Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Auditing

2.1.1 Pengertian Auditing

Tujuan audit untuk memberikan opini tentang kewajaran laporan

keuangan, artinya bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen perlu

verifikasi apakah telah sesuai dengan standar pelaporan yang berterima umum.

Pilihan antara segera mengumumkan laporan keuangan atau menunda adalah

merupakan pertimbangan costbenefit.

Auditing adalah salah satu jasa yang diberikan oleh akuntan publik yang

sangat diperlukan dalam memeriksa kewajaran suatu laporan keuangan entitas

usaha, sehingga laporan keuangan suatu entitas yang diaudit dapat lebih dipercaya

oleh pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Dikutip dari buku Theodorus M.

Tuanakotta, dari ISA 2013, “Tujuan suatu audit ialah mengangkat tingkat

kepercayaan dari pemakai laporan keuangan yang dituju, terhadap laporan

keuangan itu. Tujuan itu dicapai dengan pemberian opini oleh auditor mengenai

apakah laporan disusun, dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka

pelaporan keuangan yang berlaku. Pada umumnya, dalam kerangka pelaporan

keuangan dengan tujuan umum, opini tersebut menyatakan apakah laporan

keuangan disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, atau

memberikan gambaran yang benar dan wajar sesuai kerangka pelaporan etika

10
11

keuangan. Suatu audit yang dillaksanakan sesuai dengan ISAs dan persyaratan

ketka yang relevan memungkinkan auditor memberikan pendapat tersebut”.

Menurut Theodorus M. Tuanakotta, dari ISA 2013:

“Auditing termasuk salah satu jasa asurans, tapi bukan satu-satunya


jasa asurans. Audit adalah salah satu (tetapi bukan satu-satunya) jasa
Atestasi. Dalam asestasi, selain jasa audit ada jasa review, misalnya
review atas laporan keuangan kuartalan atau semesteran yang
dilakukan ditengah tahun (interim)”.

Menurut Tuanakotta (2011 :52) definisi audit dapat diartikan :

”Auditing is analytical, not contructive, it is critical, investigative,


concernedwith the basis for accounting measurement and assertions.”

Dalam buku Hayes, et al (2005:11) dikatakan bahwa definisi auditing adalah:

“An audit is a systematic process of objectively obtaining and


evaluate evidence regarding assertions about economic actions and
events to ascertain the degree of correspondence between the
assertions and established criteria, and communicating the result to
interested users”

Dari definisi diatas dapat diketahui unsur-unsur penting dalam audit yaitu

dilakukan secara kritis dan merupakan suatu proses sistematik yang bersifat logis,

terstruktur, dan terorganisir. Proses sistematis yang dilakukan tersebut merupakan

proses untuk menghimpun bukti-bukti yang kemudian dievaluasi oleh auditor dan

akan digunakan oleh pemakai yang berkepentingan.

Menurut Mulyadi (2013 : 9) mengemukakan definisi audit sebagai berikut:

“Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk


memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan- pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,
dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan- pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan,
12

serta penyampaian hasil - hasilnya kepada pemakai yang


berkepentingan”.

Menurut Agoes (2012 : 4), pengertian auditing adalah:

“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh


pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah
disusun oleh manajemen, beserta catatan - catatan pembukuan dan
bukti - bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.

Menurut Arens and Loebbecke (2010 : 4):

“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about


information to determine and report on the degree of correspondence
betwen the information and established criteria. Auditing should be done
by a competent , independent person”.

Dari definisi diatas memberikan pertanyaan bahwa auditor memeriksa

laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan

pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya. Dalam pemeriksanya, seorang auditor

melakukan audit berbasiskan pada International Standards on Auditing (ISA).

Selanjutnya pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang independen, yaitu akuntan

publik berasal dari luar perusahaan dan tidak memiliki kepentingan tertentu di

dalam perusahaan. Tujuan dari pemeriksaan akuntan adalah untuk dapat

memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa.

Menurut Committee On Basic Auditing Concepts dalam Boynton et.al

(2003 : 5) merumuskan definisi umum dari auditing sebagai berikut:

“A systematic process of objectively obtaining and evaluating


evidence regarding assertions about economic actions and events to
ascertain the degree of correspondence between those assertions and
established criteria and communicating the results to interested
users”.
13

2.1.2 Audit atas Laporan Keuangan

Menurut Mulyadi (2010 : 30) menjelaskan audit atas laporan keuangan

sebagai berikut:

“Audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan


keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam audit laporan
keuangan ini, auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan
atas dasar kesesuaian dengan prinsip akuntansi berterima umum”.

2.1.3 Tujuan Audit atas Laporan Keuangan

Menurut Mulyadi (2010 : 72), menjelaskan tujuan audit atas laporan

keuangan sebagai berikut:

“Tujuan umum audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan


pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum Indonesia.
Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang
terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan
keuangan”.

Adapun bentuk opini auditor terdiri atas 2 yaitu:

1) Opini Tanpa Modifikasian

Auditor wajib mengevaluasi apakah laporan keuangan merujuk

atau menjelaskan dengan cukup, kerangka pelaporan keuangan yang

berlaku (ISA 700.15). Auditor wajib memberikan opini yang tidak

dimodifikasi (WTP) ketika auditor menyimpulkan bahwa laporan

keuangan dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka

pelaporan keuangan yang berlaku.

ISA 700.35 menjelaskan bahwa ketika memberikan pendapat yang

tidak dimodifikasi atas laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka

penyajian wajar, pendapat auditor harus, kecuali ditetapkan lain oleh


14

ketentuan perundang-undangan, menggunakan rasa, yang dipandang

ekuivalen dengan:

a) Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang

material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku,

atau

b) Laporan keuangan memberikan gambaran yang benar dan wajar sesuai

dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

ISA 700.46, ketika memberikan pendapat yang tidak dimodifikasi atas

laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka kepatuhan, pendapat

auditor harus menyatakan laporan keuangan yang dibuat, dalam semua

hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang

berlaku.

2) Opini Modifikasian (ISA 705)

Jika laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka penyajian yang

wajar, tidak mencapai penyajian agar wajar, auditor wajib membahas ini

dengan manajemen dan tergantung pada persyaratan kerangka pelaporan

keuangan yang berlaku dan bagaimana masalah itu diselesaikan, auditor

wajib menentukan apakah perlu memodifikasi opini sesuai dengan ISA

705. Opini modifikasi terdiri dari 3 jenis yaitu:

1) Opini wajar dengan pengecualian

a) Kesalahan penyajjian, baik secara individual maupun kolektif,

adalah material, tetapi tidak perpasif, terhadap laporan keuangan


15

b) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat

yang mendasari opini auditor, tetapi auditor menyimpulkan bahwa

kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi

terhadap laporan keuangan, jika ada, dapa bersifat mateial, tetapi

tidak pervasif.

2) Opini tidak wajar

Auditor,berdasarkan bukti audit yng cukup dan tepat yang telah

diperoleh, menyimpukan bahwa kesalahan penyajian, baik secara

individual maupun kolektif, adalah material, tetapi pervasif, terhadap

laporan keuangan.

3) Opini tidak menyatakan pendapat

a) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat

mendasari opini auditor, dan auditor menyimpulkan bahwa

kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi

terhadap laporan keuangan, jika ada, da bersifat material dan

pervasif.

b) Dalam kondisi yang sangat jarang terjadi dan melibatkan lebih dari

satu ketidakpastian, auditor menyimpulkan bahwa meskipun telah

memperoleh bukt audit yang cukup dan tepat tentang setiap

ketidakpastian tersebut, adalah tidak mungkin untuk merumuskan

opini atas laporan keuangan karena interaksi yang potensial dari

ketidakpastian tersebut dengan kemungkinan dampak kumulatif

dati ketidakpastian tersebut terhadap laporan keuangan.


16

2.1.4 Standar Auditing

International Standards on Auditing (ISA) merupakan standar audit yang

berbasis pada resiko. Indonesia sendiri mulai menggunakan ISA pada awal tahun

2013. Dalam audit berbasis resiko, auditor menggunakan kearifan profesional

dalam pelaksanaan audit dan lebih menekankan pada professional judgement

(Tuanakotta, 2013:12).

Pernyataan Standar Auditing (PSA), merupakan penjabaran lebih lanjut

dari masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing. PSA berisi

ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus diikuti oleh Akuntan

Publik dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap PSA yang

diterbitkan oleh IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI. Termasuk di

dalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditng (IPSA), yang

merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan-

ketentuan yang diterbitkan oleh IAPI dalam PSA. Dengan demikian, IPSA

memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-

ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga merupakan perlausan lebih lanjut

berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi seluruh

anggota IAPI, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib.

Adapun dalam melaksanakan audit berbasis risiko, auditor harus mematuhi

standar-standar auditing yang diatur di dalam International Standards on Auditing

(ISA), yang bisa dilihat pada tabel di bawah ini:


17

Tabel 2.1
International Standards on Auditing

ISA Mengatur Tentang

Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan


200
PelaksanaanAuditBerdasarkan Standar Audit
210 Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit
220 Pengendalian Mutu Untuk Audit atas Laporan Keuangan
230 Dokumentasi Audit
Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu
240
Audit atas Laporan Keuangan
Pertimbangan atas Peraturan Perundang-undangan dalam Audit atas
250
Laporan Keuangan
260 Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggungjawab atas Tata Kelola
Pengkomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal Kepada
265
Pihak yang Bertanggungjawab atas Tata Kelola dan Manajemen
300 Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan
Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material
315
MelaluiPemahaman atas Entitas dan Lingkungannya
320 Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit
330 Respons Auditor Terhadap Risiko yang Telah Dinilai
Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan
402
Suatu Organisasi Jasa
Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi
450
SelamaAudit
500 Bukti Audit
501 Bukti Audit - Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan
505 Konfirmasi Eksternal
510 Perikatan Audit Tahun Pertama - Saldo Awal
520 Prosedur Analitis
530 Sampling Audit
Audit atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai
540
Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan
18

ISA Mengatur Tentang

550 Pihak Berelasi


560 Peristiwa Kemudian
570 Kelangsungan Usaha
580 Representasi Tertulis
Pertimbangan Khusus - Audit atas Laporan Keuangan Grup (Termasuk
600
Pekerjaan Auditor Komponen)
610 Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal
620 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor
700 Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan Atas Laporan Keuangan
705 Modifikasi Terhadap Opini dalam Laporan Auditor Independen
Paragraf Penekanan Suatu Hal dan paragraf Hal Lain Dalam Laporan
706
Auditor Independen
Informasi Komparatif - Angka Korespondensi dan Laporan Keuangan
710
Komparatif
Tanggungjawab Auditor Atas Informasi Lain dalam Dokumen yang
720
Berisi Laporan Keuangan Auditan
Pertimbangan Khusus - Audit Atas Laporan Keuangan yang Disusun
800
Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus
Pertimbangan Khusus - Audit atas Laporan Keuangan Tunggal dan
805
Unsur, Akun, atau Pos Spesifik dalam Suatu Laporan Keuangan
810 Perikatan Untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan Keuangan
Sumber: International Auditing and Assurance Standards Board
(IAASB,2015:Vol.1)
19

2.2 Laporan Keuangan

2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Kieso dan Weygandt (2011) laporan keuangan merupakan alat

utama untuk mengkomunikasikan informasi akuntansi kepada pihak-pihak yang

berkepentingan atas perusahaan.

Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran

kondisikeuangan dari perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari

kegiatanoperasi normal perusahaan akan memberikan informasi keuangan yang

berguna bagi entitas-entitas di dalam perusahaan itu sendiri maupun entitas-entitas

lain diluar perusahaan.

Ikatan Akuntan Indonesia (2012:5) mengemukakan pengertian laporan

keuangan yaitu :

Laporan keuangan merupakan struktur yang menyajikan posisi keuangan

dan kinerja keuangan dalam sebuah entitas. Tujuan umum dari laporan keuangan

ini untuk kepentingan umum adalah penyajian informasi mengenai posisi

keuangan (financial position), kinerja keuangan (financial performance),dan arus

kas (cash flow) darientitas yang sangat berguna untuk membuat keputusan

ekonomis bagi para penggunanya.Untuk dapat mencapai tujuan ini, laporan

keuangan menyediakan informasi mengenai elemen dari entitas yang terdiri dari

aset, kewajiban, networth, beban, dan pendapatan (termasuk gain dan loss),

perubahan ekuitas dan arus kas. Informasi tersebut diikuti dengan catatan, akan

membantu pengguna memprediksi aruskas masa depan.


20

Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi kepada para

pemakainya untuk membantu para pemakainya dalam melakukan pengambilan

keputusan. Paragraf 38 PSAK 1 (Revisi 2013) menjelaskan bahwa entitas

menyajikan informasi komparatif terkait dengan periode sebelumnya untuk

seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali

diizinkan atau disyaratkan lain oleh SAK. Informasi komparatif yang bersifat

naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan jika

relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

Entitas menyajikan, minimal, dua laporan posisi keuangan, dua laporan

laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, dua laporan laba rugi terpisah (jika

disajikan), dua laporan arus kas, dan dua laporan perubahan ekuitas, serta catatan

atas laporan keuangan terkait (paragraf 38A).

2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang

diterbitkan oleh Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dan

Dewan Standar Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS IAI) serta peraturan

regulator pasar modal untuk entitas yang berada di bawah pengawasannya.

Pada awalnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah

berfungsisebagai “alat pengujian” dari pekerjaan fungsi bagian pembukuan, akan

tetapiuntuk selanjutnya seiring denganperkembangan jaman, fungsi laporan


21

keuangansebagai dasar untuk dapat menentukan atau melakukan penilaian atas

posisikeuangan perusahaan tersebut. Dengan menggunakan hasil analisis tersebut,

makapihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan.

Melaluilaporan keuangan juga akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk

memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka

panjang, struktur modal perusahaan, pendistribusian pada aktivanya, efektivitas

dari penggunaan aktiva, pendapatan atau hasil usaha yang telah dicapai, beban-

beban tetap yang harus dibayarkan oleh perusahaan serta nilai-nilai buku dari

setiap lembar saham perusahaan yang bersangkutan.

Efektif 1 Januari 2015 yang berlaku di Indonesia secara garis besar akan

konvergen dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) yang

berlaku efektif 1 Januari 2014. DSAK IAI telah berhasil meminimalkan

perbedaan antara kedua standar, dari tiga tahun di 1 januari 2012 menjadi satu

tahun di 1 Januari 2015. Ini merupakan suatu bentuk komitmen Indonesia melalui

DSAK IAI dalam memainkan perannya selaku satu-satunya anggota G20 di

kawasan Asia Tenggara. Selain SAK yang berbasis IFRS, DSAK IAI telah

menerbitkan PSAK dan ISAK yang merupakan produk non-IFRS antara lain,

seperti PSAK 28 dan PSAK 38, PSAK 45, ISAK 25 dan ISAK 31.
22

2.3 Audit Delay

2.3.1 Pengertian Audit Delay

Menurut Ashton et.al (1987) dalam penelitian Wirakusuma (2004), Audit

Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit dari akhir tahun fiskal perusahaan

sampai tanggal laporan audit dikeluarkan. Audit delay merupakan lamanya /

rentang waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku

sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit. Audit delay inilah yang dapat

mempengaruhi ketepatan informasi yang dipublikasikan, sehingga akan

berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan yang berda sarkan

informasi yang dipublikasikan.

Menurut Dyer & McHugh (1975:206 dalam Wiwik Utami, 2006:4)

“Auditors’ report lag is the open interval of number of days from the year end to

the date recorded as the opinion signature date in the auditor’ report”.

Ketepatwaktuan penerbitan laporan keuangan audit merupakan hal yang sangat

penting, khususnya untuk perusahaan-perusahaan publik yang menggunakan pasar

modal sebagai salah satu sumber pendanaan. Menurut Lawrence dan Briyan

(1988) dalam Yugo Trianto (2006:31) Audit Delay adalah lamanya hari yang

dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya, yang diukur dari

tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan

audit.

Audit delay yang melewati batas waktu ketentuan Otoritas Jasa Keuangan,

tentu berakibat pada keterlambatan publikasi laporan keuangan. Keterlambatan

publikasi laporan keuangan bisa mengindikasikan adanya masalah dalam laporan


23

keuangan emiten sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam

penyelesaian audit. Keterlambatan publikasi laporan keuangan sangat merugikan

investor karena dapat meningkatkan asimetri informasi di pasar, insider trading

dan memunculkan rumor yang membuat pasar menjadi tidak pasti. Penelitian ini

bertujuan untuk mengungkapkan faktor faktor apa yang menyebabkan

(determinan) audit delay. Informasi tentang faktor dominan yang mempengaruhi

audit delay dinilai penting karena dapat digunakan oleh investor untuk

mengantisipasi risiko investasi.

Audit delay terjadi karena laporan keuangan yang dipublikasikan harus

diaudit terlebih dahulu oleh akuntan yang independen. Di Indonesia, hal ini diatur

untuk perusahaan yang go public, Berdasarkan Peraturan Nomor X.K.2, Lampiran

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor:

KEP-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten Atau

Perusahaan Publik tanggal 5 Juli 2011 (yang berlaku pada saat Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan ini diterbitkan), batas paling lambat:

a. Penyampaian kepada Otoritas Jasa Keuangan serta pengumuman dan/atau

pemuatan dalam Situs Web Emiten atau Perusahaan Publik atas laporan

keuangan tengah tahunan adalah pada akhir bulan ketiga setelah tanggal

laporan keuangan tengah tahunan, jika disertai laporan Akuntan dalam

rangka audit atas laporan keuangan;

b. Penyampaian kepada Otoritas Jasa Keuangan serta pengumuman dan/atau

pemuatan dalam Situs Web Emiten atau Perusahaan Publik atas laporan

keuangan tahunan yang disertai dengan laporan Akuntan dalam rangka


24

audit atas laporan keuangan adalah pada akhir bulan ketiga setelah tanggal

laporan keuangan tahunan.

Menurut Subekti dan Widiyanti dalam Esynasali (2014), pengertian


audit deay adalah:

“Audit Delay adalah perbedaan waktu antara tanggal laporan


keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan
mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang
dilakukan oleh auditor”

Menurut Wiwik Utami (2006:4),

“Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur


dari tanggal penutupan tahun buku sampai tanggal diselesaikannya
laporan audit independen”.

Menurut Hosain dan Taylor (1998) menjelaskan alasan mengenai

keterlambatan publikasi laporan keuangan, sebagai berikut;

“One of the most tangible reasons for late publication of annual


reports by public limited companies is that the accounts need to be
audited before they can be published.”.
25

2.4 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2

Penelitian-Penelitian tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit

Delay

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian


1. Novelia Faktor-Faktor ukuran perusahaan, Return variabel ukuran KAP dan
Sagita Indra yang On Assets (ROA), ukuran umur perusahaan secara
dan Dicky Mempengaruhi KAP, dan umur signifikan mempengaruhi
Arisudhana Audit Delay perusahaan audit delay, Hal ini
(2012) pada Perusahaan dikarenakan Umur
Go Public di Perusahaan berpengaruh
Indonesia negatif terhadap Audit
Delay yang artinya
bahwa semakin lama
Umur Perusahaan maka
Audit Delay akan
semakin singkat.
2. Ani Faktor-Faktor Opini Auditor, Ukuran Ukuran perusahan dan
Yuliyanti yang Berpengaruh KAP, Solvabilitas Ukuran KAP
(2011) terhadap Audit Perusahaan, Profitabilitas berpengaruh terhadap
Delay Perusahaan, dan Ukuran audit delay, sedangkan
Perusahaan variable Opini Auditor,
Solvabilitas perusahaan,
dan Profitabilitas
perusahaan tidak
mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap
Audit Delay.

2. Novince Faktor-faktor Profitabilitas, solvabilitas, Faktor yang berpengaruh


Lianto dan yang Berpengaruh ukuran perusahaan, umur signifikan adalah
Budi terhadap Audit perusahaan, dan jenis profitabilitas, solvabilitas
Hartono Report Lag industri dan umur perusahaan
Kusuma
(2010)
3. Luciana Faktor- faktor Ukuran perusahaan, umur Faktor yang
Spica yang perusahaan, profitabilitas, mempengaruhi secara
Almilia dan mempengaruhi solvabilitas, likuiditas, dan signifikan adalah ukuran
Lucas Penyelesaian item-item luar biasa dan perusahaan dan umur
Setiady Penyajian atau kontijensi perusahaan
(2006) Laporan
Keuangan pada
26

Perusahaan yang
Terdaftar di BEI
4. Subekti dan Faktor-faktor Ukuran perusahaan, Ukuran perusahaan,
Widiyanti yang Berpengaruh profitabilitas, jenis profitabilitas yang
(2004) terhadap Audit industri, opini audit, diproksikan dengan net
delay di Indonesia ukuran KAP income per total asset,
jenis industri dan KAP
afiliasi (KAP Big Four)
terbukti berpengaruh
negatif terhadap audit
delay. Penerimaan
qualified opinion
berpengaruh negatif
terhadap audit delay
5. Henderson An Examination Ukuran perusahaan, jenis Ukuran bank secara
and Kaplan of Audit report Industry, laba/rugi, pos- negative berhubungan
(2000) Lag for Banks: A pos luar biasa, opini audit, dengan audit report lag
panel data auditor tahun tutup buku, dalam cross sectional
approach proporsi utang analysis

6. Hossain An Examination Ukuran perusahaan, Debt Audit delay hanya


dan Taylor of Audit delay: to equity ratio, dipengaruhi oleh variabel
(1998) Evidence from Profitabilitas, Anak Ukuran perusahaan, anak
Pakistan perusahaan internasional, perusahaan
Ukuran KAP, Jenis multinasional, sedangkan
industri variabel lainnya tidak
terbukti berpengaruh
terhadap audit delay
yang dialami perusahaan
7. Carslaw dan An examination Ukuran perusahaan, Faktor yang berpengaruh
Kaplan of Audit delay: pelaporan laba/rugi, signifikan adalah ukuran
(1991) futher Evidence extraordinary item, perusahaan dan
from New kontrol perusahaan, pelaporan laba/rugi.
Zaeland proporsi utang, jenis
industri, jenis pendapat
auditor, ukuran KAP,
tanggal tutup buku dan
audit delay
8. Dyer and The Timeliness of Ukuran perusahaan, Faktor yang berpengaruh
McHugh The Australian tanggal tutup buku, signifikan adalah ukuran
(1975) Reports profitabilitas, dan audit perusahaan
delay
27

2.5 Kerangka Pemikiran

Perkembangan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia semakin

pesat. Hal ini ditandai banyaknya perusahaan yang go public dalam kurun satu

dekade terakhir. Sejalan dengan perkembangan pasar modal memberikan

pengaruh pula terhadap perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia.

Sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen perusahaan kepada pihak ekstern

dan intern, setiap perusahaan dan badan hukum tersebut wajib untuk membuat

laporan keuangan perusahaan.

Auditing merupakan suatu proses akuntansi dan evaluasi bukti atas suatu

informasi untuk menentukan apakah suatu informasi disajikan secara wajar, dalam

batas-batas tertentu, sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan (Arens

et.al.2006), dikarenakan auditt merupakan suatu proses, berarti terdiri dari

beberapa tahap-tahap audit dari awal (perencanaan) hingga proses pelaporan

(penyelesaian).

Hasil penelitian Boynton dan Kell (1996) dalam Utami (2006:5),

Henderson dan Kaplan (2002) menemukan hubungan positif antara ukuran

perusahaan dengan audit delay, kesimpulan ini berarti bahwa audit delay

perusahaan besar lebih lama dari pada perisahaan kecil.

Menurut Owusu dan Ansah (2000) menyatakan, ketika sebuah perusahaan

berkembang dan para akuntannya belajar lebih banyak masalah pertumbuhan,

menyebabkan penundaan yang luar biasa dapat diminimalisirkan. Akibatnya

perusahaan mapan yang memiliki umur lebih tua cenderung lebih terampil dalam
28

pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika diperlukan karena

pengalaman belajar.

Dalam melaksanakan audit, Akuntan Publik sebagai profesi penunjang

pasar modal (Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal) harus

mempertimbangkan batas waktu (deadline) penyelesaian auditnya pada saat

perencanaan dan penerimaan klien, batas waktu audit yang ditetapkan akan

dipengaruhi atas pemahaman bisnis dan industri klien, resiko bisnis klien,

prosedur analisa awal, tingkat materialitas dan resiko audit yang dapat diterima,

pengendalian internal dan resiko pengendalian lalu mengembangkan perencanaan

audit secara umum dan program audit.

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan. Besar

kecilnya usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan. Penentuan

skala besar kecilnya perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan,

total asset, rata-rata tingkat penjualan (Seftianne, 2011).

Ukuran perusahaan juga merupakan fungsi dari ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan. Semakin besar ukuran perusahaan, semakin

kompleks pula operasional perusahaan. Variabilitas dan intensitas transaksinya

pun tinggi. Hal ini berpengaruh terhadap kecepatan dalam menyajikan laporan

keuangan kepada publik. Dyer dan McHugh (1975) menyatakan bahwa

manajemen perusahaan besar memiliki dorongan untuk mengurangi penundaan

audit (audit delay) dan penundaan laporan keuangan yang disebabkan oleh kare

perusahaan besar senantiasa diawasi secara ketat oleh para investor serta asosiasi

perdagangan dan agen regulator.


29

Pada penelitian-penelitian terdahulu, dijelaskan bahwa total assets biasa

digunakan sebagai alat ukur besar/kecilnya suatu perusahaan (Ashton et.al., 1989;

Courtis, 1976; Davies dan Whittred, 1980; Gilling, 1977; Carslaw dan Kaplan,

1991 dan Abdullah, 1996).

Berdasarkan penelitian lainnya seperti Givoly dan Palmon (1982), Hossain

dan Taylor (1998), Varianada Halim (2000) menemukan bahwa hubungan ukuran

perusahaan dengan audit delay tidak signifikan, hal ini berarti ukuran perusahaan

tidak signifikan mempengaruhi audit delay. Sedangkan, dari hasil penelitian

Henderson dan Kaplan (2002), Boyton dan Kell (1996) menemukan hubungan

yang positif antara ukuran perusahaan dengan audit delay, kesimpulan ini berarti

bahwa audit delay perusahaan besar lebih lama daripada perusahaan kecil.

Dalam melaksanakan audit, Akuntan Publik sebagai profesi penunjang

pasar modal (Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal) harus

mempertimbangkan batas waktu (deadline) penyelesaian auditnyapada saat

perencanaan dan penerimaan klien, batas waktu audit yang ditetapkan akan

dipengaruhi atas pemahaman bisnis dan industri klien, resiko bisnis klien.

Umur perusahaan adalah lamanya sebuah perusahaan berdiri, berkembang

dan bertahan. Umur perusahaan dihitung sejak perusahaan tersebut berdiri

berdasarkan akta pendirian sampai penelitian dilakukan.

Dalam melaksanakan audit, Akuntan Publik sebagai profesi penunjang

pasar modal (undang-undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal) harus

mempertimbangkan batas waktu (deadline) penyelesaian auditnya pada saat

perencanaan dan penerimaan klien, batas waktu audit yang ditetapkan akan
30

dipengaruhi atas pemahaman bisnis dan industri klien, resiko bisnis klien,

prosedur analisa awal, tingkat materialitas dan resiko audit yang dapat diterima,

pengendalian internal dan resiko pengendalian lalu mengembangkan perencanaan

audit secara umum dan program audit.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat digambarkan model analisis yang

menjelaskan hubungan antara variabel dependen dan independen dalam penelitian

ini. Bagan kerangka pemikiran dalah sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Penelitian

Ukuran Perusahaan H
(ASSET) (X )
H
Audit Delay
(Y)
Umur Perusahaan H
(LIST) (X )

Keterangan:

Mempengaruhi secara parsial

Mempengaruhi secara simultan


31

2.5.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan (Firm size) Terhadap Audit Delay

Beberapa faktor yang kemungkinan menjadi penyebab Audit Delay

semakin lama, yaitu: Ukuran Perusahaand dan Umur Perusahaan.

Ukuran perusahaan adalah skala perusahaan yang dilihat dari total aktiva

perusahaan pada akhir tahun. Total penjualan juga dapat digunakan untuk

mengukur besarnya perusahaan. Karena biaya-biaya yang mengikuti penjualan

cenderung lebih besar, maka perusahaan dengan tingkat penjualan yang tinggi

cenderung memilih kebijakan akuntansi yang mengurangi laba (Sidharta, 2000).

Berdasarkan peneliti lainnya seperti Givoly dan Palmon (1982), Hossain

dan Taylor (1998), Variananda Halim (2000) menemukan bahwa hubungan

ukuran perusahaan dengan audit delay tidak signifikan, hal ini berarti ukuran

perusahaan tidak signifikan mempengaruhi audit delay. Sedangkan, dari hasil

penelitian Henderson dan Kaplan (2002), Boynton dan Kell (1996) dalam Utami

(2006:5) menemukan hubungan yang positif antara ukuran perusahaan dengan

audit delay, kesimpulan ini berarti bahwa audit delay berpengaruh besar lebih

lama dari pada perusahaan kecil. Dan hasil penelitian Ani Yulianti (2011) yang

menyatkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap lamanya Audit Delay.

Menurut Suwito dan Herawaty ( 2005):

“Ukuran perusahaan pada dasarnya adalah pengelompokan perusahaan


kedalam beberapa kelompok, diantaranya perusahaan besar, sedang
dan kecil. Skala perusahaan merupakan ukuran yang dipakai untuk
mencerminkan besar kecilnya perusahaan yang didasarkan kepada
total aset perusahaan”.

Penelitian ukuran perusahaan dapat menggunakan tolak ukur aset. Karena


32

total aset perusahaan bernilai besar maka hal ini dapat disederhanakan dengan

mentranformasikan ke dalam logaritma natural (Ghozali,2006); sehingga ukuran

perusahaaan juga dapat dihitung dengan :

Size = Ln Total Assets

Ukuran Perusahaan adalah besar kecilnya suatu perusahaan yang di ukur

dari besarnya total kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Menurut

Mas’ud Machfoedz (1994: 56) menjelaskan bahwa Ukuran Perusahaan

dikategorikan menjadi tiga yaitu: 1) perusahaan besar, 2) perusahaan menengah,

3) perusahaan kecil. Hasil penelitian Ani Yulianti (2011) menunjukan bahwa

Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh signifkan terhadap Audit Delay. Hal ini

dikarenakan semakin besar perusahaan, memiliki sistem pengendalian internal

yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyajian laporan

keuangan dan memudahkan auditor dalam melakukan pengauditan atas laporan

keuangan.

2.5.2 Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Audit Delay

Umur Perusahaan adalah lamanya perusahaan tersebut beroperasi. mur

perusahaan merupakan salah satu variabel penting dalam perjalanan suatu

perusahaan. Umur perusahaan dapat mencerminkan seberapa besar perusahaan

tersebut. Seberapa besar suatu perusahaan dapat digambarkan dalam kedewasaan

perusahaan. Kedewasaan perusahaan akan membuat perusahaan yang

bersangkutan memahami apa yang diinginkan oleh stakeholder dan

shareholdernya.
33

Perusahaan yang sudah lama berdiri tentunya akan mendapat perhatian

lebih dari masyarakat luas. Dengan demikian, tentunya perusahaan yang sudah

lama berdiri akan selalu menjaga stabilitas dan citra perusahaan. Untuk menjaga

stabilitas dan citra, perusahaan akan berusaha mempertahankan dan meningkatkan

kinerjanya.

Pengukuran umur perusahaan dihitung sejak berdirinya perusahaan sampai

dengan data observasi (annual report) dibuat (latifah et al, 2011). Dari annual

report yang diterbitkan perusahaan akan mengungkapkan seberapa bagus

kemampuan perusahaan dalam menjaga stabilitas dan citra.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novelia Sagita Indra dan Dicky

Arisudhana (2012) menyatakan bahwa semakin lama umur perusahaan, maka

Audit Delay yang terjadi semakin kecil, karena perusahaan yang memiliki umur

lebih tua dinilai lebih mampu dalam mengumpulkan, memproses, dan

menghasilkan informasi pada saat diperlukan karena telah memiliki pengalaman

yang cukup banyak dalam hal tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Armanto Witjaksono dan Mega Silvia menyebutkan bahwa Umur Perusahaan

tidak berpengaruh terhadap Audit Delay. Perusahaan yang telah beroperasi lama

tidak menjamin penyelesaian audit akan semakin cepat karena kompeksitas

laporan keuangan.

Menurut Owusu Ansah (2000) mengatakan bahwa:

“Well-established company is likely to be more proficient in gathering,


processing and releasing information when needed because of learning
experience”.
34

Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa perusahaan yang memiliki

umur lebih tua cenderung untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan

dan menghasilkan informasi ketika diperlukan, karena perusahaan telah

memperoleh pengalaman yang cukup. Dengan demikian laporan keuangan akan

dapat disajikan lebih tepat waktu.

2.6 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2014: 93) Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Hipotesis dikatakan sementara karena

jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Dari hipotesis tersebut akan

dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan apakah hipotesis tersebut

benar adanya atau tidak benar. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini

berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh antara variabel independen terhadap

variabel dependen, dimana hipotesis nol (H0) yaitu suatu hipotesis tentang tidak

adanya hubungan, umumnya diformulasikan untuk ditolak. Sedangkan, hipotesis

alternatif (Ha) merupakan hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini,

masing-masing hipotesis tersebut dijabarkan sebagai berikut :

a. Secara Parsial

H01 : Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Audit Delay pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Ha1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


35

H02 : Umur Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Audit Delay pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Ha2 : Umur Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b. Secara Simultan

H03 : Ukuran Perusahaan dan Umur Perusahaan tidak berpengaruh terhadap

Audit Delay pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

Ha4 : Ukuran Perusahaan dan Umur Perusahaan berpengaruh signifikan

terhadap Audit Delay pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai