Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

“KEDUDUKAN MANUSIA DI DALAM ORGANISASI”

Disusun oleh:

Vanesya Dwi Putri 2173201020

Nadya Wulandari 2173201079

Taufiq Hamdi 2173201078

Dosen pengampu:

Abdullah Adhha, CHT, S. Psi., M. Psi., Psikolog

Program studi Psikologi


Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Politik
Universitas Abdurrab Pekanbaru
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan

kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-

Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kedudukan

Manusia Di Dalam Organisasi” pada tepat waktu.

Makalah “Kedudukan Manusia Di Dalam Organisasi“ ini disusun guna

memenuhi tugas Pak Abdullah Adhha, CHT, S.Psi., M.Psi., Psikolog pada mata

kuliah Perilaku Organisasi di Universitas Abdurrab Pekanbaru. Selain itu, penulis

juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Abdullah

Adhha, CHT, S.Psi., M.Psi., Psikolog selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah

diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni

penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah

membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah

ini.

Pekanbaru, 17 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3. Tujuan.................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
2.1. Hakikat Manusia................................................................................................4
2.2. Pengertian Organisasi........................................................................................10
2.3. Perubahan Paradigma Orgnaisasi.............................................................. .....12
2.4. Unsur – Unsur Organisasi.................................................................................14
2.5. Perilaku Keorganisasian....................................................................................14
2.6. Kontribusi Berbagai Ilmu Terhadap Perilaku Keorganisasian..........................15
2.7. Faktor Penentu Perilaku Dalam Organisasi......................................................16
BAB III PENUTUP................................................................................................17
DAFTAR PUSAKA................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia pada dasarnya merupakan makluk sosial yang selalu hidup


berkelompok bersama dengan manusia yang lain, untuk memenuhi kebutuhan
mereka harus kerjasama dengan orang lain, kemudian menimbulkan adanya
ketergantungan antara individu atau masyarakat yang satu dengan yang lain.
Artinya bagian yang satu dengan yang lain saling memenuhi atau melengkapi
agar aktivitas manusia berjalan Manusia pada dasarnya merupakan makluk
sosial yang selalu hidup berkelompok bersama dengan manusia yang lain, untuk
memenuhi kebutuhan mereka harus kerjasama dengan orang lain, kemudian
menimbulkan adanya ketergantungan antara individu atau masyarakat yang satu
dengan yang lain. Artinya bagian yang satu dengan yang lain saling memenuhi
atau melengkapi agar aktivitas manusia berjalan
Berorganisasi adalah kodrat alamiah manusia pada hakikatnya manusia
adalah mahkluk sosial, ia tidak akan mampu hidup tanpa manusia lainnya yang
ada di sekitarnya. Manusia sebagai mahkluk individual yang memiliki duan misi di
dunia yaitu misi dimensi vertikal berupa ketundukan kepada sang khalik dan misi
horizontal berupa hubungan antar manusia dan alam lingkungan. Dimensi
horisontal lah yang mencerminkan dimana manusia menjadi kontrol sosial bagi
dirinya dengan lingkungan masyarakatnya.
Peranan Sumber Daya Manusia memiliki kedudukan yang sangat penting dan
strategis di dalam organisasi untuk mencapai tujuan. Sumber daya manusia sangat
penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, dan memanage pegawai,
sehingga dapat berfungsi secara produktif untuk tercapainya tujuan perusahaan.
Sumber Daya Manusia sebagai pengerak organisasi dalam mencapai tujuannya,
maka upaya-upaya organisasi dalam mendorong karyawan untuk bekerja lebih
baik harus terus dilakukan, dengan adanya karyawan-karyawan yang bekerja
1
secara baik ini, maka di harapkan hasil kerja (kinerja karyawan) yang baik juga
tercapai oleh karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya. Tercapainya tujuan perusahaan tidak hanya
tergantung pada peralatan modern,sarana dan prasarana yang lengkap, tetapi justru
lebih tergantung pada manusia yang melaksanakan pekerjaan tersebut.
Keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja individu
karyawannya. Setiap organisasi maupun perusahaan akan selalu berusaha untuk
meningkatkan kinerja karyawan, dengan harapan apa yang menjadi tujuan
perusahaan akan tercapai. Beberapa cara untuk mewujudkan kinerja yang baik
dapat dicapai dengan melalui pendidikan, pelatihan, pemberian kompensasi yang
layak, menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan pemberian motivasi.
Setiap individu dari suatu organisasi atau perusahaan tentunya pasti
mempunyai suastu kepentingan dan tujuan sendiri ketika ia bergabung di suatu
organisasi atau perusahaan tersebut. Bagi sebagian karyawan tujuan dari bekerja
adalah untuk mendapatkan uang. Namun, tidak semua orang berpendapat seperti
itu yang lain berpendapat bahwa uang hanyalah salah satu dari banyak kebutuhan
yang terpenuhi melalui kerja. Seseorang yang bekerja akan merasa lebih dihargai
oleh masyarakat di sekitarnya, dibandingkan yang tidak bekerja.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hakikat manusia?


2. Apa pengertian organisasi?

3. Bagaimana perubahan paradigma organisasi?

4. Apa saja unsur – unsur organisasi?

5. Apa itu perilaku keorganisasian?

6. Apa saja kontribusi ilmu dalam perilaku keorganisasian?

7. Apa saja faktor penentu perilaku dalam organisasi?

2
1.3 Tujuan
1. Memahami hakikat manusia dalam organisasi
2. Mengerti apa itu organisasi
3. Memahami perubahan paradigma organisasi

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Manusia

Sebagaimana dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa manusia adalah


faktor utama yang sangat penting dalam setiap organisasi apapun bentuknya.
Ketika manusia memasuki dunia organisasi dan dia beraktifitas disana, maka itulah
awal perilaku manusia yang berada dalam organisasi itu. Oleh karen persoalan-
persoalan manusia senantiasa berkembang berdasarkan situasi dan kondisi dan
semakin sulit dikendalikan, maka persoalan-persoalan organisasi dan khususnya
persoalan perilaku organisasi semakin hari semakin berkembang.
Menurut Nawawi (2005:3) mengemukakan bahwa manusia adalah
mahluk ciptaan Tuhan YME yang kompleks dan unik dan diciptakan dalam
integrasi dua subtansi yang tidak dapat berdiri sendiri. Subtansi pertama disebut
tubuh (fisik/jasmani) sebagai unsur materi, sedangkan subtansi ke dua disebut jiwa
(rohani /psikis) yang bersifat non-materi. Tanpa keterpaduan itu wujudnya bukan
manusia, karena secepat tubuh ditinggalkan jiwa, maka yang tampak sebagi materi
bukan manusia lagi tetapi mayat atau jenazah. Dalam keadaan seperti itu, tidak
satupun fungsi manusiawi yang dapat dijalankannya. Demikian pula sebaliknya
jiwa yang pergi yang meninggalkan tubuh yang disebut roh, bukan manusia lagi
yang tidak mampu yang menjalankan fungsi kemanusiaan sebagaimana
sebelumnya .
Selanjutnya dikatakan Nawawi (2007) bahwa dalam keterpaduan kedua
subtansi itu manusia menjalani hidup dan kehidupan yang kompleks dan unik.
Salah satu keunikannya yang mendasar adalah kehidupannya yang dibekali dengan
hakekat kemanusiaan (manusiawi) yang terdiri dari

1. Hakikat Individu

4
Manusia didalam mengeksistensikan dirinya sebagai individu
selamanya menginginkan untuk diperlakukan sebagai individu. Hal ini
memberikan kesadaran bahwa dirinya selain berbeda, tetapi juga sama dengan
individu yang lain. Setiap individu menyadari identitasnya yang tidak sama
secara fisik dan psikis dari individu yang lain. Wajahnya atau bahkan hidung,
bibir, mata dan lain-lain sebagian dari wajahnya tidak pernah sama dengan
individu yang lain. Jalan dan gaya pun tidak sama. Demikian pula
kemampuan psikis (jiwa) berupa bakat, inisiatif, kreatifitas, proses berfikir,
sifat-sifat kepribadian (riang, pemarah, pendiam dan lain-lain) tidaklah sama
satu dengan yang lain. Dalam ketidaksamaan itu, setiap manusia tampil
sebagai individualitas, dan memerlukan perlakuan sesuai individualitasnya
masing-masing. Ini berarti setiap individu tidak menginginkan dirinya
dihargai karena orang lain, tetapi dia menginginkan dihargai karena dirinya
sendiri
Dari sisi perlakuan itulah maka setiap manusia memiliki kesamaan
berupa harkat dan martabat sebagai manusia yang memerlukan dihormati dan
dihargai secara wajar dan manusiawi. Dalam perspektifi inilah maka tidak
seorangpun manusia sebagai individu yang menginginkan perlakuan tidak
manusiawi, baik dalam status atau kedudukan di dalam masyarakat. Misalnya
tidak seorangpun menyukai dicaci, dimaki, dan dihina didepan orang banyak,
atau tidak ada yang menyenangi dilecehkan, dicurigai, diabaikan, disisihkan
dari pergaulan dan sebagainya.

2. Hakikat Sosialitas

Di dalam beraktifitas sehari-hari dimuka bumi ini setiap manusia


sebagai individu memerlukan individu yang lain.Tidak seorang pun manusia
yang dapat hidup sendiri dan menyendiri tanpa interaksi dengan sesama
manusia. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki hakekat sosialitas

5
(kebersamaan) berupa kecenderungan untuk berada bersama pada satu tempat
dan waktu yang sama dengan saling berinteraksi.
Kecenderungan inilah yang mendorong manusia hidup berkelompok
yang disebut masyarakat. Semakin besarkelompoknya disebut bangsa, yang
merasa bersatu dengan identitas yang sama atau memiliki kesamaan.
Kecenderungan itu dilakukan manusia juga dengan membentuk kelompok-
kelompok yang lebih kecil, untuk mencapai tujuan bersama dan disebut
organisasi.
Dengan kata lain organisasi sebagai bentuk perwujudan hakekat sosial
manusia, terbentuk karena sejumlah individu yang memiliki kepentingan
yang sama, bersepakat untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan/cita-cita
yang sama. Kepentingan manusia sangat banyak jenisnya dan menyentuh
seluruh aspek kehidupanya. Salah satu kepentingan tersebut berkenan dengan
aspek kehidupan sosial ekonomi, yang mendorong manusia membentuk
organisasi kerja untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi
kebutuhannya. Diantara organisasi itu yang dominan dalam kehidpan
masarakat moderen disebut perusahaan atau badan usaha. Didalam organisasi
itu setiap manusia yang menjadi anggotanya, selalu berharap dan berusaha
untuk dapat mewujudkan seluruh hakekat kemanusiaanya.

3. Hakikat Moralitas

Pada hakekatnya setiap manusia sebagai individu maka didalam


beraktifitas didalam masyarakat menginginkan untuk hidup secara harmonis
bersama individu yang lain. Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri manusia
sebagai ciptaan Tuhan YME yang memiliki hakekat moralitas berupa
kecenderungan pada norma-norma dan nilai-nilai, yang memungkinkan hidup
sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Kecenderungan pada
norma-norma inilah yang mendasari kemampuan manusia untuk mengenali

6
batas-batas yang harus dihormati dan di wujudkannya untuk dapat hidup
bersama didalam masarakat, termasuk juga dalam bentuk organisasi. Norma-
norma tersebut berkembang dari waktu kewaktu. Usaha untuk mencari norma
sering mencapai tertinggi dan absolut bahkan ada diantara menjadi suatu
kepercayaan yang secara turun temurun diwariskan pada generasi berikut
sehingga menjadi agama nenek moyangnya. Namun ada pula kelompok lain
memperoleh norma bukan karena usaha pencaharian, tetapi keran petunjuk
sang pencipta alam semesta melalui para Nabi dan Rasul. Norma-norma inilah
sengat besar pengaruhnya dalam aktifitas manusia dan kemanusiaan didalam
mewujudkan eksistensinya baik dalam hakekat individu maupun sosialitasnya
di dalam berbangsa dan bernegara sebagai perwujudan suatuorganisasi.

Ini berarti bahwa terbentuknya suatu organisasi dalam hidup dan


kehidupan didasari oleh hakekat kemanusiaan, dengan kata lain bahwa
manusia beraktifitas didalam organisasi berusaha mengaktualisasian ketiga
hakekat kemanusiannya agar dalam menjalankan hidup dan kehidupannya
bersifat manusiawi. Oleh sebab itu setiap individu didalam berorganisasi
seyogyanya mengenal eksistensi dirinya agar dia dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaanya.
Pada prinsipnya setiap manusia agar hidup layak berdasarkan hakekat
kemanusiaannya, manusia memiliki kebutuhan (need) yang harus
dipenuhinya.
Menurut Nawawi,(2005:5) Kebutuhan manusia ada tiga macam yakni:
1) Kebutuhan fisik/jasmani;

2) Kebutuhan Psikologis dan

3) Kebutuhan Spritual.
Siagian (2003:157) dalam bukunya Teori dan Praktek Kepemimpinan
memandang manusia dalam perspekstif kepemimpinan dikaitkan dengan
kepentingan dan kebutuhannya.

7
Untuk itu Nawawi menganalisis hakekat kemanusia dari sisi manusia
sebagai makhluk politik, manusia sebagai makhluk ekonomi, manusia sebagai
makhluk sosial dan manusia sebagai makhluk individu. Untuk itu
penjelasannya sebagai berikut :
1. Manusia Sebagai Makhluk Politik;
Tak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia beraktivitas dalam
kesehariannya mamupun dalam organisasi memiliki keinginan dan
kepentingan tetentu bahkan kepentingan untuk berkuasa. Itulah sebabnya
mengapa para ilmuan sepakat berpendapat bahwa pada hakekatnya
manusia adalah makhluk politik. Namun demikian apabila dikatakan
bahwa manusia adalah makhluk politikal itu tidak harus semata-mata
dikaitkan dengan pengertian umum tentang politik seperti diartikulasikan,
disosialisasikan dan diperjuangkan oleh organisasi-organisasi politik. Hal
itupun memang termasuk dan bahkan merupakan manifestasi paling nyata
dari kepentingan manusia sebagai makhluk politik.
Karena manusia merupakan mahkluk politik, jelas ia mempunyai
kepentingan dibidang politik. Kepentingan tersebut pada umumnya
tercermin dari keinginannya untuk turut serta-atau diikutsertakan dalam
menentukan nasibnya. Dalam kehidupan bernegara, misalnya, setiap
warga Negara ingin turut berperan dalam kehidupan politik bangsa dan
negaranya. Biasanya keinginan tersebut disalurkannya melalui wakil-
wakilnya yang duduk dilembaga-lembaga perwakilan pada berbagai
tingkat, mulai dari lembaga perwakilan didesa, tingkat local maupun pada
tingkat nasional.
2. Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi
Tidak dapat disangkal bahwa manusia adalah makhluk ekonomi.
Artinya ia mempunyai beraneka ragam kebutuhan yang bersifat
kebendaan yang ingin dipuaskannya. Pemenuhan kebutuhan yang bersifat

8
kebendaan itu bukanlah hal yang mudah. Tidak mudah karena banyak
alasan dan pertimbangan, seperti:
a. kemampuan fisik dan intektual yang terbatas,
b. persaingan yang ketat antara banyak orang yang
menginginkan halyang sama atau serupa,
c. terbatasnya kesempatan untuk memuaskannya,
d. terbatasnya persediaan barang atau jasa yang dapat digunakan.
Rumitnya usaha pemuasan kebutuhan yang bersifat kebendaan itu
tampak lebih jelas lagi dalam kenyataan bahwa pada umumnya didalam
diri manusia terdapat keinginan untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Keinginan tersebut tercermin pada pendekatan yang sifatnya kuantitatif
didorong oleh keinginan untuk memiliki lebih banyak hal-hal yang
bersifat kebendaan, Sedangkan pendekatan kualitatif terwujud dalam
keinginan memiliki benda-benda tertentu dengan mutu yang semakin
tinggi.
3. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Secara naluriah manusia adalah makhluk sosial. Telah terbukti
bahwa sejak permulaan eksistensinya manusia menyenangi kehidupan
berkelompok. Dalam lingkungan masyarakat disebut primitif sekalipun,
manusia adalah makhluk yang senang pada kehidupan bermasyarakat.
Dikalangan masyarakat yang disebut primitif itu hidup bersama dalam
gua, berburu bersama-sama untuk mencari bahan makanan dan pakaian
adalah bukti-bukti kongkret dari sifat naluriah tersebut. Ternyata pula
bahwa semakin tinggi tingkat kemajuan yang dicapai oleh manusia,
semakin besar pula kebutuhan untuk membentuk berbagai kelompok.
Demikian besarnya kebutuhan itu hingga semakin modern
seseorang semakin banyak pula jenis organisasi yang dimasukinya
sehingga manusia modern dikenal sebagai manusia organisasional.
4. Manusia Sebagai Makhluk Individu

9
Berbagai cabang ilmu-ilmu sosial memberi petunjuk bahwa
manusia, disamping sebagai insan ekonomi dan insan sosial, juga tetap
merupakan individu dengan jati diri yang khas. Prinsip tersebut berarti
antara lain bahwa untuk dapat memperlakukan seseorang secara tepat,
perlu pemahaman tentang apa yang disebut sebagai variabel bebas yang
membuat seseorang itu sebagai insan dengan karakteristik yang khas
sifatnya.
Pemahaman demikian sangat penting apabila dikaitkan dengan
usaha seseorang pimpinan untuk dapat meramalkan perilaku para
bawahannya dan dengan demikian menjadikannya sebagai anggota
organisasi yang mampu memberikan sumbangsih yang diharapkan
daripadanya. Kemampuan seperti itu merupakan refleksi efektivitas
kepemimpinannya.

2.2 Pengertian Organisasi

Agar kita dapat menelaah masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi


baik pemerintah maupun swasta, dirasa perlu menelaah kembali apa yang
dimaksud dengan organisasi. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut
disajikan defenisi-defenisi organisasi yang dikemukakan oleh para ahli.

a. Chester I. Barnad, (1938): “Organization as a system of cooperatives of


two or more persons ”(Organisasi adalah sistem kerjasama antara dua
orang atau lebih.
b. Edwin B. Flippo menyatakan bahwa: organisasi adalah sistem hubungan
antara sumebr daya (among rsources) yang memungkikankan pencapaian
sasaran.
c. James D. Mooney berpendapat bahwa: “Organization is the form of every
human association for the attainment of coomon purpose ”(Organisasi
adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama. (dalam
Djatmiko, 2003:2).
10
d. Gitosudarmo (2000:1), mengemukakan pengertian organisasi adalah suatu
sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara
teratur dan berulang-ulang oleh sekolmpok orang untuk mencapai suatu
tujuan
e. Nawawi, (2000:8), menyatakan pendapatnya tentang pengertian organisasi
dari dua segi yaitu pengerian organisasi secara statis dan dinamis yaitu :
1) Pengertian Statis: Organisasi adalah wadah berhimpun sejumlah
manusia karena memiliki kepentingan yang sama. Statis dalam arti
bahwa setiap orgnisasi memiliki struktur yang cenderung tidak
berubah-ubah disamping itu posisi, status dan jabatan juga cenderung
permanen.
2) Pengertian Dinamis: Proses kerjasama sejumlah manusia (dua orang
atau lebih) untuk mencapai tujuan bersama. Dinamis dalam arti bahwa
kerjasama berlangsung secara berkelanjutan atau proses yang selalu
mungkin menjadi lebih efektif dan efesien, sebaliknya juga semakin
kurang efektif atau kurang efesien. Disamping itu interaksi antar
manusia didalam organisasi tidak pernah sama dari waktu ke waktu.

Ini berarti bahwa dalam setiap organisasi selalu ada atau beberapa orang
yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan sejumlah orang yang
bekerjasama tadi dengan segala aktivitasnya. Dalam banyak hal orang yang
bertanggung jawab tadi juga harus mengkoordinasikan aneka ragam kegiatan
sekumpulan orang yang lazimnya mempunyai kepentingan yang berbeda.
Ketentuan yang seharusnya disetujui bersama, sering tidak diketahui oleh
semuanya dan malah mungkin terpaksa disetujui. Hal ini banyak terlihat hampir di
semua organisasi baik pemerintah maupun swasta. Dengan kata lain bahwa
pengertian organisasi akan semakin kompleks, strukturnya menjadi rumit, dan
tingkat formalitasnya menjadi besar dan semua itu akan mempengaruhi orang-
orang yang bekerjasama didalam organisasi tersebut. Ini berarti dimensi manusia
merupakan hal yang sangat urgen dalam organisasi.

11
Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa semua organisasi memiliki
kesamaan, yang berbeda hanyalah bidang geraknya karena didasari oleh berbagai
kepentingan manusia yang terhimpun didalamnya. Hasibuan,2006:6,
mengemukakan bahwa organisasi dilihat dari tujuannya dikenal dengan organisasi
perusahaan (business organization) dan organisasi sosial (public organization).
Organisasi perusahaan bertujuan mendapatkan laba dan prinsip kegiatannya
ekonomi rasional. Organisasi sosial bertujuan memberikan pelayanan sedang
prinsip kegiatannya ialah pengabdian sosial.

2.3 Perubahan Paradigma Orgnaisasi

Paradigma adalah seperangkat andaian/asumsi yang tersurat maupun


tersirat tentang fenomena/gejala yang menjadi landasan bagi gagasan-gagasan
analisis keilmuan(Philips, 1971).
Definisi lain menyebutkan bahwa paradigma adalah kerangka keyakinan
penata (ordering believe framework) yang menjadi bintang pemandu (the guiding
star) yang menuntun kegiatan keilmuan masyarakat keilmuan (Wilardjo, 2000).
Ada banyak cara pandang atau paradigma dalam melihat organisasi. Ada
cara pandang tradisional/klasik yang sangat obyektif dan mekanistis, cara pandang
kritis yang sangat subyektif, serta cara pandang yang berada diantara keduanya
(transisional/peralihan). Perbedaan cara pandang tersebut pada akhirnya juga
memengaruhi bagaimana melihat peran komunikasi di dalam organisasi. Teori-
teori pada aliran klasik memandang komunikasisebagai fungsi pengawasan atau
control dari pihak manajemen ke karyawan. Sementara itu pada aliran transisional,
komunikasi didalam organisasi merupakan sebuah proses yang melibatkan baik itu
pihak eksekutif maupun karyawan. Sementara pada aliran kritis, prose komunikasi
yang terjadi di dalam organisasi tidak terlepas dari budaya di organisasi tersebut.
Dalam perkembangannya organisasi telah mengalami perubahan
paradigma, yaitu :

a. Paradigma Klasik

b. Paradigma Human
12
c. Paradigma Kolaborasi

Menurut Limerick dan Cunnington (1993) yang dikemukakan oleh Keban


(2008:129) bahwa pada paradigma klasik tokoh yang sangat popular adalah
Fayol, Taylor, Urwick dan Gullick, Gant, dsb.

a. Paradigma Klasik

Rancangan organisasi pada generasi ini adalah :

1. Orientasi pada efisiensi yang tinggi

2. Sistem otoritas dan kendali yang sangat hirarkis dengan rentang


kendali yang sangat sempit.

3. Prinsip-prinsip spesialisasi, sentralisasi dan formalisasi sangat


ditekankan disini.

Paradigma dalam aliran ini mendapat kritikan tajam karena


memperlakukan manusia dalam organisasi seperti mesin (kurang
manusiawi).

b. Paradigma Human

Dalam paradigma human telah terjadi pergeseran pandangan


tentang manusia dalam organisasi. Manusia telah dilihat sebagai makhluk
sosial yang dapat membentuk sendiri kelompok-kelompok informal sesuai
dengan keinginannya, dan ingin bekerja pada kondisi kerja yang
menyenangkan.

Tokoh pelopor pada generasi ini adalah Lton Mayo dengan


eksperimennya di Hawthrone tahun 1930an. Dikemukakan bahwa kepentingan
anggota organisasi adalah sama dengan kepentingan manajemen dan manusia
tidak dapat lagi dilihat sebagai individu yang independen tetapi memiliki
kelompok atau kolektifitas. Manusia harus dilihat sebagai “Sosial man”

13
2.4 Unsur-Unsur Organisasi

Menurut Wursanto (2002), bahwa unsur-unsur organisasi meliputi :

a. Manusia
Bahwa manusia merupakan unsur yang paling utama dalam aktivitas organisasi,
berbagai tujuan organisasi hanya dapat tercapai berkat aktivitas manusia dalam
menggunakan berbagai sumber dalam organisasi.
a. Kerja sama
Dengan keterbatasan manusia untuk mencapai tujuan dilakukan dengan kerjasama.
b. Tujuan bersama
Setiap organisasi dibentuk pada dasarnya memiliki tujan bersama, tujuan ini
dirumuskan dengan pembentukan visi dan misi.
c. Lingkungan
Organisasi sebagai sistem social memiliki berbagai lingkungan internal dan
eksternal.
d. Sistem
Di dalam organisasi sistem diperlukan sebagai alat untuk mengukur seluruh
aktivitas organisasi dapat berupa berbagai aturan atau kebijakan organisasi.
e. Teknologi (peralatan)
Teknologi pada dasarnya sarana peralatan yang dipergunakan dalam
mempermudah cara kerja manusia dalam aktivitas organisasi.

2.5 Perilaku Keorganisasional

Perilaku organisasional (organizational behavior) adalah bidang studi yang


mempelajari pengaruh yang dimiliki oleh individu, kelompok dan struktur terhadap
dalam perilaku dalam organisasi, yang bertujuan menerapkan ilmu ini guna
meningkatkan keefektifan organisasi penerapannya untuk membuat organisasi
bekerja secara lebih efektif.
Cara menilai efektivitas organisasi dapat dilakukan dengan empat kriteria
yaitu pencapaian tujuan, akuisisi sumber daya, proses internal dan kepuasan
konstituensi (Kreitner dan Kiicki, 2005).

14
a. Pencapaian tujuan
Dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil atau output dengan
tujuan atau sasaran yang sudah ditetapkan oleh organisasi.
b. Akuisisi sumber daya
Apabila organisasi dapat memperoleh input atau faktor-faktor produksi yang
dibutuhkan seperti bahan baku, modal, keahlian teknis dan manajerial.
c. Proses Internal
Memiliki sistem yang sehat jika informasi mengalir dengan lancer, adanya
komitmen, kepercayaan, loyalitas dan kepuasan karyawan.
d. Kepuasan konstituensi strategis
Konstituensi strategis adalah sekelompok individu yang memiliki andil dalam
organisasi seperti penyedia sumber daya, pengguna produk, produsen output
organisasi, kelompok-kelompok yang kerja samanya pentinguntuk kelangsungan
hidup organisasi.

2.6 Kontribusi berbagai ilmu terhadap perilaku keorganisasional


Perilaku organisasi merupakan bidang ilmu terapan yang didukung oleh
berbagai macam bidang ilmu, adapun kontribusi masing-masing disiplin ilmu
terhadap perilaku organisasional adalah :
a. Ilmu Psikologi
Adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mengukur, menjelaskan dan mengubah
perilaku manusia, fokusnya mempelajari perilaku individu, kontribusinya
psikologi terhadap perilaku organisasi antara lain kepribadian, persepsi, sikap dan
motivasi.
b. Ilmu Psikologi Sosial
Adalah ilmu pengetahuan untuk memadukan konsep psikologi dan sosialogi
berfokus pada pengaruh seseorang terhadap individu lainnya, kontribusinya antara
lain perubahan perilaku, perubahan sikap, komunikasi, proses-prose kelompo dan
pembuatan keputusan kelompok.
c. Ilmu Sosiologi
Adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan lingkungn social
15
dan budaya mereka.
d. Ilmu Antropologi
Antropologi adalah studi kemasyarakatan yang mempelajari manusia dan
aktivitas-aktivitas mereka, kontribusinya antara lain nilai-nilai komparatif, sikap-
sikap komparatif, analisis lintas budaya dan budaya organisasi.

2.7 Faktor penentu perilaku dalam organisasi

Tiga tingkatan analisis untuk memahami perilaku dalam organisasi yang


begitu kompleks (Greenberg dan Baron, 2003) yaitu :

a. Tingkat Individu
Setiap individu yang memasuki suatu organisasi akan membawa perbedaan-
perbedaan dan dipengaruhi variable antara lain kemampuan, pembelajaran,
kepribadian, persepsi, nilai, sikap, emosi, motivasi dan stress perbedaan ini akan
mempengaruhi perilaku di dalam organisasi khususnya kinerja.
b. Tingkat kelompok
Individu-individu bergabung dengan kelompok dipengaruhi oleh pola-pola
perilaku, jadi apa yang dianggap standart perilaku yang dapat diterima oleh
kelompok dan anggota kelompok saling tertarik meliputi komunikasi, kekuasaan
dan politik, dinamika kelompok, konflik dan negosiasi serta kepemimpinan.
c. Tingkat organisasi
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja secara keseluruhan antara lain desain
dan struktur organisasi,budaya organisasi, kebijakan dan sumber daya manusia,
perubahan organisasi dan manaajemen stress.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hakikat manusia adalah faktor utama yang sangat penting dalam setiap
organisasi apapun bentuknya. Ketika manusia memasuki dunia organisasi dan dia
beraktifitas disana, maka itulah awal perilaku manusia yang berada dalam
organisasi itu. Oleh karen persoalan-persoalan manusia senantiasa berkembang
berdasarkan situasi dan kondisi dan semakin sulit dikendalikan, maka persoalan-
persoalan organisasi dan khususnya persoalan perilaku organisasi semakin hari
semakin berkembang.

Organisasi selalu ada atau beberapa orang yang bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan sejumlah orang yang bekerjasama tadi dengan segala
aktivitasnya. Dalam banyak hal orang yang bertanggung jawab tadi juga harus
mengkoordinasikan aneka ragam kegiatan sekumpulan orang yang lazimnya
mempunyai kepentingan yang berbeda. Ketentuan yang seharusnya disetujui
bersama, sering tidak diketahui oleh semuanya dan malah mungkin terpaksa
disetujui. Hal ini banyak terlihat hampir di semua organisasi baik pemerintah
maupun swasta. Dengan kata lain bahwa pengertian organisasi akan semakin
kompleks, strukturnya menjadi rumit, dan tingkat formalitasnya menjadi besar dan
semua itu akan mempengaruhi orang-orang yang bekerjasama didalam organisasi
tersebut. Ini berarti dimensi manusia merupakan hal yang sangat urgen dalam
organisasi.

Paradigma adalah seperangkat andaian/asumsi yang tersurat maupun


tersirat tentang fenomena/gejala yang menjadi landasan bagi gagasan-gagasan
analisis keilmuan(Philips, 1971).

17
Definisi lain menyebutkan bahwa paradigma adalah kerangka keyakinan
penata (ordering believe framework) yang menjadi bintang pemandu (the guiding
star) yang menuntun kegiatan keilmuan masyarakat keilmuan (Wilardjo, 2000).

3.2 Saran

Terbuka terhadap Masukan : Organisasi harus menjadi tempat yang terbuka


terhadap masukan dan umpan balik . Menerima masukan dari beberapa pihak
tentang perubahan yang perlu dilakukan atau masalah yang perlu diatasi adalah
penting untukperbaikan berkelanjutan.

18
DAFTAR PUSAKA

Noraga,Panji dan Sri Suyati. (1995). Perilaku Keorganisasian, Pustaka Jaya,


Jakarta

Arifin, Anwar. (2003). Komunikasi Politik (Paradigma-Teori-Aplikasi-Strategi&


Komunikasi Politik Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta

Bennet, Luthans, F. (1995). Organizational Behavior, 7th Ed., McGraw-Hill


International Edition.

Bimo, Walgito. (2004). Pengantar Psikologi Umum . Yogyakarta, Andi Offset

Charles, Hampden Turner. (1992), Creating Corporate Culture,business


Economics, Penerbit London

Davis, Keith, & Newsstrom, W, Jhon. (1989). Human Behavior A


Work;Organizational Behavior, New York McGraw Hill International

Djatmiko, Yayat Hayati. (2003). Perilaku Organisasi, Penerbit Alfabeta, Bandung

Gerungan, W.A. (2009). Psikologi Sosial, PT Refika Asitama, Bandung.

Gibson, James. (2000). Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses. Edisi ke-5.
Cetakan ke-3. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gitosudarmo, Indriyo. (2000). Perilaku Keorganisasian, BPFE, Yogyakarta

Hampden, Charles Turner. (1994). Colporate Culture, London, Judy Piatkus Ltd.

Miftah Thoha. ( 2009). Perilaku Organisasi Konsep dasar dan Aplikasi, Jakarta,
PT.Raja Grafindo Persada.

Suharsono. ( 2012). Pengetahuan dasar Organisasi, Konsep-konsep dasar, Teori,


Struktur dan Perilaku, Jakarta, Penerbit Universitas Atma Jaya.

19

Anda mungkin juga menyukai