatan yang memiliki
kemampuan dan ketrampilan manajemen asuhan pada bayi baru lahir karena
kemampuan dan ketrampilan ini digunakan setiap kali menolong persalinan. Hal
ini karena tenaga kesehatan akan bekerja sama dengan tim dan temannya untuk
menangani gangguan pernafasan dengan cara bersama-sama. Faktor lain yang
mendukung adalah dari alat yang kurang memadai. Menurut novita (2011) alat
yang digunakan dalam penanganan asfiksia yang kurang lengkap dapat
menghambat tenaga kesehatan saat melakukan penanganan gangguan pernafasan.
Berdasarkan kasus yang dikaji, penatalaksanaan yang dilaksanakan pada
Bayi Ny. R dengan BBLR dan Respiratory Distress Syndrome yakni penggunaan
CPAP sebagai alat bantu nafas. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Suriadi
dan Yulianni tahun 2010, yang menyebutkan bahwa tindakan untuk mengatasi
masalah kegawatan pernafasan salah satunya adalah:

Continuos Positive Airway Pressure (CPAP)


Continuos Positive Airway Pressure (CPAP) adalah merupakan suatu alat
untuk mempertahankan tekanan positif pada saluran napas neonatus selama
pernafasan spontan. CPAP merupakan suatu alat yang sederhana dan efektif untuk
tatalaksana respiratory distress pada neonatus. Penggunaan CPAP yang benar
terbukti dapat menurunkan kesulitan bernafas, mengurangi ketergantungan
terhadap oksigen, membantu memperbaiki dan mempertahankan kapasitas
residual paru, mencegah obstruksi saluran nafas bagian atas, dan mecegah kollaps
paru, mengurangi apneu, bradikardia, dan episode sianotik (Effendi & Ambarwati,
2014).
Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian dari Hosseini, et, al tahun
2012, dalam jurnal yang berjudul “Randomized Controlled Trial Of Two Methods
Of Nasal Continuous Positive Airway Pressure (N-CPAP) In Preterm Infants
With Respiratory Distress Syndrome: Underwater Bubbly CPAP Vs. Medijet
System Device” yang menyatakan bahwa penggunaan CPAP menghasilkan
peningkatan dalam kapasitas residual fungsional paru-paru. Namun meskipun
begitu, efektifitasnya bila dibandingkan dengan sistem MJ akan sama efektifnya
dengan B-CPAP dalam manajemen bayi dengan RDS. Pasien dalam kelompok
sistem MJ memiliki tingkat trauma hidung yang lebih rendah, tetapi perbedaannya
tidak signifikan.
Selain itu hasil penelitian lain yakni dari Wilson, et, al, tahun 2013, dalam
jurnal yang berjudul “A Randomized Clinical Trial Evaluating Nasal Continuous
Positive Airway Pressure for Acute Respiratory Distress in a Developing
Country” menyatakan bahwa CPAP mengurangi laju pernapasan pada anak-anak
dengan gangguan pernapasan dibandingkan dengan anak-anak yang tidak
menggunakan CPAP. Teknologi ini berhasil digunakan oleh perawat lokal. Tidak
ada komplikasi yang terkait penggunaannya. CPAP dipilih karena biaya rendah,
dan teknologi rendah. Hal tersebut merupakan metode yang aman untuk
mengurangi laju pernapasan pada anak-anak dengan gangguan pernapasan tidak
spesifik.
Penelitian Yuan Shi tahun 2019 dalam jurnal yang berjudul “Continuous Positive
Airway Pressure (CPAP) vs Noninvasive Positive Pressure Ventilation (NIPPV)
Vs Noninvasive High Frequency Oscillation Ventilation (NHFOV) As
Postextubation Support In Preterm Neonates Protocol For An Assessor-Blinded,
Multicenter, Randomized Controlled Trial” menjelaskan bahwa NHFOV lebih
berkhasiat daripada CPAP atau NIPPV untuk mengurangi kebutuhan IMV pada
neonatus yang lahir antara 25 dan 32 minggu kehamilan, setelah ekstubasi
pertama mereka dan sampai akhir mereka Debit NICU. Meskipun begitu
ketiganya masih digunakan di negara berkembang sebagai alat bantu nafas yang
efektif.
Secara umum penatalaksanaan pada pasien dengan respiratory distress
syndrome adalah:
1) Memperthankan stabilitas jantung paru yang dapat dilakukan dengan
mengadakan pantauan mulai dari kedalaman, kesimetrisan dan irama
pernafasan, kecpatan, kualitas dan suara jantung, mempertahankan kepatenan
jalan nafas, memmantau reaksi terhadap pemberian atau terapi medis, serta
pantau PaO2. Selanjutnya melakukan kolaborasi dalam pemberian surfaktan
eksogen sesuai indikasi.
2) Memantau urine, memantau serum elketrolit, mengkaji status hidrasi seperti
turgor, membran mukosa, dan status fontanel anterior. Apabila bayi
mengalami kepanasan berikan selimut kemudian berikan cairan melalui
intravena sesuai indikasi.
3) Mempertahankan intake kalori secara intravena, total parenteral nurition
dengan memberikan 80-120 Kkal/Kg BB setiap 24 jam, mempertahankan
gula darah dengan memantau gejala komplikasi adanya hipoglikemia,
mempertahankan intake dan output, memantau gejala komplikasi
gastrointestinal, sepertia danya diare, mual, dan lain-lain.
4) Mengoptimalkan oksigen, oksigenasi yang optimal dilakukan dengan
mempertahankan kepatenan pemberian oksigen, melakukan penghisapa lendir
sesuai kebutuhan, dan mempertahankan stabilitas suhu.
5) Pemberian antibiotik. Bayi dengan respiratory distress syndrome perlu
mendapat antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Dapat diberikan
penisilin dengan dosis 50.000-100.000 U/kgBB/hari atau ampisilin 100
mg/kgBB/hari, dengan atau tanpa gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari (Hidayat,
2008).

Anda mungkin juga menyukai

  • BAB V Asfiksia
    BAB V Asfiksia
    Dokumen2 halaman
    BAB V Asfiksia
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Bab V - V BBLR
    Bab V - V BBLR
    Dokumen4 halaman
    Bab V - V BBLR
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB V BBLR
    BAB V BBLR
    Dokumen2 halaman
    BAB V BBLR
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Asfiksia
    BAB IV Asfiksia
    Dokumen4 halaman
    BAB IV Asfiksia
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Asfiksia
    BAB IV Asfiksia
    Dokumen4 halaman
    BAB IV Asfiksia
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Kti
    Kti
    Dokumen105 halaman
    Kti
    putri alifa
    Belum ada peringkat
  • BAB V Fix
    BAB V Fix
    Dokumen2 halaman
    BAB V Fix
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB IV BBLR
    BAB IV BBLR
    Dokumen3 halaman
    BAB IV BBLR
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB IV BBLR
    BAB IV BBLR
    Dokumen3 halaman
    BAB IV BBLR
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Fix
    BAB IV Fix
    Dokumen5 halaman
    BAB IV Fix
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Asfiksia
    BAB IV Asfiksia
    Dokumen4 halaman
    BAB IV Asfiksia
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Dan V
    BAB IV Dan V
    Dokumen7 halaman
    BAB IV Dan V
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Bab 4 Peb
    Bab 4 Peb
    Dokumen8 halaman
    Bab 4 Peb
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen5 halaman
    Bab Iv
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB V Fix
    BAB V Fix
    Dokumen2 halaman
    BAB V Fix
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Pembatas Akseptor KB
    Pembatas Akseptor KB
    Dokumen7 halaman
    Pembatas Akseptor KB
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • LP Peb-1
    LP Peb-1
    Dokumen22 halaman
    LP Peb-1
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Makalah TM I NY. T TGL 30-09-20 Fix
    Makalah TM I NY. T TGL 30-09-20 Fix
    Dokumen67 halaman
    Makalah TM I NY. T TGL 30-09-20 Fix
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Ca Senam Nifas
    Ca Senam Nifas
    Dokumen9 halaman
    Ca Senam Nifas
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BERITA ACARA Tapka
    BERITA ACARA Tapka
    Dokumen2 halaman
    BERITA ACARA Tapka
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Critical Oxy
    Critical Oxy
    Dokumen5 halaman
    Critical Oxy
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat