Anda di halaman 1dari 3

Nama: Alfisyah Nor Amalia

Nim: 180104020307
Lokal: BPI 18PKA
Mata Kuliah: Sosiologi Perkotaan-Pedesaan
Dosen Pengampu: Drs. H. Amal Fathullah, M. Pd. I,

Problematika Kota
1. Arus Urbanisasi yang Cepat
Meningkatnya kepadatan penduduk perkotaan membawa dampak yang sangat besar
kepada tingkat kenyamanan yang tinggi. Kedekatan jangkauan terhadap pusat-pusat
perekonomian di perkotaan, menjadikan daya tarik lain sehingga sebagian penduduk lebih
memilih tinggal di kota, meski mereka terpaksa tinggal di ruang yang sangat terbatas.
Akibatnya, area-area kumuh, dengan fasilitas kehidupan dan kebutuhan umum yang terbatas
menjadi semakin meluas.
2. Hilangnya Ruang Publik
Dalam praktiknya berbagai kepentingan dan fungsi perkotaan kerap harus
mengorbankan fungsi kota lainnya. Kota sebagai pusat pertumbuhan ekonomi tentu saja
memerlukan lahan bagi pengembangan ekspansi kepentingan tersebut. Persoalannya, ruang
dan wilayah perkotaan jumlahnya tetap, sehingga untuk kepentingan ekonomi tersebut harus
menggunakan ruang wilayah fungsi kota lainnya. Yang kerap dikorbankan adalah ruang-ruang
publik. Sarana olahraga, pendidikan kerap harus tersingkir oleh kepentingan ekonomi. Kasus
penggusuran sebuah sekolah di Kawasan Melawai Jakarta baru-baru ini, merupakan salah satu
contoh betapa sebuah kepentingan ekonomi harus mengorbankan fungsi kota lainnya, meski
itu juga penting, yakni pendidikan.
Pergeseran fungsi lahan atau penghilangan fungsi ruang publik, disadari atau tidak
menimbulkan dampak yang serius, ruang-ruang publik antara lain untuk keperluan olahraga
harus dikorbankan. Akibantnya, anak-anak muda kehilangan tempat untuk mengekspresikan
jiwa mudanya. Hidup di lingkungan dan ruang yang terbatas, tidak adanya sarana untuk
mengekpresikan diri, menimbulkan dampak sosial yang serius. Misalnya perkelahian pelajar,
salah satu penyebabnya adalah karena mereka kehilangan ruang publik tempat
mengekspresikan jiwa mudanya.
Para pelaku ekonomi cenderung melakukan investasi di daerah yang telah memiliki
konsentrasi penduduk tinggi serta memiliki sarana dan prasarana yang lengkap. Karena dengan
demikian mereka dapat menghemat berbagai biaya, antara lain biaya distribusi barang dan jasa.
Sebaliknya, penduduk akan cenderung datang kepada pusat kegiatan ekonomi karena di tempat
itulah mereka akan lebih mudah memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan.
3. Meningkatnya Kemacetan
Pertumbuhan jumlah kendaraan akibat pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya
pendapatan penduduk, membawa dampak bagi perkotaan. Masalah kemacetan lalu lintas
merupakan masalah yang tidak mudah dipecahkan oleh para pengambil kebijakan perkotaan.
Terbatasnya wilayah untuk memperluas jaringan jalan, merupakan kendala terbesar sehingga
penambahan ruas jalan yang dilakukan pemerintah tak dapat mengimbangi laju pertambahan
penduduk. Akibatnya persoalan kemacetan lalu lintas ini semakin lama semakin menjadi.
Persoalannya semakin pelik, ketika pemerintah tidak mampu menyediakan sarana
transportasi umum dan massal yang memadai, sehingga masyarakat lebih nyaman
menggunakan kendaraan pribadi dan akhirnya menjadikan masalah kemacetan ini makin
menjadi.
4. Polusi Udara/lingkungan
Menurut hasil studi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang
bekerjasama dengan Jerman, pada tahun 1991 luas kawasan kritis polusi udara di Pulau Jawa
sudah mencapai 7.800 km2, meliputi seluruh kota besar, kota sedang dan sebagian kota kecil.
Untuk tahun 2001, luas kawasan mencapai 17.300 km2, tahun 2011 diperkirakan mencapai
30.500 km2 dan tahun 2021 diperkirakan mencapai 50.600 km2 (lebih luas dari Propinsi DKI
Jakarta, Banten dan Jawa Barat).
Demikian pula dengan perkembangan industri dan teknologi mencemari lingkungan
dengan asap kenalpopt kendaraan bermotor, jelaga dari cerobong pabrik, dan air buangan
pabrik.
Pada umumnya akan menghasilkan pembuangan limbah atau zat pencemar lebih
banyak, dalam proses-proses industri dan pembuangan limbah padat dengan pembakaran
merupakan sumber utama dari pembuangan limbah zat-zat pencemar didaerah perkotaan.

Sampah plastik juga turut menambah permasalahan bagi lingkungan hidup karena tidak
hancur lebur dengan tanah seperti sampah daun atau sampah lainnya yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan. Akibat dari pembangunan kota dan perkembangan teknologi ini adalah timbulnya
pencemaran lingkungan yang berupa:
a. Pencemaran udara;
b. Pencemaran air;
c. Pencemaran tanah;
Akibat atau bahaya yang ditimbulkan oleh pencemaran lingkungan secara garis besar
merugikan manusia, terutama mereka yang tinggal di kota. Kota-kota di Indonesia dan
beberapa kota dunia, umumnya menjadi pelanggan penyakit menular seperti kolera, thypus,
sesak nafas dan lain-lain. Udara di kota menjadi panas dan berdebu.

Anda mungkin juga menyukai