PEMBAHASAN
A. Identifikasi Kasus
Penulis telah melaksanakan asuhan kebidanan perimenopause dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan memahami
penatalaksanaan yang dilakukan pada Ny. S. Pada kasus ini asuhan dilakukan
secara sistematis yaitu dengan menggunakan manajemen kebidanan SOAP.
Penulis melakukan pengkajian data subjektif dan data oibjektif. Data
subjektif yaitu diambil dengan cara melakukan wawancara dengan pasien
terkait identitas, keluhan, riwayat kesehatan, data kebutuhan pribadi, dan
memperhatikan hal-hal yang mencemaskan dari pasien. Data objektif
didapatkan dari pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. S.
Pada kasus Ny. S dari hasil anamnesa didapatkan bahwa ibu mengeluh
mengatakan terkadang gangguan mood mudah berubah dan mudah lelah. Ibu
juga mengatakan bahwa beliau juga kurang memahami dengan kondisinya
saat ini. Ibu memiliki 3 orang anak, dan yang terakhir masih berusia 2 tahun.
Menurut ARHP, 2008; Davis, 2004; NAMS, 2006; Zulkarnaen, 2003
salah satu gejala wanita perimenopause yaitu perubahan mood dan masalah
dengan konsentrasi. Hormon ovarium sangat berpengaruh karena rangsangan
kimiawi perifer secara umum mempengaruhi aktivitas neuronal. Perubahan
kadar estrogen dan progesteron dapat mempengaruhi neurotransmiter yang
mempengaruhi mood, tidur, tingkah laku dan kesadaran.
B. Prioritas Masalah
Beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan mood yang dialami
Ny. S antara lain : hormone, lingkungan, psikis, social-ekonomi, budaya &
lingkungan, paritas, dan aktifitas fisik. Berikut akan dianalisis faktor
penyebab masalah yang dialami Ny. S.
Terkait asuhan yang dilakukan pada Ny. S, penulis tertarik untuk
membahas dua masalah yang dialami klien yakni kurangnya pengetahuan
tentang perubahan saat menopause dan gangguan mood yang berubah-ubah.
U S G
Masalah Total
(Urgency) (Seriousness) (Growth)
C. Analisa Masalah
1. Perubahan Gangguan Mood
Gangguan mood yang timbul atau dialami pada Ny. S bias terjadi karena
beberapa factor. Berikut ini akan dijabarkan dan dijelaskan beberapa factor
yang mempengaruhi perubahan mood pada Ny. S usia 46 tahun, antara
lain yaitu :
Aktivitas Lngkungan
Paritas
Fisik
n
a. Psikis
Mubarak, (2012) perubahan-perubahan psikologik maupun
fisik ini berhubungan dengan kadar estrogen. Gejala yang menonjol
adalah berkurangnya tenaga dan gairah berkurangnya konsentrasi dan
kemampuan akademik, serta timbulnya perubahan emosi seperti
mudah tersinggung, susah tidur, rasa kesepian, ketakutan keganasan,
tidak sabar dan lain-lain. Perubahan psikis ini sangan berpengaruh
terhadap gangguan mood yang dialami selama masa perimenopause.
Dalam hal ini Ny. S kadang kurang berkonsentrasi dan mudah
tersinggung, sehingga hal tersebut menyebabkan perubahan mood pada
Ny. S.
b. Sosial Ekonomi
Mubarak, (2012) keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor
fisik, kesehatan dan pendidikan. Apabila faktor-faktor di atas cukup
baik, akan mengurangi beban fisiologis dan psikologik. Dalam kasus
ini Ny. S bekerja sebagai guru PAUD dan suami bekerja di pabrik.,
sehingga tidak ada masalah dalam perekonoian, masih cukup untuk
biaya hidup keluarganya. Jadi dalam hal ini status social-ekonomi
bukan menjadi factor penyebab gangguan mood.
c. Budaya-Lingkungan
Pengaruh budaya dan lingkungan sudah terbukti sangat
mempengaruhi wanita dalam penyesuaian diri dengan fase
klimakterium. Lingkungan merupakan factor pendukung dalam
menghadapi masalah yang dialami Ny. S. Dalam hal ini keluarga Ny. S
selalu mendukung ibu untuk segera membawa ke tenaga kesehatan jika
mengalami keluhan atau gejala yang mengganggu aktifitas sekolah.
d. Paritas
Wanita nullipara akan memasuki masa perimenopause lebih
awal dibandingkan dengan wanita multipara. Dari hasil sebuah
penelitian, diperkirakan usia perimenopause berkisar antara 46 sampai
50 tahun. Ny. S memiliki 3 orang anak, sehingga disebut sebagai
nullipara, dan dalam hal ini usia 46 tahun telah mengalami gejala
perimenopause.
e. Aktifitas Fisik
Tingkat aktifitas fisik berbanding terbalik dengan kadar
estradiol pada wanita di akhir transisi menopause. Tingkat aktifitas
juga berbanding terbalik dengan kadar hormon testoteron. Semakin
tinggi tingkat aktifitas fisik maka kadar estradiol dan testoteron pada
wanita yang mengalami masa transisi menopause akan semakin
rendah. Pada kasus ini Ny. S melakukan aktifitas rumah tangga,
bekerja di PAUD dan juga mengasuh 3 orang anaknya. Ny. S merasa
kecapekan dan mudah lelah sehingga menyebabkan mood ibu mudah
berubah-ubah. Ny. S juga jarang dan bahkan tidak pernah melakuka
olahraga kecil-kecil supaya bayinya juga sehat.
f. Hormon
Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap menyebabkan
tubuh secara perlahan menyesuaikan diri terhadap perubahan hormon,
tetapi pada beberapa wanita penurunan kadar estrogen ini terjadi secara
tiba-tiba dan menyebabkan gejala-gejala yang hebat. Hal ini sering
terjadi jika menopause disebabkan oleh pengangkatan ovarium
(Proverawati,2009).
D. Penatalaksanaan Masalah
Berdasarkan pengkajian pada kasus di atas didapatkan data bahwa Ny.
S usia 46 tahun dengan keluhan gangguan mood yang berubah-ubah. Factor
yang menyebabkan hal tersebut salah satunya kurangnya olahraga untuk
merileksasika tubuh dan merefresh laptop saya. Maka dari itu disini penulis
memberikan penatalaksanaan berupa senam aerobic Low Impact guna
meningkatkan kebugaran dan menurunkan gejala perimenopause sesuai kasus
di atas.
Bagi wanita premenopause, olahraga sangat banyak manfaatnya dan
bertujuan memelihara kesehatan, meningkatkan kebugarantubuh, mencegah
osteoporosis, menurunkan kecemasan, mengurangi depresi dan memperbaiki
mood (Miller, 2009). Menurut penelitian oleh M. Kus dengan judul Dampak
“Senam Aerobik Low Impact Terhadap Tingkat Kebugaran Dan Gejala
Premenopause” dihasilkan bahwa senam aerobiklow impact dapat
menurunkan gejala mudah lelah pada wanita premenopause. Hal ini telah
dijelaskan oleh Sugiharto (2010), bahwa orang yang terlatih lebih tahan
beraktifitas dan tidak cepat lelah dibandingkan dengan orang yang tidak
terlatih dikarenakan simpanan glikogen dalam otot lebih besar daripada orang
yang tidak terlatih.
Budayati (2010) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa
olahraga dengan intensitas sedang dan benturan ringan (low impact) sangat
dianjurkan untuk mendukung fisiologis reproduksi wanita premenopause.
Olahraga dapat merangsang seluruh sistem tubuh untuk berfungsi dengan
baik, di samping itu olahraga juga berperan sebagai perangsang diproduksinya
endorfin atau morfin tubuh yang memberikan rasa segar, nyaman dan
gembira, asalkan dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhan tubuh.