Anda di halaman 1dari 6

Prototipe Calon Menantu Idaman : Kajian Lingustik Kognitif

Maria Dimitrij Angie Pavita


Magister Linguistik, Universitas Diponegoro

Pendahuluan

Pasangan hidup memang menjadi kebutuhan biologis individu masyarakat. Pandangan


hidup berpasangan menjadi motivasi tersendiri bagi masyarakat secara individu untuk mencari
jodohnya. Di dalam penelitian ini, penulis ingin melihat sejauh mana prototipe menantu idaman
di dalam konteks kebudayaan yang berasal dari lingkungan etnis suku Jawa. Secara ideal tidak
sembarangan seseorang mencari atau menentukan jodohnya, dalam konteks ideal yang bukan
menjadi rahasia umum lagi, ada kriteria yang menjadi pedoman secara umum dalam mencari
jodoh yaitu kecantikannya (bibit), keturunannya (bebet) dan kekayannya (bobot). Ketiga kriteria
ini bagi masyarakat yang berasal dari etnis jawa merupakan hal yang sangat berpengaruh ketika
orang tua mencari jodoh bagi anak mereka.
Etnis atau suku merupakan suatu kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuanyang
lain berdasarkan akar dan identitas kebudayaan, terutama bahasa. Dengan kata lain etnis adalah
kelompok manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas tadi sering kali dikuatkan oleh
kesatuan bahasa (Koentjaraningrat, 2007). Etnis Jawa adalah kelompok etnis di Indonesia yang
awalnya hidup di pulau Jawa bagian tengah dan timur. Pusat kebudayaan Jawa terletak di
daerah Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta dan Magelang. Daerah-daearah ini disebut
“Kejawen” (Kodiran dikutip Martaniah, 1998) kebudayaan ini berpusat pada kerajaan-kerajaan
di daerah tersebut. Keraton merupakan pusat kebudayaan yang menjadi kiblat penduduk yang
berada di bawah wilayah kekuasaannya.

Hal – hal di atas meruoakan faktor yang mempengaruhi seorang yang berasal dari etnis
jawa. Misalnya saja masyarakat yang berasal dari etnis Jawa berperilaku tenang, tidak suka
konflik, mementingkan keselerasan, menjunjungtinggi nilai keluarga, mampu mengerti dan
memahami orang lain, sopan, memiliki pengendalian diri yang baik, tahan derita, dan dapat
menerima segala situasi bahkan yang terpahit sekalipun. Prinsip kerukunan dan harmoni yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa inilah yang nanti pada akhirnya membuat menantu
seorang perempuan yang memiliki latar budaya jawa seringkali memilih untuk diam (nrimo) dan
pasrah ketika mengalami konflik dengan mertuanya sebagai bentuk patuh dan taat pada suami.
Dengan demikian dapat dilihat secara garis besar jika kriteria seorang menantu idaman
bagi masyarakat yang berasal dari etnis jawa adalah seseorang yang baik, sabar, patuh, dan taat
terhadap suami dan mertua. Hal – hal demikian merupakan sebuah prototipe yang berkembang di
dalam masyarakat. Kajian dalam linguistik kognitif terdapat pembahasan prototipe dan
perspektif.
Prototipe dipahami sebagai the most central member of category (Rosch, 1975). Hal
tersebut berarti bahwa prototipe merupakan sentral penting dalam suatu kategori. Prototipe
menjadi kata yang muncul paling banyak dalam sebuah kategori. Selain itu, prototipe disebut
juga sebagai
ideal meaning (Evans, 2007:176) atau variasi yang dianggap paling ideal atau paling
mewakili sebuah kategori. Prototipe adalah representasi atau perwakilan yang abstrak dari
sebuah kategori atau bagian dari kategori yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan
keanggotaan sebuah kategori (Rosch & Mervis dalam Lipka, 1986:85). Selaras dengan Rosch,
Evans, dan Mervis, prototipe menurut Arimi (2015:110) yakni data yang paling sering muncul
dalam sebuah kategori
Teori prototipe merupakan salah satu hipotesis psikologis yang berhubungan dengan
kategorisasi konseptual. Hal ini sejalan dengan pendapat Evans dan Green (2006) yang
menyatakan bahwa teori prototipe berawal dari hasil penelitian eksperimental Eleanor Rosch,
seorang psikolog kognitif, yang menyatakan bahwa teori prototipe mengandung dua prinsip
dasar pembentukan kategori dalam pikiran manusia, antara lain: (1) prinsip kognitif
ekonomi, dan  (2)  prinsip struktur  dunia yang dirasakan. Kedua prinsip ini pada akhirnya dapat
digunakan sebagai sistem kategorisasi pada manusia. Sejauh ini penentuan prototipe yang meng-
gambarkan makna suatu kata masih kabur sehingga memungkinkan adanya suatu tingkatan atau
gradasi. Dalam aplikasinya penentuan suatu kata terhadap suatu benda tidak mendasarkan pada
jawaban “iya atau tidak” tetapi berdasarkan “lebih atau kurang”. Maka dari itu perlu dilakukan
suatu penelitian yang lebih mendalam untuk melihat sejauh mana prototipe menantu idaman bagi
masyakarakat yang berasal dari etnis jawa.
Penelitian mengenai protipe dilakukan oleh Wulandari di 2015. Peneliti melakukan
penelitian mengenai prototipe kata dosa. Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner awal, didapati
sejumlah variabel yang dapat menentukan apa yang disebut “dosa”. Variabel tersebut antara lain:
(a) Melanggar aturan agama, (b) A tahu jika perbuatannya melanggar aturan agama, (c) A
melakukan pelanggaran dengan sengaja, dan (d) Perbuatan A merugikan diri sendiri dan orang
lain. Melanggar aturan agama berkaitan dengan tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Apakah
tindakan tersebut melanggar aturan agama yang dianutnya atau tidak? Variabel (b) berkaitan
dengan pengetahuannya mengenai aturan dalam agamanya. Variabel (c) berkaitan dengan
motivasi untuk melanggar aturan agamanya. Apakah perbuatan tersebut disengaja atau tidak
disengaja? Sedangkan variabel (d) berkaitan dengan besar kecilnya efek yang ditimbulkan dari
tindakan pelanggaran tersebut, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Pada tahun 2019 Zakiyah melakukan penelitian mengenai prototipe kata korupsi.
Penelitian ini bertujuan mendefinisikan korupsi melalui teori prototipe dalam linguistik kognitif.
Penelitian didesain melalui pendekatan kualitatif-kuantitatif dengan ancangan teori prototipe
Tomaszczyk (2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel korupsi yang paling
memengaruhi derajat korupsi adalah (1) terdapat imbalan yang tidak sah‘ dan (2) terdapat
penyalahgunaan kewenangan‘, sedangkan (3) tahu bahwa itu korupsi‘dan (4) niat korupsi‘ tidak
berpengaruh. Temuan ini menegaskan bahwa dalam kajian prototipe terdapat dua aspek yang
memengaruhi derajat prototipe suatu kategori, yaitu variabel anggota kategori dan latar belakang
responden. Selanjutnya penelitian terkait prototipe dilakukan oleh Nurjannah (2013) yang
melihat protipe leksem bule dalam kognisi orang Indonesia. Hal ini tentu berbeda dengan
penelitian ini yang melihat prototipe leksem korupsi. Dengan demikian, penelitian ini dapat
berkontribusi terhadap pengembangan teori semantik prototipe. Sukyadi di tahun 2006
melakukan penelitian mengenai prototipe marah dan benci. Tujuan di dalam penelitian ini adalah
untuk melihat sejauh mana definisi dari marah dan benci dapat didefinisikan secara sepadan. Di
dalam penelitian ini, peneliti memberikan fokus lebih pada penerapan teori prototipe untuk
mengidentifikasi atribut utama pembentuk makna kedua kata tersebut. Kesimpulan yang dapat
ditarik dari penelitian ini adalah dalam kategorisasi konsep abstrak seperti marah dan benci,
peristiwa atau kejadian yang menjadi pemicu munculnya konsep itu sangat esensial. Konsep
marah memiliki prototipe fisiologis maupun psikologis, sedangkan konsep benci prototipenya
hanya bersipat psikologis saja. Konsep marah dan benci dapat dikatakan memiliki kesamaan
famili dalam model kognitifnya, bukan dalam atribut prototipenya.
Pada tahun 2020 Sari dan Baskoro melakukan penelitian mengenai prototipe
keperawanan yang di dapatkan dari twitter. Penelitian ini mengkaji prototipe yang muncul
dari istilah keperawanan yang terdapat dalam perspektif pengguna twitter. Tujuan dari
penelitian ini untuk mendeskripsikan prototipe keperawanan dalam perspektif pengguna
twitter. Peneliti mula-mula mengamati dan menyimak cuitan dari pengguna twitter tentang
keperawanan. Kemudian peneliti menemukan prototipe atau makna ideal untuk istilah
keperawanan. Selanjutnya peneliti menggunakan teknik tangkap layar untuk mengumpulkan
prototipe dalam ujaran yang dicuitkan pengguna twitter. Data yang sudah dikumpulkan
kemudian dipilah dan dicatat berdasarkan pengelompokannya. Selanjutnya untuk
menguraikan prototipe keperawanan dalam perspektif pengguna twitter, peneliti
memakai beberapa teori pendukung. Yakni berupa teori dalam kajian linguistik yang
diantaranya adalah prototipe dan perspektif.

Metode Penelitian

Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 50 orang ibu yang berusia 50 – 60
tahun yang berasal dari kelompok Ibu yang tinggal di perkotaan dan juga pedesaan. Mereka
diminta menjawab pertanyaan terbuka mengenai ciri-ciri menantu yang mereka inginkan
nantinya bersanding dengan anak mereka. Pada tahap pengumpulan data, penulis mengambil
data secara acak bagi Ibu yang berasal dari etnis suku jawa. Instrumen yang digunakan untuk
menghimpun data berupa kuisioner. Instrument pertama berupa kuisioner terbuka yang dijadikan
landasan untuk menentukan variabel. Instrument kedua berupa instrument tertutup yang
dikembangkan berdasarkan variabel yang ditemukan.

Langkah pertama yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah menentukan
variabel. Variabel tidak serta merta ditentukan berdasarkan intuisi peneliti melainkan berdasar
pada hasil observasi awal yang dilakukan pada sejumlah ibu yang memiliki latar belakang dari
lingkungan perkotaan dan pedesaan supaya dapat melihat sejauh mana prototipe menantu idaman
menurut pandangan mereka. Penentuan variabel terlebih dahulu dilakukan dengan menyebarkan
kuisioner awal kepada beberapa subjek penelitian secara acak untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.

Contoh Data Penelitian

Berikut ini merupakan contoh dari data atribut prototipe menantu idaman menurut responden
yang berasal dari wilayah pedesaan dan perkotaan.

No Atribut ‘Menantu Idaman’


1 Seiman ( memiliki Agama yang sama)
2 Mapan secara finansial
3 Berpenampilan Menarik
4 Memiliki kepribadian yang baik
5 Sudah punya rumah sendiri
6 Berasal dari keluarga kaya raya
7 Matang secara mental
8 Sopan
9 Memiliki wawasan luas
10 Ramah dan suka menolong
11 Peka terhadap keadaan sekitar
12 Memiliki kendaraan
13 Ada tabungan yang cukup untuk bekal nikah
14 Pintar masak
15 Bekerja sebagai PNS

Dalam mengidentifikasi konsep menantu idaman, responden melihat pentingnya identifikasi


atribut dari keiteria apa saja yang harus dimiliki seorang calon menantu yang di idamkan oleh
para mertua. pada data di atas dapat dilihat secara lebih mendalam jika dilihat dari data yang
disebarkan, bahwa sebagian besar responden membuat kriteria menantu yang mereka inginkan
jika berasal dari tingkat ekonomi yang sudah cukup berada. Hal ini dimaksudkan karena
responden ingin memberikan kepastian jika anaknya nanti akan mendapatkan hidup yang layak
di kehidupan setelah menikah.

Daftar Pustaka

Rosch, E. 1995. Principles of Categorization. (harnad@cogsci.soton.ac.uk).


Rudzka-Ostyn, B. 1988. Topics in Cognitive Linguistics. Amsterdam/Philadelphia: John
Benjamins Publishing Company.
Samuel, A.G. (1982). Phonetic Prototypes. Perception and Psychophysics, 31, 307-314.
Sussman, Joan E. 1993. A Preliminary Test of Prototype Theory for a (ba) to (da) Continuum.
ASA 125 Meeting Ottawa 1993 May.
Taylor, John. 1998. Syntactic Constructions as Prototype Categories. In Tomasello
(1998b:177-202).
Taylor, J. R. 1995. Linguistics Categorization: Prototypes in Linguistics Theory. United
States: Oxford University Press
Tomasello, Michael. 1998. The New Psychology of Language: Cognitive and functional
approaches to language structure. Mahwah, NJ: Laurence Erlbaum.
Ungerer, F. & Schmid, H.J. 1996. An Introduction to Cognitive Linguistics. England: Addison
Wesley Longman Limited

Anda mungkin juga menyukai