Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Perkembangan Islam di Spanyol

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu : Muhammad Nurkhanif, M.SI

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Nesty Alfiana (1708036005)


2. Rodhiyatul Rokhayati (1808006001)
3. Muhammad Labib (1808066004)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020

I
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A. Masuknya Islam ke Spanyol ..................................................................... 3
B. Perkembangan Islam di Spanyol.................................................................5

C. Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol ................................................ 12


D. Penyebab Kemunduran Islam di Spanyol...............................................17

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 21


A. Kesimpulan ............................................................................................. 21
B. Saran............................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 23

II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah berakhirnya periode klasik (kemajuan atau keemasan) Islam,
Islam mulai memasuki masa kemunduran, pada saat itu Eropa bangkit dari
keterbelakangannya. Kebangkitan itu tidak hanya terlihat dalam bidang
politik dan bagian lainnya, yang paling utama adalah kemajuan dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan, kemajuan dalam bidang
ilmu dan teknologi inilah yang mendukung keberasilan politiknya. 1
Kemajuan Eropa ini tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan Islam
di Spanyol. Dari pemerintahan Islam Spanyol di Eropa banyak yang
menimba ilmu, pada periode klasik (saat Islam mencapai masa keemasan
atau kejayaannya) Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat
penting, yang dapat menyaingi Baghdad bagian timur. Pada saat itu,
orang-orang Eropa Kristen banyak yang belajar di beberapa perguruan
tinggi Islam di sana. Islam menjadi guru bagi orang-orang Eropa. Oleh
sebab itu, kehadiran dari Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para
sejarawan.2
Sejarah telah mencatat bahwa peradaban Islam pernah mengalami
puncak kejayaannya, berkat adanya ketekunan pemeluk Islam itu sendiri
dalam mencari, menemukan sesuatu yang baru dan berguna bagi umat
manusia, serta menyebarkan ilmu pengetahuan. Dengan adanya kegiatan
penerjemahan buku-buku berbahasa Arab hasil karya para pemikir Islam
ke dalam bahasa-bahasa Eropa, maka terbukalah pintu ilmu pengetahuan
di Eropa.3
Oleh sebab itu makalah ini dibuat untuk memberikan penjelasan
pada pembaca mengenai bagaimana masuknya Islam ke Spanyol,
perkembangan Islam di Spanyol, serta mengetahui kemajuan dan
kemunduran peradaban Islam di Spanyol.

1
Ramdloni, Analisis Runtuhnya Islam Di Spanyol (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2011), h. 1
2
Ramdloni, Analisis Runtuhnya Islam Di Spanyol (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2011), h. 1
3
Ramdloni, Analisis Runtuhnya Islam Di Spanyol (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2011), h. 1

21
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Masuknya Islam ke Spanyol?
2. Bagaimana Perkembangan Islam di Spanyol?
3. Bagaimana Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol?
4. Apa Penyebab Kemunduran Islam di Spanyol?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Masuknya Islam ke Spanyol.
2. Untuk Mengetahui Perkembangan Islam di Spanyol.
3. Untuk Mengetahui Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol.
4. Untuk Mengetahui Penyebab Kemunduran Islam di Spanyol.

22
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masuknya Islam ke Spanyol4


Dalam sejarah ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, Spanyol lebih
dikenal dengan sebutan nama Andalusia, yang di ambil dari sebutan tanah
semenanjung lberia. Pemberian nama Andalusia berasal dari sebuah kata
vandalusia artinya negeri dari bangsa vandal, karena pada bagian selatan
semenanjung Iberia pernah dikuasai oleh bangsa vandal sebelum mereka
dikalahkan bangsa gothia barat pada abad ke-V. Saat itu, daerah tersebut
dikuasai oleh kaum Islam pada saat setelah penguasa bani Umayyah merebut
tanah semenanjung Iberia bangsa gothik barat pada masa khalifah Al-Walid
Ibn Abdul Malik.5
Spanyol di duduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715),
salah satu seorang khalifah dari bani Umayyah yang berpusat di Damaskus.
Sebelum menakhlukkan Spanyol, umat Islam telah mengusai Afrika Utara
dan menjadikannya salah satu provinsi di Dinasti Umayyah. Penguasaan
sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi pada masa khalifah Abdul Malik (685-
705). Khalifah Abdul Malik kemudian mengangkat Hasan Bin Nu’man Al-
Ghassani menjadi gubenur di daerah tersebut. Pada masa Khalifah Al-Walid,
Hasan bin Nu’man sudah digantikan Musa Bin Nushair. Pada kekhalifahan
Al-Walid, Musa bin Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan
menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan
penaklukannya ke beberapa daerah bekas kekuasaan bangsa barbar pada
daerah pegunungan, sehingga mereka menyatakan kesetiaan dan berjanji
untuk tidak membuat kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan
sebelumnya.6

4
Ramdloni, Analisis Runtuhnya Islam Di Spanyol (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2011), h. 2
5
Prof.Dr Suwito, Sejarah SoSial Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2005), h. 110
6
Samsul munir amin, Islam Sejarah Peradaban (Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2009), h. 161-162

3
2
Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai oleh Islam, kawasan tersebut
terdapat beberapa kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan romawi,
yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan tersebut sering menghasut penduduk untuk
membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan
tersebut dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk
menaklukkan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan
untuk kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol. 7
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang
dikatakan paling berjasa memimpin satuan pasukan ke sana. Mereka adalah
Tharif Ibn Malik, Thariq Ibn Ziyad, dan Musa Ibn Nushair. Tharif dapat
disebut sebagai perintis dan juga penyelidik. Ia menyeberangi selat yang
berada di antara Maroko dan benua Eropa dengan satu pasukan perang, 500
orang diantaranya yaitu tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal
yang telah disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan Tharif tidak mendapat
perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara dengan
membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. 8 Dari keberhasilan
Tharif dan gemelut yang terjadi dalam kerajaan Visigothic yang berkuasa di
Spanyol saat itu, serta dorongan besar untuk memperoleh harta rampasan
perang, Musa Ibn Nushair (pada tahun 711 M) mengirim pasukan ke Spanyol
sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad. 9
Kesuksesan Thariq Bin Ziyad pada masa Al-Walid (Daulat Umayyah-
Damaskus) diikuti oleh Abd Al-Rahman Al-Dakhil (penguasa pertama Daulat
Umayyah-Spanyol), yang mana ia berusaha menata sistem pemerintahan. Ia
melihat masyarakat Spanyol merupakan masyarakat yang heterogen, baik
berdasarkan dari strata sosial, suku, ras, ataupun agamanya. Ia juga
mempunyai tentara yang terorganisir dengan baik, jumlahnya tidak kurang
dari 40.000 tentara bayaran Barbar dan ia juga membangun angkatan laut
yang kuat. Gebrakan lain yang telah dilakukannya adalah mendirikan masjid

7
http://fadliyanur.multiply.com/journal/item/34, Diakses tanggal 02 januari 2011.
8
A. Syalabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983), h. 154
9
Dr. Badri Yatim, sejarah peradaban islam (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), h. 89

42
agung Cordova dan sekolah-sekolah di beberapa kota besar pada wilayah
Spanyol. 10

B. Perkembangan Islam Di Spanyol11


Perkembangan Islam di Spanyol Tak dapat dipungkiri bahwa Islam
memainkan peranan yang penting di Spanyol selama sekitar delapan abad. Di
Spanyol, Bangsa Arab memperoleh kemenangan paling besar dan paling lama
di Eropa walaupun juga penderitaan yang dramatis terjadi di sana
(Lewis,1988: 122; Al Siba’i,1987: 33). Sejarah panjang yang dilewati umat
Islam Spanyol menurut Hamka (1994: 293-294) terbagi dalam tiga masa saja,
yaitu masa saat diperintah oleh wakil khalifah dari Damaskus, masa
diperintah oleh para amir, dan masa dipimpin oleh seorang khalifah. Namun
menurut Badri Yatim (1994: 92), masa Islam di Spanyol itu dapat dibagi
menjadi enam periode sebagai berikut.
1. Periode Pertama (711-755 M)
Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat
oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Stabilitas
politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna karena banyak
gangguan baik gangguan internal maupun eksternal. Gangguan dari
dalam antara lain berupa perselisihan dan pertengkaran di kalangan
para elit penguasa, terutama akibat perbedaan suku dan golongan.
Begitu pula terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di
Damaskus dan Gubernur Afrika Utara yang berpusat di Qairawan
yang masing-masing mengaku paling berhak atas daerah Spanyol.
Konsekuensinya, terjadilah dua puluh kali pergantian wali (gubernur)
Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat.
Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi
perang saudara, antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Etnis Arab
sendiri terdiri dari dua golongan yang selalu bersaing, yaitu suku
Qaisy (Arab Utara) dan Arab Yaman (Arab Selatan). Perbedaan etnis

10
Samsul munir amin, Islam Sejarah Peradaban (Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2009), h. 161-162
11
Sudirman, Islam dan Peradaban Spanyol: Catatan Kritis Beberapa Faktor Penyebab Kesuksesan
islam Spanyol (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2011), h. 6-18

25
ini tak jarang menyebabkan konflik politik terutama ketika ada figur
yang kuat dan tangguh. Wajarlah jika di Spanyol pada saat itu tidak
ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya dalam
jangka waktu yang agak lama. Gangguan dari luar muncul dari
“mantan” musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-
daerah pegunungan yang memang tidak pernah loyal kepada
pemerintahan Islam. Mereka sangat benci Islam dan terus menyusun
kekuatan. Sebagai hasilnya, mereka mampu mengusir Islam dari
bumi Andalus walau harus berjuang lebih dari 500 tahun.
Dengan banyaknya konflik internal dan eksternal, maka dalam
periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di
bidang peradaban dan kebudayaan. Datangnya Abd al Rahman al
Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755M menjadi tanda
berakhirnya periode pertama (Yatim,1994: 94).
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada masa ini, Spanyol diperintah oleh seorang amir (panglima
atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan yang
ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Bagdad. Amir
pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138
H/755M dan diberi gelar al Dakhil (yang masuk ke Spanyol).
Abdurrahman al Dakhil adalah keturunan Bani Umayyah yang
berhasil melarikan diri dan lolos dari kejaran Bani Abbasiyah yang
telah menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus.
Abdurrahman melakukan pengembaraan ke Palestina, Mesir, dan
Afrika Utara, hingga akhirnya tiba di Cheuta. Di wilayah ini, ia
memperoleh bantuan dari Bangsa Barbar dalam menyusun kekuatan
militer. Selanjutnya, ia sukses mendirikan Dinasti Bani Umayyah di
Spanyol. Pemerintah setelah Abdurrahman al Dakhil adalah Hisyam
I, Hakam I, Abd al Rahman al Ausath, Muhammad Ibnu Abd al
Rahman, Munzir Ibnu Muhammad, dan Abdullah Ibnu Muhammad
(Ali, 1996: 302-312). Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai
memperoleh banyak kemajuan, baik dalam bidang politik maupun

26
dalam bidang peradaban. Abd Rahman al Dakhil mendirikan masjid
Kordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam I
dikenal berjasa sebagai pembaharu dalam kemiliteran. Dialah yang
memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Ia juga orang pertama
yang menjadikan Madzhab Maliki sebagai Madzhab resmi negara.
Adapun Abd. Al Rahman al Ausath dikenal sebagai penguasa yang
cinta ilmu. Pemikiran filsafat mulai masuk, terutama di zaman
Abdurrahman al Ausath, yang mengundang para ahli dari dunia Islam
lainnya untuk datang ke Spanyol.
Akhirnya, kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol kian
berkembang. Gangguan politik serius yang terjadi pada periode ini
justru datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di
Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung
selama 80 tahun. Di samping itu, sejumlah orang yang tak puas
menuntut terjadinya revolusi. Pemberontakan yang dipimpin oleh
Hafsun dan anaknya, Umar, yang berpusat di pegunungan dekat
Malaga merupakan yang gangguan penting. Selain itu, perselisihan
antara orang-orang Barbar dan orang Arab masih seringkali terjadi
(Yatim, 1994: 96).
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Pemerintahan Abd Rahman III yang bergelar al Nasir li dinillah
(penegak agama Allah) sampai munculnya raja-raja kelompok (kecil)
yang dikenal dengan Muluk al Thawaif masuk dalam periode ketiga.
Pada periode ini, Spanyol diperintah oleh penguasa yang bergelar
Khalifah. Dengan demikian, pada masa ini terdapat dua khalifah
sunni di dunia Islam, Khalifah Abbasiyah di Bagdad dan Khalifah
Umayyah di Spanyol, di samping seorang khalifah Syi’ah Fatimiyyah
di Afrika Utara (Ali, 1996: 308). Pemakaian gelar khalifah tersebut
bermula dari berita bahwa al Muqtadir, khalifah daulat Bani
Abbasiyah Bagdad, tewas dibunuh oleh pengawalnya sendiri.
Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana
pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam ketidakpastian. Oleh

27
sebab itu, momen tersebut dianggap sebagai waktu yang tepat untuk
memakai gelar khalifah yang telah dirampas dari kekuasaan Bani
Umayyah selama 150 tahun lebih (Yatim, 1994: 96). Gelar ini resmi
dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah
pada periode ketiga ini ada tiga orang, yaitu Abd Rahman al Nasir
(912-961), Hakam II (961-976), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini, umat Islam Spanyol berhasil mencapai puncak
kemajuan dan kejayaannya. Hal ini dapat disejajarkan dengan
kejayaan daulat Abbasiyah di Bagdad. Abd Rahman III merupakan
penguasa Umayyah terbesar di Spanyol. Seluruh gerakan pengacau
dan konflik politik dapat diselesaikan sehingga situasi negara relatif
aman. Penaklukan kota Elvira, Jain, dan Seville merupakan sebagian
bukti keberhasilan Abd. Rahman III dan kekuatan Kristen juga
dipaksa menyerah kepadanya. Setelah sukses mengatasi problem
politik dalam negeri, ia juga berhasil menggagalkan cita-cita Daulah
Fatimiyyah untuk memperluas wilayah kekuasaannya ke negeri
Spanyol. Di bawah pemerintahan Khalifah Abd Rahman III, Spanyol
mengalami kemajuan peradaban yang menggembirakan, terlebih di
bidang Arsitektur. Tercatat tidak kurang dari 300 masjid, 100 istana
megah, 13.000 gedung, dan 300 tempat pemandian umum berada di
Cordova. Kemasyhurannya sebagai penguasa dikenal sampai di
negeri Konstantinopel, Jerman, Perancis, hingga Itali. Bahkan,
penguasa negeri-negeri tersebut mengirim para dutanya ke Istana
Khalifah. Armada laut yang dibentuk berhasil menguasai jalur lautan
tengah bersama dengan armada Fatimiyyah. Kebesaran Abd Rahman
III dapat disejajarkan dengan Raja Akbar dari India, Umar bin
Khattab, dan Harun al Rasyid. Jadi, Abdurrahman III bukan hanya
sebagai penguasa terbaik Spanyol, melainkan juga salah satu
penguasa terbaik dunia (Ali,1996:309). Sayangnya, tidak semua
tokoh sejarah mengetahui hal ini (Husain,1996: 1).
Penguasa setelah Abd Rahman II adalah Hakam II, yang
merupakan seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Koleksi

28
dalam perpustakaannya tidak kurang dari 400.000 buku. Pada masa
ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran.
Pembangunan kota pun berlangsung cepat. Selanjutnya, Hisyam II
naik tahta dalam usia sebelas tahun merupakan awal kehancuran
khilafah Bani Umayyah di Spanyol. Oleh karena itu, kekuasaan de
facto berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M. Khalifah
menunjuk Ibnu Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara
mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan
kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan
menyingkirkan rekan dan saingannya. Atas keberhasilannya, ia
mendapat gelar al Mansur billah. Ia wafat pada tahun 1002 M dan
digantikan oleh anaknya al Muzaffar yang masih dapat
mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah ia wafat
pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki
kualifikasi untuk jabatan itu. Akhirnya pada tahun 1013 M, dewan
menteri yang memerintah Cordova menghapus jabatan khalifah.
Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil
yang berpusat di kota-kota tertentu (Watt, 1995: 218).
4. Periode keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh
negeri kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau al Muluk
al Thawaif, yang antara lain berpusat di suatu kota seperti Seville,
Cordova, dan Toledo (Bosworth, 1993: 35-40). Pemerintahan
terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini,
umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian internal.
Sayangnya, jika terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak
yang bertikai itu, ada pihak-pihak tertentu yang meminta bantuan
kepada raja-raja Kristen. Karena menyaksikan kekacauan dan
kelemahan yang menimpa keadaan politik Islam, maka orang-orang
Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan
untuk pertama kalinya. Akibat fatalnya, kekuatan Islam diketahui
mulai menurun dan tiba saatnya untuk dihancurkan (Yatim,1994:96).

29
5. Periode kelima (1086-1248 M)
Walaupun terpecah dalam beberapa negara, pada periode kelima
ini, Spanyol Islam masih mempunyai suatu kekuatan yang dominan,
yaitu dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun
(1146-1235M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah
gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf Ibnu Tasyfin di Afrika
Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan
yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas undangan
penguasa-penguasa Islam di sana tengah berjuang mempertahankan
negerinya dari serangan kaum Nasrani. Ia dan tentaranya memasuki
Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan
Castilia. Perpecahan di kalangan raja-raja Muslim menyebabkan
Yusuf bergerak lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia pun
berhasil. Kesuksesan ini ternyata tidak dapat diteruskan oleh
penguasa-penguasa sesudahnya karena mereka adalah raja-raja yang
lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti Murabithun baik di
Afrika Utara maupun di Spanyol berakhir. Dinasti Muwahhidun
muncul sebagai gantinya.
Tahun 1146 M penguasa Muwahhidun yang berpusat di Afrika
Utara merebut Spanyol. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad
Ibnu Tumart (w. 1128). Ia adalah seorang cerdas, tangkas, dan tak
segan-segan mempunyai pemikiran berseberangan. Ia adalah murid
Qadi Ibnu Hamdin (Urvoy, 1991: 11). Dinasti ini datang ke Spanyol
di bawah pimpinan Abd al Munim. Antara tahun 1114 dan 1154 M,
kota-kota Muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke
bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini
mengalami banyak kemajuan terutama saat pemerintahan dipegang
oleh Abu Yusuf al Mansur. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul
mundur. Akan tetapi tidak lama kemudian, dinasti Muwahhidun
mengalami keruntuhan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen
memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-
kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya

2
10
memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara
tahun 1235 M. keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah
penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak
mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar.
Tahun 1238 M, Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan
Seville jatuh pada tahun 1248 M. Akhirnya, kecuali Granada, seluruh
wilayah Spanyol telah lepas dari kekuasaan Islam (Yatim, 1994: 99).
6. Periode keenam (1248-1492 M)
Kerajaan Granada merupakan pertahanan terakhir Muslim
Spanyol di bawah kekuasaan dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M).
Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman
Abdurrahman al Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya
berkuasa di wilayah yang kecil. Persekutuan antara wilayah Aragon
dan Castille melalui perkawinan Ferdinand dan Isabella melahirkan
kekuatan besar untuk merebut kekuasaan terakhir umat Islam di
Spanyol (Tim, 1994: 175).
Namun beberapa kali serangan mereka belum berhasil menembus
pertahanan umat Islam. Abu Hasan yang menjabat pada waktu itu
mampu mematahkan serangan tersebut. Bahkan ia menolak
membayar upeti kepada pemerintahan Castille. Abu Hasan dalam
suatu serangan berhasil menduduki kota Zahra. Untuk membalas
dendam, Ferdinand melancarkan serangan mendadak terhadap al
Hamra dan berhasil merebutnya. Banyak wanita dan anak kecil yang
berlindung di sana dibantai oleh pasukan Ferdinand. Jatuhnya al
Hamra ini merupakan pertanda kejatuhan pemerintahan Granada.
Situasi pemerintahan pusat di Granada semakin kritis dengan
terjadinya beberapa kali perselisihan dan perebutan kekuasaan antara
Abul Hasan dengan anaknya yang bernama Abu Abdullah. Serangan
pasukan Kristen yang berusaha memanfaatkan situasi ini dapat
dipatahkan oleh Zaghal, saudara Abul Hasan. Zaghal menggantikan
Abul Hasan sebagai penguasa Granada. Zaghal berusaha mengajak
Abu Abdullah menggabungkan kekuatan dalam menghadapi musuh.

2
11
Tapi ajakan itu ditolaknya. Ketika terjadi pergolakan politik antara
Zaghal dan Abu Abdullah, pasukan Kristen melakukan penyerbuan
dan berhasil menguasai Alora, Kasr Bonela, Ronda, Malaga, dan
Loxa. Pada serangan berikutnya, Zaghal menyerah dan melarikan diri
ke Afrika Utara. Satu-satunya kekuatan Muslim berada di kota
Granada dipimpin oleh Abu Abdullah yang kemudian dihancurkan
oleh Ferdinand. Abu Abdullah dipaksa menyampaikan sumpah setia
kepada Ferdinand dan bersedia melepaskan harta kekayaan ummat
Islam sebagai imbalan dari diberikannya hak hidup dan kebebasan
beragama bagi orang Islam. Peralihan kekuasaan yang menyedihkan
itu terjadi pada tanggal 3 Januari 1492M (Ali, 1996: 315; Yatim,
1994: 99-100).
Dengan demikian, berakhirlah kekuasan Islam di Spanyol. Umat
Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau
pergi meninggalkan Spanyol. Akibatnya, pada tahun 1609 M, dapat
dikatakan tidak ada lagi umat Islam yang hidup di daerah ini.

C. Masa Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol12


Muhammad II atau Al-Mansur adalah penguasa Spanyol yang paling
istimewa, setelah Abdurrahman III. Dia adalah seorang prajurit dan
negarawan terbesar di Eropa abad ke-10. Kekuasaan beliau begitu ditakuti
sehingga tidak ada yang berani melakukan pemberontakan yang dapat
mengganggu ketenteraman negeri. Jalan-jalan dibangun, perdagangan
dikembangkan dan pertanian diperbaiki yang membuat kemakmuran rakyat
menjadi meningkat.
Al-Mansur penyokong ilmu pengetahuan, kesenian dan kebudayaan, dia
mendorong bagi setiap pengembangan cabang ilmu pengetahuan. Istananya
ramai dikunjungi para pujangga dan cendikiawan. Bahkan dia adalah seorang
penyair yang telah menciptakan karya penting tentang kesusasteraan Arab.13
Pada masa kemajuan pemerintahan ini tergambarlah kemegahan
Spanyol yang begitu indah. Hal itu terlihat dari pembangunan fisik banyak

12
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, c. 5 (Jakarta: UI Press, 1985)
13
Syed Mahmudunnasir, op.cit., h. 310

212
yang mendapat perhatian umat Islam Spanyol di antaranya adalah bidang
perdagangan, jalanjalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian
diperkenalkan irigasi baru kepada masyarakat Spanyol yang tidak mereka
kenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran-saluran air dan bahkan
jembatan air didirikan. Dengan begitu tempat-tempat yang tinggi mendapat
jatah air. Disamping itu, orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi,
perkebunan jeruk, kebun-kebun dan tanam-tanaman.
Selain perdaganagan dan pertanian, juga dibangun industri-industri,
sebagai tulang punggung ekonomi Islam Spanyol. Di antaranya, adalah
tekstil, kayu kulit, logam dan industri barang-barang tembikar. Untuk
memperindah kemegahan Spanyol dilakukan pembangunan gedung-gedung
istana, masjid, pemukiman, dan taman-taman. Di antata pembangunan yang
megah adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, istana Ja’fariyah di Saragossa,
tembok Toledo, istana Hambra di Granada, dan masjid Seville.
Cordova merupakan ibu kota Spanyol baik sebelum ataupun sesudah
Islam masuk ke sana. Ketika Cordova diambil alih oleh kekuasaan daulah
Umayyah kemudian dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di
atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman kota dibangun untuk
menghiasi ibu kota Spanyol tersebut.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pada masa kemajuan pemerintahan ini juga terjadi perkembangan ilmu
Pengetahuan yang sangat mempesona. Karena Spanyol adalah negeri yang
subur. Kesuburannya mendatangkan kemajuan ekonomi. Kemajuan ekonomi
menghasilkan banyak pemikir. Masyarakatnya majemuk, terdiri dari orang
Arab (utara dan selatan), orang Barbar (dari Afrika Utara), al-muwalladun
(orang Spanyol yang masuk Islam), orang Spanyol yang masih Kristen dan
orang Yahudi. Semua komunitas itu kecuali Kristen, memberikan saham
intelektual bagi terbentuknya kebangkitan budaya ilmiyah, sastra dan
kesenian di Andalusia, di antaranya yang terpenting adalah:
1. Filsafat
Dalam bidang filsafat, atas inisiatif al-Hakam II (961-976 M.)
karya-karya ilmiah dan filosof diimpor dari Timur dalam jumlah

2
13
besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan Universitas-
universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu
pengetahuan di Dunia Islam.
Tokoh pertama dalam filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakar
Muhammad bin al-Sayyigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah.
Sama seperti al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, dia melakukan kajian
filsafat pada bidang yang bersifat etis dan eskatologis. Para ahli
sejarah memandangnya sebagai orang yang berpengetahuan luas dan
menguasai tidak kurang dari dua belas bidang ilmu.14
Tokoh kedua adalah Abu Bakar ibn Thufail yang lebih dikenal
dengan Ibn Thufail. Dia banyak menulis masalah kedokteran,
astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya, yang terkenal sampai
sekarang adalah Hay ibn Yaqzhan.15
Tokoh ketiga adalah pengikut Aristoteles yang terbesar di
gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova.
dalam karya-karyanya yang selalu membagi pembahasannya dalam
tiga bentuk, yaitu komentar, kritik dan pendapat. Itu sebabnya dia
dikenal sebagai seorang komentator sekaligus kritikus ulung. Dia
banyak mengomentari karya-karya filosof muslim pendahulunya,
seperti al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Bajjah dan al-Ghozali. Secara khusus
kritik dan komentarnya terhadap karya-karya Aristoteles
mengantarkannya sangat terkenal di Eropa.16
2. Sains
Dalam bidang kedokteran dikenal Ahmad bin Ibas adalah ahli
dalam bidang obat-obatan. Ummi al-Hasan binti Abi Ja’far adalah
ahli kedokteran dari kalangan wanita. Dalam bidang ilmu kimia dan
astronomi adalah Abbas bin Farnas. Dialah orang pertama yang
menemukan pembuatan kaca dari batu.17 Ibrahim bin Yahya
alNaqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Dia dapat menentukan

14
Tim Penulis, Ensiklopedi Islam, Jilid 2, c. 9 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001), h. 152-
153.
15
Badri Yatim, op.cit., h. 101
16
Tim Penulis, op.cit., h. 165.
17
Ahmad Syalabi, op.cit., h. 86.

2
14
waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya
terjadi.
3. Sejarah dan Geografi
Dalam bidang sejarah dan geografi dikenal Ibn Jubeir dari
Valencia (1145-1228 M.) menulis tentang negerinegeri muslim
mediterania dan Sicilia. Ibn Batutah dari Tangier (1304-1377 M.)
mencapai Samudra Pasai di Indonesia dan sampai ke Cina. Ibn al-
Khatib (1317-1374 M.) menyusun riwayat Granada. Sedangkan Ibn
Khaldun dari Tunis tetapi tinggal di Spanyol adalah perumus filsafat
sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang
kemudian ada yang pindah ke Afrika.18
4. Fiqih
Dalam bidang fiqih dikenal di Spanyol sebagai penganut mazhab
Maliki. Mazhab ini disana diperkenalkan oleh Ziyad bin Abd. al-
Rahman. Hasyim I adalah penyokong mazhab Maliki. Dia
menghormati Imam Malik, salah satu mazhab dari empat mazhab
fiqih di kalangan Sunni. 19
Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada pemerintahan Hisyam bin
Abdurahman III adalah penyokong fiqih mazhab Maliki. Demikian
pula Ibn Hazm pada mulanya dia mempelajari fiqih mazhab Maliki
karena kebanyakan masyarakat Andalusia menganut mazhab ini,
yaitu kitab al-muwatha’ dan kitab ikhtilaf. Tetapi kemudian dia
pindah ke mazhab Zahiri, setelah ia mempelajari kitab fiqih karangan
Munzir bin Sa’id al-Balluti (w.355 H.) seorang ulama mazhab
Zahiri. 20
5. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan kesenian ususunya seni suara, Spanyol
Islam mempunyai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan bin
Nafi’ yang dikenal dengan Zaryab. Setiap kali diselenggarakan
pertemuan dan jamuan Zaryab selalu tampil mempertunjukkan

18
Bertold Spuler, The Muslim World: A Historical Survey (Leiden: E.J. Brill, 1960), h. 112.
19
Mahmudunnasir, op.cit., h. 289.
20
Tim Penulis, op.cit., h. 148

215
kebolehannya. Dia juga terkenal sebagai pengubah lagu. Ilmu yang
dilikinya diturunkannya kepada anak-anaknya baik pria maupun
wanita. 21
6. Arsitektur
Dalam bidang arsitektur daulah Umayyah II di Spanyol telah juga
mengukir prestasi dalam bidang seni bangunan kota dan seni
bangunan masjid. Di antara bangunan kota yang memperbaharui
bangunan kota yang lama ada pula yang membangun kota yang baru.
1. Kota Cordova dijadikan al-Dakhil sebagai ibukota Negara. Dia
membangun kembali kota ini dan memperindahnya serta
membangun benteng di sekitarnya dan istananya. Supaya kota
ini mendapatkan air bersih digalinya danau dari pegunungan.
Air danau itu dialirkan selain melalui pipa-pipa ke istananya dan
rumah-rumah penduduk, juga melalui parit-parit dialirkan ke
kolam-kolam dan lahan-lahan pertanian.
2. Peninggalan al-Dakhil yang masih ada sampai sekarang adalah
masjid Jami’ Cordova yang didirikan pada tahun 786 M. dengan
dana 80.000 dinar.22 Hisyam I tahun 793 M. menyelesaikan
bagian utama masjid ini dan menambah menaranya. Demikian
pula Abdurahman al-Autsah, Abdurrahman al-Nashir dan al-
Manshur memperluas dan memperindahnya sehingga menjadi
masjid paling besar dan paling indah pada masanya. 23Jelasnya
panjang masjid itu dari utara ke selatan adalah 175 meter,
sedangkan lebarnya dari barat ke timur adalah 134 meter, tinggi
menaranya 20 meter yang didukung oleh 300 buah pilar yang
terbuat dari marmer. Di tengah maajid terdapat tiang agung yang
menyangga 1000 buah lentera.24 Ketika Cordova jatuh ke tangan
Fernando III pada tahun 1236 M., masjid ini dijadikan gereja

21
Ahmad Syalabi, op.cit., h. 88.
22
Jurji Zaidan, Tarikh al-Tamadun, J. 5 (Kairo: dar al-Hilal, t.t.), h. 111.
23
Ibid, h. 112
24
Tim Penulis, op.cit., h. 180

16
2
dengan nama yang lebih terkenal di kalangan masyarakat
Spanyol, yaitu La Mezquita, berasal dari kata Arab al-masjid. 25
3. Pada tahun 936 M. al-Nashir membangun kota satelit dengan
nama al-Zahra di sebuah bukit di pegunungan sierra Morena,
sekitar tiga mil di sebelah utara Cordova. Bagian atas kota
terdiri dari istana-istana dan gedunggedung Negara lainnya,
bagian tengah adalah tamantaman dan tempat rekreasi,
sedangkan bagian bawah terdapat rumah-rumah dan toko-toko,
masjid-masjid dan bangunan-bangunan umum lainnya. Yang
terbesar di antara istana-istana al-Zahra tersebut adalah bernama
Dar al-Raudhah.26

D. Masa Kemunduran Pemerintahan dan Faktor-faktornya27


Pada periode keempat, adalah masa kemunduran Islam di Spanyol
dengan munculnya muluk al-Thawaif (Negara-negara kecil) di daerah-daerah
propinsi, yang terbebas dari pemerintahan pusat. Hajib al-Mansur digantikan
oleh anaknya, Abdul Malik. Dia mengikuti langkah-langkah ayahnya dalam
pengelolaan Negara. Dalam masa pemerintahannya, Spanyol Muslim tetap
merupakan negeri yang makmur. Suku-suku Kristen yang mencoba
melakukan peemberontakan berhasil ditumpasnya dan terus memerintah
dengan tangan besi. Dia masih dapat mempertahankan keunggulan perintahan
ayahnya, tetapi sayangnya, dia hanya memerintah selama 6 tahun, karena
diracun orang dan meninggal dunia pada tahun 1008.
Malapetaka kehancuran Daulah Umayyah di Spanyol mulai melanda
istana ketika terjadi kemelut perebutan kekuasaan sepeninggal Abdul Malik
yang digantikan oleh saudaranya Abdurrahman, karena dia tidak memiliki
kemampuan seperti ayah atau saudaranya, ditambah lagi dengan kebejatan
moralnya yang menyolok, sehingga dia tidak disukai rakyat, maka orang-

25
Philip K. Hitti, Dunia Arab, terj. Ushuluddin Hutagalung dan O.D.P. Sihombing (Bandung: Sumur
Bandung, 1970), h. 162.
26
A. Hasymi, Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 385
27
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, c. 5 (Jakarta: UI Press, 1985)

172
orang Cordova memaksanya turun dan digantikan oleh Muhammad bin
Abdul Jabbar bin Abdurrahman III. dari keluarga daulah Umayyah.
Tetapi mereka tidak dapat memperbaiki keadaan. Akhirnya, pada tahun
1013 M. Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan
khalifah. Ketika itu, Spanyol telah terpecah dalam banyak Negara-negara
kecil yang berpusat di kota-kota propinsi terbebas dari pemerintahan pusat. 28
Pada rentang waktu antara tahun 1035-1492 M. terdapat dua kekuatan
kerajaan Islam di Spanyol, yaitu kekuasaan daulah Murabithun (1086-1143
M.) dan daulah Muwahhidun (1146-1235 M.), tetapi dua kerajaan Islam itu
tidak dapat menyatukan kekuatan Islam Spanyol bahkan pada tahun 1143 M.
Sepeninggal daulah Muwahhidun, keadaan Islam Spanyol semakin runyam,
karena berada di bawah penguasa penguasa kecil. Dalam kondisi seperti itu,
umat Islam tidak dapat bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin
besar. Tahun 1238 M. Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville
jatuh tahun 1248 M. Berarti seluruh Spanyol, kecuali Granada telah lepas dari
kekuaan Islam. 29
Kekuasaan Islam hanya tinggal di daerah Granada di bawah daulah
Bani Ahmar (1232-1492 M.) Pada masa ini peradaban Islam kembali
mengalami kemajuan, seperti pada masa kejayaan Abdurrahman III, akan
tetapi karena berada di daerah yang kecil secara politik tidak memberi
pengaruh yang berarti. Abu Abdullah, penguasa terakhir daulah Bani Ahmar
tidak mampu menahan serangan-serangan orang Kristen dan pada akhirnya
menyerah mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaannya kepada Ferdenand
dan Isabella untuk kemudian dia hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian,
berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492 M. Nasib umat
Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan: masuk agama Kristen atau
pergi meninggalkan Spanyol. 30

Faktor-Faktor Kemunduran Pemerintahan


28
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, c. 5 (Jakarta: UI Press, 1985), h.
81
29
Ahmad Syalabi, Mausu’ah al-Tarikhh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, Jilid 4 (Kairo:
Maktabah al-Nah}dhah al-Mishriyah, 1979 M.), h. 76.
30
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, c. 5 (Jakarta: UI Press, 1985), h.
82.

2
18
Adapun yang menjadi faktor kemunduran Islam di Spanyol, terdapat
beberapa penyebab bagi terjadinya kemunduran dan kehancuran Islam di
Spanyol, di antaranya:

1. Konflik Sesama Muslim


Perpecahan politik pada masa Muluk alThawa’if menjadi penyebab
mundurnya pemerintahan Islam Spanyol, walaupun tidak menjadi
penyebab mundurnya peradaban Islam Spanyol. Masa itu, setiap
daulah (raja) di beberapa daerah seperti di Malaga, Toledo, Seville,
Granada, dan lain-lannya berusaha menyaingi Cordova (ibu kota
Negara Islam). Padahal sebelumnya, Cordova adalah satu-satunya
pusat pemerintahan dan pusat ilmu pengetahuan dan peradaban Islam
di Spanyol. Hal tersebut memberikan dampak terhadap keberadaan
Islam di Spanyol, baik yang positif (baik) maupun yang negatif
(buruk). Dampak positifnya adalah memberi peluang terbukannya
pusat-pusat peradaban baru, di antaranya, justru ada yang lebih maju
dari peradaban Islam Cordova.31 Tetapi dampak negatifnya, karena
konflik antarsesama pemerintahan Islam mengakibatkan kemunduran
pemerintahan Islam di Spanyol.
2. Konflik dengan Kristen
Sangat disayangkan para penguasa dan penakluk muslim ke
Spanyol dahulu, tidak melakukan islamisasi secara sempurna.
Penguasa Islam Spanyol membiarkan Kristen taklukannya
mempertahankan hukum dan adat istiadat mereka, asalkan tidak ada
perlawanan bersenjata. Padahal kehadiran Islam di Spanyol
memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Kristen Spanyol.
Akibatnya, kehidupan Negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti
dari pertentangan dan perlawanan antara Islam dengan Kristen. Pada
saat umat Islam kuat dan memperoleh kemajuan, umat Kristen diam
dan ikut menikmati hasilnya, tetapi pada saat umat Kristen
memperoleh kemajuan pesat sejak abad ke-11 M, sementara umat

31
Luthfi abd al-Badi’, al-Islam fi Isbaniya (Kairo: Maktabah al-Nahdhah alMisriyah, 1969), h. 10.

2
19
Islam mengalami kemunduran, umat Islam diperangi, dihancurkan
dan diusir secara kejam dari Spanyol.
3. Kesulitan ekonomi
Kesulitan ekonomi dapat mengakibatkan suatu kehancuran. Itulah
yang dialami pemerintahan Islam di Spanyol, pada masa
kemundurannya, disebabkan sibuk dengan konflik berkepanjangan
antara sesama umat Islam dan antara umat Islam dengan umat
Kristen, mengakibatkan mereka lalai membina perekonomian,
akhirnya timbul kesulitan ekonomi yang sangat memberatkan, hal itu
turut mempengaruhi kondisi politik dan militer. Kekacauan politik itu
dimanfaatkan orang Kristen untuk memerangi umat Islam dan dengan
mudah dapat mereka kalahkan.
4. Letak geografis yang terpencil
Letak geografis Spanyol bagi dunia Islam lainnya terpencil, karena
dia berada di belahan Eropa, Sehingga dia hanya berjuang sendirian,
ketika mendapat serangan musuh dari utara Spanyol, kalaupun ada
bantuan hanya dapat dari Afrika Utara. Maka di saat umat Islam
Spanyol diganggu atau diperangi oleh umat Kristen, maka negara
Islam lainnya tidak dapat memberikan bantuan mereka. 32

32
Badri Yatim, op.cit., h. 108.

2
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spanyol adalah tempat paling utama bagi Eropa dalam penyerapan
ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan umat Islam di sana serta
peradabannya, baik dalam hubungan politik, sosial, ataupun ekonomi dan
peradaban antar negara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan
bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan
negara-negara tetangganya di Eropa, terutama dalam bidang pemikiran
dan sains. Di samping itu juga peradabannya yakni bangunan-bangunan
fisik lainya.
Perkembangan Islam di Spanyol terbagi menjadi 6 periode, yaitu:
1. Periode Pertama (711-755 M), Spanyol berada di bawah
pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani
Umayyah yang berpusat di Damaskus.
2. Periode Kedua (755-912 M), Spanyol diperintah oleh seorang
Amir (panglima atau gubernur) namun tidak tunduk pada pusat
pemerintahan yang saat itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di
Bagdad.
3. Periode Ketiga (912-1013 M), pada masa ini terdapat dua khalifah
sunni di dunia Islam, Khalifah Abbasiyah di Bagdad dan Khalifah
Umayyah di Spanyol, di samping seorang khalifah Syi’ah
Fatimiyyah di Afrika Utara.
4. Periode keempat (1013-1086 M), pada periode ini, umat Islam
Spanyol kembali memasuki masa pertikaian internal.
5. Periode kelima (1086-1248 M), walaupun terpecah dalam
beberapa negara, pada periode kelima ini, Spanyol Islam masih
mempunyai suatu kekuatan yang dominan, yaitu dinasti
Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-
1235M).
6. Periode keenam (1248-1492 M), Kerajaan Granada merupakan
pertahanan terakhir Muslim Spanyol di bawah kekuasaan dinasti
Bani Ahmar.

Masa kemajuan peradaban Islam di Spanyol terjadi karena


perkembangan ilmu pengetahuan, dalam bidang filsafat, sains, sejarah dan
geografi, fiqh, musik dan kesenian, arsitektur.

221
Masa kemunduran Islam di Spanyol terjadi disebabkan munculnya
muluk al-Thawaif (Negara-negara kecil) di daerah-daerah propinsi, yang
terbebas dari pemerintahan pusat. Serta faktor-faktor kemunduran
pemerintahan disebabkan oleh konflik sesama muslim, konflik dengan
Kristen, kesulitan ekonomi, dan letak geografis yang terpencil.
B. Saran
Semoga pembaca dapat memahami isi dari penjelasan makalah ini.
Serta penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dalam
penulisan makalah ini.

2
22
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Syamruddin. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Pekanbaru : Pusaka


Riau
Ramdloni. 2011. Analisis Runtuhnya Islam Di Spanyol. Malang: UIN
Maulana Malik Ibrahim
Sudirman. 2011. Islam dan Peradaban Spanyol: Catatan Kritis Beberapa
Faktor Penyebab Kesuksesan islam Spanyol. Malang: UIN Maulana Malik
Ibrahim

223

Anda mungkin juga menyukai