ORGANIZING
Oleh :
Kelompok 1
Herlinda 180104020213
Hadi Subahani 180104020306
M. Ajrun Karim
Nur Azmi 180104020251
Risna Wilda
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Perorganisasian dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Raden
Yani Gusriani selaku dosen mata kuliah Dasar Dasar Manajemen yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita bersama. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri dan maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
PENYUSUN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................3
BAB I.....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................................5
A. PENGERTIAN ORGANISASI..................................................................................................5
B. TUJUAN, FUNGSI DAN MANFAAT ORGANISASI............................................................7
C. PROSES PENGORGANISASIAN PADA ORGANISASI.......................................................9
D. ANALISIS LINGKUNGAN ORGANISASI...........................................................................12
E. UKURAN, UNSUR ORGANISASI DAN FASE ORGANISASI...........................................14
F. PERANCANGAN STRUKTUR ORGANISASI.....................................................................19
G. PERUBAHAN ORGANISASI.................................................................................................21
BAB III................................................................................................................................................24
PENUTUP............................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berorganisasi adalah kodrat alamiah manusia yang pada hakikatnya manusia adalah
makhluk sosial, ia tidak akan mampu hidup tanpa manusia lainnya yang ada disekitarnya.
Manusia sendiri memerlukan komunitas untuk berinteraksi guna memenuhi hidupnya.
Manusia sebagai makhluk individual yang memiliki dua misi di dunia yaitu misi dimensi
vertikal berupa ketunduakan kepada ssang khalik dan misi dimensi horizontal berupa
hubungan antara manusia dengan alam lingkungan. Dimensi horizontal lah yang
mencerminkan dimasa manusia menjadi kontrol sosial bagi dirinya dengan lingkungan
masyarkatnya. Maka manusia berperan dalam sebuah gerakan yang disebut organisasi,
karena merupakan wadah untuk memakmurkan dunia.
Kekuatan suatu organisasi terletak pada kerja sama, bukan perbedaan untuk satu
kepentingan atau kepuasan individual, tetapi kerja sama itulah wujud keberadaan dari
organisasi yang di dalamnya terdapat bermacam manusia (multicultural) dimana mereka
membutuhkan hidup berkelompok bermasyarakat bergotong royong sesuai dengan
tingkat kebudayaan dan peradaban manusia itu sendiri. Dengan adanya kerja sama yang
teratur maka tujuan akan mudah dicapai, kebutuhan pun akan terpenuhi sehingga dapat
melaksanakan pekerjaan berdaya guna dan menghasil guna.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian organisasi ?
2. Bagaimana tujuan, fungsi dan manfaat organisasi ?
3. Bagaimana proses pengorganisasian pada organisasi ?
4. Bagaimana analisis lingkungan organisasi ?
5. Bagaimana ukuran, unsur dan fase organisasi ?
6. Bagaimana perancangan struktur organisasi ?
7. bagaimana perubahan organisasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ORGANISASI
Organisasi berasal dari bahasa Yunani Organon, yang berarti “alat” (tool). Kata ini
masuk ke bahasa Latin, menjadi organizatio dan kemudian ke bahasa Prancis (abad ke-
14) menjadi organisation. Pengertian awalnya tidak merujuk pada benda dan proses,
melainkan tubuh manusia atau makhluk biologis lainnya. Tidak sama dengan alat
mekanis, organon terdiri dari bagian-bagian yang tersusun dan terkoordinasi hingga
mampu menjalankan fungsi tertentu yang secara dinamis. Tangan manusia atau kaki
seekor belalang memiliki kesamaan dalam hal fungsi gerak yang dinamis ini. Jadi,
organon merujuk pada keteraturan atau susunan tertentu yang memungkinkan suatu
fungsi dijalankan oleh tubuh atau makhluk hidup. Pengertian ini masih tersisa sampai
sekarang.
Kata organ tubuh ”organik”, serta organisme biasanya selalu mengacu kepada
makhluk hidup. Belakangan, kata ini dipergunakan untuk menggambarkan penyusunan
dan pengelolaan berbagai aktivitas manusia (baik dengan institusi/lembaga maupun
tidak), yang bertujuan menjalankan suatu fungsi atau maksud tertentu. Inilah “organisasi”
dalam pengertian modern.
Karakteristik utama organisasi dapat diringkas sebagai 3-P, yaitu: Purposes, People,
dan Plan (Gerloff, 1985: 6). Sesuatu tidak disebut organisasi bila tidak memiliki tujuan
(purposes), angggta (people), dan gencana (plan). Dalam aspek “rencana” terkandung
semua ciri lainnya, seperti sistem, struktur, desain, strategi, dan proses, yang seluruhnya
dirancang untuk menggerakkan unsur manusia (people) dalam mencapai berbagai tujuan
yang telah ditetapkan. Hampir semua definisi organisasi berbicara tentang ketiga hal ini
secara berkaitan.
Organisasi adalah suatu entitas sosial yang secara sadar terkoordinasi, memiliki
suatu batas yang relatif dapat diidentifikasi, dan berfungsi secara relatif kontinu
(berkesinambungan) untuk mencapai suatu tujuan atau seperangkat tujuan bersama.
Dapat diartikan juga organisasi adalah suatu perkumpulan yang anggotanya terdiri
dari atas beberapa orang yang melakukan kerja sama dalam upaya mencapai tujuan
bersama.
Tabel 1.1 Organisasi Sebagai Manifestasi Dinamika Proses Administrasi dan Manajemen
Sumber: Edwin A. Gerloff, Organizational Theory and Design, McGraw-Hill: New York, 1985, h. 9.
2. Fungsi Organisasi
Organisasi profesi kependidikan berfungsi sebagai pemersatu seluruh anggota
profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya, dan memiliki fungsi
peningkatan kemampuan profesional profesi ini.
a) Fungsi Pemersatu.
Abin Syamsuddin, 1999 : 95, yaitu dorongan yang menggerakkan para profesional
untuk membentuk suatu organisasi keprofesian. Motif tersebut begitu bervariasi, ada
yang bersifat sosial, politik ekonomi, kultural, dan falsafah tentang sistem nilai. Abin
Syamsuddin, 1999 : 95), yaitu motif intrinsik dan ekstrinsik. Secara intrinsik, para
profesional terdorong oleh keinginannya medapatkan kehidupan yang layak, sesuai
dengan tugas profesi yang diembannya, bahkan mungkin mereka terdorong oleh
semangat menunaikan tugasnya sebaik dan seikhlas mengkin. Secara ekstrinsik
mereka terdorong oleh tmntutan masyarakat pengguna jasa suatu profesi yang semakin
hari semakin klompleks. Kedua motif tersebut sekaligus merupakan tantangan bagi
pengemban suatu profesi, yang secara teoritis sangat sulit dihadapi dan diselesaikan
secara individual. Kesadaran atas realitas ini menyebabkan para profesional
membentuk organisasi profesi. Demikian pula organisasi profesi kependidikan ,
merupakan organisasi profesi sebagai wadah pemersatu pelbagai potensi profesi
kependidikan dalam menghadapi kopleksitas tantangan dan harapan masyarakat
pengguna pengguna jasa kependidikan. Dengan mempersatukan potensi tersebut
diharapkan organisasi profesi kependidikan memiliki kewibawaan dan kekuatan dalam
menentukan kebijakan dan melakukan tindakan bersama, yaitu upaya untuk
melindungi dan memperjuangkan kepentingan para pengemban profesi kependidikan
itu sendiri dan kepentingan masyarakat pengguna jasa profesi ini.
b) Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional
Menurut Johnson (Abin Syamsuddin (1999 : 72) kompetensi dibangun oleh 6
perangkat kompetensi berikut ini :
i. Performance
ii. Subject
iii. Professional
iv. Process
v. Adjustment
vi. Attidudes
3. Manfaat organisasi
a) Menambah wawasan dan pengalaman
b) Mengetahui dan mengembangkan bakat
c) Menambah teman
d) Mudah bergaul
e) Melatih diri mandiri
f) Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat
g) Menimbulkan kepercayaan diri daan tidak mudah mengeluh
f. Upay-upaya yang difokuskan yang berkaitan dengan sasaran-sasaran secara logis dan
efisien.
iv. Merumuskan wewenang dan tanggung jawab serta beban tugas masing-masing pejabat
pada setiap unit.
v. Menentukan jalur komunikasi, wewenang dan tanggung jawab serta aliran kerja yang
menjamin terciptanya koordinasi yang efektif
vi. Menyusun staff (staffing). Merumuskan tentang persyaratan khusus yang harus dipenuhi
untuk memilih persoalan yang akan memangku jabatan. (the right man on the right place)
ORGANISASI
KOMPETITOR
PEMERINTAH TERKAIT
PARTNER PELANGGAN
KELOMPOK-KELOMPOK
KEPENTINGAN/ORMAS
Analisis jaringan biasanya bersifat fungsional, artinya digunakan oleh para manajer
atau administrator untuk menetapkan hubungan antara organisasi dengan aktor-aktor lain
dalam lingkungan. Biasanya, aktor-aktor tersebut didefinisikan dalam bentuk organisasi-
organisasi juga, sehingga analisis ini disebut analisis jaringan antar-organisasi. Gunanya
terutama adalah untuk kepentingan menyusun strategi organisasi. Analisis jaringan, yang
dalam hal ini adalah sebuah organisasi bisnis. Melalui analisis semacam ini, organisasi
tersebut dapat melihat posisinya dan menentukan tingkat hubungan yang harus dijaga
dengan organisasi-organisasi lain yang terkait dengannya.
Bentuk hubungan itu sendiri bermacam-macam. Ada yang bersifat relatif permanen
dan jangka panjang (misalnya hubungan dengan supplier atau partner-partner bisnis), ada
pula yang berubah-ubah, bersifat sementara, atau jangka pendek (seperti hubungan dengan
pelanggan, yang bisa berlangsung satu kali, beberapa kali, atau berulang-ulang secara
kontinu). Ada hubungan yang bersifat kerja sama, ada yang bersifat persaingan atau pe
rbedaan kepentingan (hubungan dengan pesaing dan serikat buruh), tetapi ada pula yang
berbentuk regulatif (hubungan dengan badan-badan pemerintah yang menetapkan
peraturan, pajak, dan lain-lain yang harus dipatuhi.
Analisis stakeholders yang dewasa ini kerap dilakukan organisasi sebenarnya juga
berpijak dari analisis jaringan sebagaimana digambarkan di atas. Dalam hal ini, organisasi
mencoba untuk mendefinisikan dan mengatur hubungannya dengan aktor-aktor terpenting
dalam lingkungannya, sedemikian rupa sehingga terlihat dampaknya terhadap pencapaian
berbagai tujuan organisasi. Biasanya hal ini berguna ketika kita menyusun visi=misi
organisasi dan perencanaan program kegiatan yang harus dilakukan untuk memenuhi visi-
misi tersebut.
Fase Entrepreneurial
Fase ini dimulai ketika organisasi didirikan. Biasanya ukuran organisasi masih
kecil, dalam arti anggota-anggotanya masih sangat sedikit dan pengelola
organisasi dengan mudah dapat mengontrol aktivitas-aktivitas organisasi. Dengan
pengelolaan yang dilakukan secara langsung dan personal ini, para anggota mudah
mengetahui apa yang diharapkan dari mereka karena mendapat umpan balik dan
pengawasan secara langsung. Pada fase ini, biasanya pemilik adalah sekaligus
pengelola. Selain itu, fase ini dicirikan oleh kreativitas yang tinggi dan
tujuantujuan yang ambigu, di mana organisasi seolah-olah masih mencari bentuk.
Pada fase ini tidak sedikit organisasi yang gagal. Seperti contoh, banyak
perusahaan kecil yang tutup atau berhenti menjalankan usaha pada fase ini. Ketika
aktivitas organisasi meluas, biasanya penggagas atau entrepreneur membutuhkan
pengelola profesional untuk menangani aktivitas-aktivitas yang makin kompleks.
Hal ini menimbulkan krisis dalam organisasi, disebut krisis kepemimpinan
(leadership crisis), karena pengelola tidak mampu lagi sendirian atau secara
personal mengendalikan aktivitas organisasi.
Fase Kolektivitas
]ika krisis ini berhasil dilewati, maka organisasi masuk ke fase kolektivitas.
Tugas manajemen profesional yang menggantikan kepemimpinan entreperenur
tersebut adalah membangun integrasi kolektif di antara bagian-bagian yang telah
terdiferensiasi di dalam organism Artinya, organisasi mulai diperjelas struktur dan
fungsi-fungsinya. Visi-misi organisasi tidak lagi ambigu, melainkan telah
diklarifikasi secara lebih jelas arah dan tujuannya. Akan tetapi) komunikasi dan
struktur dalam organisasi secara umum masih bersifat informal. Kreativitas dan
inovasi masih menjadi ciri yang dominan.
Di ujung fase kolektivitas, sekali lagi terjadi krisis. Kali ini adalah krisis
otonomi (autonomy Crisis). Bagian-bagian tertentu dalam organisasi mulai
merasa perlu wewenang yang lebih besar untuk mengelola aktivitasnya dan tidak
bersedia lagi dikontrol melalui pengambilan keputusan yang terpusat. Para
pengelola terbiasa menjalankan keputusan secara sentralistis pada fase ini,
sehingga biasanya sulit untuk memulai desentralisasi. Padahal, organisasi teruS
mengalami diferensiasi yang makin rumit dan kompleks sehingga sulit untuk
ditangani secar;l sentralistis. Inilah yang menimbulkan krisis dalam organisasi.
Fase Delegasi
Fase berikutnya, jika krisis otonomi bisa dipecahkan, maka organisasi
masuk pada fase delegasi. Di sini organisasi mulai mendelegasikan keputusan-
keputusan ke bawah. Struktur Organisasi mulai diformalisasi dengan aturan-
aturan dan prosedur yang lebih formal, dengan tujuan mempertahankan efisiensi
dan stabilitas organisasi. Lebih lanjut, ketika organisasi mengalami pertumbuhan
yang lebih kompleks, maka terjadi lagi krisis baru, yaitu krisis kontrol (control
crisis). Artinya, desentralisasi pengambilan keputusan menyebabkan pengelola
organisasi kehilangan atau berkurang kemampuannya Untuk mengontrol
keseluruhan organisasi. Aktivitas-aktivitas yang telah terdesentralisasi itu makin
beragam dan kompleks, sehingga tidak dapat terpantau secara detail oleh
pengelola organisasi.
Fase Pormalisasi
Krisis ini melahirkan bentuk organisasi yang lebih formal lagi, di mana
sistem perencanaan, akunting, informasi, dan pelaporan formal mulai diterapkan.
Dengan perkataan lain, pada fase ini cara-cara kontrol birokratik mulai diterapkan.
Dengan melakukan standardisasi terhadap berbagai aktivitas, maka organisasi
dapat dikontrol secara lebih efisien dan efektif. Sampai pada suatu ketika, kontrol
birokratik yang makin detail dan rumit menyebabkan gejala overbureaucracy atau
birokrasi yang berlebihan. Organisasi menjadi tidak efektif dan efisien lagi, serta
berkurang daya adaptasinya terhadap perubahan-perubahan lingkungan. Hal ini
menimbulkan krisis yang disebut krisis birokratik ( red-tape crisis).
Krisis inilah yang menyebabkan birokrasi mendapat nama j elek,
sebagaimana dijelaskan di atas. Padahal yang salah sebenarnya bukan
birokrasinya, melainkan situasi organisasi itu sendiri yang tidak memungkinkan
kontrol birokratik dijalankan secara efektif. Lebih buruk lagi, berkurangnya
kemampuan kontrol dari mekanisme birokratik biasanya direspons oleh para
pengelola organisasi dengan menambah aturan-aturan dan prosedur yang justru
lebih ketat. Hal ini memperparah krisis di dalam organisasi.
Fase Kolaborasi
Jika krisis tersebut bisa dilewati dengan selamat, maka organisaSi akan
menuju fase kolaboraSi. Pada fase ini organisasi mencoba mengatasi cara kerja
birokrasi yang terlalu rasional dan impersonal, dengan mengembangkan kerja tim.
Tugas-tugas yang telah terpecah-pecah dalam diferensiasi yang rumit disatukan
kembali dalam gugUS-gugus pekerjaan yang dikelola oleh tim. Dengan demikian,
aturan-aturan dan prosedur yang tidak efisien dapat dikurangi dan organisasi
sekali lagi dapat bekerja secara efektif. Namun, fase ini pun mengandung suatu
bibit krisis. Ketika kerja tim makin intensif dilakukan, anggota organisasi tidak
jarang harus menangani penugasan-penugasan yang bersifat temporer, otoritas
ganda, dan eksperimentasi yang terus-menerus. Hal ini bisa mengakibatkan
kelelahan secara fisik maupun psikologis. Oleh karena itu, organisasi
membutuhkan masa-masa penyegaran untuk mengatasi kelelahan dan kejenuhan
yang dialami para anggotanya. Namun secara kualitatif, ada batas-batas di mana
upaya-upaya penyegaran tidak lagi mampu mengatasi kejenuhan anggota. Hal ini
disebut dengan krisis pembaruan ( renewal crisis).
Bentuk-bentuk organisasi post-industrial pada umumnya ditujukan untuk
mengatasi situasi seperti ini. Steward Clegg, seorang ahli organisasi Australia,
mengajukan gagasan de-diferensiasi (Hatch, 1997: 163). Menurutnya, berbagai
upaya melakukan integrasi pada organisasi-organisasi modern biasanya
membutuhkan sarana koordinasi khusus untuk menangani aktivitas-aktivitas yang
terdiferensiasi. Akan tetapi, ketika aktivitas-aktivitas organisasi sudah sangat
terdeferensiasi, maka upaya-upaya integrasi akan makin sulit dilakukan. Ia
menyarankan sebuah solusi, yaitu agar organisasi membalik kondisi-kondisi yang
menyebabkan terjadinya diferensiasi itu sendiri. Artinya, wewenang dan kontrol
para manajer sebaiknya dikurangi dan membangun tim-tim yang mampu
mengatur diri sendiri (self-management) atau grup-grup semi otonom yang
membuat jadwal sendiri dan memonitor sendiri aktivitas-aktivitasnya, sehingga
kebutuhan untuk integrasi dengan sendirinyaberkurang. Gagasan de-diferensiasi
ini sejalan dengan kecenderungan pemikiran post-modern, yang . menghindari
narasi besar (grand-narrative) dan lebih cenderung pada kebenaran-kebenaran
lokal yang bersifat partikular. Namun, Greiner sendiri tidak menyebutkan bentuk
organisasi seperti apa yang akan muncul pasca-krisis pembaruan tersebut. Ia
hanya mengatakan bahwa organisasi perlu mendapat suatu bentuk baru, atau kalau
tidak akan mengalami penurunan (decline), atau bisa jadi pula mengalami
kematian. Beberapa catatan kritis tentang daur kehidupan organisasi diberikan
oleh Robbins (1990: 21-22), sebagai berikut :
1) Tidak semua organisasi melewati kelima fase tersebut. Sejumlah organisasi
besar telah mencapai usia lebih tua daripada rata-rata usia manusia (di atas
delapan puluh tahun), seperti Standar Oil (sekarang Exxon) dan U. S. Steel
(sekarang USX), serta organisasiorganisasi pemerintahan pada umumnya.
Banyak di antaranya yang tidak meneruskan ke fase 5. Artinya, mereka
berhenti pada model birokratik dan bertahan pada fase ini tanpa mengalami
penurunan.
2) Fase-fase pertumbuhan organisasi tidak harus bersifat kronologis. Sejumlah
organisasi sengaja selama mungkin mempertahankan fase 2. Pengelola Apple
Computer, sebagai contoh, secara ekSplisit menyatakan komitmen untuk
bertahan di fase 2. Tujuannya adalah mempertahankan unsur kreativitas dan
inovasi yang terkandung dalam fasa kolektif. Berdasarkan observasi terhadap
organisasi-organisasi yang ada, sebagian di antaranya mencapai fase tiga atau
empat dalam waktu kurang dari lima tahun. Namun, ada juga yang berusia
empat puluh tahun dan masih bertahan di fase 2. Artinya, fase-fase
pertumbuhan tidak identik dengan usia kronologis organisasi.
3) Fase penurunan (decline) atau bahkan kematian, bisa terjadi pada organisasi.
Kendati contoh riil tentang organisasi yang memasuki fase penurunan dan
mengalami kematian masih dipertanyakan, secara teoretis hal ini mungkin
saja. Berbeda dengan makhluk hidup yang pasti mengalami kematian setelah
melewati suatu fase penurunan atau penuaan, organisasi tidak harus demikian.
Akan tetapi, tentu saja kita tidak bisa mengandaikan suatu keabadian
(etemality) pada organisasi. Artinya, selalu ada peluang bahwa organisasi
juga mengalami kematian, seperti halnya makhluk hidup.
Kelebihan struktur sederhana adalah sangat simpel, di mana pola hubungan bersifat
langsung, sehingga aktivitas-aktivitas organisasi bisa dilaksanakan dengan mekanisme
yang fleksibel dan cepat. Biaya-biaya yang berkaitan dengan koordinasi dan kontrol
biasanya relatif sangat kecil. Kelemahan pokok dari struktur ini adalah aplikasinya sangat
terbatas pada organisasi-organisasi kecil.
Struktur multidivisional membagi organisasi berdasarkan salah satu dari cara ini:
(1) wilayah; (2) kategori klien/konsumen yang dilayani, atau (3) jenis produk. Kelebihan
dari desain ini adalah bahwa level pucuk pimpinan dapat lebih berkonsentrasi pada
aspek-aSpek strategis. Struktur ini juga membantu proses kaderisasi untuk pimpinan
organisasi di masa mendatang. Kelemahan desain struktur multidivisional antara lain
adalah: (1) terjadinya duplikasi, di mana setiap divisi memiliki fungsi-fungsi sendiri,
yang tidak berbeda dengan fungsi-fungsi pada divisi lain; (2) konflik antar-divisi, atau
antara divisi dengan kantor pusat; dan (3) beban koordinasi lebih besar.
Struktur hybrid adalah campuran dari berbagai tipe struktur. Tujuannya antara lain adalah
untuk menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan khusus dari suatu unit tanpa mengubah desain
organisasi secara keseluruhan. Ada dua jenis struktur hybrid yang penting, yaitu desain
struktur matriks global (global matrix) yang biasa digunakan oleh MNCs dan struktur
organisasi jaringan. Struktur matriks global disebut struktur campuran karena
perusahaan-perusahaan lokal yang tersebar di berbagai benua biasanya terdiri dari
berbagai desain struktur yang berbeda. Struktur jaringan bertitik tolak dari konsep
outsourcing dan kolaborasi. Dalam bentuk yang sangat ekstrem, struktur jaringan
menghasilkan apa yang disebut dengan organisasi virtual (virtual organization), di mana
semua aktivitas organisasi telah habis di outsourcing, contohnya adalah seperti pada
perusahaan yang memiliki merek Benneton (pakaian), Nike (sepatu), Emerson Radio
(produk-produk elektronik), dan Schwinn Bicycle (sepeda).
Keuntungan dari organisasi jaringan adalah: (1) mendorong sharing informasi; (2)
memudahkan pengambilan keputusan; (3) memacu inovasi; (4) sangat fleksibel untuk
mengikuti perubahan tren atau mode; dan (5) dapat merespons kebutuhan-kebutuhan atau
preferensi-preferensi konsumen yang bersifat lokal. Kelemahan-kelemahan dari desain
struktur jaringan adalah: (1) tidak bisa diterapkan pada sem a jenis industri; (2)
kemungkinan eksploitasi; (3) masalah identitas organisasi (organizational identity); dan
(4) perlu pengelolaan khusus terhadap manajer level menengah dan spesialis.
G. PERUBAHAN ORGANISASI
Perubahan organisasi dapat diartikan sebagai pembahasan mengenai mengapa,
kapan, dan bagaimana organisasi melakukan perubahan. Perubahan organisasi dapat
dibedakan menjadi dua macam: perubahan terencana (planned change) dan perubahan
tidak terencana ( unplanned change). Teori-teori perubahan organisasi biasanya hanya
membahas perubahan terencana karena tipe perubahan semacam inilah yang dapat
dikontrol oleh pengelola organisasi. Namun, pemahaman tentang perubahan tidak
terencana makin penting, terutama dalam teori-teori post-modern. Perubahan
organisasi dapat dibagi menjadi beberapa level: (a) perubahan makroevolusioner
(macroevolutinaryforces of change), yaitu pada level lingkungan di mana terjadi
perubahan-perubahan organisasi yang disebabkan oleh perilaku organisasi-organisasi
lain; (b) perubahan microevolusioner ( microevolutionary forces of change), yaitu
perubahan-perubahan yang disebabkan pengaruh faktor-faktor internal dalam siklus
atau daur kehidupan organisasi; dan (c) perubahan politis (politicalforces of change),
yaitu perubahan pada level individu yang disebabkan pergulatan politik dan kekuasaan
dalam organisasi.
Berdasarkan kubus perubahan Minztberg, level perubahan bisa pula dibagi
menjadi dua dimensi, yaitu dimensi strategi dan dimensi organisasi, atau aspek
tindakan (actions) dan aspek pelaku (actors). Mengubah strategi berarti mengubah cara
bertindak, sementara mengubah organisasi berarti mengubah pelaku atau susunan
pelaku. Pada dimensi strategi, pembagian levelnya adalah visi, posisi, program, dan
produk. Pada dimensi organisasi, pembagian levelnya adalah kultur, struktur, sistem,
dan orang. Ienis-jenis perubahan organisasi antara lain adalah: restrukturisasi,
rekayasa ulang, penyusunan strategi kembali, akuisisi, perampingan, program-program
kualitas, dan pembaruan kultur organisasi.
Menurut Model Lewin, proses perubahan organisasi terdiri dari tiga tahap,
yaitu pencairan (unfreeze), perubahan (change) atau gerak (move), dan pembekuan
kembali (refreeze). Gagasan dasar Lewin yang penting dan masih dipakai dalam
banyak model perubahan organisasi hingga Sekarang adalah bahwa suatu perubahan
organisasi selalu diiringi dengan dua kekuatan, yaitu kekuatan yang menolak
perubahan dan kekuatan yang mendukung perubahan.
Menurut Model Kotter, perubahan organisasi terdiri dari delapan tahap: (1)
Tahap membangkitkan rasa urgensi (establishing a sense of urgency); (2) Tahap
membentuk koalisi pengarah yang kuat (forming a powerful guiding coalition); (3)
Tahap mengembangkan visi dan Strategi (creatinga vision); (4) Tahap
mengomunikasikan visi perubahan (communicating the vision); (5) Tahap
menggerakkan, mendukung, dan memberdayakan lebih banyak orang untuk bertindak
dan berbuat menjalankan visi tersebut (empowering others to act on the vision); (6)
Tahap merencanakan dan mengusahakan keuntungan-keuntungan jangka pendek
(planning for and creating short-terms wins); (7) Tahap mengonsolidasikan
pencapaian-pencapaian yang ada dan mendorong lebih banyak perubahan
(consolidating improvement and producing still more change); dan (8) Tahap
melembagakan pendekatan-pendekatan baru tersebut ke dalam kultur organisasi
(institutionalizing new approaches).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Organisasi merupakan suatu bentuk kerjasama antara sekelompok orang yang
tergabung dalam suatu wadah tertentu guna mencapai tujuan bersama seperti yang telah
ditetapkan bersama. Atau pada intinya organisasi adalah koordinasi secara rasional
kegiatan sejumlah organisasi untuk mencapai tujuan bersama yang dirumuskan secara
eksplisit, melalui pengaturan dan pembagian kerja serta melalui herarki kekuasaan dan
tanggung jawab.
Dalam sebuah organisasi harus memiliki pengurus, anggota dan tujuan. Tujuan
dibentuknya organisasi adalah setiap kegiatan berjalan dengan lancar dan kerja sama dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan. Menambah wawasan dan pengalaman, Mengetahui dan
mengembangkan bakat, Menambah teman, Mudah bergaul, Melatih diri mandiri, Mengisi
waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat, Menimbulkan kepercayaan diri daan tidak
mudah mengeluh
DAFTAR PUSTAKA
Winardi,J. 2003. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Wursanto,Ig. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta : Andi