Anda di halaman 1dari 30

BIMBINGAN KEAGAMAAN TERHADAP PENGHAPAL Al-

QUR’AN DI SMP TAHFIZH BILINGUAL DAARUL QUR’AN

ISTIQOMAH KECAMATAN PELAIHARI KABUPATEN TANAH

LAUT

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH :
HERLINDA
180104020213

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

BANJARMASIN

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 2

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 3

B. Fokus Masalah .................................................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7

D. Signifikansi Penelitian ...................................................................................... 7

E. Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 8

F. Definisi Operasional.......................................................................................... 9

G. Sistematika Penulisan ....................................................................................... 9

H. Kajian Teori .................................................................................................... 13

I. Metode Penelitian............................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA ....................................................................... 23

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................... 30

2
A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah firman Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad Saw dan merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan-Nya. Al-

Qur’an mencakup segala pokok-pokok syariat yang terdapat didalamnya

terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa

yang mempelajarinya dan mengamalkannya. Al-Qur’an menjadi kesimpulan dari

semua kitab suci yang pernah diturunkan kepada nabi-nabi dan rasul-rasul yang

diutuskan Allah sebelum Nabi Muhammad. Allah Swt telah memerintahkan kita

agar menjaga al-Qur’an dari pergantian dan perubahan. Allah berfirman:

ُ ‫اِنَّا ن َۡح ُن ن ََّز ۡلنَا الذ ِۡك َر َو ِانَّا لَهٗ لَحٰ ـ ِف‬
َ‫ظ ۡون‬
Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan

sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Q.S. Al Hijr ayat 9)

Pedoman hidup bagi umat Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Al-Qur’an

diturunkan dengan bahasa Arab yang terdiri dari 30 juz dan 114 surah di

dalamnya. Dalam Islam, orang yang menghapalkan Al-Qur’an disebut Hafidz

yang berarti penjaga, namun di Indonesia penyebutan untuk orang yang sedang

menghapal al-Qur’an sering disebut dengan penghapal al-Qur’an. Menghapal Al-

Qur’an merupakan salah satu cara untuk menjaga keaslian isi Al-Qur’an. Untuk

memahami isi kandungan Al-Qur’an yaitu dengan cara mempelajarinya seperti

tahsinul Qur’an (memperbaiki bacaan), makharijul huruf (cara pelafalan huruf

yang baik dan benar), tafsir (memahami makna) kemudian dapat menghapalkan

dan mengamalkannya dalam kemudian sehari-hari.

3
Menghapal Al-Qur’an adalah salah satu usaha dalam proses pemeliharaan

kemurnian al-Qur’an. Seseorang yang ingin menghapalkan al-Qur’an hendaknya

membaca al-Qur’an dengan benar terlebih dahulu. Dan dianjurkan agar sang

penghapal lebih dahulu lancar dalam membaca al-Qur’an. Kelancaran saat

membacanya akan cepat dalam menghapal al-Qur’an. Seseorang yang sudah

lancar membaca al-Qur’an pasti sudah tidak asing lagi dengan keberadaan ayat-

ayat al-Qur’an, sehingga tidak membutuhkan pengenalan ayat dan tidak membaca

terlalu lama sebelum menghapal.

Anak-anak merupakan penerus generasi sebelumnya yang diharapkan

membawa perubahan, sehingga pendidikan dan bimbingan keagamaan sejak dini

sangat penting. Dengan mengenalkan agamanya terlebih dahulu hingga mendidik

generasi muda untuk menjadi pencinta al-Qur’an yang ditanamkan sejak dini

dalam diri setiap muslim.

Bimbingan keagaman menjadi patokan awal untuk menghapal al-Qur’an,

bimbingan merupakan sebuah proses tolong menolong atau memberi bantuan

antara individu satu dengan yang lain untuk memahami diri mereka sendiri pada

potensi yang ada. Jika dilihat dari segi etimologi bahwa bimbingan merupakan

terjemahan dari “Guidance” yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti

menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang

bermanfaat bagi kehidupannya dimasa kini dan masa mendatang (Arifin, 1994:

1).

4
Bagi sebagian orang, menghapal menjadi suatu motivasi dan kebutuhan bagi

hidupnya. Namun setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Para

penghapal al-Qur’an tentunya ingin cepat menghapal, ingin hapalannya lancar dan

tidak mudah lupa. Untuk itu diperlukan adanya bimbingan al-Qur’an untuk

membantu orang yang kesusahan menghapal al-Qur’an. Dengan adanya

bimbingan keagamaan tersebut terhadap para penghapal al-Qur’an itu akan

menjadi terbantu dalam menghapal al-Qur’an dengan baik. Dalam aktivitas

bimbingan mencakup empat bidang sebagai berikut: bidang akademik, karir,

keluarga dan pribadi – sosial. Bimbingan al-Qur’an termasuk kedalam bimbingan

bidang akademik dengan tujuan untuk membantu para individu mengembangkan

potensi yang dimilikinya seperti membantu individu dalam menghapal al-Qur’an

dengan baik dan benar.

Motivasi yang diberikan tidak jauh beda dengan motivasi yang digunakan

Rasulullah Saw yang pasti tidak meyimpang dari ajaran Agama Islam. Agama

Islam adalah Agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad untuk

diteruskan kepada seluruh umat manusia yang mengandung ketentuan-ketentuan

ibadah muamalah (syariah), yang menentukan proses berfikir, merasa, berbuat,

dan proses terbentuknya kata hati (Ahmadi,1994:4).

Banyak terdapat kesulitan terhadap anak-anak yang baru memulai menghapal

al-Qur’an dikarena tidak memiliki tekat yang kuat serta masih proses

pembelajaran membaca al-Qur’an dengan benar dan lancar. Tidak terlepas dari

kendala dan problem yang dihadapi para penghapal al-Qur’an tersebut, untuk itu

diperlukan bimbingan membaca dan menghapal al-Qur’an sejak usia dini

5
sehingga ketika sudah dewasa hapalan sudah fasih membaca dan hapalan al-

Qur’an. Dan saat ini banyak anak-anak sekolah dasar yang sudah bisa menghapal

al-Qur’an dan menariknya anak-anak itu sudah lancar menghapal 2 sampai 3 juz

al-Qur’an diusia yang sebelia itu. Proses menghapal itu dilakukan baik dirumah

oleh orang terdekat seperti orang tua, tetapi tidak semua orangtua dapat

meluangkan waktu untuk membimbing anak mereka dalam menghapal al-Qur’an

dikarenakan banyak memiliki kesibukan sehingga tidak dapat membimbing

anaknya dan pada akhirnya orangtua mencari sekolah yang berbasis Islam serta

menyediakan proses pembelajaran menghapal al-Qur’an.

SMP Tahfizh Bilingual Daarul Qur’an Istiqomah yang berada di Kecamatan

Pelaihari Kabupaten Tanh Laut merupakan salah satu sekolah yang menaungi

siswanya dalam menghapal al-Qur’an dan salah satu lembaga pendidikan yang

menyelenggarakan bimbingan pembelajaran al-Qur’an. Dengan adanya

bimbingan tersebut dapat membantu para siswa dalam menghapal al-Qur’an.

Sehingga siswa mengalami peningkatan mulai dari semangat yang tinggi ingin

menghapal al-Qur’an serta kualitas hapalan yang baik yang dimiliki oleh para

siswa tersebut. Siswa yang termotivasi terlihat antusias dan semangat dalam

menghapal al-Qur’an. Sedangkan siswa yang tidak termotivasi terlihat kurang

bersemangat, tidak mau menghapal, kemudian menghapal al-Qur’an semaunya

tidak ada targetan yang ingin dicapai.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, peneliti tertarik

untuk mengkaji lebih dalam mengenai bagaimana bentuk-bentuk bimbingan

keagamaan serta kendala yang dihadapi dalam bimbingan keagamaan terhadap

6
penghapal Al- Qur’an di SMP Tahfizh Bilingual Daarul Qur’an Istiqomah

tersebut. Dengan demikian peneliti mengambil suatu judul penelitian

“Bimbingan Keagamaan Terhadap Penghapal Al-Qur’an Di SMP Tahfizh

Bilingual Daarul Qur’an Istiqomah Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah

Laut”

B. Fokus Masalah

Adapun yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana bentuk-bentuk bimbingan keagamaan terhadap penghapal Al-

Qur’an di SMP Tahfizh Bilingual Daarul Qur’an Istiqomah Kecamatan

Pelaihari Kabupaten Tanah Laut?

2. Apa saja yang menjadi kendala yang dihadapi dalam bimbingan

keagamaan terhadap penghapal Al-Qur’an di SMP Tahfizh Bilingual

Daarul Qur’an Istiqomah Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui serta mempelajari

yang menjadi dasar rumusan masalah pada penelitian ini sendiri, yaitu:

7
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk bimbingan keagamaan terhadap penghapal

Al-Qur’an di SMP Tahfizh Bilingual Daarul Qur’an Istiqomah Kecamatan

Pelaihari Kabupaten Tanah Laut.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam bimbingan keagamaan

terhadap penghapal Al-Qur’an di SMP Tahfizh Bilingual Daarul Qur’an

Istiqomah Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut.

D. Signifikansi Penelitian

1. Manfaat Akademisi

Dengan penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan

bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat keilmuan

dalam bimbingan keagamaan dalam meningkatkan menghapal Al-Qur’an.

2. Manfaat Praktisi

a. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperbaharui serta

mempraktikkan bimbingan keagamaan terhadap penghapal Al-Qur’an dan

dapat mencari pemecah permasalahan dari kendala-kendala yang dihadapi

dalam bimbingan keagamaan tersebut untuk meningkatkan kamampuan

menghapal Al-Qur’an.

b. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan

pengalaman, sehingga dapat mengamalkan ilmu tersebut.

8
E. Penelitian Terdahulu

Hasil dari penelusuran yang dilakukan, peneliti menemukan beberapa

penelitian yang relevan dengan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti. Dan

penelitian tersebut telah dilakukan oleh:

a. Skripsi yang disusun oleh Imariani, mahasiswi jurusan Bimbingan dan

Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri

Sunan gunung Djati Bandung tahun 2019, yang berjudul “Bimbingan Agama

Untuk Meningkatkan kemampuan Menghapal Al-Qur’an Melalui Metode

Tikrar” (Studi Deskriptif di SD Bintang Madani Bandung). Adapun hasil dari

penelitian ini diketahui membahas tentang model bentuk –bentuk bimbingan

agama guna meningkatkan kemampuan baca dan menghapal Al-Qur’an di SD

Bintang Madani Bandung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

deskriptif, yang dispesifikan berupa perbandingan tetap.

F. Definisi Operasional

Adapun untuk memperjelas pemahaman dan pengkajian dalam masalah yang

dibahas, maka dikemukan batasan pengertian istilah yang dipakai dalam

penelitian ini, yaitu sebagai beikut:

9
1. Bimbingan

Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance dalam

bahasa Inggris yang artinya menunjukkan jalan, memimpin, menuntun,

memberikan petunjuk, mengatur, mengarahkan, dan memberikan nasehat.1

Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk pengarahan

diri yang dibutuhkan untuk mendapatkan pemahaman dan melakukan

penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga serta

masyarakat. Bimbingan diberikan kepada individu agar dapat memahami

dirinya sendiri, hingga tercapai kebahagiaan hidup pribadi.

Bimbngan

Menurut United States Office of Education (Arifin, 2003), bimbingan

sebagai kegiatan yang terorganisir untuk memberikan bantuan secara

sistematis kepada peserta didik dalam membuat penyesuaian diri terhadap

berbagai bentuk problema yang dihadapinya. Dalam pelaksanaannya,

bimbingan harus mengarahkan kegiatannya agar peserta didik mengetahui

tentang diri pribadinya sebagai individu maupun sebagai anggota

masyarakat.2

2. Keagamaan

Kata “agama” berasal dari bahasa sanksakerta, serta terbentuk dari dua

akar suku kata yakni “a” yang berarti tidak, dan “gama” yang berarti kacau.

Hal ini mengandung pengertian bahwa agama adalah suatu peraturan yang

1
Siti Aisyah, Perkembangan Peserta Didik dan Bimbingan Belajar, (Yogyakarta: Deepublish, 2015)
2
Ibid.

10
mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau sesuai dengan aturan-aturan

yang ada didalamnya.3

Berdasarkan Kamus Pelajar SLTP Bahasa Indonesia, pengertian

agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa (Dewa, dsb) yang

mengatur cara hubungan manusia dengan Tuhan, cara berhubungan sesama

manusia, dan cara berhubungan manusia dengan makhluk lainnya.

Sedangkan, keagamaan adalah hal-hal dan segala sesuatu mengenai agama.4

Agama sebagai sistem yang menyeluruh mempunyai ajaran dan

memberikan dorongan terhadap niat batin dan nilai manusia secara terpadu.

Agama juga berfungsi sebagai bimbingan, tuntunan, peringatan, petunjuk,

pendorong motivasi hidup, pemberi solusi dan sarana hidup tenang dan

bahagia.

3. Bimbingan Keagamaan

Bimbingan keagamaan adalah usaha pemberian bantuan kepada orang

yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah yang menyangkut

kehidupan dimasa kini dan dimasa mendatang, bantuan tersebut berupa

pertolongan dibidang mental dan spiritual, agar orang yang bersangkutan

mampu mengatasi dengan kemampuan yang ada dirinya sendiri melalui

dorongan dengan kekuatan iman dan taqwanya kepada Allah SWT

(Arifin,1997 : 2).

3
Dadang Rahmad, Sosiologi Agama, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000 ), h. 13
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Pelajar SLTP, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2003), h. 6

11
Jadi, bimbingan keagamaan yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah

usaha pemberian bantuan berupa pertolongan dibidang mental dan spiritual

kepada para penghapal al-Qur’an yang mengalami kesulitan baik lahiriah

maupun batiniah menyangkut bimbingan Al-Qu’ran, shalat dan akhlak yang

dilakukan agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi dengan

kemampuan yang ada dirinya sendiri melalui dorongan dengan kekuatan

iman dan taqwanya kepada Allah SWT.

4. Tahfidz

Tahfidz yang berarti menghapal, menghapal dari kata dasar hapal yang dari

bahasa Arab hafidza - yahfadzu - hifdzan, yaitu lawan dari lupa, yaitu selalu

ingat dan sedikit lupa. Menurut Abdul Aziz Abdul Ra'uf definisi menghapal

adalah “proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar”.

Pekerjaan apapun jika sering diulang, pasti menjadi hapal.”5

5. Bilingual

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian bilingual

adalah mampu atau biasa memakai dua bahasa dengan baik; bersangkutan

dengan atau mengandung dua bahasa.6

Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia

disebut juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat

dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu berkenaan

dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosialinguistik

5
http://www.jejakpendidikan.com/2017/01/pengertian-tahfidz-al-quran.html
6
https://iniarif.wordpress.com/

12
secara umum, bilinguslisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh

seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian

(Mackey 1962:12, Fishman 1975:73).

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, yang berisikan tentang bagaimana latar belakang

masalah, fokus masalah, tujuan penelitian, signifikasi penelitian, penelitian

terdahulu, dan sitematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS, yang mencakup tinjauan teori tentang

permasalahan yang diteliti dan kerangka pemikiran.

BAB III METODE PENELITIAN, yang meliputi pendekatan dan jenis

penelitian, subjek dan objek penelitian, lokasi penelitian, data dan sumber data,

teknik pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan data.

H. Kajian Teori

1. Pengertian bimbingan keagamaan terhadap penghapal Al-Qur’an

Bimbingan keagamaan yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah

usaha pemberian bantuan berupa pertolongan dibidang mental dan spiritual

kepada para penghapal al-Qur’an yang mengalami kesulitan baik lahiriah

maupun batiniah menyangkut bimbingan Al-Qu’ran, shalat dan akhlak yang

13
dilakukan agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi dengan

kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui dorongan dengan kekuatan

iman dan taqwanya kepada Allah SWT.

2. Metode bimbingan keagamaan terhadap penghapal Al-Qur’an

Metode bimbingan yang diterapkan adalah sebagai berikut:

a. Metode Bimbingan Membaca Alquran

Metode bimbingan membaca Alquran ini dilaksanakan dengan

menggunakan metode Iqra dan setelah menyelesaikan semua jilid dari

buku Iqra barulah melanjutkan belajar dengan kitab suci Alquran. Cara

mengajarkan ilmu tajwid berlangsung ketika siswa belajar membaca

Alquran, seperti cara melafazkan huruf dan makhrijul huruf, bunyi bacaan,

panjang pendeknya dan lain sebagainya, dengan teknik mengelilingi

pengajar/guru mengaji, kemudian secara bergiliran satu persatu maju

kedepan pengajar dengan membawa Iqra dan kitab suci Alquran masing-

masing.

Bagi siswa yang sudah mendapatkan giliran mengaji tidak

diperbolehkan meninggalkan ruangan sampai semua siswa mendapat

giliran. Adapun sistem pembelajaran ini ada yang masih menggunakan

tahap Iqra, yang masih diajarkan tentang cara melafalkan huruf, makrijul

huruf, serta panjang pendeknya bacaan. Pada tahap sudah tamat Iqra yaitu

tahap belajar membaca kitab suci Alquran juga lebih ditekankan lagi

masalah tajwidnya (hukum bacaan), karena pada tahap inilah anak perlu

14
mengetahui dan dapat membaca Alquran dengan baik dan benar. Dan pada

tahap tahfiz (menghapal Alquran) anak dibimbing untuk menghapal dari

tingkat Juz Amma sampai seterusnya. Proses menghapal ini dimulai dari

bangku sekolah dasar nya sampai jenjang berikutnya, contohnya di SMP

nya yang dibahas di penelitian ini ataupun sudah terlebih dahulu memiliki

hapalan diluar bimbingan tersebut. Jadi, untuk hapalan akan berterus

menyambung ke hapalan-hapalan berikutnya.

Setelah ditugaskan menghapal, akan diberikan waktu/target hapalan

hingga batas waktu yang ditentukan untuk disetorkan kepada pembimbing.

Ada beberapa metode dalam menyetorkan hapalan dan pengoreksian

membaca Al qur’an, yaitu : secara individu atau satu-satu menyetorkan

hapalan dan bacaannya dan secara bekelompok yang dilakukan dengan

cara membuat bundaran yang didalamnya beberapa siswa dengan satu

pembimbing. Salah satu siswa menyetorkan hapalan maupun bacaannya

dan teman-teman yang lain mendengarkan dengan seksama dan sambil

mengoreksi bacaan maupun hapalannya yang diketuai pembimbing.

b. Metode Bimbingan Shalat

Metode bimbingan shalat ini diajarkan dengan cara pembiasaan.

Metode pembiasaan yaitu cara pembelajaran dengan memberikan

stressing atau tekanan terhadap suatu pelajaran.7 Pembimbing melatih

mempraktikkan tata cara shalat dengan benar dan juga menghapalkan

7
Abu Ahmadi., Drs., H., Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan. Cetakan I. Jakarta : Rineka
Cipta. 2005, h. 118

15
bacaan-bacaan shalat tersebut terhadap siswa. penghayatan makna bacaan

shalat akan mudah meresap dalam hati jika bacaan itu sudah hafal dengan

lancar. Dengan pembiasaan secara terus menerus dalam jangka waktu

yang terukur siswa terbukti dapat mengingat materi yang dihafalkan

karena juga dipraktikkan secara langsung di setiap 5 waktu shalat fardhu.

Pembimbing senantiasa membimbing dan mengingatkan setiap waktu

karena shalat dilaksanakan berjamaah, karena siswa di SMP Tahfidz

tersebut wajib full asrama.

Dengan melaksanakan sholat dapat memperkuat iman. Shalat yang

diamalkan dengan penuh penghayatan pasti dapat membentuk kepribadian

yang baik. Penghayatan makna shalat hanya dapat dicapai dengan

pembiasaan pengamalan shalat sejak dini. Pembiasaan shalat sejak usia

sekolah mesti dimulai dengan hafalan bacaan shalat secara utuh, artinya

tidak terpisah antara bacaan yang merupakan rukun shalat dan bacaan yang

sunat.

Para penghapal al-Qur’an/siswa di SMP Tahfidz tersebut sudah

memasuki usia remaja dan juga banyak yang sudah baliq maka shalat

wajib dilaksanakan dengan benar secara gerakan, bacaan maupun hati.

serta tugas pembimbing disini adalah memberikan bimbingan shalat dan

menuntun mengerjakan shalat dengan baik dn benar.

c. Metode Bimbingan Akhlak

Metode bimbingan akhlak ini diajarkan dengan cara memberikan

nasehat-nasehat bisa dalam bentuk ceramah, siraman rohani, maupun

16
dengan cara teguran. Bimbingan ini juga tidak lepas dari keteladanan

seorang pembimbing/pengajar untuk memberikan pelajaran yang baik,

karena siswa sangat mudah untuk meniru perilaku seorang

pembimbing/pengajarnya untuk berperilaku yang baik dan terpuji.

Memberikan bimbingan akhlak persiapan dalam belajar dan

menghapal Al-Qur’an sebelum memulai, hal-hal yang perlu diperhatikan

supaya al-Qur’an yang dihapal menjadi berkah untuk dirinya, mudah

untuk di hapal dan terpelihara didalam ingatan. Seperti yang di sampaikan

oleh Dr. Aiman Rusydi Swaid dalam bukunya Tajwid al-

Musawwar8 terkait dengan persiapan yang harus dipersiapkan oleh

penghapal, yaitu ikhlas niat dalam belajar dan menghapal al-qur’an karena

untuk mendapatkan ridha allah swt dan bukan balasan duniawi.

3. Bentuk-bentuk bimbingan keagamaan terhadap penghapal Al-Qur’an

Bimbingan keagamaan, khususnya bimbingan Al-Qu’ran, shalat dan

akhlak yang dilakukan di SMP, adalah sebagai beikut:

a. Bimbingan Membaca Alquran

Mengajarkan dan membimbing para siswa agar dapat membaca

Alquran dengan baik dan lancar, dengan menggunakan metode Iqra dan

setelah menyelesaikan semua jilid dari buku Iqra barulah melanjutkan

belajar dengan kitab suci Al-Qur’an. Bagi siswa yang telah menamatkan

juga tetap terus belajar dan mengulang untuk memantapkan tajwidnya.

8
Aiman Rusydi Swaid, Tajwid al-Musawwar, jld. 2., hal. 572.

17
Kegiatan pengajian atau belajar membaca Alquran dilaksanakan setiap

hari dengan teknik pelajaran siswa mengelilingi pengajar/guru mengaji,

kemudian secara bergiliran satu persatu maju kedepan pengajar dengan

membawa Iqra dan kitab suci Al-Qur’an masing-masing.

Bagi siswa yang sudah mendapatkan giliran mengaji tidak

diperbolehkan meninggalkan ruangan sampai semua siswa mendapat

giliran. Pengajaran tentang ilmu tajwid tidak ada waktu yang dikhususkan

melainkan pengajaran ilmu tajwid ini berlangsung ketika siswa belajar

mengaji langsung diajarkan tentang tajwidnya, seperti cara melafazkan

huruf dan makhrijul huruf, bunyi bacaan, panjang pendeknya dan lain

sebagainya. Untuk menanamkan kebiasaan agar siswa membaca Alquran,

maka selalu dibiasakan sehabis shalat magrib membaca surah Yasin,

Waqi‟ah, Al-Mulk dan Wiridul Latif sebelum shalat magrib.

Proses pembelajaran tingkat Iqra pembimbing memberikan

pelajarannya dengan cara mengenalkan huruf-huruf hijaiyah, makhrijul

hurufnya, lafal bacaanya, serta panjang pendeknya. Proses pembelajaran

pada tingkat Alquran pembimbing memberikan pelajarannya dengan cara

lebih menekankan lagi tentang cara yang sudah diterapkan pada

pembelajaran Iqra dengan ditambah lagi pembelajaran tentang hukum

bacaan dalam Alquran serta bagaimana cara membacanya dengan baik dan

benar.

Proses pembelajaran pada tingkat tahfiz, pembimbing mengarahkan

cara menghapalnya dengan sambil membenarkan bacaannya, bukan

18
berarti pada tingkat tahfiz ini hanya bagi anak yang sudah baik dan benar

dalam bacaan Alqurannya saja yang dapat menghapal tetapi sambil belajar

memperbaiki bacaan sambil diasah dalam menghapal al-Qur’an.

Bimbingan yang dilakukan dalam menghapal al-Qur’an.tersebut,

sambil memberikan pemahaman arti dari menghapal yang bukan hanya

sekedar menghapal tetapi juga mentadabburi isi al-Qur’an dan menjaga

hapalan yang ada agar tetap terjaga.

Makna mentadabburi al-Qur’an itu sendiri merupakan tuntunan yang

diperintahkan Allah, supaya manusia menghayati setiap pesan, perintah

dan larangan yang disampaikan-Nya di dalam al-Qur’an. Dengan

mentadabburi isi kandungan al-Qur’an salah satu bentuk pokus siswa

untuk semangat dalam menghapal karena dengan mentadabburi isi

kandungan al-Qur’an siswa akan lebih mengenal keesaan Allah SWT,

mengetahui keagungan, kekuasaannya dan kemuliaan-Nya serta

mengetahui kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh hamba-Nya

sehingga mereka akan melakukan kewajiban tersebut dan menjauhi segala

larangan yang dilarang oleh-Nya dan termotivasi untuk melaksanakan

kebaikan yang diperintahkan-Nya.

Untuk kegiatan muraja’ah dilakukan individual oleh para penghapal

al-Qur’an dan tugas pembimbing dalam hal ini memantau bacaan dan

hapalannya tetap terjaga. Muraja’ah itu sendiri memiliki artian suatu

kegiatan untuk menjaga hafalan supaya tidak hilang dan lupa, juga

bertujuan untuk memperbanyak membaca al-Qur’an.

19
Dari sini akan terlihat semangat dalam diri serta motivasi masing-

masing yang muncul untuk menghapal serta terus giat hingga timbulnya

rasa cinta terhadap Allah dan al-Qur’an. Disini pembimbing akan

memberikan pemahaman agama serta motivasi yang meningkatkan

semangat dalam belajar dan menghapal al-Qur’an.

b. Bimbingan Shalat

Bimbingan yang diberikan dalam hal ini untuk menjelaskan berbagai

cara dan ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan shalat berjamaah.

Setelah diberikan bimbingan kemudian siswa diperintahkan untuk

mempraktekkannya secara perorangan ataupun berkelompok yang telah

ditentukan, sementara pembimbing memperhatikan sambil membenarkan

jika dalam pelaksanaan tersebut terdapat kekeliruan. Tentang tata cara

gerakan shalat pengajar memberikan contoh dengan mempraktekkan

langsung cara gerakan shalat yang benar. Masalah yang menyangkut

bacaan dalam shalat pengajar memberikan bimbingan agar siswa dapat

menghapal bacaan shalat tersebut dengan baik dan lancar.

Kegiatan penghapalan bacaan shalat tersebut pengajar tidak terlalu

memaksakan agar semua siswa dapat menghapal sesuai dengan waktu

yang telah ditetapkkan, karena pengajar juga menyadari perbedaan yang

dimiliki dari masing-masing siswa. Dalam shalat ini yang menjadi imam

kadang kala pimpinan yayasan, ustadz maupun para habaib atau bisa juga

diserahkan kepada siswa yang sudah fasih dalam membaca bacaan shalat.

Muazzin juga diserahkan kepada siswa sesuai dengan daftar yang sudah

20
ditentukan. Karena melalui shalat berjamaah inilah siswa dapat

mempraktekkan pelajaran dengan melihat dan meniru gerakan shalat yang

benar. Menyangkut bacaan shalat pengajar memberikan bimbingan agar

siswa dapat menghapal bacaan shalat tersebut dengan baik dan lancar.

Kegiatan penghapalan itu dilakukan secara bertahap, Dalam proses

bimbingan shalat ini pembimbing memberikan pengajarannya dengan cara

langsung saja, baik itu shalat wajib, sunnat, maupun tata cara shalat

berjamaah, dan biasanya kegiatan bimbingan ini dilaksanakan sehabis

shalat Isya dan Subuh.

c. Bimbingan Akhlak

Dalam rangka memberikan bimbingan akhlak, yaitu pembimbing

siswa agar memiliki akhlak dan kebiasaan yang baik, diperlukan

kesabaran yang penuh dari pengajar dan dengan pendekatan kasih sayang

serta kewibawaan. Keteladan juga diberikan oleh pembimbing atau

pengajar, dimana pembimbing memberikan contoh teladan terlebih dahulu

dalam berakhlak yang sesuai dengan ajaran agama Islam dengan maksud

agar siswa dapat mencontoh perbuatan pembimbing tersebut, dalam

bentuk ini seorang pembimbing benar-benar memberikan contoh teladan

yang baik, bagaimana berakhlak yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

Baik akhlak kepada Allah swt. seperti beribadah kepada-Nya, dengan

penuh keikhlasan dan kekhusyuan, syukur atas nikmat yang telah

diberikan Allah swt. maupun akhlak kepada sesama makhluk seperti

menghargai dan menghormati orang lain, menjaga kelestarian lingkungan.

21
Bimbingan akhlak yang diberikan kepada siswa ada yang bersifat

langsung dan ada pula yang bersifat tidak langsung. Bimbingan akhlak

yang bersifat langsung dengan melalui ceramah yang diberikan setiap hari

setelah shalat Subuh yang disampaikan oleh pengajar. Materi akhlak yang

ditekankan adalah berkaitan dengan sikap dan tingkah laku siswa serta

kewajiban siswa. Pengajar mengajarkan kepada anak-anak agar selalu

bersifat sopan santun kepada orang yang lebih tua, lebih lagi kepada orang

tua mereka sendiri, walaupun mereka tidak ada lagi atau tidak tinggal

bersama lagi.

Pengajar mengajarkan kepada siswa agar menjadikan atau

mengganggap mereka sebagai orang tua atau keluarga sendiri yang harus

mereka hormati, taati, dan patuhi. Begitu pula halnya dengan teman-teman

yang berada di luar lingkungan, siswa harus bersikap sayang menyayangi

dengan saling membantu satu sama lain. Secara tidak langsung bimbingan

akhlak diberikan melalui disiplin, yaitu tata tertib asrama. Tata tertib ini

diterapkan semenjak siswa menjadi penghuni asrama tersebut.

Bimbingan akhlak terhadap penghapal al-Qur’an/siswa diterapkan

mulai dari adab-adab terhadap kitab suci al-Qur’an hingga penerapan atau

pengamalan di perilaku sehari-hari yang dibimbing oleh para

pembimbing.

22
4. Kendala yang dihadapi saat melakukan bimbingan keagamaan

Pemahaman dan kemampuan setiap anak ataupun manusia berbeda-

beda. Setiap mereka memiliki kelebihan dan kekurangan. Hambatan dalam

pemberiaan bimbingan keagamaan dari kurangnya minat baca dan kurang

semangat dalam belajar maupun menghapal. Serta banyak siswa yang belum

terbiasa dalam membaca Al-Qur’an.

I. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif yaitu

penelitian yang mengedepankan pengumpulan data atau realitas persoalan

dengan berlandaskan pada ungkapan apa-apa yang telah dieksplorasikan dan

diungkapkan oleh para responden dan data yang dikumpulkan berupa kata-

kata, gambar dan bukan angka-angka ( Moleong, 2005 : 11). Penelitian ini

mengkaji fenomena-fenomena yang terjadi dan mendeskripsikan apa adanya.

Dalam penelitian ini, pendekatan yang dilakukan penulis menggunakan

metode kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan yang jenis datanya

menggunaan non angka. Penelitian kualitatif lebih bersifat memberikan

deskripsi atau kategorisasi berdasarkan kondisi penelitian (Musfiqon,

2012:70). Dengan metode ini menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan (field

research) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung ke

23
lokasi penelitian tersebut untuk mencari data yang diperlukan. Penulis ingin

menggambarkan bagaimana bimbingan agama terhadap penghapal Al-Qur’an

di SMP Tahfidz Bilingual Daarul Qur’an Istiqomah Kecamatan Pelaihari

Kabupaten Tanah Laut dalam melaksanakan bimbingan keagamaannya.

2. Subjek dan Objek Penelitian/ Populasi dan Sampel Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah benda atau orang tempat data untuk variable

penelitian melekat oleh penulis untuk riset yang dilakukannya. Yang

menjadi subjek dalam penelitian ini adalah para penghapal Al-Qur’an di

SMP Tahfidz Bilingual Daarul Qur’an Istiqomah Kecamatan Pelaihari

Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan.

b. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah bimbingan

keagamaan terhadap penghapal Al-Qur’an di SMP Tahfidz Bilingual

Daarul Qur’an Istiqomah Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut

Provinsi Kalimantan Selatan.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini di SMP Tahfidz Bilingual Daarul Qur’an

Istiqomah Jalan Al Manar Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut.

Berdasarkan pertimbangan lokasi tersebut sangat menarik untuk diteliti, selain

itu subjek dan objeknya memungkinkan diteliti. Lokasi ini dipilih peneliti

karena lokasi tersebut terdapat Bimbingan Al-Qur’an yang dilakukan oleh

24
pembimbing Al-Qur’an dan lokasi tersebut merupakan lembaga yang memiliki

data-data yang dibutuhkan peneliti selama melakukan penelitian.

4. Data dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah data

kualitatif. Jenis data yang dikumpulkan penulis yaitu :

1) Data tentang konsep bentuk-bentuk bimbingan agama untuk

meningkatkan kemampuan menghapal Al-Qur’an.

2) Data tentang proses pelaksanaan bimbingan agama untuk

meningkatkan kemampuan menghapal Al-Qur’an .

3) Data tentang kendala-kendala dalam bimbingan agama untuk

meningkatkan kemampuan menghapal-Qur’an .

b. Sumber Data

Adapun sumber data yang diperoleh adalah :

1) Untuk mendapatkan data tentang bentuk-bentuk bimbingan agama

untuk meningkatkan kemampuan menghapal Al-Qur’an yang didapat

dari kepala sekolah sebagai sumber data primer, dan sumber data

sekunder dari pembimbing Al-Qur’an .

2) Untuk mendapatkan data tentang proses pelaksanaan bimbingan

agama untuk meningkatkan kemampuan menghapal Al-Qur’an yang

didapat dari pembimbing atau guru Al-Qur’an sebagai sumber data

primer.

25
3) Untuk mendapatkan data tentang kendala-kendala dalam bimbingan

agama untuk meningkatkan kemampuan menghapal Al-Qur’an yang

di dapat dari pembimbing atau guru Al-Qur’an sebagai sumber data

primer

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam peneltian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik. Dan teknik

yang dilakukan penulis diantaranya :

a. Observasi

Menurut M.Q Patton (Nasution, 2003: 59) obsevasi berupa deskripsi

yang factual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan

manusia, dan situasi sosial, serta konteks kegiatan-kegiatan itu terjadi.

Data itu diperoleh berkat adanya peneliti dilapangan dengan mengadakan

pengamatan secara langsung.

Observasi dilakukan untuk memperoleh data dengan cara mengamati

kondisi objektif, keadaan lingkungan di SMP Tahfidz Bilingual Daarul

Qur’an Istiqomah, observasi ini dilakukan dengan cara mengamati secara

langsung proses bimbingan menghapal Al-Qur’an.

b. Wawancara Menurut sudjana (Satori, 2010 : 129-130) wawancara adalah

proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak

penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab

(interviewee). Dengan teknik ini, peneliti melakukan wawancara langsung

dan menyiapkan pertanyaan untuk ditanyakan kepada pihak sekolah

dengan tujuan memperoleh data dan informasi tentang masalah yang

26
sedang penulis teliti. Wawancara itu dilakukan dengan pihak sekolah

diantaranya Kepala sekolah, guru pembimbing Al-Qur’an serta beberapa

siswa-siswi di SMP Tahfidz Bilingual Daarul Qur’an Istiqomah mengenai

Bimbingan agama untuk meningkatkan kemampuan menghapal Al-

Qur’an.

c. Dokumentasi Menurut Nasution (2003:85) Dokumentasi yaitu terdiri dari

tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat, dan dokumen resmi.

Dokumentasi ini menyajikan data-data tentang keadaan dan aturan di SMP

Tahfidz Bilingual Daarul Qur’an Istiqomah. Dan dapat dimanfaatkan

untuk melengkapi data dalam rangka menjawab pertanyaan dalam

penelitian tentang bimbingan agama untuk meningkatkan kemampuan

menghapal Al-Qur’an.

d. Angket

Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan

pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden.

Angket merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang diri

pribadi atau hal-hal yang ia ketahui.9

Dengan angket ini dapat menelaah data-data tentang keadaan dan

kemampuan siswa di SMP Tahfidz Bilingual Daarul Qur’an Istiqomah.

Dan dapat dimanfaatkan untuk melengkapi data dalam rangka menjawab

9
https://id.wikipedia.org/

27
pertanyaan dalam penelitian tentang bimbingan agama untuk

meningkatkan kemampuan menghapal Al-Qur’an.

6. Analisis Data

Setelah menempuh beberapa langkah data seperti yang disebutkan

diatas, maka selanjutnya adalah menganalisis data, data yang terkumpul

disajikan dalam bentuk uraian secara deskriptif kualitatif (memberikan

gambaran atau melukiskan terhadap data yang sudah diuraikan), sehingga data

yang sudah disesuaikan dapat dipahami sebagaimana mestinya

28
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Aisyah, Siti. 2015. Perkembangan Peserta Didik dan Bimbingan Belajar.

Yogyakarta: Deepublish

Rahmad, Dadang. 2000. Sosiologi Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya. h. 13

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Pelajar SLTP. Jakarta: Pusat

Bahasa. h. 6

Ahmadi, Abu., Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka

Cipta. h. 118. Cetakan I.

Swaid, Aiman Rusydi. Tajwid al-Musawwar. hal. 572, jld. 2.


http://www.jejakpendidikan.com/2017/01/pengertian-tahfidz-al-Qur’an .html
https://iniarif.wordpress.com/
https://id.wikipedia.org/

29
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Herlinda lahir di Kelurahan Sarang Halang Kecamatan Pelaihari Kabupaten

Tanah Laut Provindi Kalimantan Selatan, pada tanggal 17 Desember 1999, anak

sulung dari 4 bersaudara dari pasangan Bapak Pirhani dan Ibu Marlinah. Penulis

dilahirkan dari sosok orang tua yang sederhana, mereka adalah sosok yang luar biasa

dalam kehidupan ini dengan penuh kasih sayang dan ketulusan, merawat,

membesarkan, mendidik, memfasilitasi serta tak pernah pupus selalu mendoakan

anak-anaknya. Penulis mulai menempuh bangku pendidikan di usia 4 tahun di yayasan

Tk Bina Ilmu Kelurahan Sarang Halang tamat pada tahun 2002, kemudian melanjutkan

pendidikan kejenjang sekolah dasar di SDN Sarang Halang Kecamatan Pelaihari tamat

pada tahun 2011, kemudian melanjutkan kejenjang sekolah menengah pertama di

SMPN 2 Pelaihari Kelurahan Angsau Gagas Permai Kawasan Perkantoran Pelaihari

tamat pada tahun 2014, kemudian melanjutkan kejenjang sekolah menengah keatas di

SMKN 1 Pelaihari dengan mengambil jurusan akuntansi bertempat Kelurahan Angsau

Gagas Permai Kawasan Perkantoran tamat pada tahun tamat pada tahun 2017.

Setelah lulus dari SMK, Penulis tidak lagsung melanjutkan studinya kejenjang

perkuliahan tetapi bekerja sebagai Admin sekaligus Intruktur Komputer di tempat

kursus LKP Communicative Center selama 1 tahun. Pada tahun 2018, Penulis berhenti

bekerja untuk melanjutkan pendidikannya yang tertunda sebelumnya. Penulis

melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin pada

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan mengambil studi dibidang sosial yaitu

jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.

30

Anda mungkin juga menyukai